You are on page 1of 10

The Influence Of Check List Application Toward The Perception Of

Difficulty Levels In Establishing Visum Et Repertum By Physician In The


Emergency Room General Hospital PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Pinkky Vitalita Prasadhana1, Dirwan Suryo Soularto 2
Students of Faculty of Medicine and Health Sciences
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2
Section of Forensic Faculty of Medicine and Health Sciences
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
1

ABSTRAK
Requirement in establishing VeR has been increasing along with number
of violence cases increasing. The research carried out by Harkutanto in 2000,
enhanced by Gizelas and Hidayats research in 2003 and 2009 respectively stated
that the quality of Indonesia's VeR made by physician in emergency department
for victims alive considered poor. Based on these facts, the authors assume that a
physician had difficulty in establishing VeR.
This research aimed to assess physician perceptions toward the difficulty
level in establishing VeR using check list.
This research is a descriptive analytic with cross sectional design research .
The subject of research is the phisicians in installation of Emergency General
Hospital PKU Muhammadiyah. This study was conducted in April 2014-May
2014. The results were processed using the Spearman test.
Research results by using spearmen test showed that the r value = 0,153
(0,0 - < 0.2) which means that the strength of the correlation between the
perception value and the difference in the score is very weak. Then the value of p
= 0.587 (p> 0.05) suggesting that there is no significant correlation between
perception value and difference in the scores among physicians in installation of
Emergency General Hospital PKU Muhammadiyah.
The conclusion is there is no influence of the use of the checklist on the
physicians perception of difficulty level in establishing VeR.

Key word : perception, VeR, living victims, checklist

ii

Pengaruh Data Tilik Terhadap Persepsi Tingkat Kesulitan Pembuatan


Visum Et Repertum oleh Dokter di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
Umum PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Pinkky Vitalita Prasadhana1, Dirwan Suryo Soularto 2
Students of Faculty of Medicine and Health Sciences
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2
Section of Forensic Faculty of Medicine and Health Sciences
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
1

INTISARI
Kebutuhan pembuatan VeR meningkat seiring dengan peningkatan jumlah
kasus kekerasa yang terjadi tiap tahunnya. Penelitian Herkutanto pada tahun 2000,
dikuatkan dengan penelitian Gizela pada tahun 2003, dan juga penelitian Hidayat
pada tahun 2009 menyatakan bahwa kualitas VeR di Indonesia yang dibuat oleh
dokter instalasi gawat darurat untuk korban hidup masih tergolong buruk.
Berdasarkan fakta di atas, penulis berasumsi bahwa seorang dokter mengalami
kesulitan dalam pembuatan VeR .
Penelitian ini bertujuan untuk menilai persepsi dokter terhadap tingkat
kesulitan dalam pembuatan VeR menggunakan data tilik.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan mengambil desain
penelitian cross sectional. Subyek penelitian adalah dokter Instalasi Gawat
Darurat Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan April 2014-Mei 2014. Hasilnya kemudian diolah dengan
menggunakan uji Spearman.
Hasil penelitian dengan spearman menunjukan nilai r = 0,153 (0,0 s/d
<0,2) yang berarti bahwa kekuatan korelasi antar nilai persepsi dengan selisih skor
sangat lemah. Kemudian nilai p = 0,587 (p>0,05) sehingga menunjukkan bahwa
tidak terdapat korelasi yang bermakna antara nilai persepsi dan selisih skor dokter
UGD RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Dengan demikian, hipotesis.
Kesimpulan tidak terdapat pengaruh penggunaan data tilik pada persepsi
tingkat kesulitan dokter pembuat VeR.

Kata kunci : persepsi, VeR, korban hidup, data tilik


Angka tersebut mencapai 5 juta, dan
Pendahuluan
jenis kekerasan yang terjadi juga
Menurut data dari Lembaga
Ketahanan

Nasional,

bervariasi. (Merdeka.com)
Kitab

jumlah

Undang-undang

kekerasan di Indonesia meningkat

Hukum Acara Pidana (KUHAP)

sejak tahun 2011 hingga tahun 2012.

pasal

133

menjelaskan

bahwa

penyidik

berwenang

mengajukan

kompetensi seorang dokter dalam

permohonan keterangan ahli yang

membuat VeR adalah 4 (empat) yang

berasal

kedokteran

artinya seorang dokter harus bisa

kehakiman, atau dokter, atau ahli

membuat VeR dengan sempurna.

yang

ini

Penulis berasumsi bahwa kualitas

dari

ahli

lainnya.

Permohonan

berkaitan

dengan

kasus

yang

hasil VeR yang dihasilkan oleh

menimpa

korban

baik

luka,

dokter satu sama lain akan berbeda.

keracunan, maupun kematian karena

Penelitian Herkutanto pada

peristiwa yang merupakan tindak

tahun

pidana.

yang

penelitian Gizela pada tahun 2003,

dimaksud dalam pasal ini, salah

dan juga penelitian Hidayat pada

satunya adalah Visum et Repertum

tahun

(VeR)

dengan jelas bahwa kualitas VeR di

Keterangan

ahli

2000,

2009

dikuatkan

telah

dengan

membuktikan

VeR bukanlah semata-mata

Indonesia masih tergolong buruk.

pemeriksaan

dalam

VeR yang dimaksudkan di sini

VeR

adalah VeR yang dibuat oleh dokter

merupakan sebuah kumpulan akhir

instalasi gawat darurat untuk korban

dari pemeriksaan medis forensic.

hidup. Berdasarkan fakta di atas,

VeR mempunyai kekuatan hukum

penulis berasumsi bahwa seorang

sebagai alat bukti yang sah dalam

dokter mengalami kesulitan dalam

proses peradilan, sehingga dalam

pembuatan VeR yang baik dan

penulisannya juga harus memenuhi

lengkap,

persyaratan dari sistem peradilan.

kompetensi mereka adalah 4 (empat).

hasil
praktek

dokter

fisik

sehari-hari.

Dokter instalasi gawat darurat


membuat

VeR

dalam

kesehariannya, tidak selalu harus


dokter

spesialis

standar

Sesungguhnya Allah suka

(Hamdani, 1992)

dapat

meskipun

forensik

kepada hamba yang berkarya dan


terampil. (Al-Hadits)
Berdasarkan hadits di atas,

atau

kita dapat menyimpulkan bahwa

spesialis lain (Pearce, 1979). Standar

Allah mencintai seseorang yang bisa

Kompetensi

Indonesia

berkarya dengan sempurna. VeR

(SKDI) juga menegaskan bahwa

adalah salah satu bentuk karya

Dokter

seorang dokter. Pembuatan VeR

tingkat kesulitan dalam pembuatan

yang sempurna akan mengundang

VeR.

keridhoan Allah pada para dokter.

Pelaksanaan
diawali

Bahan dan cara

penelitian

dengan

ini

memberikan

yang

penjelasan terlebih dahulu tentang

digunakan adalah bersifat deskriptif

tujuan dan proses penelitian ini

analitik dengan mengambil desain

berlangsung,

penelitian cross sectional. Desain ini

menandatangani

akan

Selanjutnya subjek diberi simulasi

Desain

penelitian

memberikan

gambaran

kemudian
inform

consent.

tilik

kasus dan diminta untuk membuat

terhadap persepsi tingkat kesulitan

VeR tanpa menggunakan data tilik.

dokter pada pembuatan visum et

Kemudian dengan kasus yang sama,

repertum.

subjek

mengenai

pengaruh

data

diminta

untuk

kembali

Penelitian ini dilaksanakan

membuat VeR menggunakan data

bulan April-Mei 2014 di Rumah

tilik. Setelah itu subjek menilai

Sakit Umum PKU Muhammadiyah

persepsinya menggunakan kuesioner

Yogyakarta. Subjek yang diikut-

yang diberikan.
Data

sertakan sebanyak 15 dokter.

yang

diperoleh

meliputi

kemudian dilakukan uji normalitas

dokter tetap maupun sementara yang

dan dilanjutkan dengan uji hipotesis

bekerja

menggunakan uji spearmen.

Kriteria

di

inklusi

rumah

bersedia mengikuti

sakit

target,

dan menjadi

subyek penelitian ini.


Kriteria

eksklusi

meliputi

dokter yang berhalangan mengikuti


pelaksanaan

penelitian

dengan

berbagai alasan.
Instrument yang digunakan
pada penelitian ini adalah informed
consent

dan

kuesioner

persepsi

Hasil Penelitian
Tabel 1. Karakteristik sample berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin

Jumlah responden
6
9
15

Tabel di atas menunjukkan bahwa

orang dokter perempuan dengan

terdapat 15 dokter tersebut terdiri

berbagai periode masa kerja.

Laki-Laki
Perempuan
Jumlah

dari enam orang dokter laki-laki dan


9

Tabel 2.

Pada uji normalitas telah

NO

Pretest

Posttest

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

13
7
13
9
10
11
10
9
14
10
11
10
9
9
8

16
18
17
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
17

Selisih
Skor
VeR
3
11
4
9
8
7
8
9
4
8
7
8
9
9
9

didapatkan hasil yang tidak normal,


Nilai
maka
pengujian hipotesis akan
Persepsi
93
menggunakan
uji
korelatif
120
95
Spearman.
99
104
Dari
uji
korelatif
Spearman
96
didapatkan
120 r = 0,153 (0,0 s/d <0,2)
96 bahwa kekuatan korelasi
yang berarti
110
antar nilai
89 persepsi dengan selisih
skor sangat
96 lemah. Kemudian nilai p
96
=
0,587
(p>0,05)
sehingga
95
menunjukkan
94 bahwa tidak terdapat
95 bermakna antara nilai
korelasi yang
persepsi dan selisih skor dokter UGD

Uji Normalitas

RSU

Pada Uji Test of Normality

Yogyakarta.

Shapiro-Wilk, didapatkan skor nilai

PKU

Muhammadiyah
Dengan

demikian,

hipotesis pengaruh penggunaan data


tilik pada persepsi tingkat kesulitan

persepsi 0,002 sedangkan skor selisih

dokter pembuat VeR tidak dapat

mempunyai nilai 0,026. Baik skor

diterima.

nilai persepsi maupun skor selisih


memiliki nilai < 0,05, maka dapat
ditarik

kesimpulan

pada

kedua

kelompok data mempunyai distribusi


tidak normal.

Uji Hipotesis

Diskusi

mengenai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

radiologi (poin 11), tiga dokter pada

seluruh dokter (100%) mengalami

penjelasan

kenaikan skor hasil akhir visum et

pemeriksaan laboratorium (poin 12),

repertum setelah diberikan alat bantu

dua dokter pada penjelasan mengenai

berupa data tilik visum et repertum.

hasil

Dokter menyatakan merasa terbantu

dilakukan pada pasien (poin 13), dua

dengan

dokter

adanya

data

tilik

yang

hasil

pemeriksaan

mengenai

pemeriksaan

pada

lain

penyebutan

hasil

yang

hasil

diberikan dan memiliki persepsi baik

tindakan medis dan pengobatan (poin

terhadap data tilik tersebut. Hal itu

17), satu dokter pada pembuatan

dinyatakan dalam kuesioner yang

kesimpulan mengenai jenis luka

dokter isi setelah menggunakan data

yang dialami pasien (poin 22), 4

tilik dalam pembuatan VeR. Dari 15

dokter pada penentuan penyebab

sampel yang diambil, didapatkan dua

perlukaan pada pasien (poin 23).

dokter (13%) di antaranya mengisi

Sedangkan terdapat satu dokter yang

kuesioner dengan skor maksimal (5)

memberikan nilai 2 yang berarti

dan empat dokter (27%) mengisi

merasa data tilik yang diberikan

kuesioner dengan skor (4) pada 24

tidak membantu dalam penyebutan

pertanyaan yang ada. Hal ini dinilai

hasil tindakan medis dan pengobatan

kurang baik dikarenakan seharusnya

(poin

pada pertanyaan poin 19 mengenai

penyebutan tindak lanjut tindakan

lama perwatan diberi nilai 1 atau 2

medis dan pengobatan (poin 18), satu

sebab

tidak

dokter dalam pembuatan kesimpulan

dicantumkan. Begitu juga dengan 9

yang baik (poin 21), satu dokter

dokter lainnya memberikan nilai 4

dalam

atau 5 untuk pertanyaan poin 19.

mengenai jenis luka yang dialami

Satu dokter memberikan nilai 3 yang

pasien (poin 22), satu dokter dalam

berarti ragu-ragu apakah data tilik ini

pembuatan visum et repertum yang

membantu

pada

baik dan benar (poin 25). Selebihnya

pencantuman ukuran luka yang baik

rata-rata dokter memberikan nilai 4

(poin 9), dua dokter pada penjelasan

yang

dalam

kasus

mengingatkan

17),

dua

dokter

pembuatan

berarti

dalam

kesimpulan

dokter

merasa

dimudahkan oleh data tilik yang


digunakan dalam pembuatan VeR.

eksternal

yang

mempengaruhi persepsi.

Hasil penelitian ini relevan dengan


penelitian yang dilakukan oleh Retno
Wulandari (2012) yang menyatakan
bahwa

ada korelasi positif antara

persepsi
penelitian
prestasi

dan
ini

prestasi.
seluruh

diimbangi

2. Perlunya pelaporan hasil


penelitian kepada pihak
terkait agar apa yang

Dalam
kenaikan

dengan

hasil

persepsi yang positif, namun karena

terdapat

dalam

hasil

penelitian dapat menjadi


bahan evaluasi bersama.

semua hasilnya naik semua maka


membuat

ambiguitas

pada

nilai

statistiknya, sehingga hasil statistik


menunjukkan bahwa nilai statistik

Daftar Pustaka
1. Abdussalam. Forensik.
Jakarta : Restu Agung, 2006.

tidak bermakna.

Kesimpulan
1. Tidak terdapat pengaruh data
tilik terhadap persepsi tingkat
kesulitan pembuatan VeR.

Saran
1. Perlunya tinjauan lebih
lanjut

mengenai

pengelompokan
penilitian
faktor

subjek

berdasarkan
internal

dan

2. Arikunto. 1998. Manajemen


Penelitian. Jakarta : Rineka
Cipta
3. Baiquni.
2012.
Dalam
Setahun Jumlah Kekerasan
Capai
5
Juta
Kasus.
http://www.merdeka.com/per
istiwa/dalam-setahun-jumlahkekerasan-capai-5-jutakasus.html. Diakses pada
tanggal 27 April 2013
4. Bimo
Walgito.
(2004).
Pengantar Psikologi umum.
Yogyakarta: Andi offset.
5. Briggs C, Leigh M. The
Legal Viewpoint. In : Foy
MA, Fagg PS, editors.
Medicolegal Reporting in
Orthopaedic Trauma. London
: Churcill Livingstone, 1996.

6. Budiyanto A, Widiyatmaka
W,
Sudiono
S.
Ilmu
Kedokteran Forensik. Jakarta
: Bagian Kedokteran Forensik
Fakultas
Kedokteran
Universitas Indonesia, 1997.
7. Dahlan, M. Sopiyudin. Besar
Sampel dalam Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan.
Jakarta : Arkans, 2005.
8. Gizela, Beta Ahlam. 2003.
Kajian
Terhadap
Penatalaksanaan Visum et
Repertum Barang Bukti
Hidup di RS DR. Sardjito
Yogyakarta. Yogyakarta :
Universitas Gadjah Mada
9. Hamdani N. Ilmu Kedokteran
Kehakiman.
Jakarta
:
Gramedia Pustaka Utama,
1992.

Mempengaruhinya. Majalah
Kedokteran
Indonesia,
September 2004 ; 54 (9) :
355-60
13. Hidayat, Chandri Amelia.
2010. Penilaian Faktor-Faktor
yang Terkandung Dalam
Visum et Repertum oleh
Dokter UGD di Rumah Sakit
PKU
Muhammadiyah
Yogyakarta Tahun 2009.
Yogyakarta : Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
14. HL. 2011. Puskesmas, Ujung
Tombak
Pelayanan
Kesehatan.
http://kesehatan.kompasiana.
com/medis/2011/03/16/puske
smas-ujung-tombakpelayanan-kesehatan347905.html. Diakses pada
tanggal 27 April 2013.

10. Herkutanto.
2005.
Pemberlakuan
Pedoman
Pembuatan
Visum
et
Repertum (VeR) Korban
Hidup dan Trauma-Related
Injury
Severity
Score
(TRISS) untuk Meningkatkan
Kualitas VeR. Jakarta :
Universitas Indonesia

15. Idris,
Abdul
Munim.
Pedoman
Praktis
Ilmu
Kedokteran Forensik. Jakarta
: Binarupa Aksara, 1997.

11. Herkutanto.
2005.
Peningkatan
Kualitas
Pembuatan
Visum
et
Repertum (VeR) Kecederaan
di Rumah Sakit Melalui
Pelatihan Dokter Unit Gawat
Darurat (UGD). Jakarta :
Universitas Indonesia.

17. Pearce GH. The Medical


Report
and
Testimony.
London : George Allen &
Unwin, 1979.

12. Herkutanto. Kualitas Visum


et Repertum Perlukaan di
Jakarta dan Faktor yang

16. Konsil Kedokteran Indonesia.


Standar Kompetensi Dokter
Indonesia 2013. Jakarta :
KKI, 2012.

18. Plueckhahn VD, Cordner


SM. Chapter 15. The
Examination
and
Interpretation of Injuries. In :
Plueckhahn VD, Cordner
SM, editors. Ethics, Legal
Medicine
and
Forensic

10

Pathology. 2nd Ed. Ed.


Melbourne : Melbourne
University Press, 1991. P.
214-30.

Mata Pelajaran Matematka

19. Pramudiarja, AN Uyung.


2011. Konsultasi Dokter
Idealnya 20 menit / pasien?.
http://health.detik.com/read/2
011/04/25/160959/1624848/7
63/waktu-konsultasi-dokteridealnya-20-menitpasien?881104755. Diakses
pada tanggal 6 Mei 2014.

Belajar Matematika Siswa

20. Siswadja TD. Tata laksana


pembuatan VeR perlukaan
dan keracunan. Simposium
Tata Laksana Visum et
Repertum Korban Hidup
pada Kasus Perlukaan &
Keracunan di Rumah Sakit.
Jakarta : RS Mitra Keluarga
Kelapa Gading, Rabu 23 Juni
2004.
21. Sugihartono, dkk. (2007).
Psikologi
Pendidikan.
Yogyakart: Uny Press.
22. Tjokronegoro, S. Beberapa
Kekurangan dan Tjajat dalam
Perundang-undangan
Warisan Pemerintah Hindia
Belanda
Jang
Sekarang
Masih Berlaku, Ditilik dari
Sudut
Ilmu
Kedokteran
Kehakiman.
Majalah
Kedokteran Indonesia, 1965;
1 (Istimewa) : 11-12.
23. Waidi. (2006). The Art of Reengineering Your Mind for
Success. Jakarta: Gramedia.
24. Wulandari, R. (2012). Waidi.
(2006).

Korelasi

Persepsi

Dan

Minat

Belajar

Matematika Dengan Prestasi

Kelas

Vi

Negeri
Gamping
2010/2011.

Sekolah

Dasar

Se-Kecamatan
Tahun
Karya

Ajaran
Tulis

lmiah Strata satu, Universitas


Negeri Yogyakarta.

You might also like