You are on page 1of 23

Mekanisme dan Fungsi Ginjal

dalam Mempertahankan Keseimbangan Cairan Tubuh


Herni Mariati Rangan
102013363
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
No. Telp (021) 5694-2061
ranganherni@ymail.com
Abstrak : Sistem kemih berkontribusi bagi homeostasis dengan membantu mengatur
volume, osmolaritas, keseimbangan cairan, komposisi elektrolit dan pH lingkungan internal
dengan mengeluarkan produk sisa metabolisme dan menyerap hasil yang masih di perlukan.
Dengan berkerja bersama dengan sistem vaskular, hormonal, persarafan dan organ-organ
terkait ginjal dapat menjalankan proses dasar yang meliputi filtrasi (penyaringan), reabsorbsi
(penyerapan kembali) dan sekresi. Ginjal merupakan organ yang memegang konstribusi
utama dalam hal ini. Ginjal adalah sepasang organ yang berbetuk kacang pada rongga
abdominalis yang tersusun dari jutaan nefron yang membentuk tubulus-tubulus dimana akan
berlangsung serangkaian proses dasar, dimana zat-zat hasil dari proses dasar yang terjadi di
ginjal tersebut akan di reabsorbsi ataupun di ekskresikan untuk mempertahankan keadaan
seimbang tubuh kita. Selain itu juga apabila tubuh berada dalam kondisi tertentu yang tidak
konduktif, ginjal akan berusaha untuk mengkompensasi sehingga kondisi tubuh akan kembali
dalam keadaan normalnya.
Kata Kunci : Makroskopik traktus Urinarius, Mikroskopik Traktus Urogenital, Mekanisme
Kemih, Filtrasi, Reabsorbsi, Sekresi, Keseimbangan Cairan dan Elektrolit, Keseimbangan
Asam-Basa
Abstract: Urinary System contribute to homeostasis by helping to regulate the volume,
osmolarity, fluid balance, electrolyte composition and pH of the internal environment to
remove metabolic waste products and absorb the results are still in need. By working
together with the vascular system, hormonal, neural and renal related organs can run a basic
process that includes filtration (filtering), reabsorption (re-absorption) and secretion. Kidney
is the organ that holds the main contribution in this regard. The kidneys are a pair of organs
of the abdominal cavity berbetuk bean composed of millions of nephrons that form the
tubules-tubules which will take place a series of fundamental processes, substances which
result from the basic processes that occur in the kidney will be excreted or reabsorbed to
maintain a balanced state our bodies. In addition, when the body is in a certain condition
that is not conductive, the kidneys will try to compensate so that the condition of the body
will be back in a normal state.
Keywords: Urinarius tract Macroscopic, microscopic Urogenital Tract, Urinary Mechanism,
Filtration, reabsorption, secretion, fluid and electrolyte balance, Acid-Base Balanc
1

Pendahuluan
Sistem kemih ( traktus urogenitalis) mempertahakankan keadaan homeostasis tubuh. Ginjal
melakukan berbagai fungsi dan bekerja sama dengan sistem hormonal, vaskular dan saraf yang
mengontrol fungsinya,

Organ ini yang terutama berperan dalam mempertahankan stabilitas

volume, komposisi elektrolit, dan osmolaritas (kontraksi zat terlarut) CES. Dengan menyesuaikan
jumlah air dan berbagai konstituen plasma yang dipertahankan di tubuh dan di keluarkan melalui
urin, ginjal dapat mempertahankan keseimbangan air dan elektrolit dalam kisaran yang sangat
sempit yang memungkinkan kehidupan, meskipun pemasukan dan pengeluaran konstituenkonstituen yang sangat bervariasi. Kompesisi urin maupun jumlah zat-zat yang di serap kembali
ini di dasarkan juga akan jumlah yang di konsumsi, komposisi yang di butuhkan oleh tubuh dan
kondisi tubuh. Ginjal akan menjalankan fungsinya dengan membangun kerja sama dengan sistem
organ lainnya, seperti halnya sistem vaskularisasi dan persarafan dan organ-organ terkait yang
saling bekerja sama dalam proses mempertahankan keseimbangan komposisi cairan tubuh. selain
itu cairan dan elektrolit yang masuk ke ginjal akan melewati serangkaian proses dasar di ginjal
yaitu filtrasi, reabsorbsi dan sekresi.
Isi dan Pembahasan
I. Makroskopik dan Mikroskopik Traktus Uranius
1. Ginjal (Ren)
Ren atau ginjal terletak retroperitoneal, yaitu diantara peritoneum parietal dan fascia
transversa abdominis, pada sebelah kanan dan kiri columna vertebralis. Ren sinistra terletak
setinggi costa XI atau vertebral lumbal 2-3, sedangkan ren dextra terletak setinggi costa XII
atau vertebral 3-4. Jarak antara extremitas superior ren dextra dan sinistra adalah 7 cm.
Sedangkan jarak antara extremitas inferior ren dextra dan sinistra adalah 11 cm. Sedangkan
jarak dari extremitas inferior ke crista illiaca adalah 3-5 cm. 1
Ren berbentuk seperti kacang memiliki :1
1. Dua polus/extremitas, yaitu extremitas superior dan extremitas inferior. Dua
extremitas superior ditempati oleh glandula suprarenalis, yang dipisahkan ren oleh
lemak perirenalis.
2. Dua margo, yaitu margo medialis yang berbentuk konkaf dan margo lateralis yang
berbentuk konveks. Pada margo medialis terdapat satu pintu yang disebut hilus

renalis, dan merupakan tempat masuknya pembuluh-pembuluh darah, lymphe,


saraf dan ureter.1
Pembungkus Ginjal terdiri dari 3 bagian yaitu1
1. Capsula fibrosa. Melekat pada ginjal,hanya menyelubungi ginjal (gl. supra renalis
tidak).
2. Capsula adiposa. Mengandung banyak lemak berfungsi untuk membungkus ginjal dan
glandula supra renalis.
3. Fascia renalis :
Fascia ini terletak di luar capsula fibrosa berupa 2 lembar fascia yaitu :
Bagian depan berupa fascia prerenalis dan bagian belakang berupa fascia retrorenalis.
Kedua lembar fascia renalis ke caudal tetap terpisah, ke cranial bersatu, sehingga
kantong ginjal terbuka ke bawah. Oleh karena itu sering terjadi ascending infection.
Ginjal dipertahankan pada tempatnya oleh fascia adiposa.
Bagian-Bagian Ginjal terdiri dari 2 bagian yaitu :1
-

Cortex Reninalis. Cortex renalis dari glomerulus dan pembuluh darah. Di


glomerulus darah disaring menjadi filtrat, kemudian disalurkan ke dalam
medulla, saluran- saluran tersebut akan bermuara pada papilla renalis

terdapat garis-garis dari medulla: processus medullaris (FERHEINI).


Medulla Renalis. Papilla renalis sesuai ujung ginjal yang berbentuk segitiga
yaitu pyramid renalis (malphigi). Saluran-saluran yang menembus papilla =
ductuli papillares (Bellini), tempat tembusnya berupa ayakan = area
cribriformis. Papilla renalis menonjol ke dalam calix minor.
Di antara pyramis-pyramis terdapat columna renalis (Bertini). Beberapa calyx
minor (24) membentuk calyx major. Beberapa calyx major menjadi pyelum =
pelvis renis, kemudian menjadi ureter. Ruangan tempat calyx disebut hillus
renalis.

Secara mikroskopik, System urinaria terdiri atas dua ginjal dan dua ureter yang
menuju ke satu vesika urinaria tempat keluar satu uretra. Ginjal adalah organ besar berbentuk
kacang yang letaknya retroperitoneal pada dinding posterior tubuh. Di atas setiap ginjal,
terdapat kelenjar adrenal yang terbenam di dalam jaringan ikat ginjal. Irisan sagital ginjal
menampakkan bagian bagian korteks yang lebih gelap di bagian luar, dan bagian medulla
yang lebih pucat di bagian dalam yang terdiri atas pyramid renal berbentuk kerucut. Juluran
menurun korteks di antara piramid membentuk kolumna renal. Apex bulat setiap pyramid,
disebut papilla renalis, dikelilingi calyx minor berbentuk corong. Calyx minor bergabung
3

membentuk calyx mayor yang pada gilirannya bergabung membentuk pelvis renalis. Setiap
pelvis renalis keluar ginjal melalui hilus, menyempit menjadi ureter dan menurun kearah
vesika urinaria pada kedua sisi dinding tubuh posterior. 2
Tabel. 19-3 Struktur dan Fungsi Tubulus Uriniferus3
Struktur
Fungsi Utama
Korpuskel ginjal : epitel Filtrasi
gepeng selapis, gabungan
membran basal, podosit
Tubulus Proksimal : epitel Reabsorbsi 67-80% air, natrium
kuboid selapis
dan klorida; reabsorbsi 100%
protein, asam amino, glukosa,
dan bikarbonat.
Ansa Henle : segmen tipis Permeabel (secara keseluruhan)
pars descendent epitel gepeng terhadap air dan garam,
selapis
mengurangi volume cairan
ultrafiltrat)
Ansa Henle segmen tipis pars Tidak permeable terhadap air,
ascendent : epitel selapis permeable terhadap garam.
gepeng

Keterangan
Sawar filtrasi: sel-sel endotel,
gabungan membran basal dan
celah filtrasi
`pompa natrium pada membran
basolateral; cairan ultrafiltrat
isotonik terhadap darah
Cairan
ultrafiltrat
menjadi
hipertonik terhadap darah; urea
masuk ke dalam lumen tubulus

Cairan
ultrafiltrat
menjadi
hipertonik terhadap darah; urea
meninggalkan intestinum ginjal
dan masuk ke dalam lumen
tubulus.
Ansa Henle segmen tebal Tidak permeable terhadap air; Cairan
ultrafiltrat
menjadi
pars ascendent : epitel kuboid Natrium
dan
klorida hipotonik;
pompa
klorida
meninggalkan lumen dan masuk kepada membran sel basolateral
ke intestinum ginjal
menjaga keadaan osmotik pada
intestinum zona luar medula`
Makula densa :epitel silindris Memonitor kadar natrium dan Berkomunikasi dengan sel-sel
selapis
volume cairan ultrafiltrat dalam justagmedular
lumen tubulus distal.
Sel-sel
justagmedular
: Sintesis dan melepaskan renin Renin menginisiasi reaksi yang
modifikasi sel-sel otot polos
ke dalam sirkulasi darah
berujung
pada
formasi
angiotengsin II
Tubulus kontroktus distal : Dipengaruhi oleh aldosteron Ultrafiltrat menjadi semakin
epitel kuboid selapis
terjadi reabsorbsi natrium dan hipotonik; pompa natrium pada
klorida dari lumen.
membran basolateral; kalium
disekresi kedalam lumen.
Duktus kolingens : epitel Dalam kondisi terdapat ADH, Urin menjadi hipertonik dalam
kubid selapis
air dan urea meninggalkan kondisi ada ADH; urea dalam
lumen dan masuk ke jaringan jaringan intestinum menjaga
intestinum
gradien konsentrasi zona dalam
medula

Pendarahan Ginjal
Pendarahan ginjal dilakukan oleh cabang aorta abdominalis setinggi vertebrae lumbal
1 hingga vertebrae lumbal 2 yaitu a. Renalis. Secara makroskopis dapat dilihat bahwa
panjang cabang aorta abdominalis yang mendarahi ginjal sisi dexter lebih panjang dibanding
4

sisi sinistra. Perbedaan ini ditimbulkan karena a. Renalis dexter menyilang dibelakang vena
cava inferior.1,4
Mekanisme perjalanan vaskularisasi dimulai dengan masuknya a. Renalis pada hilus
renalis dan mempercabangkan cabang besar, yakni cabang ke depan dan belakang. Cabang
yang ke depan berjalan ke sisi anterolateral dan mendarahi ginjal bagian anterior, sedangkan
cabang belakang berjalan ke sisi posterolateral dan mendarahi ginjal bagian posterior. Karena
bentuk anatomis anterior ginjal lebih cembung membuat panjang perdarahan ginjal anterior
lebih panjang dari sisi posteriornya. Kedua cabang yang bertemu di sisi lateral ini akan
bergabung pada satu garis tengah yang dikenal dengan garis Broedel. Pendarahan minimal
didapatkan pada pembedahan garis Broedel ini.4
Arteri renalis yang berjalan di antara lobus ginjal dan bercabang menjadi a.
Interlobaris. Arteri interlobaris pada perbatasan korteks dan medula akan bercabang menjadi
arteri arcuata atau arciformis yang mengelilingi daerah korteks. Arteri arcuata
mempercabangkan arteri interlobularis dan berjlan mencapai tepi atas ginjal (korteks).
Kemudian dari percabangnan arteri interlobularis akan masuk ke glomerulus menjadi vasa
afferent dan membuat anyaman (tubuli contorti) kemudian berlanjut menjadi vasa efferent.
Pada pembuluh balik ginjal dimulai dari vena interlobularis atau venae stellatae atau vena
verheyeni. Percabangan lanjutan vena interlobularis berlanjut menjadi vena arcuata. Vena
arcuata berlanjut membentuk percabangan dengan lumen membesar disebut dengan vena
interlobaris. Vena interlobaris menyatu membentuk vena renalis yang akan bermuara ke vena
cava inferior. 1,4
Pembuluh balik pada ren mengikuti nadinya mulai permukaan ginjal sbg. kapiler
berkumpul dlm. V. interlobularis disbut Vv stellatae (Verheyeni). Dari V. interlobularis V.
arcuata V. interlobaris V. renalis V. cava inferior.1
Vena renalis multiple berperan dalam pembentukan venae renales dextra dan sinistra,
keduanya terdapat dianterior arteria renalis. Lebih penting lagi vena renalis sinistra yang
lebih panjang dibandingkan dextra menyilang garis tengah tubulus dianteriol aorta
abdominalis dan di posterior dari arteria mesenterica superior dan dapat mengalami
penekanan oleh suatu aneurisma salah satu dari kedua arteriae tersebut. 1
2. Glandula Suprarenalis
Glandula suprasenalis merupakan kelenjar endokrin yang terletak pada sisi
superomedial ginjal. Glandula suprarenalis dextra membentuk piramis dan terletak antara
diaphragma dan lobus dexter hepatika.1 Glandula suprarenalis sinistra lebih pipih dan
5

berbentuk bulan sabit atau semilunar. Glandula suprarenalis dibungkus oleh fasia renalis.
Sama seperti ginjal, glandula suprarenalis dibedakan menjadi bagian korteks dan medula.
Perdarahannya dilakukan oleh a. Suprerenalis superior (cabang a. Phrenica inferior), a.
Suprerenalis media (cabang aorta abdominalis), a. Suprerenalis inferior (cabang a. renalis).
Pada pembuluh baliknya sama seperti pembuluh nadinya. Dipersarafi juga oleh plexus
coliacus dan cabang-cabang nn. Splanhnici. Aliran getah bening dari cortex dan medulla
glandula suprarenalis mengikuti aliran limfe ke nnll. Lumbales (aortica).1
3. Ureter
Ureter adalah suatu tabung/saluran musculorum yang berfungsi untuk mengalirkan
urin dari ren menuju ke vesica urinaria. Di superior ureter berlanjut dengan pelvis renalis,
yang merupakan struktur berbentuk corong di dalam sinus renalis. Pelvis renalis dibentuk
oleh penggabungan 2-3 calices renales majores, yang merupakan gabungan dari beberapa
calices renales minores. Calices renalis minores mengelilingi suatu papila renalis. Pelvis
renalis menyempit saat struktur ini melintasi ke inferior melewati hilum renalis dan
bersambung dengan ureter pada pertemuan uretropelvica/uterepelvic junction. Di inferior dari
pertemuan ini, ureter turun dan terletak di retroperitoneal pada aspectus medialis musculus
psoas major. Pada pintu pelvis, ureter menyilang ujung arteria iliaca communis atau
permulaan arteriae illiaca externa , dan masuk kedalam pelvitas pelvis dan berlanjut hingga
ke vesica urinaria.
Pendarahan arterial. A. illica externa, A.i illiaca interna, dan A. vesicalis memasok
darah ke pada bagian ureter dalam pelvis. Pada wanita yang paling konstan menyalurkan
darah yaitu cabang A.uterina dan pada laki-laki A. Vesicalis inferior. 5
Penyaluran balik darah dan pembuluh limfe. Vena-vena yang berasal dari kedua
ureter, mengiringi arteri-arteri dan diberi sesuai dengan arterinya. Limfe disalurkan ke
Lymphoidei lumbales, nodi lymphoidei illiaci communes dan nodi lymphoidei illiaci internii.
Persarafan. Saraf-saraf berasal dari plexus otonom yang berdekatan (plexus renalis, plexus
terticularis, plexus ovaricus, plexus hypogastricus). Serabut efferen dan columna vertebralis
melalui radix posterior nervorum thoracicorum XI-XII, dan radix posterior nervi lumbal I. 5
Secara mikroscopik ureter terdiri dari tiga bagian penyusun yaitu mukosa yang
melapisi lumen, dinding myskular, jaringan ikat fibrosa penutup. Mukosa ureter
memperlihatkan beberapa lipatan yang menonjol ke lumen saat ureter kosong dan tak terlihat
saat teregang. Lapisan epitel transisional yang tebal berada diatas jaringan ikat fibroelastik
yang membentuk lamina propia. Epitel di pisahkan dari lamina propia oleh lamina basalis.
6

Lapisan muskularis ureter di susun oleh dua lapisan sel otot polos. Susunan lapisannya
berbeda karena lapisan luar tersusun sirkular dan longitudinal. Lapisan fibrosa bagian luar,
bagian proksimal dan distal menyatu dengan kapsula ginjal dan jaringan ikat dinding vesica
urinaria.5
4.

Vesica urinaria
Disebut juga bladder atau kandung kemih. Adapun fungsi vesica urinaria adalah
sebagai reservoir urine (200 - 400 cc).
Bagian-bagian vesica urinaria yaitu : 5
Apex vesica menghadap bagian atas symphisis pubica (ligamentum umbicale mediatum)
berlanjut ke bagian superioranterior menjadi umbilicus.
Basis vesica urinaria berbentu seperti kubah segitiga terbalik dan menghadap ke
posteroinferior. Kedua ureter masuk kesetiap sisi sudut atas basis vesica urinaria dan uretra
berjalan ke dinferior dari sudut bawah basis vesica urinaria.
Permukaan inferolateral dari vesica urinaria di topang antara musculi levator ani
diaphragma pelvis dan musculi obturator internus yang berdekatan, diatas perlekatan pelvis.
Collum Vesica Urinaria. Berbatasan dengan permukaan atas glandula prostata. Difiksasi
oleh ligamentum. puboprostaticus (pria), ligamentum pubovesicale ( wanita).
Lapisan Vesica Urinaria. Mukosa vesica urinaria berlipat-lipat, vesica urinaria terisi penuh
dan lapisan mukosa yang sangat halus membuat lipatan hilang. Trigonum vesica Liutaudi
dibentuk oleh ureter kanan dan kiri (orificium ureteris), bekerja sebagai katup mencegah
urine balik ke ginjal dan orificium urethra interna2 Lapisan otot vesica urinaria terdiri atas 3
lapisan otot yang saling menutupi : M. Detrusor terdapat pada lapisan dalam; dapat
mengeluarkan isi vesica urinaria ; M. Trigonal terdapat dalam segitiga Liutaudi (di fundus
vesica urinaria); Ikut membentuk uvula ; membuka orificium urethra interna; M. sphincter
vesica dapat menahan urin di dalam vesica urinaria
Vaskularisasi dan Sistem Limfatik Vesica Urinaria1
Pendarahan Arteri. Aa. vesicales superior, cabang dari A. umbilicalis bagian proximal
(bagian distal akan menjadi lig. Umbilicalis lateralis) yang memperdarahi fundus dan
beranastomosis dengan A. epigastrica inferior. Aa.vesicales inferior, Untuk bagian caudal dan
lateral permukaan depan vesica urinaria. Juga memperdarahi glandula prostat. A.
vesiculodeferentialis, cabang dari A. iliaca interna dan memperdarahi 1/3 permukaan

posterior vesica urinaria, juga memperdarahi glandula vesiculosa, ductus deferentialis. Pada
wanita, memperdarahi ovarium dan vagina.
Pembuluh Balik (Vena). Plexus venosus vesicales yg. berhubungan dengan plexus venosus
prostaticus menuju V.iliaca interna.
Pembuluh getah bening : Nnll.iliaca interna dan externa.1
Persarafan Vesica Urinaria. Cabang-cabang plexus hypogastricus inferior yaitu: Serabutserabut post ganglioner simpatis gll.para

vertebra L1-2; serabut-serabut preganglioner

parasimpatis N.S2,3,4 melalui N. splancnicus dan plexus hypogastricus inf.mencapai dinding


Vesica urinaria disini terjadi sinapsis dengan serabut-serabut post ganglioner; serabut-serabut
sensoris visceral afferent: N.splancn cus menuju SSP; serabut-serabut afferen mengikuti
srbt.simpatis pada plexus hypogastricus menuju medulla spinalis L1-2.1
Secara mikroskopik kantong air seni merupakan kantong penampung urine dari kedua
belah ginjal Urine ditampung kemudian dibuang secara periodik. Tunika mukosa, memiliki
epithel peralihan (transisional) yang terdiri atas lima sampai sepuluh lapis sel pada yang
kendor, apabila teregang(penuh urine) lapisan nya menjadi tiga atau empat lapis sel. Tunika
muskularis cukup tebal, tersusun oleh lapisan otot longitudinal dan sirkuler(luar), lapis paling
luar sering tersusun secara memanjang, lapisan otot tidak tampak adanya pemisah yang jelas,
sehingga sering tampak saling menjalin. Berkas otot polos di daerah trigonum vesike
membentuk bangunan melingkar, mengelilingi muara ostium urethrae intertinum. Lingkaran
otot itu disebut m.sphinter internus. Lapisan paling luar atau tunika serosa, berupa jaringat
ikat longgar (jaringan areoler), sedikit pembuluh darah dan saraf.6
5. Urethtra
Urethra memiliki fungsi mengalirkan urine dari vesika urinaria ke bagian exterior
tubuh. Urethra wanita lebih pendek dari pada laki-laki yaitu ukuran panjangnya 4 cm
lebarnya 6 mm dan lebih mudah direntangkan karena terdiri dari jaringan elastin, sehingga
lebih mudah memasukan kateter atau cytoscope. Wanita lebih mudah terkena infeksi urethra
atau vesica urinaria karena saluran urethranya pendek. Jalannya urethra dari orifisium urethra
internum posteroinferior menuju distal sampai orifisium urethra externa. Letak urethra
sebelah anterior vagina, proximal urethra sisi kanan dan kirinya terdapat glandulae para
urethrales (homolog glandula prostata pada laki-laki). Urethra feminine diperdarahi oleh a.
pudenda interna dan a. vaginalis. Aliran getah bening urethra feminine menuju ke nnll.

Sacrales dan nnll. Illiaca interna. Persarafannya berasal dari plexus vesicales dan n.
pudendus.1
Secara mikroskopik berupa saluran yang menyalurkan urine dari kantong seni keluar
tubuh. Pada hewan jantan akan mengikuti penis, sedangkan pada hewan betina mengikuti
vestibulum. Uretra pada tunika mukosanya memiliki epitel transisional sampai berlapis
gepeng. Tunika muskularisnya terdapat otot polos. Dan juga terdapat tunika adventisia.
II. Mekanisme Kemih
Sistem kemih terdiri dari organ pembentuk urin-ginjal-dan struktur-struktur yang
membawa urin dari ginjal dan keluar untuk di eliminasi dari tubuh. Ginjal adalah sepasang
organ berbentuk kacang yang terletak di belakang rongga abdomen, satu masing-masing di
sisi kolumna vertebralis, sedikit diatas garis pinggang. Setiap ginjal mendapat satu arteri
renalis dan vena renalis, yag masing-masing masuk dan keluar ginjal di identasi (cekungan)
medial ginjal yang menyebabkan organ ini berbentuk kacang. Ginjal berkerja pada plasma
yang mengalirinya untuk menghasilkan urin, menghemat bahan-bahan yang akan
dipertahankan di dalam tubuh dan mengeluarkan bahan-bahan yang tidak di perlukan melalui
urin.
Tiga proses dasar di ginjal :
1. Filtrasi Glomerulus7
Cairan yang difiltrasi oleh glomerulus ke dalam kapsul Bowman harus melewati
tiga lapisan berikut yang membentuk glomerulus (1) dinding kapiler glomerulus (2)
membrane basal (3) lapisan dalam kapsul Bowman.

Secara kolektif lapisan ini

berfungsi sebagai saringan molekuler yang halus yang menahan sel darah dan protein
plasma tetapi membolehkan H2O dan zat terlarut dengan ukuran molekul kecil untuk
lewat.7
Membrane glomerulus jauh lebih permeabel dari pada kapiler di tempat lain.
Dinding kapiler glomerulus terdiri dari satu lapis sel endotel gepeng. Lapisan
ini permeable terhadap H2O dan zat terlarut daripada kapiler dibagian tubuh
lain. 7
Membrane basal adalah lapisan gelatinosa aselular yang terbentuk dari
kolagen dan gliprotein yang tersisip diantara glomerulus dan kapsul Bowman.
Kolagen menghasilkan kekuatan structural dan glikoprotein menghambat
filtrasi protein plasma yang kecil. Namun, karena bermuatan negative albumin

maka gliprotein menolak albumin dan protein plasma lain yang bermuatan
negative. Karena itu protein plasma hampir tidak terdapat pada filtrate.
Lapisan ini terdiri dari podosit sel berbentuk gurita di dalam glomerulus.
Setiap podosit memiliki food process memanjang dan saling menjalin seperti

jari-jari.
Tekanan darah kapiler glomerulus adalah gaya utama yang menginduksi
filtrasi glomerulus.
GAYA-GAYA YANG BERPERAN DALAM FILTRASI GLOMERULUS.
Table 1. Gaya-gaya yang Berperan dalam Filtrasi Glomerulus 7
Gaya
Efek
Kekuatan (mmHg)
Tekanan darah kapiler
Mendorong filtrasi
55 mmHg
glomerulus
Tekanan osmotic koloid plasma Melawan filtrasi
30 mmHg
Tekanan hidrostatik kapsul
Melawan filtrasi
15 mmHg
Bowman
Tekanan filtrasi netto
Mendorong filtrasi
10 mmHg
(perbedaan antara gaya
mendorong filtrasi dan gaya
melawan filtrasi)
55-(30+15)=10

LAJU FILTRASI GLOMERULUS7


Gaya total yang mendorong laju filtrasi adalah tekanan darah dari kapiler
glomerulus yaitu 55 mmHg. Jumlah dua gaya yang melewati filtrasi adalah 45
mmHg. Perbedaan netto yang mendorong filtrasi (10 mmHg) di sebut tekanan
filtrasi netto. Sifat-sifat membrane glomerulus ini secara kolektif di sebut
sebagai Konsentrasi Filtrasi (Kf) karena itu,

Perubahan pada LFG terutama di sebabkan oleh perubahan tekanan darah


kapiler

LFG
Netto
7

Kf x Tekanan Filtrasi

glomerulus.
Jika tekanan darah menurun, tingkat ketonusan kontrasi arteriol menurun dan
arteriol mengalami dilatasi maksimal. Namun vasodilatasi tidak begitu
mempengaruhi LFG dalam melakukan vasokontriksi karena normalnya
arteriol aferen hampir mengalami relaksasi. Karenanya ketika tekanan darah
turun hingga di bawah 80 mmHg, LFG sedikit menurun. Penurunan ini bisa
menyesuaikan dengan adanya rangsangan dari plasma yang sedikit difiltrasi
sehingga kemungkinan kelebihan cairan yang dibuang bersama urin menurun.

10

Dengan kata lain penurunan LFG membantu tubuh mempertahankan volume

darah.
Mekanisme Autoregulasi7
Autoregulasi adalah suatu mekanisme pengaturan intrinsic yang
dicetuskan oleh ginjal, dimana mekanisme ini mempertahankan aliran darah
kapiler konstan(glomerulus konstan dan GFR stabil) walaupun terjadi
perubahan tekanan arteri. Ginjal melakukannya dengan mengubah-ubah
caliber arteriol aferen , sehingga resistenis terhadap aliran darah melalui
pembuluh ini dapat disesuaikan. Dua mekanisme intrarenal yang berperan
dalam autoregulasi:

Gambar 1. Mekanisme Autoregulasi Miogenik7


a. Mekanisme miogenik, adalah sifat umum dari otot polos vaskuler yang
berkontraksi secara inheren sebagai respons terhadap peregangan yang
menyertai peningkatan tekanan didalam pembuluh. Dengan demikian,
areteriol aferen secara otomatis berkonstriksi sendiri jika teregang karena
tekanan arteri meningkat. Respon ini membantu membatasi aliran darah
kedalam glomerulus ketingkat normal walupun tekanan arteri meningkat.
Sebaliknya arteriol aferen yang tidak teregang

akan secara inheren

melemas, sehingga aliran darah ke dalam glomerulus meningkat walaupun


terjadi penurunan tekanan darah. 7
11

b. Mekanisme umpan balik tubuloglomerulus, dimulai oleh tubulus untuk


membantu setiap nefron mengatur kecepatan filtrasi melalui glomerulus
masing-masing. Yang melibatkan apparatus jukstaglomerulus, yaitu
kombinasi khusus sel-sel tubulus dan vaskuler di daerah nefron tempat
tubulus setelah melengkung terhadap dirinya, berjalan melewati sudut
yang dibentuk oleh arteriol aferen dan eferen sewaktu keduanya menyatu
di glomerulus. Didalam dinding arteriol pada titik kontak dengan tubulus,
sel-sel otot polos secara khusus membentuk sel granuler krn mengandung
banyak granula sekretorik. Sel-sel ini tubulus khusus di daerah ini secara
kolektif disebut sebagai macula densa. Macula densa ini mendeteksi
perubahan kecepatan aliran cairan didalam tubulus yang melewati mereka.
Apabila GFR meningkat akibat peningkatan tekanan arteri , cairan yang di
filtrasi dan mencapai tubulus distal lebih banyak daripada normal . sebagai
respon sel-sel macula densa memicu pengeluaran zat-zat kimia vasoaktif
dari apparatus jukstaglomerulus, yang kemudian menyebabkan konstriksi
arteriol aferen dan menurunkan aliran darah glomerulus serta memulihkan
GFR ke normal. Pada situasi yang berlawanan pada saat sel-sel macula
densa mendeteksi bahwa tingkat aliran cairan melintasi tubulus rendah
kerena penurunan spontan GFR akibat penurunan tekanan arteri, sel-sel ini
menginduksi vasodilatasi arteriol aferen dengan mengubah tingkat sekresi
zat-zat kimia vasoaktif yang relevan. Peningkatan aliran glomerulus
memulihkan GFR ke normal. 7
2. Reabsorbsi tubulus
Semua konstituen plasma kecuali protein di filtrasi oleh glomerulus. Selain zat
sisa dan kelebihan baran yang harus di keluarkan oleh tubuh, cairan filtrasi yang
mengandung nutrient, elektrolit, dan bahan lain yang dibutuhkan oleh tubuh yang
mengalami filtrasi secara terus-menerus akan terserao kembali. Bahan-bahan esensial
yang telah terfiltrasi ini di kembalikan ke tubuh melalui reabsorbsi tubulus, transfer
diskret bahan-bahan dari lumen tubulus kedalam kapiler peritubulus. 7
Reabsorbsi tubulus adalah proses yang luar biasa dan sangat selektif dan
bervariasi.
Tabel 2. Nasib Berbagai Bahan yang Tersaring oleh Ginjal
Bahan
Presentase
rerata Presentase rerata ekskresi
reabsorbsi
bahan bahan yang terfiltrasi
yang terfiltrasi
Air
99
1
12

Natrium
Glukosa
Urea
Fenol (produk sisa)

99,5
100
50
0

0,5
50
100

Reabsorbsi tubulus melibatkan transport transepitel


TAHAP-TAHAP TRANSPORT TRANSEPITEL.
Untuk dapat di reabsorbsi, suatu bahan harus melewati lima sawar terpisah :
(1) Tahap 1 bahan harus meninggalkan cairan tubulus dengan melewati
membrane luminal sel tubulus
(2) Tahap 2 bahan harus melewati sitosol dari suatu sisi sel tubulus ke sisi
lainnya.
(3) Tahap 3 bahan harus melewati membrane basolateral sel tubulus untuk
masuk kecairan intestinum
(4) Tahap 4 bahan harus berdifusi melalui cairan intestinum
(5) Tahap 5 bahan harus menembus dinding kapiler untuk masuk ke plasma
darah.

REABSORSI AKTIF DAN PASIF


-

Pompa Na+ - K+ ATPase aktif di membrane basolateral penting bagi reabsorbsi Na+
Reabsorbsi Natrium bersifat kompleks. Dari energy total yang dikeluarkan oleh ginjal
80% di gunakan untuk transport Na+. Na+ di reabsorbsi di sepanjang tubulus, dari Na +
difiltrasi, 99,5% secara normal di reabsorbsi; dari Na + yang direabsorbsi. Sekitar 67%
yahg direabsorbsi oleh tubulus proksimal, 25% di ansa Henle, dan 8% di tubulus distal
dan koligentes. Peran dari reabsorbsi natrium : 7
a. Reabsorbsi natrium di tubuus proksimal berperan penting dalam reabsorbsi
glukosa, asam amino, H2O, Cl-dan urea
b. Reabsorbsi natrium di pars ascendens ansa Henle bersama Cl - di perlukan

dalam menghemat atau mengeluarkan air.\


Reabsorbsi natrium di tubulus distal dan koligentes bervariasi dan berada di
bawah control hormone.

Reabsorbsi natrium. Pembawa Na+ - K+ ATPase basolateral secara aktif memindahkan


Na+ dari sel tubulus ke dalam cairan interstinum di ruang lateral. Proses ini menciptakan
suatu gradient kosentrasi untuk perpindahan pasif Na + dari lumen ke dalam sel tubulus
dari ruang lateral kedalam kapiler peritubulus, menghasilkan perpindahan netto Na + dari
lumen tubulus kedalam darah, suatu proses yang membutuhkan energy. 7

13

Gambar 2. Reabsorbsi Na+ di Tubulus Distal dan Tubulus Koligen7


Sistem hormone yang terlibat dalam regulasi Na+ dalam sistem reninangiosteninasteron (SRAA). Sel granula apparatus justakglomerulus mengeluarkan suatu hormone
enzimatik, renin, kedalam darah sebagai respon terhadap penurunan NaCl/tekanan darah.
Fungsi ini adalah tambahan terhadap sel peran sel macula densa apparatus
justakglomerulus dalam otoregulasi. Secara spesifik, tiga masukan berikut ke sel granula
meningkatkan sekresi renin. 7

14

Gambar 3. Sistem Renin-Angiostensin-Aldosteron (SRAA)7


Sinyal-sinyal yang terkait selain meningkatkan sekresi renin ini semuanya
menunjukan perlunya meningkatkan volume plasma untuk meningkatkan tekanan arteri
ke normal dalam jangka panjang. Melalui serangkaian proses kompleks yang melibatkan
SRAA, peningkatan sekresi renin menyebabkan peningkatan reabsorbsi Na+ oleh tubulus
distal dan koligentes. Klorida secara pasif mengikuti Na+ menuruni gradient listrik yang
terbentuk oleh perpindahan aktif Na+. Manfaat akhir dari resistensi garam adalah bahwa
resistensi tersebut mendorong resistensi H2O secara osmosis, yang membantu
memulihkan volume plasma sehingga penting dalam konrol jangka panjang tekanan
darah. Setelah dikeluarkan ke dalam darah, renin bekerja sebagai enzim untuk
mengaktidkan angiotensis I. Angiotensinogen adalah suatu protein plasma yang disintesis
oleh hati dan selalu terdapat di dalam plasma dalam konsentrasi yang tinggi. Ketika
melalui sirkulasi paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II oleh angiotensin
converting enzyme (ACE), yang benyak terdapat pada kapiler paru. Angiotensi II adalah
perangsang utama sekresi hormone aldosterone dan korteks adrenal. Korteks adrenal
adalah kelenjar endokrin yang menghasilkan beberapa hormone berbeda yang masingmasing disekresikan. Selain merangsang sekresi hormone aldosterone, angiotensis II
adalah konstriktor poten arteriol sistemin, secara langsung meningkatkan tekanan darah
15

dan meningkatkan resistensi perifer total. Selain itu angiotensis II merangsang rasa haus
dan merangsang vasopresin (hormone yang meingkatkan retensi H2O oleh ginjal),
dimana keduanya ikut berperan dalam menambah volume plasma dan meningkatkan
tekanan arteri. 7
Situasi yang berlawanan terjadi apabila beban Na+, volume cairan ekstraseluler dan
plasma, tekanan arteri diatas normal. Pada keadaan ini , sekresi renin terhambat. Dengan
demikian karena angiosinogen tidak diaktifkan menjadi angiotensis I dan II, maka
aldosteron tidak terangsang. Tanpa aldosterone, tidak terjadi reabsorbsi Na+ yang
dependen aldosterone di tubulus distal. Na+ yang tiak direabsorbsi kemudian keluar
bersama urin. Pengeluaran Na+ ini terus-menerus dapat berlebihan walaupun hanya
sekitar 8% dari Na+ yang bergantung pada aldosterone untuk direabsorbsi, namun
pengeluaran yan terjadi hanya sedikit demi sedikit di sebabkan oleh filtrasi yang terjadi
berkali-kali dalam sehari. 7
Glukosa dan asam amino dipindahkan oleh transport aktif sekunder. Pada proses ini,
pembawa kotransport hanya terdapat pada tubulus proksimal secara simultan
memindahkan Na+dan molekul organic spesifik ke dalam sel. Glukosan dan asam amino
mendapat tumpangan gratis dengan menggunakan energy yang terlah digunakan dalam
reabsorbsi Na+ di dalam lumen. Setelah diangkut ke dalam sel tubulus, glukosa dan asam
amino berdifusi secara pasif menuruni gradient konsentrasi menembus membrane
basolateral untuk masuk kedalam plasma, di permuda oleh pembawan yang tidak
memerlukan energy. 7
Semua bahan di reasorbsi secara aktif berikatan dengan pembawa di membrane plasma
yamg memindahkan menembus membrane melawan gradient konsentrasi. Laju
reabsorbsi maksimal di capai ketika semua pembawa yang spesifik untuk satu bahan
jenuh sehingga pembawa tersebut tidak mengakut yang tambahan. Transport maksimal
ini disebut maksimum tubulus (Tm). Setiap bahan yang melebihi jumlah Tm tidak akan
direabsorbsi dan lolos ke urin kecuali Na+. semua yang bahan yang direabsorbsi secara
aktof memiliki Tm. 7
Kosentrasi glukosa plasma normal adalah 100 mg glukosa/100 ml plasma. Karena
glukosa teriltrasi bebas di glomerulus maka bahan ini melewati kapsul Bowman dengan
kosentrasi sama dengan konsentrasi serta dengan konsentrasi plasma. Karena itu,
terdapat 100 mg glukosa untuk setiap 100 ml plasma yang difiltrasi. Dengan 125 ml
16

plasma yang difiltrasi secara normal setiap menit (LFG = 125ml/mnt), 125 mg glukosa
akan melewati kapsula Bowman dengan filtrat ini setiap menit. 7
Tm untuk glukosa adalah sekitar 375mg/mnt. Pada konsentrasiglukosa normal
100mg/100ml, 125 mg glukosa yang tersaring per menit dapat cepat direabsorbsi oleh
mekanisme pengangkut glukosa karena jumlah yang difiltrasi ini jauh di bawah Tm
untuk glukosa. Karena itu, biasanya tidak ada glukosa yang ditemukan di urin.
Konsentrasi plasma dimana Tm suatu bahan tercapai dan bahan mulai muncul di urin
disebut ambang ginjal. Ambang ginjal untuk glukosa adalah 300mg/ml. Tm rerata
375mg/mnt, LFG 125 mg/mnt. Diatas Tm, reabsorbsi akan tetap pada laju maksimalnya
dan setiap peningkatan lebih lanjut jumlah yang difiltrasi akan menyebabkan
perbandingan sebanding jumlah bahan yang difiltrasi akan menyebabkan peningkatan
sebanding dengan jumlah yang diekskresikan.7
-

Reabsorbsi aktif Na+ menyebabkan reabsorbsi pasif Cl, H2O dan Urea.
Reabsorpsi CL, H2O, Urea. Reabsorpsi aktif Na menyebabkan reabsorpsi pasif Cl,
H2O, dan urea. Air 80% direabsorpsi secara obligatorik di tubulus proximal dan
lengkung henle dan sisanya 20% direabsorpsi secara variasi di tubulus distal di bawah
pengaruh hormone vasopressin. Gaya yang mendorong reabsorpsi H2O di tubulus
proximal adalah kompartmen hipertonisitas di ruang lateral antara sel-sel tubulus yang
diciptakan oleh pengeluaran aktif Na. Sedangkan 50% urea yang difiltrasi akan secara
pasif direabsorpsi di tubulus proximal oleh karena permeable teradap urea7,8

Counter-current7
Peningkatan osmolalitas menebabkan air berdifusi keluar dari bagian
descendens, dan sejumlah Na+ dan Cl- berdifusi ke dalam, sehingga cairan tubulus
menjadi pekat. Begitu cairan yang pekat ini mengalir turun, cairan berjalan ke arah
yang berlawanan dengan cairan yang kembali dari regio dengan osmolalitas yang
masih lebih tinggi di medulla bagian dalam. Pengaturan counter-current ini
menciptakan gradien osmotik, yang menyebabkan Na+ dan Cl- berdifusi keluar dari
bagian ascendens (menurunkan konsentrasi cairan ascendens), dan air berdifusi
keluar dari bagian descendens (meningkatkan konsentrasi cairan descendens). Efek
ini diperkuat oleh fakta bahwa bagian ascendens tidak permeabel terhadap air,
tetapi sangat permeabel terhadap Na+ dan Cl-, dan juga dengan daur ulang ureum di
17

antara duktus kolektivus dan bagian ascendens, sehingga merupakan kontribusi


penting untuk konsentrasi urin. Pada ujung ansa Henle, cairan interstitial dapat
mencapai osmolalitas sebesar ~1400 mosmol/kgH2O, karena bagian NaCl dan
ureum sama. Pasokan darah ke medulla dicegah agar tidak menghilangkan gradien
osmotik antara korteks dan medulla oleh pengaturan counter-current exchanger
pada kapiler vasa rekta. Vasa rekta juga mengeluarkan air yang direabsorpsi dari
ansa Henle dan duktus kolektivus medulla. O2 dan CO2 juga dipertahankan,

sehingga, pada medulla bagian dalam, PO2 rendah dan PCO2 tinggi.
Mekanisme Kerja Vasopresin

Gambar 4. Mekanisme Kerja Vasopresin7


1. Vasopresin dalam darah berikatan dengan reseptornya di membran basolateral
sel tubulus distal dan kolingentes.
2. Pengikatan ini mengaktifkan sistem pembawaan pesan kedua AMP sikilik ke
dalam sel.
3. AMP siklik meningkatkan permeabilitas membran luminal terhadap H 2O
dengan mendorong insersi saluran-saluran di membran ini. Membran ini
impermeable terhadap air jika tidak terdapat vasopresin.
4. Air masuk ke sel tubulus dari lumen tubulus melalui saluran air yang disisipkan
tersebut dan kemudian masuk ke darah, dengan cara ini direabsorbsi. Air keluar
dari sel melalui saluran air yang berbeda secara permanen terhadap di membran
basolateral.
3. Sekresi tubulus
18

Proses ginjal ketiga, sekresi tubulus, adalah pemindahan selektif bahan-bahan dari kapiler
peritubulus ke dalam lumen tubulus. Proses ini merupakan rute kedua bagi masuknya bahanbahan ke dalam tubulus ginjal dari darah, sedangkan yang pertama adalah melalui filtrasi
glomerulus. Hanya sekitar 20% dari plasma yang mengalir melalui kapiler glomerulus
difiltrasi kedalam kapsul Bowman sisanya 80% mengalir melalui arteriol aferen kedalam
kapiler peritubulus. Sekresi tubulus merupakan mekanisme untuk mengeluarkan bahan dari
plasma secara cepat untuk mengekstrasi sejumlah tertentu bahan dari 80% plasma yang tidak
terfiltrasi di kapiler peritubulus dan memindahkannya ke bahan yang sudah adadi tubulus
sebagai hasil filtrasi. 7
III. Pengaturan Keseimbangan Air dan Metabolisme Air.
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 (dua) parameter penting, yaitu:
volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. 9
-

Pengaturan volume cairan ekstrasel 9


Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri
dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan ekstrasel
dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume
plasma. Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan
darah jangka panjang.
Pengaturan volume cairan ekstrasel dapat dilakukan : 9
1. Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake & output) air. Untuk
mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada
keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. Hal ini
terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh
dengan lingkungan luarnya. Water turnover dibagi dalam:

External fluid

exchange, pertukaran antara tubuh dengan lingkungan luar ; Pemasukan air


melalui makanan dan minuman 2200 ml air di tambah metabolisme/oksidasi 300
ml menjadi 2500 ml, dan pengeluaran air melalui insensible loss (paru-paru dan
kulit) 900 ml, urin 1500 ml dan feses 100 ml menjadi 2500 ml
Internal fluid exchange, pertukaran cairan antar pelbagai kompartmen, seperti
proses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal. 7
2. Memperhatikan keseimbangan garam. Seperti halnya keseimbangan air,
keseimbangan garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama
dengan keluarannya. Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah
memperhatikan jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan
kebutuhannya. Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya

19

dan cenderung lebih dari kebutuhan.Kelebihan garam yang dikonsumsi harus


diekskresikan dalam urin untuk mempertahankan keseimbangan garam.
Ginjal mengontrol jumlah garam yang diekskresi dengan cara: 9
1. Mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju
Filtrasi Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate(GFR).
2. Mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal
-

Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel9


Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan melalui: 9
a. Perubahan osmolaritas di nefron
Glomerulus menghasilkan cairan yang isosmotik di tubulus proksimal ( 300
mOsm). Dinding tubulus ansa Henle pars desending sangat permeable terhadap
air, sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular atau vasa
recta. Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi hiperosmotik.
Dinding tubulus ansa henle pars asenden tidak permeable terhadap air dan secara
aktif memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan reabsorbsi garam
tanpa osmosis air. Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus
koligen menjadi hipoosmotik. Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus
koligen bervariasi bergantung pada ada tidaknya vasopresin (ADH). Sehingga urin
yang dibentuk di duktus koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan
ureter juga bergantung pada ada tidaknya vasopresin/ ADH.
b. Mekanisme haus dan peranan vasopresin (anti diuretic hormone/ ADH)
Peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (> 280 mOsm) akan merangsang
osmoreseptor di hypothalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron
hypothalamus yang menyintesis vasopressin. Vasopresin akan dilepaskan oleh
hipofisis posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di
duktus koligen. Ikatan vasopressin dengan resptornya di duktus koligen memicu
terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membrane bagian apeks duktus koligen.
Pembentukan aquaporin ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa
recta. Hal ini menyebabkan urin yang terbentuk di duktus koligen menjadi sedikit
dan hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap dapat
dipertahankan.

VI.

Keseimbangan Asam Basa oleh Ginjal

20

Ginjal berperan penting dalam mempertahankan keseimbangan asam basa dalam


tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan ini dengan mengekskresikan urine yang asam atau
basa. Pengeluaran urine asam akan mengurangi jumlah asam dalam cairan ekstrasel,
sedangkan pengeluaran urin basa berarti menghilangkan basa dari cairan ekstrasel. Sejumlah
besar HCO3- (bikarbonat) difiltrasi secara terus menerus ke dalam tubulus, dan bila
bikarbonat ini diekskresikan ke dalam urine akan menghilangkan basa dari darah. Sejumlah
besar H+ juga disekresikan ke dalam lumen tubulus oleh sel epitel tubulus sehingga
menghilangkan asam dari darah. Bila lebih banyak H+ yang disekresikan daripada bikarbonat
yang difiltrasi, akan terjadi kehilangan asam dari cairan ekstrasel. Sebaliknya, bila lebih
banyak bikarbonat yang difiltrasi daripada H+ yang disekresikan, akan terjadi kehilangan
basa.10,11
Reabsorbsi bikarbonat terjadi secara aktif di tubulus proksimal dan dengan tingkat
yang lebih rendah di duktus pengumpul. Reabsorbsi berlangsung sewaktu sebuah molekul air
terurai di sel tubulus proksimal menjadi sebuah H+ dan sebuah molekul hidroksil (OH-).
H+ secara aktif disekresikan ke dalam lumen tubulus dan bergabung dengan molekul
bikarbonat yang telah difiltrasi di glomerulus. Hidrogen ditambah bikarbonat akan
menghasilkan asam karbonat (H2CO3) yang dikatalisis oleh enzim karbonat anhidrase,
terurai menjadi karbon dioksida dan air. Keduanya berdifusi kembali ke dalam sel tubulus
proksimal untuk digunakan kembali sewaktu siklus tersebut berulang. Melalui proses ini,
bikarbonat yang telah difiltrasi disimpan dan tidak jadi diekskresikan melalui urine.10
Ginjal mensekresikan dan mengekskresikan H+ ke dalam urine sehingga ginjal dapat
membersihkan darah dari asam-asam yang tidak mudah menguap yang diproduksi secara
metabolik. H+yang dihasilkan di sel tubulus proksimal dari penguraian air berpindah ke
lumen tubulus dan berikatan dengan ion-ion fosfat yang difiltrasi dan keluar melalui urine.
Efek ekskresi hidrogen yang terikat ke fosfat tidak hanya menyebabkan pengeluaran asam
melalui urine, tetapi juga menambahkan netto bikarbonat. Hal ini terjadi karena ion
bikarbonat tetap diproduksi di tubulus proksimal sewaktu karbon dioksida berikatan dengan
OH-. Bikarbonat ini dikembalikan ke plasma.10
Mekanisme lainnya yang digunakan oleh ginjal untuk mengekskresikan asam adalah
dengen sekresi aktif ion amonium (NH4+) ke dalam cairan tubulus. Ion amonium dihasilkan
oleh sel tubulus proksimal sebagai hasil metabolisme glutamin. Glutamin masuk ke dalam sel
dari kapiler peritubulus dan lumen tubulus setelah difiltrasi di glomerulus. Setelah berada di
21

dalam tubulus, ion amonium tidak dapat kembali ke dalam sel-sel tubulus proksimal
sehinggal diekskresikan melalui urine. Bikarbonat yang dihasilkan dari metabolisme glutamin
berdifusi kembali ke dalam kapiler peritubulus sehinggal mengembalikan basa ke darah.
Akhirnya, sejumlah kecil ion hidrogen diekskresikan secara bebas dalam urine menyebabkan
urine normal memiliki pH asam.10
Kesimpulan
Ginjal bersama organ tambahan lainnya bekerja sama melalui serangkaian proses
dasar yaitu filtrasi glomerulus, reabsorbsi tubulus dan sekresi untuk mempertahankan
keseimbangan cairan tubuh.
Berdasarkan kasus yang menjadi pokok pembahasan, seorang perempuan yang tela
mengikuti upacara di bawah terik matahari itu mengalami dehidrasi yang hebat sehingga
tubuh sudah tidak dapat mengkompensasi sehingga menyebabkan perempuan tersebut
mengalami kehilangan kesadaran. Hal ini disebabkan oleh pemasukan air dan pengeluaran air
yang tidak seimbang, hal ini juga menyebabkan ginjal sebagai pusat pengontrol yang
seharusnya mencegah keseimbangan tersebut melalui aoturegulasi, mekanismesistem RAA
dan Vasopresin tidak dapat mengatasi atau menanggulangi ke adaan dehidrasi tersebut.

Daftar Pustaka
1. K. Inggriani. Buku ajar traktus urogenital. Ed 2. Jakarta : Bagian Anatomi Fakultas
Kedokteran Ukrida, 2012 ; hal. 2-48
2. Eroschenko, Victor P. Atlas histologi di fiore dengan korelasi fungsional. Edisi 9.
Jakarta: EGC;2003.h.251-61.
3. Gartner LP, Hiatt JL. Buku ajar berwarna histologi. Ed 3. Singapora : Sauders
Elsaiver, 2007; hal. 443.
4. Snell RS. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi ke-6. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2006 hal. 268-90.
5. Gartner LP, Hiatt JL. Buku ajar berwarna histologi. Ed 3. Singapora : Sauders
Elsaiver, 2007; hal. 190-266.
6. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar. Ed. 6. Jakrta: EGC; 2007. h. 369-87
7. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed 6. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2012: hal 553-602.
8. R Rutz, Atlas Anatomi Manusia. Edisi 22. Jakarta:Penerbit : EGC;2008.h.178-184
22

9. SIlverthorn, D.U. (2004). Human physiology: An integrated approach. 3rd ed. San
Francisco: Pearson Education.
10. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed 11. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2007.h.307-440
11. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Ed 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2009.h.199-254.

23

You might also like