Professional Documents
Culture Documents
Retinopati Diabetik
Pembimbing :
KEPANITERAAN KLINIK
STASE ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Retinopati diabetic merupakan penyebab kebutaan paling sering ditemukan pada
usia dewasa, dimana pasien diabetes memiliki risiko 25 kali lebih mudah mengalami
kebuataan disbanding nondiabetes. Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok
penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes
berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa
organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah.Diabetes
mellitus dapat menyebabkan perubahan pada sebagian besar jaringan okuler.Perubahan
ini meliputi kelainan pada kornea, glaukoma, palsi otot ekstraokuler, neuropati saraf
optik dan retinopati.Diantara perubahan-perubahan yang terjadi pada struktur okuler ini
yang paling sering menyebabkan komplikasi kebutaan yaitu retinopati diabetik.Hampir
100% pasien diabetes tipe 1 dan lebih dari 60% pasien diabetes tipe 2 berkembang
menjadi retinopati diabetik selama dua decade pertama dari diabetes.Berbagai usaha
telah dilakukan untuk mencegah atau menunda onset terjadinya kompilkasi kehilangan
penglihatan pada pasien retinopati diabetik. Kontrol gula darah dan tekanan darah
sebagaimana yang ditetapkan oleh Diabetes Control and Complications Trial (DCCT)
dan Early Treatment DiabeticRetinopathy Study (ETDRS) dapat mencegah insidens
maupun progresifitas dari retinopati diabetik.(1,2)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi
Mata adalah organ penglihatan yang terletak dalam rongga orbita dengan struktur
sferis dengan diameter 2,5 cm berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Dari luar
ke dalam, lapisanlapisan tersebut adalah : (1) sklera/kornea, (2) koroid/badan
siliaris/iris, dan (3) retina. Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan ikat yang protektif
dan kuat di sebelah luar, sklera, yang membentuk bagian putih mata. Di anterior (ke arah
depan), lapisan luar terdiri atas kornea transparan tempat lewatnya berkasberkas
cahaya ke interior mata. Lapisan tengah dibawah sklera adalah koroid yang sangat
berpigmen dan mengandung pembuluh-pembuluh darah untuk memberi makan
retina.Lapisan paling dalam dibawah koroid adalah retina, yang terdiri atas lapisan yang
sangat berpigmen di sebelah luar dan sebuah lapisan syaraf di dalam.Retina
mengandung sel batang dan sel kerucut, fotoreseptor yang mengubah energi cahaya
menjadi impuls saraf.
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan, dan multilapis
yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata. Retina
membentang ke depan hampir sama jauhnya dengan korpus siliare, dan berakhir di tepi
ora serata. 4
Retina dibentuk dari lapisan neuroektoderma sewaktu proses embriologi. Retina
berasal dari divertikulum otak bagian depan (proencephalon). Pertama-tama vesikel
optic terbentuk kemudian berinvaginasi membentuk struktur mangkuk berdinding
ganda, yang disebut optic cup. Dalam perkembangannya, dinding luar akan membentuk
epitel pigmen sementara dinding dalam akan membentuk sembilan lapisan retina
lainnya. Retina akan terus melekat dengan proencephalon sepanjang kehidupan melalui
suatu struktur yang disebut traktus retinohipotalamikus.6,7
Gambar 3 : Foto Fundus: Retina Normal. Makula lutea terletak 3-4 mm kea rah
temporal dan sedikit dibawah disk optik, Diameter vena 1,5 kali lebih besar dari arteri.
(Dikutip dari kepustakaan 7)
Vaskularisasi Retina
Retina menerima darah dari dua sumber, yaitu arteri retina sentralis yang merupakan
cabang dari arteri oftalmika dan khoriokapilari yang berada tepat di luar membrana
Bruch.Arteri retina sentralis memvaskularisasi dua per tiga sebelah dalam dari lapisan
retina (membran limitans interna sampai lapisan inti dalam), sedangkan sepertiga bagian
luar dari lapisan retina (lapisan plexiform luar sampai epitel pigmen retina) mendapat
nutrisi dari pembuluh darah di koroid.Arteri retina sentralis masuk ke retina melalui
nervus optik dan bercabang-cabang pada permukaan dalam retina. Cabang-cabang dari
arteri ini merupakan arteri terminalis tanpa anastomose. Lapisan retina bagian luar tidak
mengandung pembuluh-pembuluh kapiler sehingga nutrisinya diperoleh melalui difusi
yang secara primer berasal dari lapisan yang kaya pembuluh darah pada koroid.6,7
Pembuluh darah retina memiliki lapisan endotel yang tidak berlubang, membentuk
sawar darah retina.Lapisan endotel pembuluh koroid dapat ditembus.Sawar darah retina
sebelah luar terletak setinggi lapisan epitel pigmen retina.Fovea sentralis merupakan
daerah avaskuler dan sepenuhnya tergantung pada difusi sirkulasi koroid untuk
nutrisinya. Jika retina mengalami ablasi sampai mengenai fovea maka akan terjadi
kerusakan yang irreversibel.6,7
Innervasi Retina
Neurosensoris pada retina tidak memberikan suplai sensibel.Kelainan-kelainan yang
terjadi pada retina tidak menimbulkan nyeri akibat tidak adanya saraf sensoris pada
retina.Untuk melihat fungsi retina maka dilakukan pemeriksaan subyektif retina seperti :
tajam penglihatan, penglihatan warna, dan lapangan pandang. Pemeriksaan obyektif
adalah elektroretinogram (ERG), elektro-okulogram (EOG), dan visual evoked respons
(VER).Salah satu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keutuhan retina adalah
pemeriksaan funduskopi.6,7
Definisi
Retinopati diabetik adalah kelainan retina (retinopati) yang ditemukan pada
penderita diabetes melitus. Retinopati ini tidak disebabkan oleh proses radang.
Retinopati akibat diabetes melitus lama berupa aneurisma, melebarnya vena, pedarahan
dan eksudat lemak.Kelainan patologik yang paling dini adalah penebalan membrane
basal endotel kapiler dan penurunan jumlah perisit.4
Epidemiologi
Diabetes adalah penyakit yang umum terjadi pada negara maju dan menjadi masalah
terbesar di seluruh dunia. Insidens diabetes telah meningkat secara dramatis pada dekade
terakhir ini dan diperkirakan akan meningkat duakali lipat pada dekade berikutnya.
Meningkatnya prevalensi diabetes, mengakibatkan meningkat pula komplikasi jangka
panjang dari diabetes seperti retinopati, nefropati, dan neuropati, yang mempunyai
dampak
besar
terhadap
Penglihatan normal.
Eksudat dan perdarahan dalam area macula, dan/atau bukti edema
retina, dan/atau bukti iskemia retina. Penglihatan mungkin
Praproliferatif
Proliferatif
Lanjut
penglihatan.
Early Treatment Diabetik Retinopathy Study Research Group (ETDRS) membagi
retinopati diabetik atas nonproliferatif dan proliferatif.Retinopati diabetik digolongkan
ke dalam retinopati diabetik non proliferatif (RDNP) apabila hanya ditemukan
beratnya retinopati antara lain : 1) adhesi platelet yang meningkat, 2) agregasi eritrosit
yang meningkat, 3) abnormalitas lipid serum, 4) fibrinolisis yang tidak sempurna, 4)
abnormalitas serum dan viskositas darah.
Retina merupakan suatu struktur berlapis ganda dari fotoreseptor dan sel
saraf.Kesehatan dan aktivitas metabolisme retina sangat tergantung pada jaringan
kapiler retina.Kapiler retina membentuk jaringan yang menyebar ke seluruh permukaan
retina kecuali suatu daerah yang disebut fovea.Kelainan dasar dari berbagai bentuk
retinopati diabetik terletak pada kapiler retina tersebut.Dinding kapiler retina terdiri dari
tiga lapisan dari luar ke dalam yaitu sel perisit, membrana basalis dan sel endotel.Sel
perisit dan sel endotel dihubungkan oleh pori yang terdapat pada membrana sel yang
terletak diantara keduanya. Dalam keadaan normal, perbandingan jumlah sel perisit dan
sel endotel retina adalah 1:1 sedangkan pada kapiler perifer yang lain perbandingan
tersebut mencapai 20:1. Sel perisit berfungsi mempertahankan struktur kapiler,
mengatur kontraktilitas, membantu mempertahankan fungsi barrier dan transportasi
kapiler serta mengendalikan proliferasi endotel.Membran basalis berfungsi sebagai
barrier dengan mempertahankan permeabilitas kapiler agar tidak terjadi kebocoran. Sel
endotel saling berikatan erat satu sama lain dan bersama-sama dengan matriks ekstrasel
dari membran basalis membentuk barrier yang bersifat selektif terhadap beberapa jenis
protein dan molekul kecil termasuk bahan kontras flouresensi yang digunakan untuk
diagnosis penyakit kapiler retina.1
Perubahan histopatologis kapiler retina pada retinopati diabetik dimulai dari
penebalan membrane basalis, hilangnya perisit dan proliferasi endotel, dimana pada
keadaan lanjut, perbandingan antara sel endotel dan sel perisit mencapai 10:1.
Patofisiologi retinopati diabetik melibatkan lima proses dasar yang terjadi di tingkat
kapiler yaitu (1) pembentukkan mikroaneurisma, (2) peningkatan permeabilitas
pembuluh darah, (3) penyumbatan pembuluh darah, (4) proliferasi pembuluh darah baru
(neovascular) dan jaringan fibrosa di retina, (5) kontraksi dari jaringan fibrous kapiler
dan jaringan vitreus. Penyumbatan dan hilangnya perfusi menyebabkan iskemia retina
sedangkan kebocoran dapat terjadi pada semua komponen darah.1,6
Jalur Poliol
Hiperglikemik yang berlangsung lama akan menyebabkan produksi berlebihan
serta akumulasi dari poliol, yaitu suatu senyawa gula dan alkohol, dalam
jaringan termasuk di lensa dan saraf optik. Salah satu sifat dari senyawa poliol
adalah tidak dapat melewati membrane basalis sehingga akan tertimbun dalam
jumlah yang banyak dalam sel. Senyawa poliol menyebabkan peningkatan
tekanan osmotik sel dan menimbulkan gangguan morfologi maupun fungsional
sel.(1,2)
Glikasi Nonenzimatik
Glikasi non enzimatik terhadap protein dan asam deoksiribonukleat (DNA) yang
terjadi selama hiperglikemia dapat menghambat aktivitas enzim dan keutuhan
DNA. Protein yang terglikosilasi membentuk radikal bebas dan akan
Cara Kerja
Meningkatkan
produksi
Terapi
sorbitol, Aldose reduktase
Inflamasi
Protein Kinase C
edema macula.
Mengaktifkan VEGF, diaktifkan oleh Inhibitor terhadap
Mekanisme
Nitrit Oxide
Synthase
Menghambat
meningkatkan VEGF.
Menyebabkan hambatan terhadap jalur Belum ada
ekspresi gen
Apoptosis sel perisit
metabolisme sel.
Penurunan aliran
meningkatkan hipoksia.
kapiler retina
VEGF
Meningkat
menimbulkan
pada
darah
ke
hipoksia
kebocoran
retina, Fotokoagulasi
edema panretinal
makula, neovaskular.
Menghambat neovaskularisasi, menurun Induksi produksi
PEDF
GH dan IGF-I
pada hiperglikemia.
Merangsang neovaskularisasi.
PEDF
Hipofisektomi,
GH-receptor
blocker, ocreotide
PKC= protein kinase C; VEGF= vascular endothel growth factor; DAG= diacylglycerol; ROS=
reactive oxygen species; AGE= advanced glycation end-product; PEDF= pigment-epithelium-derived
factor; GF= growth factor; IGF-I= insulin-like growth factor I.1
area non perfusi yang luas dan kebocoran darah atau plasma melalui endotel yang
rusak.Ciri khas dari stadium ini adalah cotton wool spot.Efek dari hipoksia retina yaitu
arteriovenous shunt.A-V shunt berkaitan dengan oklusi kapiler dari arterioles dan
venules. Inilah yang disebut dengan Intraretinal microvascular abnormalities
(IRMA).Selain itu, dapat ditemukan dot hemorrhage dan vena yang seperti manikmanik.10
(PDR) serta iris (rubeosis iridis).Neovaskularisasi dapat terjadi pada diskus (NVD) atau
dimana saja (NVE).10
Retinopati diabetik biasanya asimtomatis untuk jangka waktu yang lama. Hanya
pada stadium akhir dengan adanya keterlibatan macular atau hemorrhages vitreus maka
pasien akan menderita kegagalan visual dan buta mendadak. Gejala klinis retinopati
diabetik proliferatif dibedakan menjadi dua yaitu gejala subjektif dan gejala
obyektif.1,2,11
-
Kesulitan membaca
Penglihatan kabur disebabkan karena edema macula
Penglihatan ganda
Penglihatan tiba-tiba menurun pada satu mata
Melihat lingkaran-lingkaran cahaya jika telah terjadi perdarahan vitreus
Melihat bintik gelap & cahaya kelap-kelip
Soft exudate yang sering disebut cotton wool patches merupakan iskemia retina.
Pada pemeriksaan oftalmoskopi akan terlihat bercak berwarna kuning bersifat
difus dan berwarna putih. Biasanya terletak dibagian tepi daerah nonirigasi dan
dihubungkan dengan iskemia retina.
PDR
Mikroaneurisma (+)
Perdarahan intraretina (+)
Hard eksudat (+)
Oedem retina(+)
Cotton Wool Spots (+)
IRMA (+)
Neovaskularisasi (-)
Perdarahan Vitreous (-)
Pelepasan retina secara traksi (-)
Mikroaneurisma (+)
Perdarahan intraretina (+)
Hard eksudat (+)
Oedem retina (+)
Cotton Wool Spots (+)
IRMA(+)
Neovaskularisasi (+)
Perdarahan Vitreous (+)
Pelepasan retina secara traksi (+)
Diagnosis
Retinopati
diabetik
dan
berbagai
stadiumnya
didiagnosis
berdasarkan
Penderita diabetes melitus tipe I retinopati jarang timbul hingga lima tahun setelah
diagnosis. Sedangkan pada sebagian besar penderita diabetes melitus tipe II telah
menderita retinopati saat didiagnosis diabetes pertama kali.Pasien- pasien ini harus
melakukan pemeriksaan mata saat diagnosis ditegakkan.Pasien wanita sangat beresiko
perburukan retinopati diabetik selama kehamilan. Pemeriksaan secara umum
direkomendasikan pada pasien hamil pada semester pertama dan selanjutnya tergantung
kebijakan ahli matanya. 9
DM/kehamila
kali
n
0-30 tahun
>31 tahun
Hamil
Setiap tahun
Setiap tahun
Setiap 3 bulan atau sesuai
penelitian yang dilakukan United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS) pada
penderita DM Tipe II dengan terapi intensif menunjukkan bahwa setiap penurunan
HbA1c sebesar 1% akan diikuti dengan penurunan resiko komplikasi mikrovaskular
sebesar 35%. Hasil penelitian DCCT dan UKPDS tersebut memperihatkan bahwa
meskipun kontrol glukosa darah secara intensif tidak dapat mencegah terjadinya
retinopati diabetik secara sempurna, namun dapat mengurangi resiko timbulnya
retinopati diabetik dan memburuknya retinopati diabetikyang sudah ada.Secara klinik,
kontrol glukosa darah yang baik dapat melindungi visus dan mengurangi resiko
kemungkinan menjalani terapi fotokoagulasi dengan sinar laser. UKPDS menunjukkan
bahwa control hipertensi juga menguntungkan mengurangi progresi dari retinopati dan
kehilangan penglihatan. 1,3,9
3. Fotokoagulasi1,2,10,11
mengalami ablasio retina, perdarahan vitreus setelah fotokoagulasi, RDP berat, dan
perdarahan vitreus yang tidak mengalami perbaikan.1,2,8
Gambar 22 : Vitrektomi
(DIkutip dari kepustakaan 10)
Diabetic Retinopathy Vitrectomy Study (DVRS) melakukan clinical trial pada pasien
dengan dengan diabetik retinopati proliferatif berat. DRVS mengevaluasi keuntungan
pada vitrektomi yang cepat (1-6 bulan setelah perdarahn vitreus) dengan yang terlambat
( setalah 1 tahun) dengan perdarahan vitreous berat dan kehilangan penglihatan
(<5/200). Pasien dengan diabetes tipe 1 secara jelas menunjukan keuntungan vitrektomi
awal, tetapi tidak pada tipe 2.DRSV juga menunjukkan keuntungan vitrektomi awal
dibandingkan dengan managemen konvensional pada mata dengan retinopati diabetik
proliferatif yang sangat berat.9
Komplikasi1,12,10,11
1. Rubeosis iridis progresif
percabangan
kecil,
selanjutnya
tumbuh
dan
membentuk
membrane
fibrovaskular pada permukaan iris secara radial sampai ke sudut, meluas dari akar iris
melewati ciliary body dan sclera spur mencapai jaring trabekula sehingga menghambat
pembuangan aquous dengan akibat intra ocular presure meningkat dan keadaan sudut
masih terbuka.Suatu saat membrane fibrovaskular ini konstraksi menarik iris perifer
sehingga terjadi sinekia anterior perifer (PAS) sehingga sudut bilik mata depan tertutup
dan tekanan intra okuler meningkat sangat tinggi sehingga timbul reaksi radang intra
okuler.Sepertiga pasien dengan rubeosis iridis terdapat pada penderita retinopati
diabetika. Frekuensi timbulnya rubeosis pada pasien retinopati diabetika dipengaruhi
oleh adanya tindakan bedah. Insiden terjadinya rubeosis iridis dilaporkan sekitar 25-42
% setelah tindakan vitrektomi, sedangkan timbulnya glaukoma neovaskuler sekitar 1023% yang terjadi 6 bulan pertama setelah dilakukan operasi.
2. Glaukoma neovaskular
Glaukoma neovaskuler adalah glaukoma sudut tertutup sekunder yang terjadi akibat
pertumbuhan jaringan fibrovaskuler pada permukaan iris dan jaringan anyaman
trabekula yang menimbulkan gangguan aliran aquous dan dapat meningkatkan tekanan
intra okuler. Nama lain dari glaukoma neovaskular ini adalah glaukoma hemoragik,
glaukoma kongestif, glaukoma trombotik dan glaukoma rubeotik. Etiologi biasanya
berhubugan dengan neovaskular pada iris (rubeosis iridis). Neovaskularisasi pada iris
(rubeosis iridis) merupakan suatu respon terhadap adanya hipoksia dan iskemia retina
akibat berbagai penyakit, baik pada mata maupun di luar mata yang paling sering adalah
retinopati diabetik. Neovaskularisasi iris pada awalnya terjadi pada tepi pupil sebagai
percabangan kecil, selanjutnya tumbuh dan membentuk membrane fibrovaskuler pada
permukaan iris secara radial sampai ke sudut, meluas dari akar iris melewati ciliary body
dan sclera spur mencapai jaring trabekula sehingga menghambat pembuangan akuos
dengan akibat Intra Ocular Presure meningkat dan keadaan sudut masih terbuka.
3. Perdarahan vitreus rekuren
DAFTAR PUSTAKA
1. Pandelaki K. Retinopati Diabetik. Sudoyo AW, Setyiohadi B, Alwi I, Simadibrata KM,
Setiati S, editors. Retinopati Diabetik. Dalam : Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi
IV. Jakarta: Penerbit Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2007. p.1857, 1889-1893.
2. Zing-Ma J, Sarah X-hang. Endogenous Angiogenic Inhibitors in Diabetic Retinopathy.
In: Ocular Angiogenesis Disease. Mew Jersey : Humana Press ; 2006. p 23-35.
3. Rema M, dan R. Pradeepa. Diabetic retinopathy: An Indian perspective. Madras
Diabetes Research Foundation &Dr Mohans Diabetes Specialities Centre, Chennai,
India. Indian J Med Res 125; March 2007. p 297-310.
4. Vaughan D. Oftalmologiumum: Retina dan tumor intraocular. Edisi 14. Jakarta
:WidyaMedika; 2000. p. 13-4, 211-17.
5. Netter FH, Atlas of Neuroanatomy and Neurophysiology, 2002, Comtan: U.S.A. P. 82
6. Joussen A.M. Retinal Vascular Diseease. New York: Springer; 2007. p. 3-5, 66-70,
129-132, ,228-31, 309, 291-331
7. Lang G. Ophtalmology a Short Textbook : Vascular Disorder. New York :Thieme;
2000. p. 299-301, 314-18.
8. Mitchell P.Guidelines for the Management of Diabetic Retinopathy : Diabetic
Retinopathy. Australia : National Health and Medical Research Council ; 2008. p 2631,44-47,96-104.
9. Weiss J. Retina and Vitreous : Retinal Vascular Disease. Section 12 Chapter
5.Singapore: American Academy of Ophtalmology; 2008. p 107-128
10.
Kanski J. Retinal Vascular Disease. In :Clinical Ophthalmology.
London:Butterworth-Heinemann;2003. p.439-54,468-70.
11.
Bhavsar A. Proliferative Retinopathy diabetic .Publish [ Oct06,2009 ] Cited
on[
August
27,
2011]
available
from
URL:
http://emedicine.medscape.com/article/1225122-print.
12.
WHO. Prevention of Blindness from Diabetes Mellitus. Switzerland : WHO
Library Publication Data; 2005. p 8-14.
13. Wong TY, Mitchell P, editors. Current concept hypertensive retinopathy. The New
England Journal of Medicine 2004 351:2310-7 [Online]. 2004 Nov 25 [cited
2011August
27]:
[8
screens].
URL:http://www.nejm.org/cgi/reprint/351/22/2310.pdf
Available
from: