You are on page 1of 14

Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada

Volume 11 No.1 Februari 2014

PENGALAMAN PEMBERIAN INFORMED CONCENT TINDAKAN PEMBEDAHAN


PADA PASIEN PRE OPERATIF ELEKTIF DI RUANG IIIA
RSU KOTA TASIKMALAYA
Ridwan Kustiawan, Enggar Lesharini
Abstrak
Penelitian ini membahas tentang pengalaman pemberian informed concent tindakan
pembedahan pada pasien pre operatif elektif di Ruang IIIA RSU Kota Tasikmalaya.
Penelitian ini merupakan studi fenomenologi deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Pemilihan narasumber dalam penelitian ini adalah menggunakan tehnik purposive untuk
pasien dan incidental untuk perawat. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan
trianggulasi. Hasil penelitian adalah mengungkapkan pengalaman pemberian informed
concent tindakan pembedahan pada pasien pre operatif elektif yang terdiri dari 5 sub
variable yaitu metoda, isi, waktu, dan tempat pemberian informed concent tindakan
pembedahan serta harapan pasien dan perawat tentang pemberian informed concent tindakan
pembedahan. Hasil dari penelitian ini memberikan implikasi terhadap pelayanan
keperawatan perioperatif dalam melaksanakan pemberian informed concent tindakan
pembedahan pada pasien pre operatif elektif. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan
perawat dalam berkomunikasi, tersedianya media bantu komunikasi dan adanya sebuah
aturan yang jelas tentang batasan wewenang medis dan perawat terhadap pemberian
informasi kepada pasien akan sangat membantu meningkatkan kualitas pemberian asuhan
keperawatan perioperatif khususnya tentang pemberian informed consent tindakan
pembedahan pada pasien pre operatif elektif.
Kata Kunci

: informed concent tindakan pembedahan, pasien, pre operatif elektif

ABSTRACT
The focus of study is about the experience of surgery informed concent giving to the elective
pre operative patients in The Citys Public Hospital IIIA Tasikmalaya. This study is a
descriptive phenomenological study using a qualitative aproach. Selection of informants in
this study are using purposive technique for patients and incidental technique for nurses.
Processing the data in this study was to use triangulation. The research revealed the
experience of surgery informed concent giving to the elective pre operative patients wich
consists of five sub-variables namely method, content, time and place of informed concent
giving and patients and nurses expectations about surgery informed concentgiving. The
result of this research has an implication into perioperative nursing service in implementing
the provision of surgery informed concent to the elective pre operative patients. Increased
nurses communication knowledge and skills, media availability of communication aids and
the existence of a clear rule about the limitations of medical authority and nurses to provide
information to the patients will greatly improve the quality of perioperative nursing care
provision of surgery informed concent giving to the elective pre operative patient.
Keywords

: surgery informed concent, patient, elective pre operative

68

Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada


Volume 11 No.1 Februari 2014

Pendahuluan

yaitu dengan cara belajar banyak (learning

Secara global dunia pelayanan kesehatan

enrichment) tentang konsep pengelolaan

pada dewasa ini sudah menjelma menjadi

dan

industri jasa kesehatan dimana setiap

pemberian informasi pelayanan. Salah

rumah sakit bertanggung gugat terhadap

satu langkah konkret tersebut dapat berupa

penerima

kesehatan.

penataan sistem model pelayanan dengan

Keberadaan dan mutu pelayanan yang

memberikan hak pasien (Hoesin, 2009).

diberikan ditentukan oleh nilai-nilai dan

Dalam hal ini hak asasi pasien harus

harapan dari penerima jasa pelayanan,

ditempatkan pada titik tertinggi, sehingga

disamping

pelayanan

pasien akan merasa lebih dihargai serta

kepada mutu yang tinggi harus dapat

merasa lebih puas dengan pelayanan

dicapai

kesehatan yang telah diberikan.

jasa

pelayanan

itu

penekanan

dengan

biaya

yang

dapat

langkah-langkah

konkrit

dalam

dipertanggungjawabkan. Semua pemberi

Salah satu aspek pelayanan tindakan

pelayanan ditekan untuk menurunkan

prosedural yang sering dilakukan dan

biaya pelayanan namun mutu pelayanan

dirasakan

(quality assurance) dan kepuasan pasien

informasi kepada pasien serta keluarga

sebagai konsumen masih tetap menjadi

adalah

tolak ukur utama keberhasilan pelayanan

informed consent diperlukan bukan hanya

kesehatan yang diberikan (Miloney, 2001

didasarkan

dalamNurachmah, 2005). Dalam hal ini

berkaitan dengan hak asasi individu dan

maka dituntut sebuah pelayanan yang

tanggung

sempurna

kesehatannya, tetapi berfungsi melindungi

dalam

tatanan

pelayanan

perlu

tindakan

adanya

operatif.

pada

pemberian

Pemberian

kewajiban

jawab

moral

individu

atas

kesehatan itu sendiri.

manusia agar tidak termanipulasi sebagai

Di Indonesia lahirnya undang-undang

objek

perlindungan konsumen nomor 8 tahun

kasus-kasus gugatan malpraktek yang

1999 dan

mencuat kepermukaan, hampir sebagian

meningkatnya

pengetahuan

kepentingan.

diperhatikan

masyarakat terhadap kebutuhan, hak dan

besar

kewajiban terhadap petugas pelayanan

kurangnya

kesehatan

kesehatan dan pasien ditambah masih

termasuk

keperawatan,

memberikan

pelayanan
efek

yang

ketidakjelasan

Bila

disebabkan

komunikasi

antara

oleh
tenaga

rendahnya pengetahuan pasien terhadap

sangat normatif dan akseleratif bagi

pelaksanaan operasi (Surianto, 2006).

profesi

meningkatkan

Informed Concent (persetujuan tindakan)

masyarakat

diartikan sebagai pernyataan setuju ijin

terhadap kualitas pelayanan dirasakan

dari seseorang (pasien) atau keluarganya

sebagai

yang harus

yang diberikan secara bebas, rasional dan

direspon oleh petugas kesehatan. Respon

sadar tanpa paksaan (voluntary) tentang

yang ada harus kondusif dan konstruktif

tindakan yang akan dilakukan terhadapnya

untuk

kompetensinya.

Tuntutan

suatu fenomena

69

Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada


Volume 11 No.1 Februari 2014

sesudah

mendapatkan

atau

ditempatkan sebagai pengambil keputusan

penjelasan yang cukup (adequat) tentang

tertinggi tanpa paksaan dari petugas

tindakan yang akan dilakukan terhadap

kesehatan.

pasien

Di Indonesia hasil kajian tim Manajemen

Lembaga

Patient Safety untuk pelayanan rumah

Indonesia

sakit

tersebut

(HIPKABI,

37).Berdasarkan
Perlindungan
didapatkan

informasi

Data
Konsumen

sekitar

2010

11,6%

kasus

diperoleh

informasi

bahwa

pemberian informed consent di berbagai

malpraktik yang ada di Indonesia terkait

institusi

tindakan operatif, data ini merupakan data

dilakukan dengan optimal, sebagian besar

yang masuk berdasarkan laporan serta

petugas kesehatan hanya meminta pasien

keluhan

dan

pasien

dan

keluarga,

pelayanan

keluarga

kesehatan

untuk

belum

menandatangani

kemungkinan besar realita di lapangan

lembar

dapat menunjukkan angka yang lebih

memberikan

besar (Kusuma dalam Soesimukti, 2004).

kondisi ini tentunya sangat berpengaruh

Tindakan

terhadap

operasi

atau

pembedahan

informed

consent

penjelasan

pengetahuan

tanpa

secara

rinci,

pasien

dan

merupakan pengalaman yang sulit bagi

keluarga, pengetahuan yang kurang baik

hampir

dari

semua

pasien.

Berbagai

pasien

dan

keluarga

kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang

berpotensi

akan membahayakan bagi pasien. Maka

jika seandainya terjadi hal-hal yang tidak

tak heran jika seringkali pasien dan

diinginkan (Depkes, RI, 2008).

keluarganya menunjukkan sikap yang

Berdasarkan data Rumah Sakit Umum

agak berlebihan dengan kecemasan yang

Kota Tasikmalaya kasus penyakit yang

mereka alami. Kecemasan yang mereka

membutuhkan tindakan operatif tahun

alami biasanya terkait dengan segala

2010 sebanyak 4.415 tindakan operatif

macam prosedur asing yang harus dijalani

dengan 66,6 % tindakan operatif elektif

pasien

terhadap

dan 29,7% tindakan operatif emergency.

keselamatan jiwa akibat segala macam

Studi pendahuluan dilakukan penulis pada

prosedur

tanggal 23 Pebruary 2011 terhadap 8

dan

juga

ancaman

pembedahan

pembiusan.

Petugas

dan

tindakan

kesehatan

dalam

orang

menimbulkan

tentunya

pasien

yang

permasalahan

akan

dioperasi.

periode pre operatif dituntut untuk dapat

Berdasarkan hasil observasi pada studi

memberikan informed consent kepada

pendahuluan tersebut didapatkan untuk

pasien

dan

pelaksanaan informed consent di Ruang

keluarga bertambah, respon psikologis

IV RSU Kota Tasikmalaya baru sebatas

negatif dapat dikurangi dan tuntutan

blangket

concent

terhadap kejadian yang tidak diinginkan

blangko

persetujuan

dapat dicegah (Rhodianto, 2008).Dalam

penjelasan

pemberian informed concent pasien harus

secara

agar

pemahaman

pasien

atau

rinci

yaitu
tanpa

pemberian

mengenai

pemberian
adanya
informasi

keadaan

dan

70

Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada


Volume 11 No.1 Februari 2014

prognose penyakit. Dari hasil identifikasi

informed

juga didapatkan belum tergambar secara

harapan pasien serta perawat terhadap

jelas mengenai siapa yang memberikan,

pemberian informasi selama periode pre

kapan diberikan, apa informasi yang

operatif

diberikan, apa kendala saat memberikan

operasi elektif.

BahandanMetodePenelitian

yaitu perawat yang memberikan informed

Desain penelitian ini merupakan


studi fenomenologi deskriptif dengan
menggunakan

tersebut,

khususnya

dan

pada

apa

klasifikasi

concent tindakan pembedahanpada pasien


terpilih.

kualitatif.

Peneliti ingin mendapatkan data

dengan

primer, maka narasumber yang akan

melakukan wawancara mendalam pada

diambil harus memiliki kriteria pasien pre

pasien yang akan menjalani operasi untuk

operatif elektif (minimal 1 hari pre

mendapatkan

tentang

operasi) usia dewasa penuh yaitu usia 25-

pelaksanaan pemberian informed consent

50 th (WHO), yang dapat memberikan

tindakan pembedahan.

keterangan

Penelitian

pendekatan

consent

ini

dilakukan

informasi

Penelitian

pelaksanaan

di

pemberian informed concent pada pasien

Ruang IIIA RSU Kota Tasikmalaya.

perioperatif selama periode pre operatif

Dipilih Ruang IIIA karena ruangan ini

(elektif).

adalah

dapat

mengambil sampel sekunder yaitu perawat

diperoleh informasi pelaksaaan informed

yang bertugas di Ruang IIIA RSU Kota

consenttindakan pembedahan pada pasien

Tasikmalaya yang memberikan informed

pre operatif elektif. Hasil penelitian

concenttindakan pembedahan pada pasien

memberikan

gambaran

bagaimana

pre operatif tersebut.

pengalaman

pelaksanaan

pemberian

ruang

dilaksanakan

tentang

bedah

sehingga

imformed concenttindakan pembedahan


pada pasien pre operasi elektif. Penelitian
ini dilakukan pada minggu ke I sampai
dengan

minggu

ke

IV

bulan

Juni

2011.Untuk pemilihan narasumber dalam


penelitian ini teknik yang digunakan untuk
pemilihan pasien adalah purposive yaitu
pengambilan narasumber dipilih dengan
pertimbangan

dan

tujuan

tertentu

kemudian data disajikan secara deskriptif


(Sugiyono, 2010).

Sedangkan untuk

Sumber

selanjutnya

peneliti

Variabel Penelitian
Informed concent tindakan pembedahan
dengan sub Variabel waktu, metoda, isi
dan tempat pemberian informed concent
tindakan pembedahan serta harapan pasien
terhadap pemberian informed concent.
AlatdanMetodaPengumpulan Data
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah peneliti sendiri sebagai instrumen
penelitian

dibantu

dengan

lembar

observasi, pedoman wawancara mendalam

perawat menggunakan teknik insidental

71

Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada


Volume 11 No.1 Februari 2014

dan media audio (recorder). Langkah awal

Menurut Bungin (2009), Informasi yang

pada

didapatkan

proses

penelitian

mengobservasi

ini

pelaksanaan

adalah

adalah

informasi

primer,

pemberian

karena peneliti langsung memperoleh dari

informed consent tindakan pembedahan

sumber informasi yaitu pasien pre operatif

selanjutnya informasi didapat dengan

elektif (minimal 1 hari pre operasi) usia

wawancara

dewasa penuh yaitu usia 25-50 th (WHO),

mendalam

menggunakan

media audio dibuat transkrip kemudian

yang

dimasukkan kedalam matrik setelah itu

tentang pelaksanaan pemberian informed

dikelompokkan sesuai dengan pertanyaan

concenttindakan pembedahan pada pasien

dan tujuan penelitian. Untuk menjamin

perioperatif selama periode pre operatif

keabsahan informasi dalam penelitian ini,

(elektif).

dilakukan

yaitu

peneliti mengambil sampel sekunder yaitu

dengan membandingkan informasi yang

perawat yang bertugas di Ruang IIIA RSU

diperoleh dari hasil wawancara mendalam

Kota

pada sumber primer dan sekunder serta

informed concent tindakan pembedahan

hasil observasi.

pada pasien pre operatif tersebut. Untuk

Metoda Pengolahan dan Analisa Data

menjamin keabsahan informasi dalam

Informasi

penelitian

triangulasi

yang

menggunakan

sumber,

didapat

media

dengan

audio

dibuat

dapat

memberikan

Untuk

sumber

Tasikmalaya

ini,

yang

dilakukan

keterangan

selanjutnya

memberikan

triangulasi

sumber, yaitu dengan membandingkan

transkrip kemudian dimasukkan kedalam

informasi

yang

diperoleh

dari

hasil

matrik setelah itu dikelompokkan sesuai

wawancara mendalam yang diperoleh dari

dengan pertanyaan dan tujuan penelitian.

suatu sumber dan sumber lainnya dengan

Setelah melakukan uji coba wawancara

hasil observasi.

peneliti melakukan pertemuan dengan


narasumber. Pada kontak awal peneliti

Peneliti

menggunakan

wawancara

membina hubungan saling percaya dengan

mendalam dan observasi partisipasi untuk

pendekatan personal dan membicarakan

mengumpulkan data. Pastikan apakah

bagaimana perasaan narasumber sebelum

setiap hari telah terhimpun catatan harian

dioperasi dan ikut serta melaksanakan

wawancara dengan informan serta catatan

proses perawatan yang dilaksanakan pada

harian observasi. Setelah itu dilakukan uji

periode pre operasi. Kemudian peneliti

silang terhadap materi catatan-catatan

memberikan

informed

menjelaskan

tujuan

concent

dan

harian itu untuk memastikan tidak ada

penelitian

dan

informasi

yang

bertentanganan

atara

wawancara, serta memastikan narasumber

catatan harian wawancara dan catatan

dapat memahami tujuan penelitian dan

harian observasi, dan bila antara catatan

menandatangani

harian kedu ametoda ada yang tidak

informed

concent

tersebut.

72

Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada


Volume 11 No.1 Februari 2014

relevan, peneliti harus menginformasi

informasi yaitu pra interaksi, orientasi,

perbedaan itu pada informan.

kerja dan terminasi. Pasien mendapatkan


penjelasan

tentang

informed

concent

HasilPenelitian

tindakan pembedahan tanpa menggunakan

Hasil penelitian diuraikan menjadi dua

alat bantu, perawat menjelaskannya secara

bagian.

langsung dengan ceramah.

Bagian

pertama

menjelaskan

karakteristik narasumber yang terlibat

b)

dalam penelitian secara singkat dan kedua

pembedahan pada pasien pre operatif

menguraikan tentang analisis triangulasi

elektif

mengenai

Tasikmalaya

pengalaman

pemberian

Isi

informed

di

Ruang
Isi

consent

IIIA

tindakan

RSU

informed

Kota
consent

informed consenttindakan pembedahan

tindakan pembedahan yang diberikan pada

pada pasien pre operatif elektif di Ruang

pasien pre operatif elektif di Ruang IIIA

IIIA RSU Kota Tasikmalaya.Narasumber

RSU Kota Tasikmalaya. Isi informasi

yang berkontribusi dalam penelitian ini

yang diberikan adalah tentang penyakit

sebanyak 3 orang pasien dan 3 orang

dan akibat tidak dilakukannya tindakan.

perawat. Narasumber dipilih berdasarkan

Tentang tindakan atau operasi yang akan

kriteria yang telah ditentukan.

dilakukan perawat menjelaskan bahwa


tumor harus dioperasi dan mengakibatkan

Analisis Triangulasi

nyeri serta sedikit tentang apa yang harus

Triangulasi 1
a)

pasien lakukan setelah operasi. Untuk

Metode atau cara yang digunakan

untuk

memberikan

informed

consent

tindakan pembedahan pada pasien pre


operatif elektif di Ruang IIIA RSU Kota
Tasikmalaya:
Untuk
consent

tahapan
tindakan

informed

pembedahan

semua

diri

dan

namanya,

mengorientasikan ruangan dan tata tertib


ruangan, menjelaskan maksud informed
consent

dari

tindakan

tidak

banyak

dijelaskan. Dari hasil observasi yang


dilakukan perawat menjelaskan informasi
tentang

penyakit

pasien.Sedangkan

informasi tentang tindakan yang akan


pemberian

tahapan dilakukan dengan baik, perawat


memperkenalkan

risiko

tindakan

pembedahandan

mengevaluasi apakah pasien mengerti


penjelasan perawat dengan menganjurkan
pasien mengulangi kembali sedikit tentang
penjelasan perawat. Dari hasil Observasi
perawat melakukan 4 tahap pemberian

dilakukan dijelaskan bahwa nanti akan


dilakukan operasi pengangkatan tumor
mengakibatkan
pembiusannya

nyeri

dan

jenis

serta apa yang harus

dilakukan setelah pembiusan.


Waktu

pemberian

informed

consent

tindakan pembedahan pada pasien pre


operatif elektif di Ruang IIIA RSU Kota
Tasikmalaya Pemberian informed concent
tindakan
operasi.

pembedahan
Tempat

dilakukan

pemberian

H-1

informed

consent tindakan pembedahan pada pasien

73

Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada


Volume 11 No.1 Februari 2014

pre operatif elektif di Ruang IIIA RSU

selanjutnya. Adapun percakapan dengan

Kota

narasumber adalah sebagai berikut :

Tasikmalaya

Informed

consent

tindakan pembedahan diberikan di sebuah

b)

Isi

informed

ruangan khusus untuk mahasiswa yang

pembedahan pada pasien pre operatif

terletak di ujung kiri ruangan bersama-

elektif

sama dengan pasien dan keluarga pasien

Tasikmalaya Informasi tentang penyakit

yang lain.

tidak di ulas oleh perawat. Tempat

di

Ruang

consent

IIIA

tindakan

RSU

Kota

pemberian informed consent tindakan


Harapan

pasien dan perawat tentang

pemberian informed consent tindakan


pembedahan pada pasien pre operatif
elektif

di

Ruang

IIIA

RSU

Kota

Tasikmalaya.Harapan pasien sangat unik,


pasien tidak mengharapkan lebih, hanya
berharap

cepat

Sedangkan

sembuh

untuk

itu

saja.

informed

concent

tindakan pembedahan pasien menganggap


apa yang dilakukan petugas kesehatan
sudah bagus.

memberikan

informed

consent

tindakan pembedahan pada pasien pre


operatif elektif di Ruang IIIA RSU Kota

Menurut narasumber yang ke 3 ini


menjelaskan

dengan

cara

menganjurkan pasien menandatangai surat


izin operasi dan menanyakan apa yang
tidak dimengerti pasien. Untuk tahap
pemberian

informasi

memperkenalkan

perawat
dirinya,

mengorientasikan ruangan, menjelaskan


maksud dan tujuannya serta mengevaluasi
hasil penjelasannya pada pasien dan
melakukan

Ruang

IIIA

RSU

Kota

Tasikmalaya Di Ruang IIIA RSU Kota


Tasikmalaya Informed consent tindakan
pembedahan diberikan di sebuah ruangan
khusus untuk mahasiswa yang terletak di
ujung kiri ruangan.
Harapan

pasien dan perawat tentang

pemberian informed consent tindakan


pembedahan pada pasien pre operatif
di

Ruang

IIIA

RSU

Kota

narasumber 3 ini sama dengan narasumber


1 yaitu hanya ingin sembuh, untuk
penjelasan yang telah diberikan sudah
bagus, namun demikian narasumber 3 ini
mengatakan kalau ada gambar-gambar

Tasikmalaya .

perawat

di

Tasikmalaya.Harapan utama pasien atau

Metode atau cara yang digunakan

untuk

elektif

elektif

Triangulasi 2
a)

pembedahan pada pasien pre operatif

kontrak

waktu

pertemuan

kayaknya akan lebih bagus dan seru.


Triangulasi 3
Metode atau cara yang digunakan untuk
memberikan informed consent tindakan
pembedahan pada pasien pre operatif
elektif

di

Ruang

IIIA

RSU

Kota

Tasikmalaya Kali ini metoda yang dipakai


perawat

untuk

memberikan

informed

concent juga metoda dua arah. Tahapan


pemberian informasi yang dilaksanakan
adalah pre interaksi, orientasi, kerja dan

74

Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada


Volume 11 No.1 Februari 2014

terminasi. Dari hasil observasi perawat

informed concent tindakan pembedahan

melaksanakan

lebih tenang dan tidak gaduh.

semua

fase

pemberian

informasi yaitu pra interaksi, orientasi,


PEMBAHASAN

kerja dan terminasi.


b)

Isi

informed

consent

tindakan

pembedahan pada pasien pre operatif


elektif

di

Ruang

Tasikmalaya

IIIA

Informed

RSU

Kota

concent

yang

diberikan berisikan risiko dari tindakan


tersebut. Sedangkan informasi tentang
penyakit, tentang tindakan yang akan
dilakukan dan akibat tidak dilakukannya
tindakan tidak dijelaskan. Dari hasil
observasi

didapatkan

perawat

tidak

menjelaskan tentang penyakit pasien,


informasi tentang tindakan operasi tidak
dijelaskan,

akibat

tidak

dilakukannya

tindakan juga tidak dijelaskan, risiko


dilakukannya tindakan juga dijelaskan

Waktu

pemberian

informed

consent

tindakan pembedahan pada pasien pre


operatif elektif di Ruang IIIA RSU Kota
Tasikmalaya.Pemberian informed concent
tindakan
operasi.

pembedahan
Tempat

dilakukan

pemberian

H-1

informed

consent tindakan pembedahan pada pasien


pre operatif elektif di Ruang IIIA RSU
Tasikmalaya

Informed

consent

tindakan pembedahan diberikan di sebuah


ruangan khusus untuk mahasiswa yang
terletak di ujung kiri ruangan. Harapan
pasien dan perawat tentang pemberian
informed consent tindakan pembedahan
pada pasien pre operatif elektif di Ruang
IIIA RSU Kota Tasikmalaya.Narasumber
5

ini

memperoleh informasi mendalam tentang


pengalaman pemberian informed consent
tindakan pembedahan pada pasien

pre

operatif elektif di Ruang IIIA RSU Kota


Tasikmalaya. Secara khusus penelitian ini
adalah untuk mengetahui metode atau cara
pemberian informed consent tindakan
pembedahan,

isi

informed

consent

tindakan pembedahan yang diberikan,


untuk

mengetahui

tentang

waktu

pemberian informed consent tindakan


pembedahan pada pasien pre operatif
elektif

di

Ruang

IIIA

RSU

Kota

Tasikmalaya yang kemudian dituangkan


pada sub variabel yang akan di cari pada

sekilas.

Kota

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk

berharap

ruangan

pemberian

awal penelitian ini. Pada proses penelitian


selanjutnya berkembang dan bertambah
dua sub variabel yaitu Tempat informed
consent tindakan pembedahan diberikan
dan harapan pasien dan perawat tentang
pemberian informed consent tindakan
pembedahan pada pasien pre operatif
elektif

di

Ruang

IIIA

RSU

Kota

Tasikmalaya.
Interpretasi Hasil Penelitian
Metode atau cara yang digunakan untuk
memberikan informed consent tindakan
pembedahan pada pasien pre operatif
elektif

di

Tasikmalaya

Ruang
Dari

IIIA
hasil

RSU

Kota

penelitian

menunjukkan pemberian informed concent


tindakan pembedahan pada pasien pre

75

Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada


Volume 11 No.1 Februari 2014

operatif

di

Ruang

Kota

banyaknya tentang pasien dan konsep).

Tasikmalaya diberikan dengan metoda

Tahap kedua adalah tahap orientasi yaitu

percakapan dua arah. Hal ini sesuai

memperkenalkan diri, kontrak waktu dan

dengan pendapat Tamsuri (2006) bahwa

identifikasi masalah dengan pasien yang

komunikasi efektif adalah komunikasi

paling

yang dilakukan dua arah. Maulana (2009)

hubungan saling percaya antara petugas

dalam bukunya yang berjudul Promosi

dengan pasien. Tahap ketiga adalah fase

Kesehatan menjelaskan metoda sokratik

kerja dimana tugas perawat sebagai

atau

arah

edukator dan konselor sangat penting

dan

dalam fase ini. Yang ke empat adalah

komunikator berperan aktif dan kreatif,

tahap terakhir yang merupakan tahap

menurutnya metoda ini merupakan metoda

terminasi yaitu evaluasi tercapainya tujuan

yang

komunikasi dan kontrak waktu untuk

metoda

RSU

komunikasi

memungkinkan

dapat

IIIA

dua

komunikan

dipilih

untuk

promosi

penting

adalah

terciptanya

kesehatan yang baik.

pertemuan selanjutnya.

Menurut peneliti komunikasi dua arah

Dari hasil penelitian pasien di Ruang IIIA

adalah metoda yang paling tepat untuk

mendapat

memberikan informed concent tindakan

pembedahantanpa media atau alat bantu

pembedahan. Hal ini karena dengan

karena keterbatasan fasilitas.

metoda ini memungkinkan komunikator

Maulana (2009) membagi alat peraga

(perawat) mendapatkan feed back dari

berdasarkan fungsinya menjadi media

komunikan (pasien) dan memungkinkan

cetak (leaflet, buklet, flyer, flip chart,

komunikan dan komunikator berperan

poster dan foto), media elektronik (TV,

aktif dan kreatif, sehingga komunikasi

radio, video, slide dan film strip), media

akan efektif.

papan atau billboard dan media hiburan

Dalam praktik keperawatan, komunikasi

seperti panggung terbuka atau sosiodrama.

seringkali

Terkadang

digunakan

pada

aspek

informed

untuk

concent

tindakan

efektifitas

pemberian terapi pada pasien sehingga

komunikasi

komunikasi

pembantu seperti media elektronik atau

banyak dikaitkan

dengan

diperlukan

sebuah

istilah terapeutik atau dikenal dengan

media cetak.

komunikasi terapeutik. Menurut Tamsuri

Pemilihan

media

(2006) komunikasi terapeutik terdiri dari 4

membantu

petugas

tahapan.

mencapai

tujuan

Tahap

pertama

adalah

pra

yang

media-media

benar

dapat

kesehatan

untuk

komunikasi

atau

interaksi yang merupakan tahap pertama

pendidikan

yang

internal

gambar-gambar, leaflet dan atau lembar

(orientasi tugas, peningkatan kesadaran

balik sangat diperlukan untuk tercapainya

terhadap peran, tugas) dan kegiatan

sebuah

eksternal (mencari informasi sebanyak-

pembedahan.

terdiri

dari

kegiatan

kesehatan.

informed

Penggunaan

concent

tindakan

76

Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada


Volume 11 No.1 Februari 2014

Guwandi (2008) menuliskan secara garis

memperhatikan

besar dalam melakukan tindakan medis

seperti SOP dan menghindari risiko yang

petugas

berhubungan dengan salah informasi.

kesehatan

harus

menjelaskan

kebijakan

pemberian

institusional

beberapa hal yaitu, garis besar, prognosis

Waktu

informed

consent

dan risiko penyakit,tindakan yang akan

tindakan pembedahan pada pasien pre

dilakukan, hal yang akan terjadi bila

operatif elektif di Ruang IIIA RSU Kota

tindakan tidak dilakukan, risiko dari

Tasikmalaya.Di RSU kota Tasikmalaya

tindakan serta alternatif tindakan lain.

kebijakan pasien masuk RS untuk pasien


pre operasi elektif adalah H-1 atau sehari

Dari hasil penelitian semua pasien tidak


menerima semua isi penting informed
concent seperti yang Guwandi utarakan.
Pasien hanya menerima sedikit tentang
akibat dilakukannya operasi yaitu nyeri.
Dari

hasil

wawancara

yang

telah

sebelum operasi. Dari hasil penelitian


semua pasien pre operasi yang elektif di
Ruang IIIA RSU Kota Tasikmalaya
diberikan

informed

concent

tindakan

pembedahan oleh petugas sehari sebelum


operasi.

dilakukan hal ini terjadi karena belum ada


persepsi yang sama tentang siapa yang

Waktu diberikannya informed concent

harus

serta

tindakan pembedahan sangatlah relatif dan

manakah informasi yang mengandung

tidak ada ketentuan pastinya, akan tetapi

unsur tindakan medis dan unsur tindakan

mengingat pentingnya informasi yang

keperawatan.

harus disampaikan dalam hal informed

Menurut Perry & Potter (2005) karena

concent

perawat tidak menerima pendidikan medis

banyaknya keterbatasan baik dari fihak

atau melakukan prosedur bedah atau

komunikan dan komunikator, maka kapan

prosedur

meminta

informasi itu harus diberikan sangatlah

persetujuan tindakan dari pasien untuk

penting terutama untuk pasien yang akan

prosedur medis adalah tidak tepat. Bahkan

dilakukan operasi elektif atau terencana

jika

ruangan

agar tujuan dari penyampaian informasi

dimana dokter memberikan informasi

dapat tercapai optimal. Akan sangat tidak

yang diperlukan, perawat tidak memiliki

baik

latihan medis untuk mengetahui apakah

menandatangani surat ijin operasi di ruang

informasi persetujuan tindakan secara

operasi, padahal pasien adalah pasien yang

menyeluruh diberikan kepada pasien.

operasinya terencana. Dalam Brunner &

Perawat tidak disiapkan untuk mengetahui

Suddarth

semua risiko medis, keuntungan dan

mempertimbangkan

alternatif tindakan medis. Oleh karena hal

ansietas,

tersebut

pemberian

memberikan

medis

perawat

langsung,

berada

diatas

informasi

dalam

perawat

harus

tindakan

bila

pembedahan

pasien

(2001)

kebutuhan

segala
dan

informasi

serta

dianjurkan

dengan
keunikan,
harapannya,
kesehatan

77

Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada


Volume 11 No.1 Februari 2014

diinstruksikan pada waktu yang tepat,

bersamaan dengan pasien dan keluarga

penyuluhan

pasien yang lain.

dilakukan

beberapa

hari

sebelum operasi. Menurut Maulana (2009)


Waktu yang dibutuhkan untuk pemberian

Salah satu faktor yang mempengaruhi

informasi sangat relatif dan individual,

pemberian informasi

namun

(2001)

demikian

dikatakan

bahwa

adalah

menurut

faktor

Ruslan

ekologis

atau

pemberian informasi akan sangat baik jika

lingkungan. Suara riuh atau kebisingan,

diberikan sesegera mungkin saat petugas

tempat yang sempit dan tidak kondusif

bertemu dengan pasien.

dapat memberikan dampak yang negatif

Batasan waktu untuk persiapan operasi

pada penyampaian informasi. Lain hal

terencana tidak jelas dan tergantung dari

ketika ruangan tempat diberikan informasi

kebijakan institusi atau Rumah Sakit yang

terasa aman dan nyaman, tidak bising dan

akan berbeda-beda, tetapi pada umumnya

adanya gambar-gambar yang menarik atau

ditetapkan batasan waktunya adalah lebih

peraturan-peraturan yang tertempel di

dari 2 jam (HIPKABI, 2010). Sedangkan

dinding yang dapat dibaca, semua ini akan

kebijakan institusi RSU Kota Tasikmalaya

memberikan

efek

untuk

penyampaian

informasi

persiapan

pasien

pre

operasi

positif

pada

yang

akan

dilakukan pada H-1 pre operasi.Mengingat

dilakukan. Dalam praktik keperawatan

hal di atas informed concent tindakan

salah

pembedahan sebaiknya diberikan saat

diperhatikan adalah hak privacy pasien.

pasien

dengan

Perry & Potter (2005), menuliskan bahwa

petugas kesehatan baik di poliklinik dan/

hak privacy pasien salah satunya adalah

atau di ruangan tempat pasien akan

mengenai diagnosa penyakit dan keadaan

dirawat.

diri pasien harus dijaga kerahasiannya.

pertama

Tempat

kali

pemberian

kontak

informed

consent

satu

hal

penting

yang

harus

Maulana (2009) menuliskan bahwa salah

tindakan pembedahan pada pasien pre

satu

operatif elektif di Ruang IIIA RSU Kota

dipertimbangkan

Tasikmalaya Dari hasil penelitian yang

kesehatan adalah promotor kesehatan

telah dilakukan Pasien pre op elektif di

harus menghargai kerahasiaan informasi

Ruang IIIA RSU Kota Tasikmalaya

kecuali atas permintaan hukum dan demi

mendapatkan informed concent tindakan

kepentingan pasien.

pembedahan di ruang mahasiswa yang

Jadi pemberian informed concent tindakan

agak

dengan

pembedahan secara bersamaan antara

mahasiswa sehingga ruangan terkadang

beberapa pasien dalam satu ruangan

agak bising. Pemberian nformed concent

adalah tindakan yang tidak tepat. Dan

tindakan

sebaiknya petugas memberikan informed

sempit

dan

bersatu

pembedahan

dilakukan

pertimbangan

concent

tindakan

etis

yang

dalam

pembedahan

harus
promosi

secara

78

Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada


Volume 11 No.1 Februari 2014

terpisah pada setiap pasien, hal ini harus

Desain Penelitian yang digunakan adalah

dilakukan untuk melindungi hak akan

penelitian

privasi klien tentang diagnosa penyakitnya

fenomenologi. Dimana pada penelitian ini

dan segala informasi yang berkaitan

peneliti

dengan penyakitnya tersebut.

penelitian.

Harapan

kualitatif

adalah

dengan

metode

instrumen

utama

pasien dan perawat tentang

pemberian informed consent tindakan

Implikasi Penelitian.

pembedahan pada pasien pre operatif

Hasil penelitian ini dapat memberikan

elektif

Kota

kontribusi terhadap praktek,pendidikan

Tasikmalaya.Keinginan atau hasrat yang

dan penelitian keperawatan. Penelitian ini

diungkapkan

oleh

memberikan gambaran yang mendalam

individu adalah harapan (Nurrachmah

tentang pengalaman pemberian informed

Elly, 2005).Harapan merupakan salah satu

consent pada pasien pre operatif elektif di

domain pemahaman dan spiritual dari

Ruang IIIA RSU Kota Tasikmalaya.

individu terhadap kehidupan.

Bagi RSU Kota Tasikmalaya

Penelitian ini menemukan harapan untuk

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan

sembuh adalah harapan utama dari pasien.

untuk memberikan

Adapun harapan lain dari pasien adalah

pengalaman pemberian informed consent

tentang media pembantu yaitu gambar-

tindakan pembedahan pada pasien

gambar dan tempat memberikan informed

operatif elektif. Dari subvariabel yang

concent yang lebih tenang.Sedangkan

diperoleh di penelitian ini dapat dijadikan

harapan

pemberian

acuan dalam melaksanakan pemberian

informed concent tindakan pembedahan

informed concent tindakan pembedahan

adalah

pada pasien pre operatif elektif di RSU

di

Ruang

atau

perawat

adanya

IIIA

RSU

ditunjukkan

dalam

SOP

khusus

yang

gambaran tentang

pre

menjelaskan tentang informed concent

Kota Tasikmalaya.

tindakan pembedahan, kejelasan informed

Bagi Dunia Keperawatan

concent tindakan medis dengan tindakan

Berdasarkan

keperawatan serta blangko-blangko yang

dilakukan berupa pengalaman pemberian

melengkapinya. Selain itu perawat juga

informed consent tindakan pembedahan

mengharapkan ruangan khusus tersendiri

pada pasien

disertai peraturan tertulis yang berisikan

teridentifikasi masalah-masalah pada sub

hak

yang

variabel-sub variabel yang didapatkan.

ditempelkan di dinding, serta adanya

Implikasi dari sub variabel tersebut akan

media bantu komunikasi seperti leaflet

membantu perawat perioperatif dalam

atau lembar balik.

melaksanakan asuhan keperawatan pasien

Keterbatasan Penelitian

pre operatif elektif khususnya tentang

dan

kewajiban

pasien

penelitian

yang

telah

pre operatif elektif dapat

pemberian informed consent tindakan

79

Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada


Volume 11 No.1 Februari 2014

pembedahan pada pasien

pre operatif

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar

elektif.

Keperawatan

Medika

Bedah.

Edisi 8. Vol.1 Jakarta. EGC


KESIMPULAN DAN SARAN

Bungin,

Kesimpulan

memberikan informed consent tindakan

Ruang

IIIA

RSU

Carpenito, L. 1999. Rencana Asuhan dan


Dokumentasi Keperawatan. Edisi

Kota

Tasikmalaya dengan cara dua arah atau

2. Jakarta. EGC.
Carpenter & Speziale. 2002. Qualitative

metoda sokratik dengan empat tahapan

Research In Nursing ; Advancing

pemberian komunikasi terapeutik yaitu pra

the

interaksi, orientasi, kerja dan terminasi.

tanpa

menggunakan

media

bantu. Pasien pre operatif elektif di Ruang


IIIA

RSU

Kota

Tasikmalaya

tidak

menerima semua isi penting informed


consent tindakan pembedahan (pasien
hanya menerima sedikit informasi tentang
risiko tindakan yaitu nyeri).

Human

Imperative,

third

edition. USA, Lybrary of congres

Informed concent tindakan pembedahan


diberikan

Penelitian

Group.

pembedahan pada pasien pre operatif


di

2009.

Kualitatif. Jakarta. Kenca Prenada

Metode atau cara yang digunakan untuk

elektif

Burhan.

catalog.
Depkes, RI. 2008, Undang Undang
Kesehatan. Jakarta. Dir.Jen Pelayanan
Medik.
Gaffar. 1998. Pengantar Keperawatan
Profesional. Jakarta. EGC.
Guwandi J. 2008. Perstujuan Tindakan
Medik (Informed Consent. Jakarta.
Balai Penerbit FKUI.

Saran

HIPKABI. 2010. Buku Pelatihan Dasar-

Bagi RSU Kota Tasikmalaya

Dasar Ketrampilan Bagi Perawat

Pelayanan keperawatan diharapkan dapat


memberikan pelayanan keperawatan yang
holistic pada pasien pre operatif elektif
terutama

pada

pemberian

informed

concent tindakan
DAFTAR PUSTAKA
Achadiat. 2006, Dinamika Etika dan
Hukum Kedokteran ; dalam
tantangan zaman. Jakarta. EGC.
Aswari. 2000. Etika dan Dedikasi Profesi
Dokter. Jakarta. Erlangga.

Kamar Bedah. Cetakan Kesebelas.


Jakarta . DPP-HIPKABI.
Hoesin. 2009. Malpraktik dalam
Kesehatan.Jakarta . EGC.
Long. 2006. Perawatan Medikal Bedah.
Bandung .YIAPKPB .
Maulana DJ. 2009.Promosi Kesehatan.
Jakarta . EGC.
Medical Record RSU Tasikmalaya. 2010.
Data Pasien Operasi. Tasikmalaya.
Nurrachmah

E.

2005.

Asuhan

Keperawatan Bermutu di Rumah


Sakit.http//www.pdpersi.co.id

80

Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada


Volume 11 No.1 Februari 2014

Perry

&

Potter.

2005.

Fundamental

Buku

Ajar

Keperawatan

Konsep,Proses Dan Praktik. Alih


bahasa oleh :Yasmin Asih S.Kp
dkk.

Jakarta.

Penerbit

Buku

Kedokteran EGC.
Sugiyono.

2010.

Metoda

Penelitian

Pendidikan. Bandung. Alfabeta.


Surianto.

2006.

Hukum

Kesehatan.

Bandung . Bandar Maju.

81

You might also like