You are on page 1of 15

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK

SKD 11 MOD TERHADAP SKD 11


Rianti Dewi Sulamet Ariobimo

Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin, FTI - Trisakti


e-mail: riantiariobimo@yahoo.com

ABSTRACT : As mentioned in the previous paper, SKD-11 Mod. is made to upgrade SKD-11
properties especially in heat treatment process by modify its chemical composition. This research is
conducted to see the improvement that SKD-11 Mod. gain compare to its origin metal, which is
SKD-11.

Keywords :

chemical composition, properties improvement, SKD-11 Mod, SKD-11

PENDAHULUAN

Komposisi kimia suatu logam akan


membentuk struktur mikro dan sifat-sifat dari

logam tersebut. Komposisi kimia dapat juga


dikatakan sebagai DNA suatu logam karena
dengan ada perubahan komposisi kimia logam
tersebut maka secara otomatis akan berubah

pula struktur mikronya dan ini akan berarti

sifat-sifatnya juga berubah1 \ Baja SKD-11


Mod atau SKD-11 modifikasi ini adalah baja
yang dihasilkan dengan melakukan modifikasi

pada komposisi kimia dari baja SKD-112).


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
melihat perbaikan-perbaikan yang dicapai oleh
SKD-11 Mod. bila dibandingkan dengan baja

asalnya, yaitu SKD-11. Penelitian ini juga


akan melihat kecenderungan kurva hasil nilai
keras yang berbanding dengan suhu tempering
dari baja SKD-11 Mod. dan SKD-11, baik

TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Paduan Terhadap Sifat Baja


Karbon

Karbon di dalam baja adalah unsur


utama dan pembentuk sementit, selain juga
sebagai pembentuk karbida-karbida lain.
Selain itu Karbon juga sangat berperan di
dalam proses pembentukan struktur mikro

yang lainnya35'.
Karbon memberikan pengaruh utama di
dalam pembentukan sifat-sifat. Sejalan dengan
meningkatnya kadar karbon di dalam baja,

sampai dengan ~0,85%C6) ((0,80 to 0,9)%C)4),


maka kekerasan dan kekuatan tarik juga akan
meningkat tetapi ketangguhan, kekenyalan dan

mampu las akan turun.3) Selain itu mampu

secara teoritis maupun berdasarkan hasil


penelitian pada daerah suhu temper tertentu.
Penelitian
ini
dilakukan
dengan
menggunakan baja SKD-11 Mod dan SKD-11

keras akan naik dengan sejalan naiknya kadar


karbon sampai 0,65% dan ketahanan aus juga
akan meningkat sejalan dengan naiknya kadar
karbon sampai 1,5%, tetapi kenaikan mampu
keras dan ketahanan aus ini diikuti juga
dengan
bertambahnya
kegetasan
dan

dengan kondisi suhu austenisasi 1030C,

menurunnya ketangguhan5).

media pendingin yang digunakan adalah udara.


Proses pengerasan dilakukan dengan sistem

Karbon juga merupakan unsur primer


yang bertanggungjawab langsung terhadap

konvensional dan variasi suhu temper 300C,

respon baja terhadap proses perlakuan panas6',

400C, dan 500C.

terutama pada proses pengerasan.

Perbandingan karakteristik SKD 11 Mod terhadap SKD 11 (R.D. Sulamet-Ariobimo)

53

Silikon selain meningkatkan kekuatan

negatif terhadap kemampuan pengerjaan


panas, menurunkan kekenyalan dan mampu

ferit, juga adalah deoksidator4"6) kuat. Dengan

las, dan cenderung untuk membentuk inklusi6),

bergabung dengan unsur-unsur lain, silikon

maka biasanya kadarnya dibatasi pada kondisi


minimal6).

Silikon

akan

ikut

memberikan

efek

peningkatan

ketangguhan dan homogenisasi nilai keras di


dalam baja sehingga menyebabkan terjadinya

Cuprum - Copper - tembaga

Tembaga dengan kadar (0,15 - 0,25)%4)

peningkatkan mampu keras4,5).


Silikon juga meningkatkan mampu cor
dan ketahanan terhadap oksidasi pada suhu

akan

meningkatkan

kekuatan

tarik

dan

tinggi3), tetapi memberikan efek negatif pada


kualitas permukaan6). Silikon ditambahkan

kekenyalan. Sedangkan dengan kadar (0,20 -

0,50)%5)

secara khusus untuk memperoleh sifat-sifat


tertentu/khusus,
terutama
sekali
yang

terhadap korosi atmosfir. Tetapi tembaga


menimbulkan efek negatif pada kemampuan

berhubungan dengan sifat elektrik4).

pengerjaan panas, mampu las, dan kualitas

kekuatan luluh serta akan sedikit menurunkan

akan

meningkatkan

ketahanan

permukaan5 6).
Mangan

Mangan adalah unsur terpenting kedua

setelah karbon4). Walaupun tidak sekuat


carbon, tetapi bertambahnya kadar mangan di
dalam bajajuga akan meningkatkan kekerasan,
kekuatan tarik, dan menurunkan kekenyalan.
Unsur ini secara significan akan menaikan
mampu keras.
Mangan memberikan efek positif
terhadap kualitas permukaan dari baja dan juga
meningkatkan respon baja terhadap perlakuan

panas4,6). Unsur ini juga membuat baja stabil


pada saat proses pendinginan, dan karena bajabaja yang mengandung mangan biasanya di
dinginkan dengan media udara maka
kemungkinannya untuk
retak menjadi

Nikel

Nikel secara umum ada di dalam baja

dengan kadar (1,0 - 4,0)%4), walaupun untuk


tujuan tertentu dapat ditambahkan sampai
maksimal 36%4).
Nikel akan meningkatkan kekuatan tarik,
ketangguhan, dan ketahanan pukul/impact.,
Nikel juga dapat meningkatkan mampu keras
dari baja walaupun tidak seefektif unsur-unsur

lainnya. Selama proses pengerasan6*, nikel


akan mengurangi terjadinya
terbentuknya retakan.

distorsi

dan

Di dalam struktur mikro, nikel akan

menyetabilkan

fasa

austenit,

menguatkan

ferit }, dan pendorong kuat terbentuknya

minimal5). Mangan adalah deoksidator yang

struktur grafit. Selain itu adanya nikel akan

biasanya ada di dalam baja dengan kadar (0,5


- 2,0)%, juga menyetabilkan fasa austenit dan

tidak akan membentuk struktur karbida** tetapi

memperhalus ukuran butir yang terjadi.3) Nikel

pembentuk karbida stabil3) serta sedikit

akan selalu ada di dalam ferit sebagai larutan

menaikan kekuatan ferit.

padat3).

Phospor

Chrom

Phospor ada di dalam baja dengan tujuan


untuk meningkatkan kekuatan luluh dan
mengurangi kekenyalan pada suhu rendah,
selain juga untuk meningkatkan ketahanan

korosi atmosfir dan mampu permesinan4).


Kadar phospor pada baja umum kecil6).

Chrom

mempunyai

kecenderungan

meningkatkan mampu keras4), ketangguhan,


ketahanan aus, ketahanan terhadap timbulnya
noda/stained, dan juga ketahanan terhadap

korosi. Bersama-sama dengan nikel5), chrom


akan meningkatkan kemampuan oksidasi dan

ketahanan terhadap korosi6). Di dalam proses


Sulfur

Sulfur di dalam baja akan memperbaiki


mampu permesinan dengan kadar (0,06 -

0,30)%4). Tetapi karena memberi efek yang

54

perlakuan panas, kehadiran chrom akan


meningkatkan temperatur kritis, dan bila
dalam kadar 5,0% bersama-sama dengan
mangaan
akan
mengurangi
kecepatan

MESIN, Vol. 9, No. 1, Januari 2007, 53-67

pendinginan di dalam proses pengerasan


hingga kecepatan pendinginannya sama

ketangguhan, mampu keras,

dan ketahanan

terhadap sentakan4*.

dengan kecepatan pendinginan udara.

yang terbentuk3).

Komposisi Kimia SKD-11


Komposisi kimia baja SKD-11 ini
sebagaimana tercantum di dalam JIS 2000 lembar G 4404 ditunjukan pada Tabel 1.
Sedangkan komposisi kimia baja SKD-11
pada Tabel 2.

Molibdenum

Struktur Mikro SKD-11 dan SKD-11 Mod

Chrom

selain

membentuk

karbida

stabil6* di dalam struktur mikro sehingga


selama proses perlakuan panas memerlukan
waktu pemanasan yang lebih lama, juga
memberikan efek membesarkan butiran kristal

Molibdenum adalah salah satu unsur

yang berpengaruh pada proses secondary


hardening selain itu molibdenum juga akan
membantu mengurangi pelunakan yang biasa
terjadi pada suhu tinggi, dan mengurangi

kecepatan

pendinginan

kritis5*.Selain

itu

molibdenum juga punya kecenderungan untuk


memperlambat respon baja terhadap efek

pemudaan3).
Penyetabil

karbida3)

meningkatkan

mampu

ketangguhan4*.

Biasanya

dan

akan

keras

dan

molybdenum

Gambar 1 : Struktur Mikro Awal SKD-118)

digunakan (0.10 - 0.40)%.

Pembesaran 400X

putih = ferit; pulau-pulau hitam= karbida


Vanadium

Vanadium adalah unsur yang berfungsi


menjaga pertumbuhan butir selama proses
perlakuan panas, selain juga sebagai unsur
yang berfungsi untuk memperbaiki ukuran

butir5*. Cenderung memperkuat pembentukan


karbida, stabilisator martensit, dan mempunyai
kemampuan untuk meningkatkan ketahanan
melunak setelah proses hardening, iasanya

ditambahkan dalam kadar (0.15 - 0.20) %4*


dan juga akan meningkatkan kekuatan tarik

dan yield

dengan

proses
Tabel 1 :

presipitasi6*,

Struktur mikro baja SKD-11 atau


DC-11, sebagaimana terlihat pada Gambar 1,
terdiri atas ferit dan karbida. Karbida yang
ada adalah karbida krom. Sedangkan struktur
mikro baja SKD-11 Mod dapat dilihat pada
Gambar 2. Pada Gambar 2, terlihat juga terdiri
atas ferit dan karbida chrom.

Jika kita bandingkan struktur mikro


SKD-11 dengan SKD-11 Mod, terlihat bahwa
jenis struktur mikronya sama, yaitu : ferit dan

Komposisi Kimia SKD-11 menurut JIS7*

%c

%Si

%Mn

%P

%S

%Cr

%Mo

1.40 to

0.4

0.60

0.030

0.030

11.00 to

0.80 to

1.60

maks.

maks.

maks.

maks.

13.00

1.20

%W
-

%V
0.20 to
0.50

Tabel 2 : Komposisi Kimia SKD-11 menurut Pembuat8*


%C

%Si

%Mn

%P

%S

%Cu

1.4-1.6

<0.4

<0.6

<0.03

<0.03

<0.25

%W

%Ni

%Cr

%Mo

<0.5

11-13

0.8-1.2

%V
0.2-0.5

Perbandingan karakteristik SKD 11 Mod terhadap SKD 11 (R.D. Sulamet-Ariobimo)

55

karbida, yang terlihat berbeda adalah bentuk


karbidanya. Karbida pada SKD-11 Mod
terlihat lebih halus dan tersebar lebih merata.

3. Karbida yang terbentuk pada SKD-11


Mod., Gambar 2, lebih halus dibandingkan
dengan karbida yang terbentuk pada
SKD-11, Gambar I.

Selain kelebihan atas sifat dasarnya jika


dibandingkan dengan SKD-11 maka SKD-11
Mod. masih mempunyai 5 (lima) kelebihan di
dalam penggunaannya jika dibandingkan

dengan baja asalnya2', yaitu :


1. Sifat mampu permesinan dan sifat mampu

Gambar 2 : Struktur Mikro Awal SKD-11

Mod.2'9)Pembesaran400X
putih = ferit; pulau-pulau hitam= karbida

far*? ' a . ? v - ' ;

r c

SO

untuk digerinda SKD-11 Mod. lebih baik.


2. Sifat mampu las-nya lebih baik
3. Sifat mampu keras SKD-11 Mod. lebih
tinggi
4. Tegangan sisa yang terjadi setelah proses
EDM, pada SKD-11 Mod. lebih kecil.
5. Nilai keras permukaan yang dapat dicapai
SKD-11 Mod lebih tinggi.
Terlihat bahwa untuk kondisi awal, baja
SKD-11 Mod. ini tidak berbeda jauh dengan
baja SKD-11, yaitu pada kondisi struktur
karbida yang lebih halus dan merata dengan

kekerasan awalnya HB 255 maks.


. Tetapi
setelah mengalami proses perlakuan panas,
perubahan-perubahan sifat yang terjadi cukup
besar.

Perlakuan Panas Baja Perkakas untuk


Gambar 3 : Struktur Mikro SKD-11 Setelah

Pelunakan11*
bulat-bulat = karbida dan putih = ferit
Karateristik SKD-11 dan SKD-11 Mod

Karena memang pada dasarnya SKD-11


Mod. dibuat sebagai penyempurnaan dari
SKD-11, maka ada 3 (tiga) kelebihan dari sifat

dasarnya2'. yaitu :
1. Nilai keras yang dicapai oleh SKD-11
Mod. setelah perlakuan panas ternyata
lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai
keras yang dapat dicapai oleh SKD-11.
2. Ketangguhan SKD-11 Mod. 2 (dua) kali
ketangguhan SKD-11.
Bahkan di dalam kelompoknya, yaitu
kelompok baja perkakas untuk proses

pengerjaan dingin, diklaim sebagai yang


paling tangguh.

Pengerjaan Dingin1 " *


Kelompok
baja
perkakas
untuk
pengerjaan dingin, cold worked tool steel,
kecuali
untuk
tipe
A-10,
tidak
direkomendasikan untuk mengalami proses
penormalan, normalizing. Baja-baja tipe ini
biasanya disiapkan dalam kondisi sudah
dilunakkan, annealed. Proses pelunakan juga
disarankan untuk baja-baja tipe ini yang telah
mengalami
proses
penempaan,
proses
pengerasan, proses pengelasan. dan yang akan

mengalami proses pengerasan ulang.


Di
dalam
proses
pengerasannya,
kelompok baja ini harus mengalami proses
pemanasan awal untuk mengurangi distorsi

sebelum mengalami proses austenisasi. Proses


austenisasi baja-baja dari kelompok ini dapat
dilakukan baik dengan menggunakan berbagai
jenis dapur maupun dengan menggunakan
telaga garam, bahkan untuk jenis-jenis tertentu

56

MESIN. Vol. 9, No. 1, Januari 2007, 53 - 67

dapat juga menggunakan telaga timah. Proses


pendinginan untuk memperoleh nilai keras
maksimum biasanya dengan menggunakan
udara tenang, kecuali untuk jenis D-3. Tetapi
dengan melihat pada ukuran, mampu keras,
dan kerumitan bentuk yang dimiliki oleh setiap
benda kerja, maka proses pendinginan dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. udara tenang
2. udara berputar
3.

udara bertekanan

4. oli sampai menjadi hitam


5. oli dengan cara konvensional.

melihat pada kecenderungan kurva diagram


ini,
maka
suhu
austenisasi
yang
direkomendasikan untuk baja SKD-11 adalah

(1000 - 1050)C, dengan nilai keras setelah


proses yang diperoleh adalah minumum HRc.
61. Sedangkan untuk SKD-11 Mod., kurva
nilai keras bergerak naik dari suhu austenisasi

980C dengan HRc 63 sampai suhu


austenisasi 1030C dengan HRc 65, lalu
bergerak turun sampai akhirnya nilai kerasnya
lebih rendah dari nilai keras semula, yaitu HRc

57 pada suhu austenisasi 1100C. Untuk


SKD-11

Mod.,

suhu

austenisasi

yang

direkomendasikan adalah (1020 - 1040)C


Setelah mengalami proses pengerasan,
biasanya dilanjutkan dengan proses pemudaan.
Untuk kelompok baja ini biasanya pemudaan
dilakukan sampai 2 (dua) atau 3 (tiga) kali
karena adanya kecenderungan bertahannya
austenit sisa di dalam karbidanya. Selain
pemudaan berulang, perlakuan sub-zero juga
direkomendasikan untuk mengatasi masalah
tersebut, walaupun efek/kerusakan yang
timbul dari perlakuan tersebut masih menjadi
pembahasan.

dengan nilai kerasnya minimal HRc 62.


66

Folding time: 1 hr
64

SKD u

"V> .

62

60

SKD 11 Moi
58

56

980

1000

1020

1040

1060

1080

1100

Austenitizing Temp (C)

Gambar 5. Grafik suhu austenisasi vs nilai

keras2'910'
bulat hitam = SKD-11 Mod. bulat putih = SKD-11

Gambar 4 : Struktur mikro SKD-11 setelah

pengerasan14*, Pembesaran 400X


bulat-bulat = karbida dan putih = ferit
Perlakuan Panas SKD-11 dan SKD-11 Mod

Pada Gambar 5 terlihat bahwa nilai keras

SKD-11 bergerak naik mulai suhu austenisasi

980C sampai suhu austenisasi 1040C, yaitu


dari HRc 62 menjadi HRc 65. Setelah itu
kurva terlihat bergerak turun hingga nilai keras
yang dimiliki menjadi lebih kecil dari pada
nilai keras sebelum dikeraskan, yaitu HRc

58 pada suhu austenisasi 1100C. Dengan

Dengan merujuk pada Gambar 5, terlihat


baja SKD-11 mempunyai kurva suhu
austenisasi vs nilai keras yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan baja modifikasinya.
Nilai keras yang sama dicapai pada suhu

austenisasi 1030C, yaitu HRc. 65.


Adanya penambahan unsur-unsur di
dalam komposisi kimia baja SKD-11 Mod.,
menyebabkan diagram CCT yang dimilikinya
bergeser dan melebar jika dibandingkan
dengan diagram CCT baja asalnya, yaitu SKD11, sebagaimana terlihat pada Gambar 6. Ms
yang dimiliki SKD-11 Mod., yaitu Ms =
150 C, Lebih rendah jika dibandingkan

dengan Ms dari SKD-11, Ms = 190C.


Awal pembentukan martensitnya terjadi lebih
dulu, yaitu untuk SKD-11 Mod. akan mulai

Perbandingan karakteristik SKD 11 Mod terhadap SKD 11 (R.D. Sulamet-Ariobimo)

57

500

1000

Gambar 6: Diagram CCT9-l0)


garis sambung= SKD-11 Mod., garis putus-putus = SKD-l I

Annealing

Quenching (A - D) correspond to the curves


D

dOta'X
SKD
Mod

m&w

11

SKD
11
r v TVJl'1

terbentuk pada menit ke 1.3 sedangkan untuk


SKD-11 baru akan mulai terbentuk pada menit
ke 5. Interval waktu pembentukkan martensit
untuk SKD-11 Mod. lebih lama, yaitu
martensit masih terbentuk di menit ke 300.

sedangkan untuk SKD-11


pembentukan
martensit hanya sampai menit ke 50.
Dengan melihat pada Gambar 6, pada
kondisi apapun, baik itu awal maupun setelah

58

H^i^

mengalami proses pengerasan, struktur mikro


baja SKD-11 Mod. tetap terlihat lebih halus
dan homogen.
Kurva suhu pemudaan vs nilai keras
yang dimiliki baik oleh SKD-11 Mod. maupun
SKD-11 berbentuk gelombang, Gambar 7.
Dengan turunnya kurva sampai titik minimum
lalu berbalik bergerak naik, dan setelah titik
maksimumnya tercapai maka kurva kembali

MESIN, Vol. 9, No. 1, Januari 2007, 53 - 67

bergerak turun. Yang membedakan kedua


kurva tersebut adalah derajat kecuraman
masing-masing kurva, Gambar 7, kurva SKD11 lebih curam jika dibandingkan dengan
kurva SKD-11 Mod.. Selain derajat kecuraman

64
62

: L ^t*.
^N

60

<

kurva, titik balik minimum dan maksimum

nilai keras masing-masing kurva juga berbeda,


yaitu: untuk titik balik minimum kurva SKD-

11 Mod. adalah pada suhu pemudaan 300C,


sedangkan kurva SKD-11 baru mulai naik

setelah suhu pemudaannya 400C, untuk titik

;i \
\ \

>V

56

Si 54

balik maksimum, titik balik maksimum kurva

SKD-11 Mod, adalah pada suhu pemudaan

\
N <)
\

\ \

50

510C sedangkan untuk SKD-11 adalah pada


suhu pemudaan 500C.

\\

48

Austenitizing
46
64

62

%
nfci

60

>

58

f** ^

^
"^-

_>'''

I
>

quenched

* 54

\
52

\
i

quenched

200

300

400

nr

I.
200

.-

"1,030 C x 1

500

520

540 560

580

600

Tempering temp (C x 1 hr)

Gambar 8 : Diagram suhu pemudaan vs nilai


keras9J0)
SKD-11 Mod.O = pemudaan lx,0 = pemudaan 2x

SKD-11 : A =pemudaan Ix, A= pemudaan 2x

500 520 540 560 580

Tempering temp (C x 1 hr x 2 times)

Gambar 7 : Diagram suhu pemudaan vs nilai

keras2-9-"*

SKD-11 Mod.: garis tebal


SKD-11 : garis putus-putus

Austei litizing

103 0C

a
Banyaknya proses pemudaan yang
dialami oleh
SKD-11
Mod.
ternyata
mempunyai
efek
yang
berbeda jika
dibandingkan dengan SKD-11, Gambar 8,
proses pemudaan yang kedua bagi SKD-11
Mod. menyebabkan terjadinya kenaikan nilai
keras bukan penurunan.
Pada Gambar 9 terlihat bahwa untuk

nilai keras yang sama, ketangguhan SKD-11


Mod. lebih tinggi jika dibandingkan dengan
SKD-11. Selain itu rentang ketangguhan
SKD-11 Mod. lebih panjang jika dibandingkan
SKD-11, yaitu untuk SKD-11 Mod. HRc (56
- 62) sedangkan SKD-11 HRc (56 - 59).
Tetapi kurva SKD-11 Mod. lebih curam jika
dibandingkan dengan SKD-11.

<

OS

.1

^.

I
8
56

58

60

62

Hardness (HRc)

Gambar 9 : Diagram nilai neras vs

ketangguhan2,9*
SKD-11 Mod.: garis hitam
SKD-11 : garis putus-putus

Perbandingan karakteristik SKD 11 Mod terhadap SKD 11 (R.D. Sulamet-Ariobimo)

59

yang kemudian dipotong-potong menjadi


benda uji sebanyak masing-masing 25 (dua
puluh lima) buah.

METODOLOGI
Alur Penelitian

Penelitian dilakukan mengikuti


seperti ditunjukan pada Gambar 10.

alur

Benda Uji

Semua benda uji yang digunakan, baik


untuk SKD-11 Mod. maupun SKD-11,
masing-masing diambil dari sebuah batang

Tahapan Proses
Pada penelitian ini diambil proses
pengerasan dengan metode konvesional dan
proses pemudaan 1 (satu) tahap baik untuk
SKD-11 Mod. maupun SKD-11.

SKD 11

SKD 11

Pengujian Awal
Komposisi Kimia

Struktur Mikro

Nilai Keras

1
DATA AWAL 2

DATA AWAL 1

Preheating 1
T = 650C, t = 30 menit
Preheating 2
T = 850C, t = 30 menit
Austenisasi

T= 1030C,t = 60 menit

Quenching Udara Tersirkulasi


Pengujian

Struktur Mikro

Nilai Keras
DATA

DATA

Tempering, T = 30 menit
2x

Tt, = 300 C

Tt2 = 400 C

Tt3 = 500 C

Pengujian

HRC

Struktur Mikro

DATA
Pembahasan

Kesimpulan
Saran

Gambar 10. Alur penelitian

60

MESIN, Vol. 9, No. 1, Januari 2007, 53 - 67

Pada diagram alir terlihat bahwa tahapan


prosesnya terbagi atas 3 tahap, yaitu: tahap
persiapan benda kerja, tahap proses, dan tahap

ditahan pada suhu tersebut, dan kemudian

pengujian.
Pada tahap persiapan benda kerja
dilakukan proses pemotongan dan proses
pembersihan dengan amplas. Setelah itu lalu
dilakukan pengujian untuk memperoleh
kondisi awalnya. Pengujian yang dilakukan

baik yang sudah mengalami proses tersebut


akan mengalami pengamatan struktur mikro

meliputi
pengujian komposisi kimia,
pengamatan struktur mikro, dan pengujian

awal 1 sampai dengan proses pemudaan

didinginkan pada atmosfir ruangan.


Pada tahap pengujian, semua benda kerja

dan pengujian kekerasan.


Data Proses yang Dilakukan
Data-data selama proses

pemanasan

ditunjukkan pada Tabel 3, sedang untuk


penamaan sampel pada Tabel 4.

kekerasan.

Setelah itu semua benda kerja baru akan

memasuki tahap prosesnya masing-masing,


yang kalau dikelompokan secara garis besar
meliputi: pemanasan awal, dilanjutkan dengan
pemanasan
sampai
suhu
austenisasi,
penahanan pada suhu austenisasi, dan

HASIL PENGUJIAN DAN


PEMBAHASAN

Hasil Pengujian

Hasil pengujian komposisi kimia dapat


dilihat pada Tabel 5. dan hasil pengamatan
struktur mikro pada Gambar 11 sampai

pendinginan di dalam media udara. Setelah


proses pendinginan selesai, sebagian benda
kerja dikeluarkan untuk dilakukan pengujian,

Gambar 20.

sedangkan sisanya kembali dipanaskan untuk


proses tempering dengan tahapan pemanasan
sampai suhu pemudaannya masing-masing,

Tabel 3. Data proses


PROSES
AUSTENI

PENDINGIN

AWAL1

PEMANASAN
AWAL 2

SASI

AN

TEMPERATUR

650 C

850 C

1030C

Suhu Ruang

WAKTU

30 menit

30 menit

60 menit

PEMANASAN

PEMUDAAN

300 C
400 C
500 C
60 menit
proses

media yang
digunakan

pemudaan

adalah udara

sebanyak 2

KETERANGAN

dilakukan
kali

Tabel 4. Penamaan sampel


KONDISI
Awal

Pengerasan

Pemudaan

VARIAN
-

NAMA SAMPEL
A
H

300C

T-l

400C

T-2

500C

T-3

Perbandingan karakteristik SKD 11 Mod terhadap SKD 11 (R.D. Sulamet-Ariobimo)

61

Tabel 5. Hasil uji komposisi kimia.


KOMPOSISI KIMIA (%)
SKD-11

UNSUR

SKD-11 Mod.

STANDAR
PENGUJIAN

PENGUJIAN

JIS

PEMBUAT

carbon

1,40- 1.60

1,40- 1,60

1,417

0,945

silikon

<0,40
< 0,60

0,31

0,914

0,46

phosphor

0,40 maks.
0,60 maks.
0,030 maks.
0,030 maks.

0,025
0,001

0,324
0,022

sulfur

< 0,030
< 0,030

cuprum

ns

nickel

ns

<0,25
<0,50

0,16

0.422

chrom

11.00- 13,00

1 1,62

8.237

molybdenum
vanadium

0,80- 1,20
0,20-0,50

wolfram

ns

mangan

Keterangan

0,032

11,00-13,00
0,80- 1,20
0,20-0,50
-

0,004

0,83

1.907

0,22

0,169

0,09 (-)

0,084 (-)

ns (not spesified) = tidak diberikan batasan

Gambar 11. Struktur mikro awal SKD-11


Pembesaran 500X

Keterangan: putih - ferit, hitam - karbida 9)

Gambar 12. Struktur mikro awal SKD-1


Mod. Pembesaran 500X

Keterangan: putih - ferit, hitam - karbida 9)

Gambar 13. Struktur mikro SKD-11 setelah


proses pengerasan. Pembesaran 500X
Keterangan : garis-garis hitam = martensit
putih = austenit sisa,6l7)

Gambar 14. Struktur mikro SKD-11 setelah


proses pengerasan. Pembesaran 500X
Keterangan : garis-garis hitam = martensit

putih = austenit sisal6J7)

62

MESIN, Vol. 9, No. I, Januari 2007, 53-67

Gambar 15. Struktur mikro SKD-11 setelah

Gambar 18. Struktur mikro SKD-11 Mod.

proses pemudaan 300 C - Pembesaran 500X


Ket. : hitam - martensit temper, putih - karbida 9)

setelah proses pemudaan 400 C Pembesaran 500X

Ket. : hitam - martensit temper, putih - karbida 9>

Gambar 16. Struktur mikro SKD-11 Mod.

setelah proses pemudaan 300C Pembesaran 500X

Gambar 19. Struktur mikro SKD-11 setelah

proses pemudaan 500C -Pembesaran 500X

Ket. : hitam - martensit temper, putih - karbida 9)

Ket. : hitam - martensit temper, putih - karbida 9)

Gambar 17. Struktur mikro SKD-11 setelah

Gambar 20. Struktur mikro SKD-11 Mod.

proses pemudaan 400 C - Pembesaran 500X


Ket. : hitam - martensit temper, putih - karbida9>

setelah proses pemudaan 500 C Pembesaran 500X

Ket. : hitam - martensit temper, putih - karbida '

Perbandingan karakteristik SKD 11 Mod terhadap SKD 11 (R.D. Sulamet-Ariobimo)

63

dalam jumlah yang sangat kecil.


Data SKD-11 bila dibandingkan dengan
data pengujian yang diambil dari baja yang
dikatakan sebagai SKD-11 Mod., terlihat
adanya
beberapa
perbedaan
unsur,
sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 7.
Dari Tabel 7, dapat dilihat bahwa kadar
carbon SKD-11 Mod. lebih rendah jika
dibandingkan dengan SKD-11, pengurangan
kadar carbon ini berkaitan dengan pengaruh
unsur carbon yang mengurangi ketangguhan

Pembahasan

Hasil pengujian komposisi kimia terlihat


perbedaan antara standar JIS dengan standar
pabrik pada unsur cuprum (Cu) dan nikel (Ni).
Pada JIS, untuk kedua unsur tersebut tidak

diberikan batasan secara spesifik, tetapi


berdasarkan standar pembuat/pabrik, diberikan
di dalam batas maksimum (lihat Tabel 2).
Kalau hasil pengujian dibandingkan dengan
kedua standar yang ada, hasil dari pengujian
masuk ke dalam kedua standar tersebut,

sehingga secara komposisi kimia dapat


dikatakan bahwa baja yang digunakan adalah
benar SKD-11. Di luar unsur-unsur yang
distandarkan,
hasil
pengujian
juga
menunjukkan adanya unsur-unsur lain tetapi

dari baja. Kadar silikon di dalam SKD-11


Mod. lebih tinggi dari SKD-11, hal ini
berkaitan dengan kemampuan silikon di dalam

meningkatkan ketangguhan dan pemerataan


distribusi nilai keras yang akan kemudian

Tabel 6. Hasil uji keras Rockwell(HRc)


KODE

SKD-11

BENDA UJI

STANDAR

SKD-11 Mod.

STANfcM

PENGUJIAN

(255) maks.
A

fl^UJlAN^

(255) maks.

25,4-maks.,5)

12,70

25,4-maks.,5)

24,62

min. 61

63,80

min 62

62,80

T-l

58,5

57,40

59,50

58,76

T-2

58,0

59,10

60,00

59,70

T-3

59,9

59,30

61,50

60,72

Keterangan

() nilai keras dalam HB, nilai keras Brinell

Tabel 7. Perbandingan komposisi kimia SKD-11 dengan SKD-11 Mod.


KOMPOSISI KIMIA (%)
SKD-11

UNS10R

STAINT>AR

SKD-11 Mod.

KETERANGAN

JIS

PEMBUAT

PENGUJI
AN

carbon

1,40-1,60

1,40-1,60

1,417

0,945

< 32,50%

silikon

0,40 maks.

<0,40

0,31

0,914

> 128,50%

chrom

11,00-13,00

11,00-13,00

11,62

8,237

< 25,12%

molybdenum

0,80-1,20

0,80-1,20

0,83

1,907

> 138,38%

vanadium

0,20-0,50

0,20 - 0,50

0,22

0,169

ok

nickel

ns

<0,50

0,16

0,422

tetap masuk di
dalam batas,
tetapi jika
dibandingkan >

PENGUJIAN

163,88%

64

MESIN, Vol. 9, No. 1,Januari 2007, 53- 67

mempengaruhi mampu keras dari baja.


Sedangkan kadar chrom di dalam SKD-11
Mod. lebih rendah dari SKD-11 karena selain

chrom meningkatkan temperatur kritis,


memperlambat kecepatan pendinginan, dan
juga stabilisator karbida, tetapi di sisi lain,
chrom juga memperbesar butir. Sedangkan
butiran yang diinginkan di dalam SKD-11
Mod., terutama untuk karbidanya, adalah yang
halus.

Molibdenum di dalam SKD-11 Mod.

ditemukan cukup tinggi, karena selain unsur


yang sangat berpengaruh di dalam proses
secondary hardening, molybdenum juga
mengurangi kecenderungan pelunakan pada
suhu tinggi dan juga mengurangi kecepatan
pendinginan kritis proses, selain itu juga
sekaligus adalah stabilisator karbida. Selain
pengaruh yang disebutkan tadi, molybdenum
juga memperbaiki mampu keras dan
katangguhan dari baja. Untuk vanadium,
kandungannya di dalam SKD-11 Mod.
memang berada di bawah standar yang
diberikan oleh JIS maupun pembuatnya untuk
SKD-11, tetapi kalau dilihat secara umum,
maka kadar vanadium yang dimiliki oleh baja
SKD-11

Mod.

ini

masih

di

dalam

batas

wajarnya, yaitu (0,15 - 0,20)%. Nikel,


memang masih ada di dalam standar yang
diberikan untuk SKD-11 baik oleh JIS maupun
pembuat, tetapi jika dibandingkan antara yang
terkandung di dalam SKD-11 hasil pengujian,
bedanya cukup jauh, yaitu sekitar 26%. Hal ini
mungkin dilakukan mengingat bahwa nikel
memberikan
efek
penghalusan
butir.
Berdasarkan atas data pengujian yang
diperoleh di dalam pembuatan SKD-11 Mod.
maka dari komposisi kimia standar SKD-11:
unsur-unsur carbon dan chrom dikurangi dan
unsur-unsur

silikon

dan

vanadium

ditambahkan, unsur nikel kadarnya dibuat


mendekati maksimum.

Struktur mikro SKD-11 hasil pengujian,


jika dibandingkan dengan standar yang ada,
untuk kondisi awalnya sesuai dan terdiri atas
ferit dan karbida. Karbida yang ada adalah
karbida chrom.

Struktur mikro awal SKD-11

Mod. terlihat sama jenisnya baik dengan


struktur mikro SKD-11 maupun dengan
standar pembandingnya untuk semua proses.
Yang membedakannya adalah kondisi dari

karbida yang cenderung lebih halus dan proses


distribusinya yang tersebar lebih merata. Jika
melihat struktur mikro SKD-11 untuk proses
pemudaan, ternyata untuk pemudaan dengan

suhu 400C strukturnya lebih halus dan


distribusinya pun terlihat lebih merata
dibandingkan dengan proses pemudaan dengan

suhu

300C.

Dan

kondisi

ini

dapat

menyebabkan naiknya nilai keras. Jika


dilakukan perbandingan dengan mengambil
standar lain, untuk kondisi awal, Gambar 3,

struktur yang terbentuk menyerupai, tetapi hal


ini tidak berlaku untuk struktur yang telah
mengalami proses pengerasan, Gambar 4.
Dengan mengacu pada diagram fasa 12%
Chrom, maka terlihat bahwa karbida yang
terbentuk pada SKD-11 Mod berbeda dengan
karbida pada SKD-11. Pada SKD-11 Mod.
terbentuk 2 jenis karbida chrom, yaitu
(FeCr)7C3 dan (FeCr)23C6 sedangkan pada

SKD-11

hanya

1,

yaitu

(FeCr)7C3,6).

Timbulnya dua jenis karbida inilah yang juga


turut menyebabkan terjadinya peningkatan
nilai keras.

Hasil dari uji keras untuk kondisi awal


baja SKD-11 terlihat jauh lebih kecil jika
dibandingkan nilai keras awal SKD-11 Mod.,
tetapi semuanya masih masuk dalam batas
yang diberikan oleh standar. Perbedaan nilai
keras awal ini disebabkan dengan adanya
peningkatan dan pengurangan kandungan
unsur-unsur yang berhubungan dengan

peningkatan nilai keras, dan juga karena


adanya penghalusan dan perataan distribusi
karbida. Setelah proses pengerasan, nilai keras
SKD-11 naik menjadi 63,8, sedangkan SKD11 Mod. menjadi 62,8, semuanya itu masih
masuk di dalam toleransi standar. Sedangkan
untuk proses pemudaan nilai keras masingmasing juga masuk dalam toleransi standar.
Jika dibandingkan antara nilai keras hasil
pemudaan SKD-11 dengan SKD-11 Mod.,
maka nilai keras hasil pemudaan SKD-11
Mod. lebih tinggi. Juga terlihat pada Gambar
17, adanya penyimpangan bentuk grafik untuk
SKD-11 hasil pengujian, yaitu nilai keras yang
terus naik, dan hal ini tidak sesuai dengan
grafik standar yang ada, kejadian ini jika
dilihat dari struktur mikronya, memang seperti
dijelaskan di atas, struktur mikro proses

Perbandingan karakteristik SKD 11 Mod terhadap SKD 11 {R.D. Sulamet-Ariobimo)

65

65
-StandarSKD II

Mod

-A- Standar SKD II

SKD

II Mod

SKD

II

S
a

5,60X

55

200

300

400

500

600

Suhu pemudaan (C)


Gambar 17 : Diagram nilai keras terhadap suhu pemudaan

pemudaan lebih halus dan distribusinya lebih


merata.

4. Jika melihat pada kecenderungan/fre/id


yang dimiliki oleh kurva nilai keras vs
suhu pemudaan, terlihat bahwa untuk
SKD-11 ada penyimpangan trend.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Jika dibandingkan antara komposisi kimia

baja SKD-11 dengan SKD-11 Mod.,


terlihat bahwa modifikasi komposisi
dilakukan terhadap unsur carbon, silikon,
chrom, molybdenum, dan nikel dengan
mengurangi atau manambahkan jumlah
kandungannya sesuai dengan pengaruh
yang diberikannya.
2. SKD-11 dan SKD-11 Mod. mempunyai
struktur mikro dengan jenis yang sama,
yang berbeda adalah kehalusan dan
distribusi dari struktur-struktur tersebut,

dengan kondisi struktur mikro SKD-11


Mod. mempunyai struktur karbida yang
lebih halus dan lebih terdistribusi secara
merata.

3. Perbaikan sifat yang dilakukan kepada


SKD-11 dengan diciptakannya SKD-11
Mod. diutamakan kepada perbaikan sifat
mampu
keras,
hardenability,
dan
ketangguhan,
toughness,
sehingga
perubahan sifat baru terlihat setelah
dilakukannya proses pengerasan dan
pemudaan.

66

Saran

1. Dilakukan penelitian lebih lanjut untuk


menentukan batasan komposisi kimia dari
SKD-11 Mod..

2. Dilakukan penelitian lanjutan untuk


melihat hubungan antara struktur mikro
yang terbentuk dengan kenaikan nilai keras
yang terjadi sekaligus untuk mengoreksi
standard.

3. Dilakukan penelitian sifat mampu keras


dari baja SKD-11 dan SKD-11 Mod..
4. Dilakukan penelitian lebih lanjut tentang
penyimpangan trend kurva baja SKD-11.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sulamet-Ariobimo, R.D., Pengaruh suhu


tempering terhadap SKD 11 Mod., Mesin Jurnal Ilmiah Teknik Mesin, 2006, Vol. 8,
No. 3.

2. Daido Steel Co. Ltd., DC 53 -

New

General Purpose Cold Die Steel, Nagoya,


Jepang
3. www.tech.plvmounth.ac.uk

MESIN, Vol. 9, No. 1, Januari 2007, 53 - 67

4. www.pvsteel.com. 22/11/2006, Paxton &


Vierling Steel.
5. www.primosknives.com.
22/11/2006,
Terry Primos

13. ASM

6.

14. ASM

www.materialsengineer.com. 22/11/2006

7. JIS, JIS G4404 - 2000, Alloy Tool Steels,


2000, Tokyo, Jepang: Japanese Standard
8

Daido Steel Co. Ltd., DC 11 Technical

Data, Nagoya, Jepang.


9. Daido Steel Co. Ltd., Heat Treatment

Manualfor DC 53, Nagoya, Jepang

Committee,

Metals

Handbook, 8th ed., vol. 2, Heat Treatment,


1978, Metals Park, Ohio, United State of

America: American Society for Metals.


Handbook

Committee,

Metals

Handbook, 8th ed., vol. 7, Atlas of


Microstructure of Industrial Alloy, 1978,
Metals

Association

Handbook

Park,

Ohio,

United

State

of

America: American Society for Metals.


15. Hardness Conversion Chart For Hardened

Steel and Hard Alloys - ASTM E140


16. ASM

Handbook

Committee,

Metals

10. Daido Steel Co. Ltd., DC 53 Technical

Handbook, 8th ed., vol. 8, Metallography,

Data, Nagoya, Jepang.


11. Thelning, K., Steel and its heat treatment,

Structures and Phases Diagrams, 1978,

2nd ed.: p. 92-103, 1984, London, Great


Introduction

Park,

Ohio,

United

State

of

America: American Society for Metals.


17. Krauss, G., Steel Heat Trearment and

Britain: Butherworth

12. Avner,

Metals

to

Physical

Process Priciples,

1990, Metals Park,

Metallurgy, 2nd ed.: p. 356-357, 1986,

Ohio, United State of America: American

Singapore: McGraw Hill Book Co.

Society for Metals.

Perbandingan karakteristik SKD 11 Mod terhadap SKD 11 (R.D. Sulamet-Ariobimo)

67

You might also like