Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Penegasan Istilah
Skripsi ini berjudul Tingkat Perbandingan Dalam Bahasa Indonesia, Arab, dan
Inggris Serta Implikasinya Dalam Pengajaran Bahasa Arab (Suatu Analisis Kontrastif ).
Dari judul tersebut agar tidak terjadi asumsi serta pernafasan yang keliru mengenai obyek
pembahasan yang dimaksud, di sini penulis perlu menguraikan, menjelaskan dan
menegaskan judul tersebut.
1. Tingkat Perbandingan
Perbandingan berarti memberi nilai lebih terhadap sesuatu. Sehingga tingkat
perbandingan dapat diartikan sebagai bentuk morfologi yang menunjukkan keadaan
lebih dari sesuatu terhadap yang lain.
2. Bahasa Indonesia, Arab dan Inggris
Yang dimaksudkan dengan ketiga bahasa adalah bahasa baku yang menjadi
bahasa resmi negara masing-masing dan sesuai dengan tata bahasa yang sudah
ditentukan.
3. Analisis Kontrastif
Analisis
kontrastif
adalah
aktivitas
atau
kegiatan
yang
mencoba
membandingkan struktur B1 dengan struktur B2 untuk mengidentifikasi perbedaanperbedaan antara kedua bahasa. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat digunakan
sebagai landasan dalam meramalkan atau memprediksi kesulitan-kesulitan belajar
berbahasa yang akan dihadapi para siswa.[1]
tinggi Islam maupun pondok-pondok pesantren (modern). Penguasaan atas dua bahasa
tersebut menjadi sebuah tantangan sekaligus tuntutan bagi mereka, sebab khasanah
intelektual Islam yang bermutu banyak ditulis ke dalam dua bahasa tersebut.
Bahasa Arab bagi seorang menjadi kunci pokok untuk membuka cakrawala
pengetahuan keislaman. Dengan kunci itulah, ia akan mampu mengetahui tentang
sejarah, keilmuan, serta kebudayaan Islam yang dahulu pernah mencapai mercusuar
peradaban internasional sebelum akhirnya tergilas oleh peradaban modern sekarang ini.
Mengapa bisa tergilas dan terpendam, tidak lain oleh karena tiadanya generasi penerus,
yang paling tidak bisa mempertahankan kalaupun tidak mampu mengembangkan
peradaban pendahulunya. Mengapa pula mereka tidak mampu mempertahankannya,
jawabannya adalah karena mereka buta dari peradaban tertulis.[2]
Bahasa Arab sebagai bahasa ilmu pengetahuan telah diakui peranannya oleh
lembaga internasional, bahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah membuat suatu
keputusan yang menetapkan bahasa Arab sebagai salah satu bahasa resmi yang
dipergunakan dalam lembaga internasional ini serta lembaga-lembaga yang bernaung di
bawahnya. Dengan demikian bahasa Arab menjadi sangat penting artinya
bagi
bangsa Indonesia sebagai salah satu anggota PBB sekaligus sebagai negara yang
mayoritas penduduknya beragama Islam dan juga telah lama menjalin hubungan cukup
erat dengan negara-negara Arab. Adanya kepentingan tersebut menjadikan bahasa Arab
dalam segala aspeknya, layak dan menarik untuk dikaji.[3]
Demikian pula halnya dengan bahasa Inggris yang merupakan bahasa
komunikasi dunia. Umat Islam mau tidak mau harus berusaha menguasainya juga jika
tidak ingin tersisih dari pergaulan dunia. Dalam dunia keilmuan, banyak karya bermutu
yang ditulis dalam bahasa ini. Bahkan tidak sedikit juga karya keislaman oleh sarjana
Barat, yang tentunya lebih obyektif dalam melihat Islam, yang ditulis ke dalam bahasa
Inggris
seolah-olah
tidak
mereka
maksudkan
untuk
konsumsi
orang
Islam
saja. Para cendekiawan muslim sendiri tidak jarang menorehkan karya-karya mereka
dalam bahasa ini. Barangkali mereka bermaksud agar karya mereka dapat dibaca oleh
khalayak yang lebih luas. Memang sepuluh sampai dua puluh tahun terakhir ini Islam
seolah menjadi agama yang paling menarik perhatian dunia internasional terlepas dari
baik buruknya pandangan mereka terhadap agama ini.
Disinilah letak pentingnya kedua bahasa tersebut bagi umat Islam. Dan kita,
mahasiswa UIN Sunan Kalijaga,
perjuangan harus berusaha sekuat tenaga menguasai kedua bahasa tersebut sebagai bekal
kita membuka serta menyelami khasanah intelektual Islam bermutu yang banyak ditulis
ke dalam dua bahasa tersebut.
Masalahnya sekarang adalah bagaimana meningkatkan kualitas berbahasa Arab
dan Inggris yang oleh sebagian mahasiswa masih dianggap sebagai bahasa yang sulit
bahkan memandangnya sebagai momok. Hal ini merupakan tantangan yang harus
diupayakan pemecahannya. Di sini peran guru dan pakar bahasa Arab sangat dinantikan.
Upaya yang dapat dilakukan berupa pengadaan pusat latihan, laboratorium bahasa,
kursus-kursus, massa media yang menyajikan bahasa Arab dan inggris yang praktis, serta
buku-buku karya ilmiah yang menyajikan bahasa Arab dan inggris yang mudah,
gamblang serta metodologis. Dan hal ini, khususnya bahasa Arab, terasa masih langka.
[4]
Tingkat perbandingan dalam bahasa Arab biasa disebut Isim Tafdhil sedangkan
dalam bahasa inggris disebut Eletives atau Degree of Comparison. tingkat perbandingan
termasuk fungsi gramatikal yang sering dipakai. Sehingga sangat penting bagi kita
sebagai mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa untuk memahaminya sebagai bekal kita
menelaah teks-teks Arab maupun inggris.
C. Rumusan masalah
Berdasarkan atas uraian latar belakang yang penulis kemukakkan di atas maka ada
beberapa persoalan pokok yang dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai
berikut :
1. Bagaimana bentuk tingkat perbandingan dalam bahasa Arab?
2. Bagaimana bentuk tingkat perbandingan dalam bahasa Inggris?
3. Bagaimana bentuk tingkat perbandingan dalam bahasa Indonesia?
4. Apa saja perbedaan dan persamaan diantara bentuk tingkat perbandingan dalam
bahasa Arab, inggris dan Indonesia?
5. Apa implikasi dari perbedaan-perbedaan tersebut dalam pembelajaran bahasa Arab ?
e.
2. Kegunaan Penelitian
a.
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengajar bahasa Arab dan inggris di Jurusan
Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga dalam
menentukan kebijaksanaan peningkatan keberhasilan pengajaran kedua bahasa.
c.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Metode penelitian merupakan cara untuk menempuh sesuatu yang hendak
dicapai. Dalam skripsi ini, jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah
penelitian perpustakaan (library research) yaitu penelitian yang menggunakan cara
untuk mendapatkan data dan informasi dengan memanfaatkan fasilitas yang ada alam
perpustakaan seperti buku-buku, majalah, dokumen, catatan, kisah-kisah sejarah.[10]
2. Pengumpulan Data
Sebelum dilakukan penelitian ini, penulis telah menemukan dan menentukan
obyek yang hendak diteliti. Karena hal ini merupakan langkah pertama dalam
melaksanakan penelitian.
Adapun obyek pembahasan dalam skripsi ini adalah struktur kalimat dalam
bahasa Arab, bahasa Inggris dan bahasa Indonesia kemudian untuk mengumpulkan
Metode Induktif
Yaitu metode yang prinsipnya apa yang dipandang benar pada suatu kelas atau
jenis, berlaku juga sebagai hal yang benar pada semua peristiwa yang termasuk
dalam kelas atau jenis itu.[12]
b. Metode Deduktif
Yaitu cara menarik kesimpulan dari pengetahuan yang bersifat umum dan bertitik
tolak pada pengetahuan umm itu kita menilai kejadian yang bersifat khusus.[13]
F. Tinjauan Pustaka
Karya dari rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Arab yang membahas
tentang Analisis Kontrastif antara lain skripsi yang berjudul Analisa Kontrastif Struktur
Kalimat Tunggal Dalam Bahasa Arab dab Bahasa Indonesia karya rekan Supriyadi,
karya lain oleh rekan Mamik Nurohmati yang berjudul Kata Tunjuk Dalam Bahasa Arab
skripsi
ini
saya
mencoba
membandingkan
tiga
bahasa
yaitu
bahasa Arab, Indonesia dan inggris, sebab bahasa Inggris tidak kalah pentingnya dari
bahasa Arab. Di jurusan PBA sendiri, bobot mata kuliah bahasa Arab dan bahasa Inggris
sama-sama 8 SKS. Di sini menunjukkan bahwa mahasiswa jurusan PBA dituntut
menguasai kedua bahasa tersebut dengan kualitas yang sama. Meskipun hasil dari
analisis ini nantinya ditujukan untuk memberi masukan bagi pembelajaran bahasa Arab.
Tetapi sebenarnya, penulis juga terinspirasi oleh buku yang berjudul Problematika
pengajaran bahasa Arab dan Bahasa Inggris karya Umar Assasudin Sokah. Dalam buku
tersebut dia membuat studi perbandingan struktur kalimat kondisional dalam bahasa
Inggris, Arab dan Indonesia. Skripsi ini bisa dianggap sebagai pelengkap atas karya-karya
terdahulu.
G.Sistematika Pembahasan
Pembahasan dalam skripsi ini terdiri atas empat bab, masing-masing bab terdiri
dari beberapa sub pembahasan.
Adapun sistematika pembahasan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
Bab I
Bab II
Bab III
Bab IV
BAB II
BAHASA, LINGUISTIK DAN ANALISIS KONTRASTIF
A. Bahasa
1. Pengertian
Pengertian orang tentang bahasa sangat beraneka ragam, bergantung pada teori
apa yang dipakai. Setiap teori mempunyai definisi yang berbeda antara yang satu
dengan yang lain. Apabila hal ini kita perturutkan maka tidak akan mungkin berbicara
tentang bahasa dengan bahasa yang sama. Untuk mengatasi hal tersebut, tanpa
mengurangi eksistensi dan peranan teori yang lain, untuk sementara pembicaraan
tentang bahasa ini akan bertolak pada salah satu teori yang kebetulan telah tersebar
luas secara umum, tidak terlalu moderen dan tidak terlalu kuno. Teori yang dimaksud
itu adalah teori struktural.[14]
Menurut teori struktural, bahasa dapat didefinisikan sebagai suatu sistem tanda
arbriter yang konvensional. Berkaitan dengan ciri sistem, bahasa bersifat semantik
karena mengikuti ketentuan-ketentuan atau kaidah-kaidah yang teratur. Bahasa juga
bersifat sistematik karena bahasa itu sendiri merupakan suatu sistem atau subsistemsubsistem. Misalnya, subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis,
subsistem semantik dan subsistem leksiton. Berkaitan dengan ciri tanda, bahasa pada
dasarnya merupakan paduan antara dua sistem yaitu signifie dan signifiant. Signifie
adalah unsur bahasa yang berada dibalik tanda yang merupakan konsep di dalam
benak si penutur. Orang awam menyebutnya sebagai makna. Sedangkan signifikan
adalah unsur bahasa yang merupakan wujud fisik atau yang berupa tanda ujar. Dalam
pengertian ini wujud fisik harus atau hanya yang berupa bunyi ujar. Selain itu bahasa
juga mempunyai ciri arbriter yakni hubungan yang sifatnya semena-mena antara
signifie dan signifiant atau antara makna dan bentuk. Kesemena-menaan ini dibatasi
oleh kesepakatan antar penutur. Oleh sebab itulah makna bahasa juga memiliki ciri
konvensional. Ciri kesepakatan antar penutur (konvensional) ini secara implisit
mengisyaratkan bahwa fungsi bahasa sebagai alat komunikasi sosial juga diatur dalam
konvensi tersebut.[15]
Berdasarkan pengertian bahasa seperti itu, maka hanya yang berupa ujaran
saja yang disebut bahasa. Bentuk-bentuk dan perwujudan lain seperti gerak anggota
badan, rambu lalu lintas, morse, bunyi kentongan, tepuk tangan pada hakikatnya tidak
dapat disebut bahasa dalam arti yang sebenarnya. Kesemuanya hanyalah bentuk lain
atau perwujudan lain-lain bahasa yang sebenarnya, termasuk tulisan (istilah awam
bahasa tulis) juga tidak dapat digolongkan bahasa dalam arti yang sebenarnya,
melainkan perwujudan lain dari bahasa yang sebenarnya dengan menggunakan media
huruf.[16]
Fungsi
Secara umum bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi sosial. Di dalam
masyarakat ada komunikasi atau hubungan antar anggota. Untuk keperluan itu
e.
f.
menambahkan jenis ketiga yaitu syndesmos, yaitu jenis kata yang tidak pernah
mengalami perubahan bentuk. Sampai masa ini perkembangan bahasa terbatas
pada telaah kata saja, khususnya tentang jenis kata.
Tata bahasa atau gramatika mulai diperhatikan pada akhir abad kedua
Sebelum Masehi (130 SM) oleh Dyonisius Thrax. Buku tata bahasa yang pertama
disusun itu berjudul Techne Gramatike. Buku inilah yang kemudian menjadi
panutan para ahli tata bahasa yang lain. Para ahli tata bahasa yang mengikuti
Thrax ini kemudian dikenal sebagai penganut aliran tradisionalisme. Pada zaman
ini pembagian jenis kata meliputi: (1) nomina, (2) protonima, (3) artikel, (4)
verba, (5) adverbia, (6) preposisi, (7) partisiplum, dan (8) konjugasi.
Ketika bangsa Romawi menaklukkan bangsa Yunani pun dikenakan pada
bahasa Latin. Gramatisasi yang dikenal pada masa itu ialah Donatius (abad IV)
dan Priscianus (abad V). Pembagian jenis kata pada saat itu menjadi tujuh, yaitu:
nomina, protomina, verba, adverbia, preposisi, partisiplum, dan konjugasi/
konjugasio. Sedangkan pada abad pertengahan pembagian jenis kata dilakukan
oleh Modistae. Ia membagi jenis kata menjadi delapan, yaitu: nomina, protomina,
verba, adverbia, preposisi, partisiplum, konjugasio dan interjeksi. Pada masa
Renaisance pembagian jenis kata kembali menjadi tujuh dengan menghilangkan
jenis verba.
Sejak masa Yunani Kuno sampai akhir abad XIX ilmu bahasa lebih banyak
menggeluti kata, khususnya masalah pembagian jenis kata. Ilmu bahasa
komparatif yang juga berkembang pesat pada abad XIX hanya berhasil
membandingkan kata-kata.
Awal abad XX muncul karangan Ferdinand de Saussure yang berjudul
Course de Linguistique Generale (1916) yang merupakan angin segar bagi
perkembangan ilmu bahasa moderen. Konsepnya tentang signifiant dan signifie
merupakan kunci utama untuk memahami hakikat bahasa. Konsep lain yang
ditampilkan antara lain Parole, Langue, dan Langage, representatif grafis serta
deretan sintakmatik dan paradigmatik. Pandangan Saussure ini kemudain
berkembang menjadi aliran strukturalisme tidak lagi menggunakan kriteria
filosofis. Kriteria yang dipakai adalah kriteria struktur yang meliputi struktur
morfologis, fraseologis, dan klausal.[19]
b. Perkembangan Ilmu Bahasa di Dunia Timur
Sejarah perkembangan ilmu bahasa di dunia Timur dimulai dari India pada
lebih kurang abad empat sebelum masehi, jadi hampir bersamaan dengan
dimulainya sejarah ilmu bahasa di Barat. Perkembangan bahasa di dunia Timur ini
ditandai dengan munculnya karya Panini yang berjudul Vyakarya. Buku tersebut
merupakan buku tata bahasa Sansekerta yang sangat mengagumkan dunia, karena
pada zaman yang sedini itu telah dapat mendeskripsikan bahasa Sansekerta secara
lengkap dan seksama, teristimewa dalam bidang fonologinya. Huruf Devanagarai
yang dipakai untuk melambangkan bunyi-bunyi bahasa Sansekerta demikian
lengkap. Setiap bunyi diupayakan dilambangkan secara khas.
Di dunia tidak ada bahasa yang secermat ini sistem bunyi dan sistem
tulisannya. Banyak ahli bahasa Barat yang kagum ddan tereperanjat setelah
mengetahui bahwa tata bahasa Sansekerta pada zaman sedini ini sudah memiliki
deskripsi yang tak ubahnya dengan deskripsi ahli bahasa struktural di Barat paada
awal abad dua puluh. Bahkan banyak yang menilai bahwa deskripsi linguistik
Panini ini merupakan deskripsi struktural paling murni. Sayangnya puncak
strukturalisme terputus sama sekali dan tidak ada kelanjutannya barang
sedikitpun.[20]
B. Linguistik
1. Pengertian
Linguistik berarti ilmu bahasa. Kata linguistik berasal dari kata Latin
yaitu lingua (bahasa). Dalam bahasa-bahasa Roman (yaitu bahasa-bahasa yang
berasal dari bahasa Latin) masih ada kata-kata serupa dengan lingua, yaitu langue dan
langage dalam bahasa Perancis dan lingua dalam bahasa Itali. Bahasa Inggris
memungut dari bahasa Perancis kata yang kini menjadi language. Istilah linguistics
dalam bahasa Inggris berkaitan dengan kata language itu, seperti dalam bahasa
Perancis istilah linguistique berkaitan dengan langage. Dalam bahasa Indonesia
linguistik adalah bidang ilmu bahasa.[21]
Langacker
mengatakan,
language. Menurutnya
Linguistics
linguistik
is
the
adalah
study
studi
of
human
bahasa
dimaksud pun adalah manusia yang normal dan dewasa. Bahasa orang gila dan bahasa
anak kecil tidak dibahas dalam linguistik. Bahasa anak kecil lebih banyak dibicarakan
dalam psikologis, namun persoalan pemerolehan bahasa dan belajar bahasa biasanya
dibicarakan dalam linguistik, dalam hal ini dalam psikolinguistik serta dalam
linguistik terapan.
Akan tetapi pengertian bahasa yang bagaimana yang menjadi objek linguistik
tersebut belum tentu jelas. Karena itu marilah kita teliti berbagai arti yang dimiliki
istilah bahasa itu.
Pertama, istilah bahasa sering dipakai dalam arti kiasan, seperti dalam
ungkapan bahasa tari, bahasa alami, bahasa tubuh, dan lain sebagainya. Perlu
diperhatikan bahwa arti kiasan seperti itu tidak termasuk arti istilah bahasa dalam
ilmu linguistik.
Kedua, ada pengertian istilah bahasa dalam ungkapan seperti ilmu bahasa,
bahasa Indonesia, bahasa Arab, bahasa Inggris, dan lain sebagainya. Hanya
dalam pengertian kedua inilah bahasa menjadi objek ilmu linguistik. Di samping itu,
kita juga membeddakan bahasa tutur dan bahasa tulis. Bahasa tulis dapat disebut
turunan dari bahasa tutur. Bahasa tutur merupakan objek primer ilmu linguistik.
Sedangkan bahasa tutur merupakan objek sekunder linguistik.[23]
3. Subdisiplin Linguistik
Antilla mengatakan bahwa secara tradisional linguistik dapat dibagi atas (i)
deskriptif, (ii) historis, dan (iii) komparatif. Linguistik deskriptif memformulasikan
struktur bahasa sesuai apa adanya yang berlaku sekarang ini. Linguistik historis atau
yang biasa disebut linguistik diakronis adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari
bahasa dari tahun ke tahun, sedangkan linguistik komparatif adalah subdisiplin
linguistik yang bertugas menetapkan tingkat hubungan antara dua bahasa atau lebih
dan berusaha merekonstruksi bahasa pada awalnya yang disebut bahasa proto.[24]
Lansacker menyebut linguistik deskriptif, historis, antropologis, psikologistik,
dan terrapan. Sedangkan Pateda membagi linguistik berdasarkan (i) pembidangnya,
(ii) sifat telaahnya, (iii) pendekatan objeknya, (iv) instrumen, (v) ilmu-ilmu lain, (vi)
penerapannya, dan (vii) aliran dan teori yang mendasarinya.
Dilihat dari segi pembidangnya, linguistik dapat dibagi atas linguistik umum,
terapan, teoritis, dan konstratif. Sedangkan dilihat dari segi instrumen yang
digunakan, linguistik dapat disebut adanya linguistik komputer. Selanjutnya dilihat
dari segi hubungannya dengan ilmu-ilmu yang lain, dikenal psikologuistik,
sosiolinguistik, antropolinguistik, etnolinguistik, statiskolinguistik, neurolinguistik,
biolinguistik dan linguistik aljabar.
Dilihat dari segi penerapannya, di dalam linguistik dikenal istilah linguistik
terapan, dalektologi, leksikologi, dan leksikostatisitik. Sedangkan dilihat dari segi
aliran atau teori yang mendasarinya, linguistik dapat dibagi atas lingusitik struktural
dan linguistik transformasi.[25] Demikianlah subdisiplin linguistik. Dari sini kita tahu
bahwa akar dari anallisis kontrastif adalah linguistik kontrastif yang merupakan
subdisiplin linguistik dilihat dari segi pendekatan objeklnya.
4. Bidang-bidang Linguistik
Linguistik terdiri atas tiga tataran atau hierarki, yaitu: (1) tataran fonologikal,
(2) tataran gramatikal, dan (3) tataran referensial. Berdasarkan hal itu, maka
pembiddangan linguistik didasarkan juga atas tataran tersebut. Tataran fonologikal
pada bidang fonologi. Tataran gramatikal meliputi bidang morfologi dan sintaksis.
Tataran referensial pada bidang semantik.[26]
Berikut ini penjelasan singkat empat bidang tersebut.
a. Fonologi
Sintaksis
Menurut aliran struktural, sintaksis diartikan sebagai bidang linguistik
yang mempelajari tata susun frasa sampai kalimat. Dengan demikian ada tataran
gramatikal yang menjadi garapan sintaksis, yakni: frasa, klausa dan kalimat.
d. Semantik
Semantik adalah biddang linguistik yang mempelajari makna secar umum,
baik makna leksikal maupun makna gramatikal. Arti leksikal adalah arti yang
dimiliki oleh kata atau leksikon itu sendiri. Arti gramatikal bukan hanya arti yang
timbul oleh prosede morfologis seperti kebanyakan dikemukakan orang, akan
tetapi dalam struktur gramatikal maupun arti keseluruhan struktur gramatikal, baik
struktur kata, frasa, klausa, kalimat, alenia, maupun wacana.
Demikian keterangan sekitar keempat bidang yang dimiliki linguistik. Berikut
ini keterangan lebih lanjut tentang sintaksis yang merupakan fokus skripsi ini.
5. Sintaksis
ayah,
guru memerlukan
kehadiran
kosakata
lain
seperti atau , bad ataubeautiful, serta baru atau baik dan sebagainya
dalam kalimat, seperti: , The horse is beautiful, dan Baju itu
baru. Demikian pula kata the, , dan itu dalam kalimat di atas memerlukan
kehadiran , horse, dan baju sebagai kata dari kelompok kata benda. Sama
halnya dengan kosakata seperti , beautiful, dan baru. Kata-kata ini tidak
bisa
berdiri
sendiri,
melainkan
membutuhkan
kata-kata
seperti , horse, dan baju. Dari contoh-contoh ini kita ambil beberapa
kesimpulan, yaitu bahwa:
kata benda membutuhkan kata kerja.
determiner (seperti , the, dan itu) membutuhkan kata benda.
kata sifat membutuhkan kata benda.
3. Relation of substitutability (tautan saling menempati/mengganti)
Tautan ini mempunyai dua acuan yaitu:
a) penggantian satu kosakata oleh kosakata lain dari jenis kata yang sama
seperti pada contoh terdahulu:
4
1, 2, 3, 4 ini bisa diganti oleh kata lain dari jenis yang sama,
umpamanya .
b) penggantian satu gatra dalam kalimat dengan satu kata tertentu.
Perhatikan contoh berikut ini.
The man drank it yesterday.
1
Kalimat ini kita bagi menjadi dua himpunan yaitu The man dan
drank it
yesterday. Kita bisa mengganti himpunan pertama dengan man saja dan kedua
dengan drank saja, hingga kalimat tadi jadi sangat sederhana:
Man drank
Kita tidak bisa mengganti yang pertama dengan the dan yang kedua
dengan yesterday umpamanya, hingga menjadi:
The yesterday atau The it
1
Penggantian
1 2
ini
tentunya
penggantian
gramatik,
dalam
maka kedua kalimat mempunyai perbedaan morfologis saja. Akan tetapi dalam
bahasa Inggris banyak kalimat yang mempunyai struktur sama tapi artinya sangat
berjauhan, seperti contoh:
(1) John is easy to please.
(2) John is eager to please.
Secara sintaksis kedua kalimat memiliki struktur luar yang sama dan orang
akan mengerti perbedaan makna keduanya. Kalimat diatas bisa diungkapkan
sebagai berikut:
(1) John is easy to please
a. It is easy to please John.
b. To please John is easy.
Sedangkan (2) kalau diungkapkan seperti a dan b, artinya sama sekali
salah.
(2) John is eager to please.
c.
proses
menguasai
bahasa kedua
(B2)
adalah
tercampurnya
sistem
bahasa pertama (B1) dengan sistem B2. Analisis kontrastif (Anakon) mencoba
menjembatani
kesulitan
tersebut
dengan
mengkontraskan
kedua
sistem
kontrastif
adalah
suatu
cabang
ilmu
bahasa yang
tugasnya
Materi pengajaran bahasa yang paling efektif adalah materi yang didasarkan
pada deskripsi bahasa itu (Fries, 1945).
Perubahan yang harus terjadi pada tingkah laku seseorang yang belajar
bahasa asing dapat disamakan dengan perbedaan antar struktur bahasa dan
budaya murid dengan struktur bahasa dan budaya yang akan dipelajari
(Valdmans 1960, dalam Wardhaugh, 1970).[35]
Anakon menjadi semakin populer setelah muncul karya Lado (1959) yang
berjudul Lingusitik A Cross Culture yang menguraikan secara panjang lebar mengenai
cara-cara mengkontraskan dua bahasa. Buku tersebut berisi uraian anakon antara
bahasa Inggris dengan bahasa Spanyol, dengan suplemen contoh-contoh lain dari
bahasa Cina, Muangthai dan sebagainya. Lado menganjurkan agar pengkontrasan itu
dilakukan terhadap fonologi, struktur gramatikal, kosakata serta sistem penulisan.
4. Hipotesis Analisis Kontrastif
Perbandingan struktur antara dua bahasa B1 dan B2 yang akan dipelajari oleh
siswa menghasilkan identifikasi perbedaan antara kedua bahasa tersebut. Perbedaan
antara dua bahasa merupakan dasar untuk memperkirakan butir-butir yang
menimbulkan kesulitan belajar bahasa dan kesalahan yang akan dihadapi oleh siswa.
Dari sinilah dijabarkan hipotesis analisis kontrastif.
Ada tiga sumber yang digunakan sebagai penguat hipotesis anakon, yaitu :
a. Pengalaman praktis guru bahasa asing
Setiap pengajar atau guru bahasa asing (B2) yang sudah berpengalaman pasti
mengetahui secara pasti bahwa kesalahan yang berjumlah cukup besar dan tetap
atau selalu berulang dapat dipulangkan kembali kepada tekanan B1 para siswa.
Tekanan atau dorongan B1 tersebut dapat terjadi pada pelafalan, susunan kata,
pembentukan
kata,
susunan
kalimat,
dan
sebagainya.
Misalnya,
mengenai
kontak
bahasa di
dalam
situasi
kedwibahasaan
(bilinguallisme)
Dwibahasaan yang mengenal atau mengetahui dua bahasa atau lebih merupakan
wadah tempat terjadinya kontak bahasa. Semakin besar kuantitas dwibahasaan
yang seperti ini semakin intensif pula kontak antara kedua bahasa. Kontak
bahasa menimbulkan fenomena saling mempengaruhi. Bahasa mana yang
berpengaruh besar tergantung kepada tingkat pengusaan bahasa asing sang
dwibahasaan. Bila yang bersangkutan lebih menguasai bahasa ibu maka
bahasa ibu itulah yang banyak mempengaruhi B2. Sebaliknya, karena suatu
sebab, penguasaan B2 melebihi penguasaan B1 maka giliran B1 lah yang
dipengaruhi oleh B2. Dalam taraf permulaan pembelajaran B2 dapat dipastikan
bahwa bahasa ibu sangat menonjol terhadap B2. Bila pengaruh itu tidak sejalan
dengan sistem B2 maka terjadilah interferensi B1 terhadap B2, dan interferensi
merupakan sumber kesulitan dalam belajar B2 dan juga penyebab kesalahan
berbahasa.
c. Telaah teori
Sumber ketiga sebagai penguat hipotesis anakon adalah teori belajar, terutama teori
transfer. Transfer maksudnya suatu proses yang melukiskan penggunaan tingkah laku,
yang telah dipelajari, secara otomatis, spontan dalam usaha memberikan response
baru. Transfer dapat bersifat negative atau positif. Transfer negative terjadi kalau
sistem B1 yang telah dikuasai digunakan dalam B2, sedang sistem itu berbeda dalam
kedua bahasa. Sebaliknya kalau sistem tersebut sama maka terjadilah transfer positif.
5. Interferensi Dan Transfer
istilah
transfer
digunakan
untuk
pindahan
bahasa yang
kontrastif membatasi diri hanya pada bagian-bagian tertentu mengenai bahasabahasa yang
hendak dibandingkan.
Setelah secara umum dilakukan seleksi, maka hal yang utama dan penting ialah
keterbandingan atau keterkontrasan. Kemudian bagaimana cara membandingkan atau
mengkontraskan, ada tiga cara yang mungkin ditempuh, yakni : (1) persamaan struktural
dan formal, (2) persamaan dalam terjemahan, dan (3) persamaan dalam struktur dan
terjemahan.[39]
Sedangkan dalam skripsi ini, perbandingan tidak hanya pada dataran morfologis
saja melainkan juga memasuki wilayah sintaksis bahkan semantik. Wazan af'alu merupakan
bentuk morfologis. Namun ketika ia diaplikasikan akan memasuki wilayah sintaksis.
7. Data Bahasa B1 dan B2
Secara ideal, data B1 dan B2 sebaiknya (1) data bahasa yang telah distandarkan, (2)
data bahasa berkaidah atau telah dikaidahkan, (3) data bahasa B1 dan B2
sebaiknya
pedagogis terhadap anakon. Ada empat langkah yang merupakan tangapan anakon dalam
usaha memperbaiki pengajaran bahasa, yaitu:
a) Pengidentifikasian perbedaan struktur bahasa
b) Prakiraan kesulitan dan kesalahan berbahasa
c) Penyusunan urutan bahan ajaran
d) Penyempaian bahan ajaran
Kita mulai dengan langkah pertama, mengidentifikasi perbedaan struktur bahasa
B1 dan B2 yang akan dipelajari siswa diperbandingkan. Perbandingan bahasa ini
mengangkut segi linguistik. Satu hal yang menjadi tujuan langkah pertama ini adalah
terlukisnya perbedaan antara B1 dan B2 yang akan dipelajari siswa.
Langkah kedua, memperbaiki atau meperkirakan kesulitan belajar dan kesalahan
berbahasa. Hasil perbandingan struktur bahasa berupa identifikasi perbedaan antara B1
dan B2. berdasarkan identifikasi ini disusunlah perkiraan kesulitan belajar yang akan
dihadapi oleh siswa dalam belajar B2. Kesulitan belajar inilah salah satu sumber dari
kesalahan berbahasa.
Langkah ketiga, menyusun serta mengurutkan bahan ajaran. Perbandingan
struktur menghasilkan identifikasi perbedaan. Identifikasi pebedaan dipakai sebagai dasar
memperkirakan kesulitan serta kesalahan berbahasa. Hal terakhirt inilah yang dipakai
sebagai dasar untuk menentukan urutan atau susunan bahan pengekaran B2. karena isi
dari identifikasi perbedaan antara dua bahasa selalu berbeda, maka buku teks yang
seragam bagi semua siswa di semua daerah belajar B2 tidak relevan lagi.
Langkah keempat berkaitan dengan cara penyampaian bahan. Siswa yang belajar
B2 sudah mempunyai kebiasaan tertentu dalam bahasa ibunya. Kebiasaan ini harus
diatasi agar tidak lagi mengintervensi ke dalam B2. pembentukan kebiasaan dalam B2
dilakukan dengan penyampaian bahan pelajaran yang telah disusun berdasarkan langkah
pertama, kedua dan ketiga dengan cara-cara tertentu. Cara-cara yang dianggap sesuai
antara lain : peniruan, pengulangan, latihan-runutn (drills) dan penguatan (hadiah dan
hukuman). Dengan cara ini, diharapkan para siswa memmpunyai kebiasaan ber-B2 yang
kokoh dan dapat mengatasi kebiasaan dalam ber-B1.[42]
BAB III
TINGKAT PERBANDINGAN
DALAM BAHASA INDONESIA, ARAB, DAN INGGRIS
Kata-kata sifat secara khusus dapat ditempatkan dalam tingkat perbandingan untuk
membandingkan suatu keadaan dengan keadaan yang lain, suatu benda dengan benda yang
lain atau suatu tindakan dengan tindakan yang lain. Secara umum terdapat tiga macam tingkat
perbandingan, yaitu tingkat (1) ekuatif, (2) komparatif, dan (3) superlatif. Tingkat ekuatif
adalah bentuk morfologi untuk menyatakan bahwa dua hal yang dibandingkan memiliki
kualitas atau sifat yang sama. Tingkat komparatif menyatakan bahwa satu dari dua hal yang
dibandingkan memiliki sifat atau kualitas yang lebih ataupun kurang dari yang lain.
Sedangkan tingkat superlatif menyatakan bahwa dari sekian hal yang dibandingkan ada satu
yang memiliki kualitas atau sifat yang paling menonjol dibanding yang lainnya. Berikut ini
penjelasan tentang bentuk-bentuk tingkat perbandingan dalam bahasa Indonesia, Arab, dan
Inggris. Penjabaran ini dimaksudkankan untuk melihat dengan lebih jelas perbedaan serta
persamaan bentuk tingkat perbandingan yang mungkin ada diantara ketiga bahasa tersebut.
A. Tingkat Perbandingan Dalam Bahasa Indonesia
Dalam bahasa Indonesia terdapat tiga macam bentuk tingkat perbandingan;
ekuatif, komparatif, dan superlatif.[43]
1. Bentuk Ekuatif / Positif
Ada dua macam bentuk untuk menyatakan perbandingan ekuatif, yakni (1)
pemakaian se-, dan (2) pemakaian sama. dengan. Lihatlah formula berikut.
a.
se + adjektiva.
b.
Dari formula (a) kita tahu bahwa cara membentuk perbandingan ekuatif adalah dengan
menambahkan se- dimuka adjektiva. Dengan demikian, kita peroleh bentuk seperti:
1. Tuti secantik ibunya.
2. Toni tidak seberani adiknya.
3. Harga di Pasar Baru tidak semahal di Ratu Plaza.
Dalam kaitannya dengan adjektiva turunan, bentuk se- tidak dapat dipakai dengan
adjektiva yang diturunkan dari paduan kata yang menimbulkan makna baru. Hal itu
disebabkan oleh kenyataan bahwa paduan seperti tinggi hati sebenarnya hanyalah kiasan
dari sombong, sehingga bentuk perbandingannya dilekatkan pada arti itu dan bukan pada
bentuk lahiriahnya. Karena itu, bentuk setinggi hati tidak dapat diterima, sedangkan
bentuk sesombong dapat diterima.[44]
Cara kedua untuk membentuk perbandingan ekuatif ialah dengan memakai sama + adjektiva
+ -nya + dengan. Bentuk kedua ini lebih produktif karena dapat digunakan pada bentuk
adjektiva macam apa saja. Contoh:
1. Mesin ketik ini sama mahalnya dengan mesin ketik itu.
2. Kita sama manusiawinya dengan orang Barat.
3. Tini sama lemah lembutnya dengan kakaknya.
2. Bentuk Komparatif
Tingkat perbandingan komparatif menyatakan bahwa satu dari dua hal yang dibandingkan
memiliki kualitas lebih atau kurang dari yang lain. Dalam bahasa Indonesia tingkat itu
dinyatakan dengan formula sebagai berikut:
komparatif
yang
memakai
dibandingkan
disimpulkan bahwa pada hakekatnya antara isim tafdhil dan afal tafdhil adalah sama.
Keduanya sama-sama memilki fungsi perbandingan. Contoh;
1. isim tafdhil:
2. afal tafdhil:
kalimat atau contoh pertama dapat diartikan Khalil lebih berpengetahuan daripada
Said. Sedangkan contoh kedua dapat diartikan Ahmad lebih utama dripada Zaid. Dua contoh
terdebut dengan jelas menunjukkan bahwa antara isim tafdhil dan afal tafdhil nyaris tidak
terdapat adanya perbedaan.
Dalam hal ini mungkin yang ada hanyalah perbedaan istilah, hakekatnya sama. Sehingga
penulis menganggap penggunaan salah satu dari keduaanya tidak menjadi masalah. Mereka
yang memakai istilah afal tafdhul mungkin lebih melihat bentuk wazannya yang
berupa afalu. Sedangkan mereka yang memakai memakai istilah isim tafdhil lebih melihat
hakekat gramatikanya yang berupa isim. Dalam skripsi ini penulis lebih condong untuk
memilih yang terakhir.
!.Isim Tafdhil
Isim tafdhil adalah sifat yang diambil dari fiil yang menunjukkan bahwa ada dua hal
yang bersekutu dalam satu sifat akan tetapi yang satu melebihi yang lain dalam sifat tersebut.
Seperti:
Ali lebih zuhud dalam (perkara) dunia daripada saya
Terkadang tafdhil (pelebihan) ini berada diantara dua sifat yang berbeda. Dalam hal
ini yang dimaksudkan adalah bahwa salah satu dari dua hal itu memiliki sifat yang melebihi
sifat berbeda yang berada pada hal lain, seperti:
-
Pada contoh pertama maksudnya adalah bahwa derajat panas musim kemarau melebihi
derajat dingin musim penghujan. Sedangkan pada contoh kedua maksudnya adalah bahwa
kadar manisnya madu melebihi kadar asamnya cuka.[47]
Ada juga pemakaian isim tafdhil yang tidak memiliki makna tafdhil (perlebihan),
seperti:
Saya memuliakan kaum itu, yang kecil dan yang besar[48]
2. Wazan Isim Tafdhil
Isim tafdhil hanya mempunyai satu wazan, yaitu: untuk mudakkar dan
dan
dan
Sebaik-baik manusia adalah orang yang memberi manfaat kepada sesama manusia
Seburuk-buruk manusia adalah orang yang membuat kerusakan
dan
dan . Menghilangkan hamzah ini banyak berlaku untuk lafal dan sedangkan
untuk
lafal
lafal
lafal
terhitung
dan
sedikit.
Sebaliknya
menetapkan
hamzah
pada
terhitung banyak.
dan
6. Menerima untuk dilebihkan. Lafal tidak dapat dijadikan isim tafdhil sebab tidak
dapat dilebihkan karena mati itu hanya satu sehingga tidak dapat dilebihkan salah satu
daripada yang lain.
7. Dari fiil mabni maklum[49]
Apabila ada kalimat yang tidak memenuhi syarat terpaksa akan dibuat sebagai isim
tafdhil, maka kita datangkan mashdarnya yang dibaca nashab dan kita letakkan setelah
lafal dan
Ia sangat percaya, lebih banyak hitamnya, lebih sangat cacat sebelah matanya dan
lebih sempurna bercelak matanya.
4. Beberapa Hal Mengenai Isim Tafdhil
Ada empat hal yang berkaitan dengan isim tafdhil, yaitu:
a. Isim tafdhil yang tidak disertai
No.
Isim Tafdhil
Contoh
Keterangan
1.
mufrad mudzakar
2.
mufrad muannats
3.
mutsanna mudzakar
4.
mutsanna muannats
5.
jamak mudzakar
6.
jamak muannats
Adakalanya huruf jar ini tidak diperlihatkan (muqaddarah) seperti firman Allah:
Huruf dan majrurnya bersama isim tafdhil berkedudukan sebagaimana mudhaf ilaih
dari mudhaf. Oleh karena itu dan majrurnya tidak boleh mendahului isim tafdhil
sebagaimana tidak boleh dikatakan:
Khalid daripada Bakar itu lebih utama
Daripda Bakar Khalid itu lebih utama
Kecuali kalau majrurnya itu berupa isim istifham atau isim yang diidhafahkan kepada
isim istifham, maka jar majrur harus didahulukan sebab isim istifham harus selalu berada
di awal kalam, seperti:
Isim Tafdhil
Contoh
Keterangan
Mufrad mudzakkar
2.
Mufrad muannats
3.
Mutsanna mudzakkar
4.
Mutsanna muannats
5.
Jamak mudzakkar
6.
Jamak muannats
Isim Tafdhil
Contoh
Keterangan
1.
Mufrad mudzakkar
2.
Mufrad muannats
3.
Mutsanna mudzakkar
4.
Mutsanna muannats
5.
Jamak mudzakkar
6.
Jamak muannats
dan boleh
:
- Selalu mufrad mudzakkar sebagaimana ketika diidhafahkan kepada isim nakirah,
- Disesuaikan dengan isim yang berada sebelumnya, baik mufrad, mutsanna, jamak,
mudzakkar, maupun muaannats sebagaimana ketika isim tafdhil tersebut disertai
Contoh:
- Isim tafdhil yang selalu mufrad mudzakkar:
Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, seloba-loba manusia. (Al-Baqarah:96)
(bukan
- Isim tafdhil yang mufrad mudzakkar dan yang sesuai dengan isim sebelumnya:
Maukah saya beritakan kepadamu orang yang paling tercinta olehku dan paling
dekat tempat duduknya kepadaku diantaramu pada hari kiamat, yaitu orang-orang
yang paling baik akhlaqnya diantaramu, yang menyediakan perlindungan, mereka
cinta dan dicintai. (Al Hadits)
(Lafal
dan
adalah jamak).
5. Wazan yang tidak mempunyai makna tafdhil
Wazan
mempunyai makna tafdhil. Dengan demikian wazan tersebut mengandung makna isim fail
atau makna sifat musyabihat.
Contoh makna isim fail [50]:
Tuhanmu mengetahui tentang dirimu. (Al Isra: 54)
Contoh makna sifat musyabihat:
Dan Dialah yang memulai penciptaan kemudian Dia mengembalikannya, dan hal itu
mudah bagiNya
Wazan
disertai atau tidak diidhafahkan kepada isim nakirah dan tidak bertemu tafdhiliah. Jika
sebaliknya, maka lafal tersebut tidak boleh sepi dari makna tafdhil.
dengan . Inilah bentuk tingkat komparatif dalam bahasa Arab dan hakekat penambahan
kata adalah menunjukkan adanya dua hal yang diperbandingkan. Sebaliknya isim tafdhil
yang disertai atau diidhafahkan dengan kata lainnya maka tidak boleh bertemu
dengan . Dan inilah bentuk tingkat superlatif dalam bahasa Arab. Tidak
adanya menunjukkan adanya komparasi mutlak atas banyak hal, tidak hanya atas dua
hal.
C. Tingkat perbandingan Dalam Bahasa Inggris
Ada beberapa
susunan
gramatis
penting
yang
dipakai
untuk
menyatakan
Jika kita ingin menyatakan bahwa orang, perbuatan, dan sebagainya sama, maka kita
bisa memakai as atau like. Contoh;
Your sister looks just like you = Saudara perempuanmu kelihatan persis seperti
kamu.
Its best cooked in olive oil, as the Italians do it = Paling baik dimasak dengan
minyak
Kalau kita ingin menyatakan bahwa sesuatu sederajat dalam satu hal atau satu sifat, maka
kita menggunakan susunan asas. Contoh;
Your questions are easier than his. = Pertanyaanmu lebih mudah dibanding
pertanyaannya.
Petronas towers are higher than Monas. = Menara Petronas itu lebih tinggi
dibanding Monas.
Studying in UIN is more expensive than in IAIN. = Belajar di UIN itu lebih
mahal dibanding di IAIN.
Formula yang digunakan adalah dengan menambahkan est pada akhir kata sifat atau
dengan menggunakan most. Untuk kata sifat atau keterangan yang terdiri dari tiga suku
kata atau lebih. Contoh:
Orchid is the most beautiful flower. = Bunga anggrek adalah bunga yang terindah.
This is the most difficult question I ever known. = Ini adalah pertanyaan paling
sulit yang pernah aku ketahui.
Beberapa kata memiliki perubahan yang tidak beraturan ketika dipakai dalam tingkat
perbandingan baik komparatif maupun superlatif, diantaranya:
Positif
komparatif
suparlatif
Good
Better
best
Bad
Worse
worst
Far
farther/further
farthest/furthest
D. Studi Perbandingan
Kalau kita perhatikan ketiga bahasa tersebut diatas, akan kelihatan titik persamaan
dan perbedaannya. Ketiga bahasa tersebut sama-sama mengenal tingkat perbandingan, tidak
hanya berupa fungsi namun ada formula baku yang ditetapkan untuk menyatakannya.
Secara umum ada tiga macam tingkat perbandingan; positif/biasa, komparatif, dan
superlatif. Bahasa Indonesia dan inggris memiliki formula baku untuk menyatakan ketiga
macam tingkat perbandingan tersebut, baik positif, komparatif, maupun superlatif. Namun
sedikit berbeda dengan kedua bahasa tersebut dalam bahasa Arab bentuk ekuatif tidak diatur
dalam pembahasan isim tafdhil. Tingkat perbandingan dalam bahasa Arab yang dikenal
dengan istilah isim tafdhil hanya berfungsi untuk menyatakan keadaan komparatif dan
superlatif saja.
Contoh diatas menunjukkan bahwa bahasa Indonesia, Inggris dan Arab memiliki cara
yang
berbeda-beda
untuk
menyatakan
tingkat
perbandingan
komparatif.
Dalam
bahasa Indonesia untuk menyatakan tingkat lebih adalah dengan memakai kata fungsi lebih
daripada. Sedangkan bahasa Inggris tidak melalui pemakaian kata fungsi tertentu
melainkan dengan cara memberi akhiran er pada kata sifat bersangkutan kemudian diikuti
kata than. Sedangkan bahasa Arab memiliki cara yang berbeda pula dalam menyatakan
tingkat perbandingan komparatif, tidak dengan pemakaian atau penambahan kata fungsi
tertentu ataupun dengan menambahkan akhiran tertentu melainkan mengikuti sebuah pola
(wazan) tertentu yaitu dan harus diikuti untuk menunjukkan keterbandingan.
Perbedaan-perbedaan seperti diatas harus benar-benar diperhatikan oleh siswa karena
disanalah letak kesukarannya. Untuk mengatakan Ali lebih besar Umar dalam bahasa Inggris
tidak dengan memakai kata more sebagai padanan kata lebih dalam bahasa Indonesia. Sebab
ada cara tersendiri dalam menyatakannya yakni dengan memberi akhiran er pada kata sifat
bersangkutan. Sehingga kalimat yang benar adalah Ali is bigger than Umar bukannya Ali is
more big than Umar. Kata more dipakai ketika kata sifat yang bersangkutan memilki jumlah
suku kata lebih dari dua, misalnya beautiful (cantik) dan disini, sekali lagi, siswa dituntut
untuk mampu memahaminya. Untuk mengungkapkan sebuah keadaan bahwa Fatimah lebih
cantik daripada Zainab bukanlah Fatimah is beautifuler than Zainab seperti cara yang
pertama, melainkan Fatimah is more beautiful than Zainab dan inilah cara kedua
pembentukan tingkat perbandingan komparatif dalam bahasa Inggris.
Sedangkan untuk menyatakan hal yang sama Ali lebih besar daripada Umar- dalam
bahasa Arab juga terdapat cara tertentu. Bagi siswa yang belum mengerti mungkin mereka
akan mengatakan .Ada tata cara khusus dalam bahasa Arab untuk
menyatakan hal tersebut yakni kata yang bersangkutan diikutkan pola . Sehingga
pernyataan tersebut seharusnya menjadi . Perbedaan cara inilah yang sangat
berpotensi menjadi kesulitan yang dialami siswa. Sedangkan persamaan-persamaan yang ada
relatif akan lebih ditangkap oleh siswa. Dalam hal ini persamaan yang dapat diambil sebagai
contoh adalah distribusi kata daripada, than, dan . Ketiganya juga memiliki arti sama
yang menunjukkan kesemestaan bahasa. Pada titik ini kemungkinan siswa melakukan
kesalahan relatif kecil.
Perbandingan selanjutnya adalah bentuk superlatif. Perhatikan gambar dibawah
ini.
kata
fungsi
tertentu
dalam
bahasa
Indonesia,
dalam
hal
ini
kata paling, pemberian akhiran dan penggunaan kata fungsi tertentu dalam bahasa inggris,
dalam hal ini akhiran est pada akhir kata sifat serta penggunaan kata most jika kata sifat
yang bersangkutan terdiri lebih dari dua suku kata, serta mengikutkan pada pola tertentu
dalam bahasa Arab, dalam hal ini wazan . Titik perhatian dalam hal ini adalah tidak
adanya atau dihilangkannya kata daripada, than, dan yang pada pada tingkat komparatif
kesemuanya ada, serta adanya kata yang, the, dan pada awal kata sifat dimana ketiganya
berfungsi sama yaitu memarifatkan bahkan menguatkan.
bahasa tersebut akan terlihat lebih jelas dalam tabel berikut ini.
Bahasa Indonesia
Bahasa Arab
Bahasa Inggris
Pola : se + adjektif
Pola: +
Pola: asas
Contoh: Tuti secantik Contoh:
Contoh: She is as smart
ibunya.
as her mother.
Ciri-ciri :
Ciri-ciri:
Ciri-ciri:
1. se berada sebelum
1. berada sebelum
1. as berada
adjektif.
masdar.
sebelum
dan
2. setelah se ada
2. setelah ada
sesudah adjektif.
adjektif.
masdar.
Makna : ekuatif
Makna: ekuatif
Makna: ekuatif
Makna: superlatif
E. Kesimpulan
Aturan pembentukan tingkat perbandingan dalam ketiga bahasa diatas memiliki
tingkat kerumitan yang berbeda. Bahasa Indonesia memiliki aturan yang paling sederhana
dibandingkan bahasa Inggris dan bahasa Arab. Hal ini dapat kita lihat bahwa untuk
menyatakan
perbandingan
positif/ekuatif
dalam
bahasa
Indonesia
cukup
dengan
menggunakan formula se + kata sifat atau sama + kata sifat + -nya + dengan. Contoh:
lebih+
daripada dan untuk menyatakan tingkat superlatif menggunakan formula paling/ter- + kata
sifat. Contoh:
Barang barang yang ada di pasar Beringharjo lebih murah daripada di pasar
Gowok.
Gus
Dur
merupakan
presiden paling
kontrovesial yang
pernah
memimpin Indonesia.
Disini dapat kita lihat begitu sederhananya aturan pembentukan tingkat perbandingan dalam
bahasa indonesia. Hampir tak ada aturan yang sampai mempengaruhi bentuk kata sifat yang
digunakan, yang ada hanyalah penambahan kata (awalan) berupa ter untuk tingkat
superlatif.
Sedangkan bahasa Inggris memiliki tingkat kerumitan yang lebih tinggi dari bahasa
Indonesia namun tidak serumit bahasa Arab dalam pembentukan tingkat perbandingan.
Dikatakan lebih rumit dari bahasa Indonesia karena kaidah kaidah pembentukannya lebih
rinci. Hal ini dapat dilihat dalam proses pembentukan tingkat komparatif dan superlatif.
Sedangkan untuk pembentukan tingkat positif nyaris sesederhana bahasa Indonesia, yaitu
dengan menggunakan formula as..as. Sedangkan dalam pembentukan tingkat komparatif
dan superlatif selain terdapat adanya proses penggunaan kata tertentu dan sufikasi (akhiran),
juga terjadi pemilahan kata berdasarkan jumlah suku katanya. Bahkan ada kata kata tertentu
yang secara tak beraturan memiliki perubahan yang unik ketika dipakai untuk komparasi
sehingga perubahan perubahan tersebut harus dihafal karena tidak mengikuti pola yang
lazim. Mari kita perhatikan contoh berikut;
The books of Pustaka Pelajar publisher are cheaper than Mizan publishers. =
Buku-buku dari penerbit Pustaka Pelajar lebih murah dibanding buku-buku dari
penerbit Mizan.
Andi
graduates
from
the
university
faster
than
jono
because
he
is more dilligent than jono.= Andi lulus dari perguruan tinggi lebih cepat dari pada
Jono sebab ia lebih rajin dari Jono.
The best place for study is here in UIN Sunan Kalijaga. = Tempat terbaik untuk
belajar adalah disini di UIN Sunan Kalijaga.
Jika kita perhatikan contoh diatas akan terlihat bahwa pambentukan tingkat perbandingan
dalam bahasa Inggris sedikit lebih rumit dibanding dalam bahasa Indonesia. Contoh pertama
menunjukkan adanya sufikasi (akhiran), contoh kedua menunjukkan adanya penambahan
kata serta pemilahan kata sifat berdasarkan jumlah suku kata, sedangkan contoh terakhir
menunjukkan adanya kata-kata tertentu yang memiliki perubahan unik ketika dipakai dalam
kalimat komparasi. Kata best merupakan bentuk superlatif kata good yang jika mengikuti
pola lazim harusnya goodest.
Tak pelak lagi bahasa Arab menjadi bahasa yang paling rumit aturannya dalam
pembentukan tingkat perbandingan. Selain memiliki pola baku untuk menyatakan komparasi,
dalam bahasa Arab juga diatur mengenai syarat-syarat bagi sebuah kata untuk bisa dijadikan
isim tafdhil yang diantaranya adalah; berasal dari fiil tsulatsi, fiil mutasharif, fiil mabni
maklum, fiil tamm, dan menerima untuk dilebihkan. Selain itu dalam bahasa Arab juga
diperhatikan masalah jender. Jika isim tafdhil disertai
bertemu dan harus sesuai dengan isim sebelumnya, baik mufrad, tatsniyah, jamak,
mudzakkar,
maupun
muannasnya.
Bahkan terdapat
kata-kata
yang
mengikuti
perbandingan
ini.
Dalam
bahasa
Inggris
fungsi
ini
disebut degree
of
Comparison demikian juga bahasa Indonesia, tingkat perbandingan. Jadi titik penekanannya
adalah proses perbandingan, terlepas kualitas benda atau hal yang diperbandingkan.
Sedangkan dalam bahasa Arab fungsi ini disebut isim tafdhil, titik tekannya adalah adanya
unsur keterlebihan, yang dengan sendirinya memperhatikan kualitas bendanya. Untuk
menyatakan susuatu yang lebih dalam bahasa Arab adalah dengan menggunakan .
4. Komparatif dan superlatif dalam bahasa Arab. Pada tahap ini guru menganalisa
kemudian menjelaskan pada siswa tentang bentuk tingkat komparatif dan superlatif
dalam bahasa Arab diselingi padanannya dalam bahasa Indonesia. Sebab
kebanyakan buku pelajaran bahasa Arab yang ada tidak memberi penjelasan tentang
bentuk komparatif dan superlatif ini.
Setiap orang yang berkecimpung dalam dunia pengajaran bahasa asing tentu
memahami pentingnya sebuah metode untuk mengajarkannya. Prof. Mahmud Yunus
mengungkapkan:
Ungkapan diatas merupakan suatu pernyataan yang patut kita perhatikan karena pada
masa lalu ada semacam anggapan yang cukup menyesatkan bahwa penguasaan materi
sebuah
disiplin ilmu merupakan suatu jaminan kemampuan bagi seseorang untuk dapat
mengajarkan ilmu tersebut pada orang lain. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa
seseorang yang cukup pintar dan menguasai suatu ilmu tertentu ternyata seringkali
menemui kesulitan dalam mengajarakan ilmu tersebut secara efektif.[52]
Dalam bukunya Language Teaching Analysis, William Francis Mackey mencatat 15
macam metode pengajaran bahasa yang selama ini digunakan, yaitu:
1) Direct Method, 2) Natural Method, 3) Psychological Method, 4) Phonetic Method, 5)
Reading Method, 6) Grammar Method, 7) Translation Method, 8) Grammar-Translation
Method, 9) Eclectic Method, 10) Unit Method, 11) Language-Control Method, 12) MimMem Method, 13) Practice-Theory Method, 14) Cognate Method, 15) Dual-Language
Method.[53]
Dari 15 macam metode pengajaran bahasa diatas, penulis memilih dua metode yang
dianggap tepat untuk mengajarkan tingkat perbandingan bahasa Arab; 1) Dual-Language
Method, dan 2) Grammar-Translation Method. Dual-Translation Method merupakan
metode yang sama persis dengan analisis kontrastif, yakni sebuah metode mengajar yang
didasarkan atas persamaan dan perbedaan antara kedua bahasa (B1 dan B2). Perbandingan
tersebut tidak hanya terbatas pada kata-kata saja, tetapi juga sistem bunyi dan sistem
gramatika kedua bahasa tersebut. Tiap perbedaan yang ada kemudian dijadikan fokus
pelajaran dan drill.[54] Setelah melalui proses studi perbandingan maka langkah selanjutnya
adalah drill, pelatihan secara intensif. Dalam proses pelatihan intensif (drill) ini, penulis
Penggunaan media dalam pengajaran bahasa bertitik tolak dari teori yang mengatakan
bahwa totalitas persentase banyaknya ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang
dimilikioleh seseorang terbanyak dan tertinggi melalui indera lihat dan pengalaman
langsung melakukan sendiri, sedangkan selebihnya melalui indera dengar dan indera
lainnya. John M. Lannon mengemukakan bahwa media pengajaran khususnya alat-alat
pandang dapat:
1. Menarik minat siswa;
2. Meningkatkan pengertian siswa;
3. Memadatkan informasi;
4. memudahkan menafsirkan data.[56]
Peter Hubbard menyebutkan beberapa macam media pengajaran bahasa, yaitu:
1. Papan tulis
2. Realia (obyek-obyek yang sesungguhnya yang dibawa ke kelas yang dapat ditangani
dan dilihat oleh siswa).
3. Flashcards (kartu gambar)
4. Overhead Projector (OHP)
5. Wall-charts (peta dinding)
6. Tape-recorder[57]
Dari keenam media diatas penulis menilai hanya papantulis dan (atau) OHP yang
sebaiknya digunakan untuk mengajarkan tingkat perbandingan bahasa Arab, serta
ditambah lagi kertas latihan. Dengan OHP (jika ada) atau papantulis materi yang
disampaikan guru akan terlihat jelas oleh siswa dimana hal ini akan sangat membantu
pemahamnnya. Untuk mengadakan drill secara intensif maka siswa sesering mungkin
harus diberi soal-soal berkaitan isim tafdhil, untuk itu kertas latihan menjadi media yang
mutlak harus ada.
Saya kira hanya inilah pemikiran yang dapat saya sumbangkan untuk pengajaran
bahasa Arab, khususnya isim tafdhil.
Bab IV
Penutup
1. Kesimpulan
Dari studi analisis kontrastif tingkat perbandingan bahasa Indonesia, Arab, dan
Inggris di atas ada beberapa hal yang dapat kita simpulkan, yaitu:
1. Diantara ketiga bahasa diatas, dalam proses pembentukan tingkat perbandingan ,
bahasa Indonesia merupakan yang bahasa yang paling sederhana aturannya, disusul
kemudian bahasa Inggris, dan bahasa Arab sebagai yang paling rumit aturannya yang
membuat siswa kesulitan mempelajarinya.
2. Ada tiga macam bentuk tingkat perbandingan: positif, komparatif, dan superlatif.
Bahasa Indonesia dan Inggris mengatur ketiga macam bentuk tersebut, sedangkan
bahasa Arab ( ) hanya memungkinkan perbandingan komparatif dan
superlatif.
3. Berdasarkan analisis kontrastif, urutan bahan pelajaran tingkat perbandingan bahasa
Arab adalah:
1).Definisi , polanya (wazan) serta padanannya dalam bahasa Indonesia.
2).Syarat-syarat pembentukan .
3).Hal-ihwal :
4). Komparatif dan superlatif dalam bahasa Arab. Pada tahap ini guru menganalisa
kemudian menjelaskan pada siswa tentang bentuk tingkat komparatif dan
superlatif dalam bahasa Arab diselingi padanannya dalam bahasa Indonesia.
Sebab kebanyakan buku pelajaran bahasa Arab yang ada tidak memberi
penjelasan tentang bentuk komparatif dan superlatif ini.
4. Metode untuk mengajarkan tingkat perbandingan adalah Grammar-Translation
Method dimana dengan metode ini selain diajarkan aturan gramatika bahasa asing,
siswa sesering mungkin juga dilatih (drill) menggunaknnya dalam bentuk menjawab
soal serta latihan menterjemah, dengan harapan siswa terbiasa dengan paradigma
bahasa asing tersebut (B2).
5. Media yang dapat dipakai untuk mengajarkan tingkat perbandingan bahasa Arab ini
adalah papan tulis, OHP (jika ada), buku pegangan (diktat), dan kertas latihan.
2. Komentar Penutup
Anakon masih tetap berperan dalam pengajaran bahasa. Para guru harus dapat
memanfaatkan analisis kontrastif demi kepentingan proses belajar mengajar sesuai
dengan pengelamannya.
Walaupun akhir-akhir ini Anakom dianggap kurang berperan,namun dalam
pertemuan para professor dan pakar di Yugoslavia (1968), Federasi Guru dan Dosen
Bahasa Yang Masih Hidup (federatin Internationale de Langues Vivantes), telah
dikeluarkan rekomendasi sebagai berikut :
(1) Walaupun belum ada kemantapan penelitian tentang teori-teori linguistic, anakon
tetap harus dilanjutkan karena menfaatnya bagi pengajaran bahasa cukup besar.
(2) Anakon tidak boleh hanya dikenakan pada bahasa-bahasa yang besar dan
berpengaruh besar.
(3) Anakon harus diprakarsai dengan memperhatikan dampaknya secara teoritis serta
manfaatnya secara pedagogis.
(4) Anakon harus diterima sebagai salah satu sarana bagi guru diantara pelbagai sarana
pedagogis yang lain.
(5) Anakon harus dikenakan melampaui tataran sintaksisi. Anakon harus diberlakukan
pula pada tataran wacana, semantic, sosiokultural dan psikologi keberbahasaan.
(6) Nakon pun harus diberlakukan pada telaah tentang tahap-tahap perolehan bahasa ibu
pada anak-anak.
(7) Pada tataran fonologi, anakon harus didasarkan pada cirri-ciri artikulatoris.
(8) Anakon harus dilaksanakan dengan kriteria yang sama dan model yang sama. Ini
berarti anakon harus mengambil model deskriptif dan dalam seluruh pekerjaan
pembandingan.
(9) Pertemuan-pertemuan federasi selanjutnya harus diwakili oleh pakar-pakara yang
telah mengembangkan teori Anakon dalam pengajaran bahasa.
(10) Diharapkan akan diadakan satu symposium internasional tentang teori-teori dan
penerapan Anakon.
Keputusan atau Rekomendasi (9) dan (10) adalah keputusan tentang pekerjaan
federasi itu. Yang penting bagi kita adalah pengembangan dan penerapan teori-teori Anakon
serta pengakuan akan dampak dan menfaat anakon, khususnya bagi dan dalam pengajaran
bahasa.61
3. Saran
Betapa hebatnya sebuah karya, selama manusia yang membuatnya, tidak akan pernah
luput dari kritik. Segala kritik dan saran yang sifatnya membangun akan selalu kami terima
dengan senang hati.
[1]
[2]
hal. 7.
[3]
Syamsudin Asyrofi dan Uswatun Hasanah, Konstruksi Apositif Dalam Bahasa Arab, (Yogyakarta:
Gema Insani Press, 1993), hal. 1
[4]
Umi Mukharromah, Metodologi Pengajaran Agama Dan Bahasa Arab, (jakarta : raja grafindo
perdsada, 1997), hal. 189.
[5]
Muhammad Adnan Laitef, English Syntax, (Surabaya : Karya Abditama, 1995), hal. iii
[6]
Hanry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa, (Bandung : Aksara, 1990), hal.
21.
[7]
Ibid, hal 23.
[8]
Pranowo, Analisis Pengajaran Bahasa, (yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1996), hal 40.
[9]
Umar Asasudin Sokah, Problematika Pengajaran Bahasa Arab dan inggris, (yogyakarta : CV. Nur
Cahya, 1982), hal. 9.
[10]
Mardalis, Metode Penelitian, Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta Bina Aksara. 1996). Hal. 28.
[11]
Suharsimi A. Prosedur Penelitian. (Jakarta Rineka Cipta, 1993), hal 210
[12]
Sutrisno Hadi, Merodologi Research , (Yogyakarta ; Andi Offset, 2000), hal. 42
[13]
Ibid, hal. 36
[14]
Suparno, Dasar-dasar Linguistik, (Yogyakarta: Mitra Gama Widya, 1993), hal
[15]
Ibid, hal. 2
[16]
Ibid, hal. 3
[17]
Mansoer Pateda, Linguistik Terapan, (Flores: Nusa Indah, 1991), hal. 82
[18]
Ibid, hal. 84
[19]
Op. Cit., Soeparno, hal. 9 - 13
[20]
Ibid., hal. 14-15
[21]
J.W.M. Verhaar, Asas-asas Linguistik Umum, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press), hal 5
[22]
Op. Cit., Mansoer Pateda, hal. 15
[23]
Op. Cit., J.W.M. Verhaar, hal. 7
[24]
Op.Cit., Mansoer Pateda, hal. 21
[25]
Ibid., hal. 22
[26]
Op.Cit., Soeparno, hal. 63
[27]
Drs. A. Chaedar Alwasilah, LINGUISTIK Suatu Pengantar, (Bandung: Angkasa), hal. 104
[28]
Ibid, hal. 106
[29]
Ibid, hal. 106
[30]
Ibid, hal. 120
[31]
R.H Robins, Linguistik Umum: Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hal. 508-510
[32]
J. Daniel Parera, Linguistik Edukasional, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1997), hal.107
[33]
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1990),
hal.59
[34]
Pranowo, Analisis Pengajaran Bahasa, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press), hal.
[35]
Ibid, hal.42
[36]
Op.Cit, Henry Guntur Tarigan, hal. 24
[37]
Ibid., hal. 25
[38]
Jos Daniel Parera, Linguistik Edukasional, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1997), hal. 106
[39]
Ibid, hal. 111
[40]
Ibid, hal. 112
[41]
Ibid, hal. 116
[42]
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1990), hal.
29
[43]
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1992) hal. 213
[44]
Ibid, hal.213
[45]
Syaikh Mustafha Al-Ghulayani, Pelajaran Bahasa Arab Lengkap, Terjemah Jaamiud Durusil Arabiyyah jilid
I, (Semarang: Assyifa, 1992) hal. 387
[46]
H. Moch.Anwar, Tarjamah Matan Alfiyah, (P.T. Al Maarif, 1997) hal.263
[47]
Op. Cit., Syaikh Mustafa al-Ghulayani, hal.388
[48]
Ibid, hal.388
[49]
M. Wafi dan A. Bahauddin, Khazanah Andalus, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1998), hal. 291
[50]
Op. Cit. Syaikh Mustafa Al-ghulayani, hal. 399
[51]
Prof. Dr. Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan metode mengajarkannya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003)
hal.66
[52]
ibid, hal. 66
[53]
Dr. Muljanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing: Sebuah Tinjauan Dari Segi Metodologi, Jakarta, 1997,
hal.32
[54]
ibid, hal. 37
[55]
Op.Cit., Prof.Dr. Azhar arsyad, hal.74
[56]
Ibid, hal.75
[57]
Ibid, hal. 77
61
Op.Cit, Jos Daniel Parera, hal. 120