You are on page 1of 32

MAKALAH BAHAN KONSTRUKSI KIMIA

(Logam Besi)

DISUSUN OLEH
Kelompok : 1

Hafifa Marza

0613 3040 0317

Lian Elvani

0613 3040 0320

Miranda Aristy

0613 3040 0323

Kelas : 4 KB
Instruktur
Dr. Ir. Rusdianasari, M.Si.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2015
1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini kami telah berusaha dengan semaksimal mungkin
sesuai dengan kemampuan kami. Namun sebagai manusia biasa, kami tidak luput dari
kesalahan, baik dari segi penyampaian materi ini maupun tata bahasa. Tetapi walaupun
demikian kami berusaha sebisa mungkin menyelesaikan makalah Bahan Konstruksi Kimia
ini, meskipun tersusun sangat sederhana.
Kami menyadari adanya kerja sama antara dosen pembimbing dan teman kelompok
yang memberi masukan yang bermanfaat bagi kami dalam tersusunnya makalah ini. Untuk
itu kami mengucapkan terima kasih kepada siapa saja yang telah berperan dalam penyusunan
makalah ini.
Semoga makalah Bahan Konstruksi Kimia ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya. Kami mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang bersifat
membangun. Kami berharap makalah ini dapat membantu siapa saja untuk lebih mengetahui
lagi lebih dalam materi dan bagian-bagian apa saja yang terdapat didalamnya.

Palembang, 8 Maret 2014

Penulis,

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II DASAR TEORI ................................................................................ 3
2.1 Pengertian Logam (ferro)..................................................................... 3
2.2 Sifat-Sifat Logam Besi ........................................................................ 4
2.3 Klasifikasi Logam Besi ........................................................................ 5
2.4 Jenis-Jenis Logam Ferro ...................................................................... 5
BAB III PEMBAHASAN .............................................................................. 12
3.1 Proses Pengolahan Besi........................................................................ 12
3.2 Tempat Pengolahan Besi (Tanur Sembur)............................................ 14
- Pengolahan Bijih Besi dengan Blasr Furnace, Tanur Tiup............. 14
- Operasi dan Proses Blast Furnace................................................... 15
3.3 Reaksi-Reaksi Kimia yang Terjadi....................................................... 16
3.4 Proses Pembuatan Besi dan Baja.......................................................... 19
- Process Indirect Reduction ............................................................ 19
- Process Direct Reduction ............................................................... 21
3.5 Flowsheet.............................................................................................. 23
BAB IV APLIKASI BESI .............................................................................. 25
4.1 Unsur Logam........................................................................................ 25
4.2 Aplikasi Logam..................................................................................... 25
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 29
5.1 Kesimpulan........................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 30
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Logam adalah unsur kimia yang mempunyai sifat-sifat kuat, liat, keras, penghantar
listrik dan panas, serta mempunyai titik cair tinggi. Bijih logam ditemukan dengan cara
penambangan yang terdapat dalam keadaan murni atau bercampur dengan unsur-unsur
seperti karbon, sulfur, fosfor, silikon, serta kotoran seperti tanah liat, pasir, dan tanah.
Bijih logam yang ditemukan dengan cara penambangan terlebih dahulu dilakukan
proses pendahuluan sebelum diolah dalam dapur pengolahan logam dengan cara dipecah
sebesar kepalan tangan, dipilih yang mengandung unsur logam, dicuci dengan air unruk
mengeluarkan kotoran dan terakhir dikeringkan dengan cara dipanggang untuk
mengeluarkan uap yang mengandung air.
Selain logam ada yang disebut dengan istilah bukan logam (nonmetal) dan unsur
metaloid (yang menyerupai logam).
Logam dapat dibagi dalam beberapa golongan, yaitu :
Logam berat
: besi, nikel, krom, tembaga, timah putih, timah hitam, dan
seng.
Logam ringan : alumunium, magnesium, titanium, kalsium, kalium,
natrium, dan barium.
Logam mulia
: emas, perak, dan platina.
Logam tahan api : wolfram, molibden, titanium, dan zirkonium.
Dalam penggunaan serta pemakaiannya, logam pada umumnya tidak merupakan
senyawa logam, tetapi merupakan paduan. Logam dan paduannya merupakan bahan
teknik yang penting, dipakai untuk konstruksi mesin, kendaraan, jembatan, bangunan,
dan pesawat terbang.
Sehubungan dengan pemakaiannya pada teknik mesin, sifat logam yang penting
adalah mekanis, fisik, dan kimia yang sangat menentukan kualitasnya.

1.2 Rumusan Masalah


1.
2.
3.
4.
5.

Mendefinisikan pengertian logam besi


Menjelaskan sifat fisik dan sifat kimia dari logam besi
Mengklasifikasikan logam besi
Membuat logam besi dengan beberapa proses
Menjelaskan aplikasi dari logam besi

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian logam besi
2. Mengetahui sifat fisik dan sifat kimia logam besi
3. Mengklasifikasi logam besi
4

4. Mengetahui proses pembuatan logam besi


5. Mengetahui aplikasi dari logam besi

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Logam (Ferro)


Logam ferro adalah suatu logam paduan yang terdiri dari campuran unsur karbon
dengan besi. Untuk menghasilkan suatu logam paduan yang mempunyai sifat yang
berbeda dengan besi dan karbon maka dicampur dengan bermacam logam lainnya.
Logam adalah unsur kimia yang mempunyai sifat-sifat, seperti dapat ditempa dan
diubah bentuk, penghantar panas dan listrik,keras (tahan terhadap goresan, potongan atau
keausan), kenyal (tahan patah bila dibentang), kuat (tahan terhadap benturan, pukulan
martil), dan liat (dapat ditarik).
Besi dalam bidang keteknisan adalah besi teknis, bukan besi murni, karena besi
murni (Fe) tidak memenuhi pernyataan teknik, persyaratan teknik adalah kekuatan
5

bahan, keuletan, dan ketertahanan terhadap pengaruh luar (korosi, aus, bahan kimia, suhu
tinggi dan sebagainya).
Besi teknis selalu tercampur dengan unsure-unsur lain misalnya karbon (C), silicon
(Si), mangan (Mn), Fosfor (P), dan belerang (S). Unsur-unsur tersebut harus dalam kadar
tertentu, sesuai dengan sifat-sifat yang dikehendaki, secara garis besar besi teknik terbagi
menjadi :
a. Besi kasar : kadar karbon lebih besar dari 3,5%, tidak dapat ditempa.
b. Besi : kadar karbon lebih besar dari 2,5%, tidak dapat ditempa.
c. Baja : kadar karbon kurang dari 1,7%, dapat ditempa.

2.2 Sifat-Sifat Logam Besi


Sifat Fisika
Fase

Padat

Massa jenis (suhu kamar)

3
7,68 g/cm

Titik lebur

0
1811 K
0
0
(1538 C , 2800 F)

Titik didih

0
3134 K
0
0
(2861 C , 5182 F)

Kalor peleburan

13,81 kJ/mol

Kalor penguapan

340 kJ/mol

Sifat Kimia

Tidak termakan oleh udara kering yang tidak mengandung CO2.


Jika terkena udara basah akan terbentuk karat (Fe2O3. nH2O).

Reaksi pembentukan karat, yaitu


Bereaksi dengan uap air panas.
Fe + uap air panas (stoom) akan menghasilkan H2 (pembuatan H2 secara teknik).

4Fe 3O 2 2Fe2 O3

3 Fe 4 H 2 O Fe3O 4 4 H 2

Reaksi :
Bereaksi dengan semua asam.

Fe 2 HCl FeCl2 H 2

Reaksi :
Jika timbul H2 maka selalu terbentuk senyawaan fero.

Fe 2H Fe 2 H 2

Reaksi :
Tidak termakan oleh basa.
Bereaksi dengan halida.

Reaksi :
Bereaksi dengan Sulfur terbentuk FeS.

2Fe 3Cl2 2FeCl3

2.3 Klasifikasi Logam Besi


Logam-logam besi merupakan logam dan paduan yang mengandung besi (Fe)
sebagai unsur utamanya dan carbon, sedangkan logam bukan besi merupakan logam
yang tidak mengandung unsur besi.
Logam besi dapat digolongkan dalam beberapa kelompok berdasarkan komposisi
kimia,

khususnya

kadar

karbon,

sifat-sifat

mekanis

atau

fisis

dan

tujuanpenggunaannya.Proses pembuatan baja dapat dilakukan berdasarkan proses asam


dan basa yang berhubungan dengan sifat kimia yang meghasilkan terak dari lapisan
dapur.
Proses asam digunakan untuk memurnikan besi kasar yang persetasenya rendah
dalam fosfor dan sulfur. Besi kadar ini dihasilkan dari bijih besi yang kaya silikon yang
menghasilkan terak asam. Lapisan dapur dibangun dari batu silika (SiO2) dan
mempunyai sifat yang sama dengan terak sehingga mencegah reaksi antara unsur fosfor
dengan lapisan dapur.
Proses basa digunakan Untuk memurnikan besi kasar yang kaya fosfor. Unsur itu
hanya dapat dikeluarkan apabila digunakan sejumlah besar dari batu kapur selama
berlangsung proses pemurnian, sehingga akan menghasilkan terak. Lapisan dapur harus
terbuat dari batu kapur untuk mencegah reaksi antara lapisan dapur dengan unsur silikon.

2.4 Jenis-Jenis Logam Ferro

1. Besi Tuang
Komposisinya yaitu campuran besi dan karbon. Kadar karbon sekitar 40%,
sifatnya rapuh tidak dapat ditempa, baik untuk dituang, liat dalam pemadatan, lemah
dalam tegangan. Digunakan untuk membuat alas mesin, meja perata, badan ragum,
bagian-bagian mesin robot, blok slinder, dan cincin torak.
2. Besi Tempa
Komposisi besi terdiri dari 99% besi murni, sifat dapat ditempa, liat, dan tidak
dapat dituang. Besi tempa antara lain dapat digunakan untuk membuat rantai jangkar,
kait keran, dan landasan kerja plat.
3. Baja Lunak
Komposisi campuran besi dan karbon, kadar karbon 0,1% - 0,3%, membuat
sifat dapat ditempa dengan tanah liat. Digunakan untuk membuat mur, sekrup, pipa,
dan keperluan umum dalam pembangunan.
4. Baja Karbon Sedang
Komposisi campuran besi dan karbon, kadar karbon 0,4% - 0,6%. Sifat lebih
kenyal dan keras. Digunakan untuk membuat benda kerja tempa berat, poros, dan rel
baja.
5. Baja Karbon Tinggi
Komposisi campuran besi dan karbon. Kadar karbon 0,7% - 1,5%. Sifat dapat
ditempa, dapat disepuh keras, dan dimudakan. Digunakan untuk membuat kikir,
pahat, gergaji, tap, stempel, dan alat bubut lainnya.
6. Baja Karbon Tinggi Dengan Campuran
Komposisi baja karbon tinggi ditambah nikel atau kobalt, krom atau tungsten,
sifat rapuh, tahan suhu tinggi tanpa kehilangan kekerasan, dapat disepuh keras, dan
dimudakan. Digunakan untuk membuat mesin bubut dan alat-alat mesin.

Tabel pembagian besi dan baja menurut komposisinya.


No Paduan Besi dan Baja
1
Besi Tuang

Komposisi kimia (%)


2-4% C, 1-3% Si, 0,8 % Mn (maks), 0,10 % P
(maks), 0,05% S (maks)

Besi tuang kelabu

Disamping terdapat perbedaan yang kecil dari


segi komposisi, perbedaan sifat-sifat besi tunag
8

Besi tuang potih

Besi tuang noduler

Besi tuang paduan

ditentukan oleh strukutur mikro karena proses


pembutan atau karena proses perlakuan panas.
Elemen-elemen pemadu: Cr, Ni

Baja Karbon
-

Baja karbon rendah

0,08-0,35% C

0,25-1,50% Mn

Baja karbon medium

0,35-0,50% C 0,25-0,80% Si

Baja karbon tinggi

0,55-1,70% C 0,04% P 0,05% S

Baja Paduan
-

Baja paduan rendah

Seperti pada baja karbon rendah + elemenelemen pemadu kurang dari 4% SEPERTI Cr, Ni,
Mo, Cu, Al, Ti, V, Nb, B, W, dll
Seperti pada baja paduan rendah tetapi jumlah

Baja paduan medium

elemen-elemen pemadu di atas 4%

Baja Spesial
-

Baja Stainless

a. Feritik (12-30% Cr dan kadar C rendah)


b. Martensitik (12-17% Cr dan 0,1-1,0%C)
c. Austenitic (17-25 % Cr dan 8-20% Ni)
d. Duplek (23-30%Cr, 2,5-7% Ni, plus Ti dan
Mo)
e. Presipitasi (seperti pada sustenitik, plus
elemen pemadu: Cu, Ti, Al, Mo, Nb, atau
Ni.

Baja Perkakas

High speed steels (0.85-1,25%C, 1,5-20% W, 49,5%Mo, 3-4,5% Cr, 1-4 %V, 5-12%Co)

Logam Besi dan Baja


Besi karbon rendah
9

Besi karbon rendah ( wrought iron) mengandung < 0,1 %C degan 1-3 % terak halus
yang tersebar secara merata di dalamnya. Besi ini merupakan hasil proses pudding atau
proses aston.
Pada proses pudding, besi kasar dicampur dengan besi bekas lalu dilebur dalam
dapur pudding manual yang kecil (kapasitas 230 kg) dipanaskan dengan kokas, minyak
atau gas. Kapasitas dapur kini jauh lebih besar dan proses pengadukan dilakukan secara
mekanik. Setelah bebas dari kotoran-kotoran produk yang berbentuk campuran dari besi
dan terak d ituang dari dalam dapur kemudian digiling untuk memisahkan terak.
Pada proses aston, besi kasar dilebur dalam kupola dan dimurnikan dalam bejana
bassemer. Logam murni kemudian dituang d ladel yang mengandung sejumlah terak.
Karena suhu terak lebih rendah, logam cair cepat membeku, gas-gas yang larut bebas
dari letupan-letupan sehingga logam pecah menjadi bagian-bagian yang kecil. Kepingan
ini mengendap dan menjadi satu membentuk beji spons. Besi karbon rendah yang
dihasilkan mempunyai komposisi sebagai berikut : C < 0,03 % ; Si ~ 0,13 ; S < 0,02 % ;
F ~ 0,28 % dan Mn < 0,1 %

Baja
Baja merupakan paduan yang terdiri dari biji besi, karbon dan unsur lainnya. Baja
dapat dibentuk melalui pengecoran, pencanaian dan penempaan. Karbon merupakan
salah satu unsur terpenting karena dapat meningkatkan kekerasan dan kekuatan baja.
Baja merupakan logam yang paling banyak digunakan dalam teknik, dalam bentuk pelat,
lembaran , pipa, batang profil dan sebagainya.
Secara garis besar baja dapat dikelompokkan sebagai berikut:
A. Baja karbon
Baja karbon rendah ( <0,30 %C)
Baja karbon ( 0,30 % < C < 0,70)
Baja karbon ( 0,7 < C < 1,4% )
B. Baja panduan
Baja panduan rendah (jumlah unsur panduan khusus <8%)
Baja panduan tinggi (jumlah unsur panduan khusus >8%)
Baja karbon rendah digunakan untuk kawat, baja profil, sekrup, ulir dan baut. Baja
karbon sedang digunakan untuk rel kereta api, as, roda gigi, dan suku cadang
10

berkekuatan tinggi, atau dengan kekerasan sampai tinggi. Baja karbon tinggi digunakan
untuk perkakas potong seperti pisau, gurd, dan bagian-bagian harus tahan gesek.
Baja panduan yang meliputi 15 % dari seluruh produksi baja, mempunyai
kegunaan khusus karena sifatnya yang unggul dibandingkan baja karbon.
Pada umumnya baja panduan memiliki:
1. Keuletan yang tinggi tanpa pengurangan kekuatan tarik
2. Kemampuan kerasan sewaktu dicelup dalam minyak atau udara , dan dengan
demikian kemungkinan retak atau distorsinya kurang.
3. Tahan terhadap korosi dan keausan
4. Tahan terhadap perubahan suhu
5. Memiliki sifat-sifat metalurgi,seperti butir halus.
Besi cor
Besi cor adalah paduan besi-karbon-silika dengan unsur tambahan lain. Kadar
karbon tinggi sehingga besi cor bersifat rapuh dan tidak dapt di tempa. Besi cor memiliki
sifat fisis atau mekanik yang berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh unsur paduan yang
terdapat didalamnya seperti karbon, silikon, mangan, fosfor dan belerang. Kekuatan,
kekerasan, kemampuan mesin, ketahanan aus, dan lain sebagainya dilebur kembali dalam
dapur kupola. Besi kasar yang dihasilkan oleh tanur tinggi tidak cocok untuk benda coran
dan dilebur kembali dalam dapur kupola.
Besi cor kelabu disebut begitu oleh karena petahannya bewarna Keabu - abuan.
Karbon yang terdapat berbentuk serpihan grafit, kekuatan tarik besi cor kelabu berkisar
antara 140 sampai 415 Mpa akan tetapi keuletannya sangat rendah. Komposisinya adalah
sebagai berikut :
Unsur
Karbon (C)
Silikon (Si)
Mangan (Mn)
Fosfor (P)
Belerang (S)
Besi (Fe)

Kadar (% berat)
3,00 3,50
1,00 2,75
0,40 1,00
0,15 1,00
0,02 0,15
Sisanya

Besi cor putih mempunyai bidang perpatahan yang putih warnanya, karbon disini
terikat sebagai karbida, Fe3C, Fe3C atau karbida bersifat keras, sehingga besi cor putih
yang banyak mengandung karbida sulit di mesin. Besi cor putih dibuat dengan cara
menuangkan besi cair ke dalam cetakan logam dan dengan mengatur komposisi
kimianya. Pendingin cepat atau chill diterapkan bila dikehendaki suatu permukaan yang
tahan aus seperti roda kereta api, rol untuk menggerus dan pelat penghancur batu.
11

Besi cor mampu tempa mempunyai kekuatan tarik sekitar 380 Mpa dengan
perpanjangan 18 %. Benda cor mampu tempa mempunyai daya tahan terhadap kejutan
dan mudah dimesin; banyak digunakan dalam industry perkeretaapian, industry
kendaraan bermotor, sambungan pipa dan industry pertanian.
Besi cor nodular adalah jenis besi cor mampu tempa yang kuat dan ulet. Karbon
yang terdapat berbentuk nodul grafit yang diperoleh dengan menambahkan bahan yang
mengandung magnesium seperti nikel magnesium atau magnesium yang mengandung
tembaga ferro silicon dalam besi cor kelabu cair. Jumlah magnesium yang diperlukan
tergantung pada kadar belerang yang ada. Mula-mula kadar belerang diturunkan dengan
cara mengubahnya menjadi sulfide magnesium. Sisa magnesium yang ada dapat
mengubah bentuk grafit menjadi bentuk hhhnodular. Besi cor nodular umumnya
digunakan dalam kondisi tuang (as - cast); meskipun demikian untuk meningkatkan sifatsifat tertentu dari benda cor, benda cor dapat dianil sebentar. Waktu anil yang diperlukan
jauh lebih singkat dibandingkan dengan waktu anil besi cor mampu tempa. Karena mutu
besi cor nodular jauh lebih baik, bahan ini dapat digunakan untuk membuat proses
engkol dan berbagai suku cadang mesin lainnya.
Pengaruh Unsur Kimia dalam Besi Cor
a. Silikon
Silicon sampai kadar 3,25% bersifat menurunkan kekuatan besi. Kadar silicon
menentukan berapa bagian dari karbon terikat dengan besi dan beberapa bagian
berbentuk granit (atau karbon bebas) setelah tercapai keadaan seimbang. Kelebihan
silicon membentuk ikatan yang keras dengan besi, sehingga dapat dikatakan bahwa
silicon di atas 3,25% akan meningkatkan kekerasan.
b. Mangan
Dalam jumlah rendah, tidak seberapa pengaruhnya, dalam jumlah di atas 0,5%,
mangan bereaksi dengan belerang membentuk sulfide mangan. Ikatan ini rendah bobot
jenisnya dan dapat larut dalam terak. Mangan merupakan unsure deoksidasi, pemurnian
sekaligus meningkatkan fluiditas, kekuatan dan kekerasan besi. Bila kadar ditingkatkan,
kemungkinan terbentuknya ikatan kompleks dengan karbon meningkat dan kekerasa besi
cor akan naik. Mangan yang hilang selama proses peleburan berkisar antara 10 20 %.
c. Belerang
Belerang sangat merugikan, oleh karena itu selama proses peleburan selalu
diusahakan untuk mengikat belerang tersebut, antara lain dengan menambahkan ferro
mangan. Belerang yang menyebabkan terjadinya lubang-lubang (blowholes) membentuk
12

ikatan dengan karbon dan menurunkan fluiditas sehingga mengurangi kemampuan ikatan
dengan karbon dan menurunkan fluiditas sehingga mengurangi kemampuan tuang besi
cor. Setiap kali kita melebur besi cor, kadar belerang meningkat sebesat 0,03%, belerang
ini berasal dari bahan bakar.
d. Fosfor
Fosfor dapat meningkatkan fluiditas logam cair dan menurunkan titik cair. Oleh
karena itu biasa digunakan faktor sampai 1% dalam benda cor kecil dan benda cor yang
mempunyai bagian bagian yang tipis. Benda cor besar tidak memerlukan kadar fosfor
yang tinggi karena tidak diperlukan fluiditas tambahan. Sewaktu peleburan umumnya
terjadi peningkatan kadar fosfor sampai 0,02%. Unsur fosfor sulit beroksidasi kecuali
bila dipenuhi beberapa persyaratan tertentu. Untuk mengendalikan kadar fosfor, perlu
dipilih grade besi bekas yang tepat.
Fosfor juga membentuk ikatan yang dikenal dengan nama steadit, yaitu campuran
antara besi dan fosfida, ikatan ini keras, rapuh dan mempunyai titik cair yang lebih
rendah. Steadit mengandung fosfor sebanyak 10%. Dengan demikian besi dengan 0,50%
fosfor akan mengandung sekitar 5% (volume) steadit.

BAB III
13

PEMBAHASAN

3.1 Proses Pengolahan Besi


Secara umum proses pengolahan besi dari bijihnya dapat berlangsung dengan
urutan sebagai berikut:
a. Bahan bahan dimasukkan ke dalam tanur melalui bagian puncak tanur.
Bahan bahan ini berupa:
1.) Bahan utama yaitu bijih besi yang berupa hematit (Fe2O3 ) yang
bercampur dengan pasir (SiO2) dan oksida oksida asam yang lain (P2O5
dan Al2O3). Batuan batuan ini yang akan direduksi.
2.) Bahan bahan pereduksi yang berupa kokas (karbon).
3.) Bahan tambahan yang berupa batu kapur (CaCO3) yang berfungsi untuk
mengikat zat zat pengotor.
b. Udara panas dimasukkan di bagian bawah tanur sehingga menyebabkan
kokas terbakar
C(s) + O2(g) CO2(g) H = - 394 kJ
Reaksi ini sangat eksoterm (menghasilkan panas), akibatnya panas yang
dibebaskan akan menaikkan suhu bagian bawah tanur sampai mencapai
1.900o C.
c. Gas CO2 yang terbentu kekmudian naik melalui lapisan kokas yang panas
dan bereaksi dengannya lagi membentuk gas CO.
CO2(g) + C(s) 2 CO(g) H = +173 kJ
Reaksi kali ini berjalan endoterm (memerlukan panas) sehingga suhu tanur
pada bagian itu menjadi sekitar 1.300o C.
d. Gas CO yang terbentuk dan kokas yang ada siap mereduksi bijih besi
(Fe2O3). Reuksi ini dapat berlangsung dalam beberapa tahap, yaitu:
1.) Pada bagian atas tanur, Fe2O3 direduksi menjadi Fe3O4 pada suhu 500C.
3 Fe2O3(s) + CO(g) 2 Fe3O4(s) + CO2(g)
2.)Pada bagian yang lebih rendah, Fe3O4 yang terbentuk akan direduksi
menjadi FeO pada suhu 850o C.
Fe3O4(s) + CO(g) 3 FeO(s) + CO2(g)
14

3.)Pada bagian yang lebih bawah lagi, FeO yang terbentuk akan direduksi
menjadi logam besi pada suhu 1.000o C.
FeO(s) + CO(g) Fe(l) + CO2(g)
e. Besi cair yang terbentuk akan mengalir ke bawah dan mengalir di dasar tanur.
f. Sementara itu, di bagian tengah tanur yang bersuhu tinggi menyebabkan batu
kapur terurai menurut reaksi:
CaCO3(s) CaO(s) + CO2(g)
g. Kemudian di dasar tanur CaO akan bereaksi dengan pengotor dan membentuk
terak (slag) yang berupa cairan kental. Reaksinya sebagai berikut:
CaO(s) + SiO2(s) CaSiO3(l)
3 CaO(s) + P2O5(g) Ca3(PO4)2(l)
CaO(s) + Al2O3(g) Ca(AlO2)2(l)
h. Selanjutnya, besi cair turun ke dasar tanur sedangkan terak (slag) yang
memiliki massa jenis lebih rendah daripaba besi cair akan mengapung di
permukaan dan keluar pada saluran tersendiri.

3.2 Tempat Pengolahan Besi ( Tanur Sembur )


Proses pengolahan bijih besi untuk menghasilkan logam besi dilakukan dalam
tanur sembur (blast furnace). Tanur sembur berbentuk menara silinder dari besi atau baja
15

dengan tinggi sekitar 30 meter dan diameter bagian perut sekitar delapan meter.Karena
tingginya alat tersebut, alat ini sering juga disebut sebagai tanur tinggi. Bagian bagian
dari tanur tinggi adalah sebagai berikut:
a. Bagian puncak yang disebut dengan Hopper, dirancang sedemikian rupa sehingga
bahan bahan yang akan diolah dapat dimasukkan dan ditambahkan setiap saat.
b. Bagian bawah puncak, mempunyai lubang untuk mengeluarkan hasil hasil yang
berupa gas.
c. Bagian atas dari dasar (kurang lebih 3 meter dari dasar), terdapat pipa pipa yang
dihubungkan dengan empat buah tungku dimana udara dipanaskan (sampai suhunya
kurang lebih 1.100o C). udara panas ini disemburkan ke dalam tanur melalui pipa
pipa tersebut.
d. Bagian dasar tanur, mempunyai dua lubang yang masing masing digunakan untuk
mengeluarkan besi cair sebagai hasil utama dan terak (slag) sebagai hasil samping.

Pengolahan Bijih Besi Dengan Blast Furnace, Tanur Tiup


Blast furnace atau biasa juga disebut dengan tanur tiup atau tanur tegak digunakan
untuk mereduksi secara kimia dan mengkonversi secara fisik bijih besi yang padat
menjadi logam besi yang panas.Logam besi panas disebut sebagai hot metal.
Bahan baku yang dimasukkan pada blast furnace adalah bijih besi, kokas dan batu
kapur yang diumpan dari atas. Selama proses ditiupkan udara panas atau hot blast dari
bagian bawah melalui tuyeres.
Dibutuhkan enam sampai delapan jam bahan baku bijih besi turun ke bagian bawah
membentuk produk hot metal besi dan slag. Logam besi ini biasa disebut degan pig iron.
Blast furnace akan beroperasi secara kontinyu selama enam sampai sepuluh tahun
dengan hanya berhenti untuk melakukan pemeliharaan yang telah direncanakan.
Besi oksida merupakan Bahan baku utama yang digunakan pada blast furnace yang
dapat berupa bijih besi oksida seperti hematite atau magnetite, atau bijih oksida hasil
olahan seperti sinter, atau pellet. Ukuran bahanbaku ini adalah sekitar 50 mm.
Bijih besi dengan kandungan Besi atau Fe yang tinggi dapat langsung dimasukkan
pada blast furnace tanpa harus melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Bijih besi yang
dapat langsung digunakan adalah bijih besi yang mengadung Fe antara 50 70 %.
Bijih besi dengan kandungan yang rendah, terlebih dahulu harus diproses untuk
meningkatkan kandungan Fe-nya atau melalui proses benefisiasi.
Pellet dibuat dari bijih besi kadar rendah. Bijih melalui serangkai proses seperti
crushing, grinding, separation, balling, dan induration. Pellet berbentuk bola-bola kecil
seperti kelereng berukuran antara 10 25 mm. Pellet mengadung Fe antara 64 67 %.
16

Sinter dibuat dari bijih besi ukuran halus, ditambah sedikit kokas, batu kapur dan
sejumlah bahan limbah dari pabrik baja yang mengandung besi. Bahan halus ini dicampur
secara proposional untuk mendapatkan komposisi tertentu.Bahan

ini kemudian

dimasukkan ke dalam sintering strand yang dipanaskan dalam furnace berbahan gas.
Sebagian bahan meleleh dan menyatu membentuk sinter berukuran antara 10 50 mm.

Operasi Dan Proses Blast Furnace


Secara skemtika, prinsip blast furnace atau tanur tiup atau tungku tegak
ditunjukkan pada gambar di bawah.Tanur terdiri dari shaft yang memiliki tinggi
antara 20 sampai 30 meter. Shaft terbuat dari baja yang bagian dalamnya dilapisi
dengan bata tahan api, atau refractory brick.
Bahan baku yang terdiri dari bijih, kokas dan bahan imbuh (flux) dimasukkan
dari bagian atas tanur. Fungsi dari bahan imbuh yang ditambahkan adalah agar
komposisi slag menjadi sesuai untuk proses blast furnace. Bahan imbuh yang
digunakan umumnya adalah batu kapur (limestone), kapur bakar (lime) atau bahkan
kadang ditambahkan dolomit.
Dari bagian bawah tanur, dihembuskan udara panas melalui tuyeres.Gas-gas
yang terbentuk di dalam tanur keluar melalui bagian atas tanur, sedangkan lelehan
logam pig iron (besi mentah) dan lelehan slag dikeluarkan dari hearth pada bagian
bawah tanur. Bagian yang berbentuk kerucut terbalik (inverted cone) antara stack dan
hearth disebut bagian zona bosh.

3.3 Reaksi-reaksi Kimia yang Terjadi


Reaksi-reaksi kimia yang terjadi selama proses dalam tanur dapat dilihat pada gambar.
Pada bagian atas stack, bijih besi direduksi melalui tahapan berikut:
3 Fe2O3 + CO = 2 Fe3O4 + CO2
Fe3O4 + CO = 3 FeO + CO2
FeO + CO = Fe + CO2
17

Reaksi-reaksi ini mulai terjadi ketika temperatur telah mencapai beberapa


ratus derajat Celcius, namun demikian, reaksi-reaksi utama terjadi dalam rentang
temperatur 700 sampai 1200 Celcius. Reaksi antara CO dengan bijih besi pada bagian
atas daerah stack ini disebut sebagai reduksi tidak langsung. Di daerah ini, temperatur
memang masih terlalu rendah untuk terjadinya reaksi dengan kokas.

Skematika Iron Blast Furnace, Tanur Tiup Besi Dan Reaksi Kimia
Pada aplikasi yang lebih modern, reduksi Fe2O3 dan Fe3O4 menjadi FeO
selesai sebelum reduksi ke besi logam dimulai. Hal ini memberikan kondisi
pemanfaatan paling efisien terhadap pemakaian CO yang terkandung dalam gas dan
dicapai dengan penggunaan bijih yang reaktif dan berukuran kecil, seperti pellet.
Untuk bijih yang lebih kasar dan kurang reaktif, reaksi-reaksi cenderung terjadi secara
overlap dan tidak efisien.
Reaksi reduksi yang terakhir adalah reduksi dari wustite menjadi besi logam.
Reduksi ini hanya terjadi setelah bijih mencapai bagian bawah dari zona stack. Pada
bagian bawah stack ini temperatur telah mencapai di atas 1000 Celcius. Pada
temperatur ini, reaksi permukaan kokas relatif cukup cepat sehingga dapat mereduksi
wustite menjadi besi logam. Reduksi FeO dengan kokas mengikuti reaksi berikut:
FeO + C = Fe + CO

18

Reaksi ini biasa juga disebut dengan reduksi langsung, walaupun secara aktual
terjadi melalui fasa gas. Gas CO2 yang terbentuk dari reduksi FeO pada daerah atas
stack dapat bereaksi dengan karbon untuk menyelesaikan reaksi secara keseluruhan.
Oksida besi mengalami reaksi pemurnian, yang diikuti dengan pelelehan kemudian
mencair dan akhirnya merembes sebagai cairan besi melalui lapisan kokas ke bagian
bawah tungku
Pada bagian paling bawah furnace dihasilkan lelehan utama yaitu hot metal
yang menempati lapisan bawah dan di atasnya adalah lelehan slag. Beberapa reaksi
juga terjadi dalam batas tertentu mengikuti reaksi berikut:
MnO + C = Mn (lelehan) + CO
SiO2 + 2 C = Si (lelehan) + 2 CO
Dalam jumlah yang sangat terbatas, Mangan oksida dan silika terreduksi
menjadi Mn dan Si yang kemudian larut dalam hot metal.Mn dan Si merupakan
bagian dari komposisi elemen yang terkandung pada hot metal.
Pada daerah bawah stack, reaksi Boudouard terjadi secara simultan mengikuti
reaksi sebagai berikut:
CO2 + C = 2 CO
Reaksi antara kokas dengan CO2 sering disebut juga sebagai solution loss,
yang berarti sebagian karbon bereaksi sebelum mencapai tuyeres.Kokas turun ke
bagian bawah tungku sampai pada daerah udara dipanaskan atau tempat udara panas
(hot blast) masuk blast furnace.Kokas

dipanaskan oleh udara panas dan segera

bereaksi untuk menghasilkan panas sebagai berikut:


C + O2 = CO2 + Panas
Reaksi berlangsung dalam kondisi karbon berlebih dan terjadi pada suhu
tinggi.Reaksi ini menyebabkan karbon dioksida mengalami reduksi kembali oleh
karbon menjadi karbon monoksida sebagai berikut:
CO2+ C = 2CO

19

Produk reaksi ini adalah karbon monoksida yang diperlukan untuk mereduksi
bijih besi seperti yang terlihat dalam reaksi besi oksida sebelumnya.
Batu kapur turun dalam blast furnace dan tetap sebagai padatan. Batu kapur ini
akan mengalami reaksi pertamanya sebagai berikut:
CaCO3 = CaO + CO2
Reaksi ini membutuhkan energi dan dimulai pada temperatur sekitar 1600 F.
Senyawa CaO terbentuk dari reaksi ini digunakan untuk menghilangkan belerang
yang terkandung dalam besi. Sulfur harus dikurangi sebelum hot metal dibuat menjadi
baja. Reaksi pengurangan sulfur ini mengikuti reaksi sebagai berikut:
FeS + CaO + C = CaS + FeO + CO
Senyawa CAS merupakan bagian dari senyawa-senyawa pembentuk terak atau
slag. Terak terbentuk dari senyawa Silika (SiO2), Alumina (Al2O3), Magnesia (MgO)
atau Calcit (CaO) yang terkandung dalam bijih besi, pelet, sinter atau coke. Terak cari
memiliki densitas lebih rendah daripada hot metal.Terak cair lalu merebes/menetes
melewati lapisan kokas ke bagian bawah tungku dan mengapung di atas besi cair
karena kurang padat.
Produk lain dari proses ironmaking, selain besi cair dan terak, adalah gas
panas. Gas-gas keluar dari bagian atas tungku tiup dan diproses melalui peralatan
pembersih gas. Peralatan ini akan mengeluarkan partikel yang terbawa oleh gas.
Kemudian gas yang didinginkan. Gas ini masih memiliki nilai energi yang cukup
tinggi. Gas ini digunakan dan dibakar sebagai bahan bakar dalam hot blast stoves
yang digunakan untuk memanaskan udara yang masuk ke blast furnace untuk menjadi
hot blast. Gas yang tidak dibakar di hot blast stoves dikirim ke boiler house dan
digunakan untuk menghasilkan uap yang memutar turbo blower untuk menghasilkan
kompresi udara yang dikenal sebagai cold blast dan kemudian masuk ke dalam
stoves.
3.4 Proses Pembuatan Besi-Baja:
Proses Reduksi Tidak Langsung (Indirect Reduction)
Pada proses ini menggunakan tungku tanur tinggi (blast furnace) dengan porsi 80%
diproduksi dunia. Besi kasar dihasilkan dalam tanur tinggi. Diameter tanur tinggi sekitar
20

8m dan tingginya mencapai 60 m. Bahan baku yang terdiri dari campuran bijih, kokas,
dan batu kapur, dinaikkan ke puncak tanur dengan pemuat otomatis, kemudian
dimasukkan ke dalam hopper. Hematit akan dimasukkan ke dalam blast furnace, disertai
denganbeberapa bahan lainnya seperti kokas (coke), batu kapur(limestone), dan udara
panas. Bahan baku yang terdiri dari campuran biji besi, kokas, dan batu kapur, dinaikkan
ke puncakblast furnace. Bahan baku tersebut disusun secara berlapis-lapis.
Setelah bahan-bahan dimasukkan ke dalam blast furnace, lalu udara panas dialirkan
dari dasar tungku dan menyebabkan kokas terbakar sehingga nantinya akan membentuk
karbon monoksida (CO). Reaksi reduksi pun terjadi, yaitu sebagai berikut :
Fe2O3 + 3CO 2Fe + 3CO2
Dengan digunakannya udara panas, dapat dihemat penggunaan kokas sebesar 30%
lebih. Udara dipanaskan dalam pemanas mula yang berbentuk menara silindris, sampai
sekitar 500C. Kalor yang diperlukan berasal dari reaksi pembakaran gas karbon
monoksida yang keluar dari tanur. Udara panas tersebut memasuki tanur melalui tuyer
yang terletak tepat di atas pusat pengumpulan besi cair.
Maka didapatlah besi (Fe) yang kita inginkan. Namun besi tersebut masih
mengandung karbon yang cukup banyak yaitu 3% 4,5%, padahal besi yang paling
banyak digunakan saat ini adalah yang berkadar karbon kurang dari 1% saja. Besi yang
mengandung karbon dengan kadar >4% biasa disebut pig iron.
Batu kapur digunakan sebagai fluks yang mengikat kotoran-kotoran yang terdapat
dalam bijih-bijih besi dan membentuk terak cair. Terak cair ini lebih ringan dari besi cair
dan terapung diatasnya dan secara berkala akan disadap. Besi cair yang telah bebas dari
kotoran-kotoran dialirkan kedalam cetakan setiap 5 6 jam.

21

Gambar 1. Blast furnace


Terak dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan (campuran beton) atau sebagai
bahan isolasi panas. Gas panas dibersihkan dan digunakan untuk pemanas mula udara,
untuk membangkitkan energi atau sebagai media pembakar dapur-dapur lainnya.
Perlu diperhatikan bahwa bijih besi yang akan dimasukkan ke dalam blast
furnaceharuslah digumpalkan terlebih dahulu. Hal tersebut berguna agar aliran udara
panas bisa dengan mudah bergerak melewati celan-celah biji besi dan tentunya akan
mempercepat proses reduksi. Komposisi besi kasar dapat dikendalikan melalui
pengaturan kondisi operasi dan pemilihan susunan campuran bahan baku.

22

Gambar 2. Tanur tinggi


Proses Reduksi Langsung (Direct Reduction)
Proses ini biasanya digunakan untuk merubah pellet menjadi besi spons (sponge
iron). Juga disebut besi spons dihasilkan dari reduksi langsung dari bijih besi (dalam
bentuk gumpalan, pelet atau denda) dengan mengurangi gas yang dihasilkan dari gas
alam atau batubara. Gas pereduksi adalah mayoritas campuran hidrogen (H2) dan karbon
monoksida (CO) yang bertindak sebagai pereduksi. Proses langsung mengurangi bijih
besi dalam bentuk padat dengan mengurangi gas disebut reduksi langsung.
Proses reduksi langsung dianggap lebih efisien daripada tanur tiup . Karena
beroperasi pada suhu yang lebih rendah, dan ada beberapa faktor lain yang membuatnya
ekonomis. Berikut adalah contoh proses reduksi langsung antara lain :
a) HYL process
HYL Direct Reduction Proses (reduksi langsung) adalah hasil usaha riset yang
dimulai oleh Hojalata y L.Mina, S.A., pada permulaan tahun 1950-an. Usaha ini
muncul dari tekanan kebutuhan yang semakin meningkat dan harus memperoleh
bahan baku yang cukup mutu dan pada harga yang stabil untuk produksi lembaran
baja(sheet steel).
Dalam proses ini digunakan gas reduktor dari LNG (Liquid Natural Gas), gas alam
cair ini direaksikan dengan uap air panas (H2O).
23

b) Midrex Process

Gambar 3. Midrex process


Proses ini didasarkan pada tekanan rendah, udara bergerak berlawanan arus ke bijih
oksida besi pelet padat. Di dalam proses reduksi langsung ini, bijih besi direaksikan
dengan gas alam sehingga terbentuklah butiran besi yang dinamakan besi spons. Besi
spons kemudian diolah lebih lanjut di dalam sebuah tungku yang bernama dapur listrik
(Electric Arc Furnace). Di sini besi spons akan dicampur dengan besi tua (scrap), dan
paduan fero untuk diubah menjadi batangan baja, biasa disebut billet. Proses ini sangat
efektif untuk mereduksi oksida-oksida dan belerang sehingga dapat dimanfaatkan bijih
besi berkadar rendah.
Proses reduksi langsung ini salah satunya dipakai oleh P.T. Karakatau Steel. Fungsi
dari gas alam itu sendiri sebenarnya adakalah sebagai gas reduktor, dimana gas alam
mengandung CO dan H2, yang dapat bereaksi dengan bijih menghasilkan besi murni
(Fe) berkualitas tinggi.
Keuntungan dari proses reduksi langsung ketimbang blast furnace adalah :
Besi spons memiliki kandungan besi lebih tinggi ketimbang pig iron, hasil blast
furnace.
Zat reduktor menggunakan gas (CO atau H2) yang terkandung dalam gas alam,
sehingga tidak diperlukan kokas yang harganya cukup mahal.
Perbedaan proses reduksi langsung dan reduksi tidak langsung :

24

Reaksinya berbeda,pada reduksi tidak langsung Fe diperoleh dari beberapa tahap


reaksi, pada reduksi langsung dengan1 tahap reaksi sudah dapat diperoleh Fe murni.
Hasil akhirnya berbeda, Output dari reduksi tidak langsung adalah berupa Fe dalam
keadaan cair (pig iron) , sedangkan output dari reduksi langsung adalah Fe dalam
keadaan padat (sponge iron)
Sumber gas reduktornya berbeda, indirect reduction menggunakan kokas untuk
menghasilkan gas reduktor CO, sedangkan direct reduction menggunakan CH4
Kualitasnya berbeda, reduksi langsung menghasilkan besi dengan kualitas yang
lebih baik daripada reduksi tidak langsung. Karena reduksi tidak langsung
menggunakan kokas untuk menghasilkan gas reduktor. Kokas berasal dari batubara
yang mengadung sulfur, dimana S tersebut dapat ikut masuk kedalam besi hasil
reduksi, yang mengakibatkan besi mengalami retak panas (hot shortness).

3.5 Flowsheet

25

26

BAB IV
APLIKASI BESI

4.1Unsur Logam
Logam adalah unsur yang memiliki sifat mengkilap dan umumnya merupakan
penghantar listrik dan penghantar panas yang baik. Unsur-unsur logam umumnya
berwujud padat pada suhu dan tekanan normal, kecuali raksa yang berwujud cair.
Pada umumnya unsur logam dapat ditempa sehingga dapat dibentuk menjadi
bendabenda lainnya.
Tabel Unsur-unsur logam
Nama Indonesia

Nama Latin

Lambang Unsur

Bentuk Fisik

Aluminium

Aluminium

Al

padat, putih keperakan

Barium

Barium

Ba

padat, putih keperakan

Besi

Ferrum

Fe

padat, putih keperakan

Emas

Aurum

Au

padat, berwarna kuning

Kalium

Kalium

padat, putih keperakan

Kalsium

Calsium

Ca

padat, putih keperakan

Kromium

Chromium

Cr

padat, putih keperakan

Magnesium

Magnesium

Mg

padat, putih keperakan

Mangan

Manganium

Mn

padat, putih abu-abu

Natrium

Natrium

Na

padat, putih keperakan

Nikel

Nickelium

Ni

padat, putih keperakan

4.2 Aplikasi Logam


1. Baja
Baja merupakan aloi besi dan karbon yang merupakan satu dari sedikit bahan
terpenting dalam industri, seperti yang kita ketahui, bidang industri ini mempengaruhi
dunia secara global. Baja memiliki sifat tahan karat, dan kegunaanya yang sangat
penting adalah untuk bidang industri ruang angkasa.
a. Baja Lunak

27

Mur
b. Baja Karbon Sedang

Rel Baja
c. Baja Karbon Tinggi

Gergaji
d. Baja Karbon Tinggi Dengan Campuran

28

Alat-alat Mesin

2. Besi
Besi merupakan logam yang memiliki warna abu-abu keputih-putihan. Logam
ini dihasilkan terutama dari peleburan biji hematit dalam tanur sembur. Kegunaanya
adalah diapakai untuk bangunan dan bidang teknik, juga dapat dimanfaatkan untuk
membuat aloi baja.

a. Besi Tuang

Alas mesin/Alas gas


b. Besi Tempa

29

Ramtai Jangkar

BAB V
30

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Logam terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :
Logam Ferro, dan
Logam Non Ferro.
2. Logam besi bila direaksikan dengan Oksigen maka akan terjadinya proses
korosif, menjadi Fe2O3.
3. Besi maupun baja memiliki manfaat salah satunya sebagai pembuatan alat
industri, alat rumah tangga, kawat maupun sebagai katalis dan koagulan.
4. Secara garis besar besi teknik terbagi menjadi 3, yaitu:
Besi kasar : kadar karbon lebih besar dari 3,5%, tidak dapat ditempa.
Besi : kadar karbon lebih besar dari 2,5%, tidak dapat ditempa.
Baja : kadar karbon kurang dari 1,7%, dapat ditempa.
5. Berdasarkan klasifikasinya, logam besi terbagi dalam 6 macam yaitu :
Besi Tuang
Besi Tempa
Besi Lunak
Baja Karbon Tinggi
Baja Karbon Sedang, dan
Baja Karbon Tinggi dengan Campuran.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/243169644/133212204-Makalah-BKK-Logam-Besi-1 (diunduh
pada 27 Februari pukul 12:34)
https://www.scribd.com/doc/51585635/makalah-BKK (diunduh pada 27 Februari pukul
31

12:48)
http://mesinusu12.blogspot.com/ (diunduh pada 27 Februari pukul 12:50)
http://catatanhariansonya.blogspot.com/2008/12/pengolahan-besi.html (diunduh pada 8 Maret
2015 pukul 20:19 WIB)

http://ardra.biz/sain-teknologi/metalurgi/pengolahan-bijih-besi-dengan-blast-furnacetanurtiup/ (diunduh pada 8 Maret 2015 pukul 20:30)


https://www.youtube.com/watch?v=ftOGG0KVapE (diunduh pada 13 Maret 2015 pukul
17:53 WIB)
http://www.youtube.com/watch?v=EmJ1RwGPkM0 (diunduh pada 14 Maret 2015 pukul
17:53 WIB)

32

You might also like