You are on page 1of 5

Sistem Akustik Ruang

Posted on January 31, 2011 by agusaditya


Mari berbicara tentang sistem akustik, satu lagi yang begitu mempengaruhi desain arsitektur
pada ruang dalam, terutama pada hall, auditorium, studio, dan ruang-ruang yang sering dipakai
untuk kegiatan yang mengeluarkan suara besar.
pengertian akustik ruang sendiri menurut http://id.wikipedia.org adalah :
Akustik Ruang terdefinisi sebagai bentuk dan bahan dalam suatu ruangan yang terkait dengan
perubahan bunyi atau suara yang terjadi.
Akustik sendiri berarti gejala perubahan suara karena sifat pantul benda atau objek pasif dari
alam.
Akustik ruang sangat berpengaruh dalam reproduksi suara, misalnya dalam gedung rapat akan
sangat mempengaruhi artikulasi dan kejelasan pembicara.
Akustik ruang banyak dikaitkan dengan dua hal mendasar, yaitu :

Perubahan suara karena pemantulan dan

Gangguan suara ketembusan suara dari ruang lain.

********
Ya pada intinya sistem akustik ruang adalah cara menata suatu ruang agar suara tidak terjadinya
gangguan suara pada ruangan-ruangan seperti hall, panggung, auditorium, atau studio, itu
menurut saya (pemikiran simple saja, hehehe).
ada beberapa cara mendesain akustik ruang yaitu dengan material penutup dinding, bentuk
dinding dan ceilling, pengaturan tata suaranya sendiri, tekstur permukaan dinding, dan lain-lain.

pantulan dinding : merupakan bidang masiv yang akan memantulkan jika tidak terdapat
bahan yang bisa menyerap gelombang cahaya pada dinding tersebut.

untuk menghindari suara pantul yang bisa mengaburkan suara langsung maka diperlukan bahan
penyerap suara untuk melapisi dinding,
bahan dan material bisa bermacam-maca seperi gypsum, kalsiboard, polyester.
selain material, tekstur juga bisa digunakan untuk mengakali pemantulan suara,
menggunakan tekstur bergerigi bisa membuat bias pemantulan suara menjadi pecah dan
tidak terdengar lagi di telinga.
dan bentuk ceilling, jika anda pernah memasuki ruangan dengan fungsi teater, atau pernah
melihat interior Sydney Opera house di internet, maka anda tidak akan melihat plafond yang
datar, melainkan dengan lekukan dan sudut-sudut tajam, ini berfungsi untuk memantulkan
suara ke tempat yang jauh dr pendengar/penonton teater.

(Pemusatan Suara) : Masalah ini biasanya terjadi apabila ada

permukaan cekung (concave) yang bersifat reflektif, baik di daerah

panggung, dinding belakang ruangan, maupun di langit-langit (kubah atau


jejaring kubah). Bila anda mendesain ruangan dan aspek desain
mengharuskan ada elemen cekung/kubah, ada baiknya anda melakukan
treatment akustik pada bidang tersebut, bisa dengan cara membuat
permukaannya absorptif (mis. menggunakan acoustics spray) atau membuat
permukaannya bersifat diffuse.

2. Echoe (pantulan berulang dan kuat): Problem ini seringkali


dibahasakan sebagai gema, Gema adalah bunyi pantul yang muncul setelah bunyi
asli selesai. Gema dapat terjadi di alam terbuka seperti di lembah atau jurang.
Terjadinya gema hampir sama dengan gaung yaitu terjadi karena pantulan

bunyi. Namun, gema hanya terjadi bila sumber bunyi dan dinding pemantul
jaraknya jauh, lebih jauh daripada jarak sumber bunyi dan pemantul pada
gaung. Tidak seperti pemantulan pada gaung, pemantulan pada gema
terjadi setelah bunyi misalnya jika kita berteriak di daerah pegunungan,
setelah beberapa saat, terdengar kembali teriakanmu berteriak. Bunyi
tersebut sebetulnya adalah bunyi pantul yang baru sampai di telinga kita.
Echoe disebabkan oleh permukaan datar yang sangat reflektif atau
permukaan hyperbolic reflektif (terutama pada dinding yang terletak jauh
dari sumber). Pantulan yang diakibatkan oleh permukaan-permukaan
tersebut bersifat spekular dan memiliki energi yang masih besar, sehingga
(bersama dengan delay time yang lama) akan mengganggu suara langsung.
Problem akan menjadi lebih parah, apabila ada permukaan reflektif sejajar di
hadapannya. Permukaan reflektif sejajar bisa menyebabkan pantulan yang
berulang-ulang (flutter echoe) dan juga gelombang berdiri. Flutter echoe ini
bisa terjadi pada arah horisontal (akibat dinding sejajar) maupun arah
vertikal (lantai dan langit-langit sejajar dan keduanya reflektif).

3. Gaung : adalah bunyi pantul yang datang sebelum bunyi asli selesai
dikirim. Contoh gaung adalah ketika kamu berada di ruangan yang sempit.
Apa yang kamu ucapkan tidak terdengar jelas karena terganggu bunyi
pantul. Ketika kamu berbicara di dalam sebuah gedung yang besar, dinding
gedung ini akan memantulkan suaramu. Biasanya, selang waktu antara
bunyi asli dan pantulannya di dalam gedung sangat kecil. Sehingga bunyi
pantulan ini bersifat merugikan karena dapat menggangu kejelasan bunyi
asli. Pemantulan bunyi yang seperti ini- dinamakan gaung. Untuk
menghindari peristiwa ini, gedung-gedung yang mempunyai ruangan besar
seperti aula telah dirancang supaya gaung tersebut tidak terjadi. Upaya ini
dapat dilakukan dengan melapisi dinding dengan bahan yang bersifat tidak
memantulkan bunyi atau dilapisi oleh zat kedap (peredam) suara. Contoh
bahan peredam bunyi adalah gabus, kapas, dan wool. Ruangan yang tidak
menghasilkan gaung sering disebut ruangan yang mempunyai akustik
bagus. Selain melapisi dinding dengan zat kedap suara, struktur
bangunannya pun dibuat khusus. Perhatikan langit-langit dan dinding
auditorium, dinding dan langit-langit ini tidak dibuat rata, pasti ada bagian
yang cembung. Hal ini dimaksudkan agar bunyi yang mengenai dinding

tersebut dipantulkan tidak teratur sehingga pada akhirnya gelombang pantul


ini tidak dapat terdengar.

4. Resonance (Resonansi): Seperti halnya echoe problem ini juga


diakibatkan oleh dinding paralel, terutama pada ruangan yang berbentuk
persegi panjang atau kotak. Contoh yang paling mudah bisa ditemukan di
ruang kamar mandi yang dindingnya (sebagian besar atau seluruhnya)
dilapisi keramik. Resonansi, selain membawa manfaat juga menimbulkan
kerugian. Kerugian akibat resonansi antara lain adalah ketika terjadi gempa,
bumi bergetar dan getaran ini diteruskan ke segala arah. Getaran bumi
dapat diakibatkan oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi di perut bumi,
misalnya terjadinya dislokasi di dalam perut bumi sehingga bumi bergetar
yang dapat kita rasakan sebagai gempa. Jika getaran gempa ini sampai ke
permukaan dan sampai di pemukiman, gedung-gedung yang ada di
permukaan bumi akan bergetar. Jika frekuensi getaran gempa sangat besar
dan getaran gedung-gedung ini melebihi frekuensi alamiahnya, gedunggedung ini akan roboh. Suatu benda, misalnya gelas, mengeluarkan nada
musik jika diketuk sebab ia memiliki frekuensi getaran alami sendiri. Jika kita
menyanyikan nada musik berfrekuensi sama dengan suatu benda, benda itu
akan bergetar. Peristiwa ini dinamakan resonansi. Bunyi yang sangat keras
dapat mengakibatkan gelas beresonansi begitu kuatnya sehingga pecah.

5. External Noise (Bising): Problem ini dihadapi oleh hampir seluruh


ruangan yang ada di dunia ini, karena pada umumnya ruangan dibangun di
sekitar sistem-sistem yang lain. Misalnya, sebuah ruang konser berada pada
bangunan yang berada di tepi jalan raya dan jalan kereta api atau ruang
konser yang bersebelahan dengan ruang latihan atau ruangan kelas yang
bersebelahan. Bising dapat menjalar menembus sistem dinding, langit-langit
dan lantai, disamping menjalar langsung melewati hubungan udara dari luar
ruangan ke dalam ruangan (lewat jendela, pintu, saluran AC, ventilasi, dsb).
Konsep pengendaliannya berkaitan dengan desain insulasi (sistem kedap
suara). Pada ruangan-ruangan yang critical fungsi akustiknya, biasanya
secara struktur ruangan dipisahkan dari ruangan disekelilingnya, atau biasa
disebut box within a box concept.

6. Doubled RT (Waktu dengung ganda): Problem ini biasanya


terjadi pada ruangan yang memiliki koridor terbuka/ruang samping atau
pada ruangan playback yang memiliki waktu dengung yang cukup panjang.
Itulah beberapa problem yang umumnya muncul dalam ruangan yang
memerlukan kinerja akustik. Kesemuanya dapat diminimumkan apabila
sudah dipertimbangkan dengan seksama pada saat ruangan tersebut
didesain. Apabila ruangan sudah telanjur jadi, maka solusi yang biasanya
diambil adalah mengubah karakteristik permukaan dalam ruangan, misalnya
dari yang semula reflektif menjadi absorptif ataupun difusif. Solusi tersebut

biasanya melibatkan biaya yang tidak sedikit (karena ruangan sudah telanjur
jadi). Oleh sebab itu, sangat disarankan untuk mempertimbangkan problemproblem tersebut pada tahap desain. Saat ini sudah banyak perangkat lunak
yang dapat digunakan untuk memprediksi kinerja akustik suatu ruangan,
meskipun ruangan tersebut belum dibangun, cukup dengan menginputkan
geometri ruangan dan karakteristik permukaannya. Perangkat yang biasa
digunakan para perancang akustik adalah ODEON, CATT Acoustics, RAMSETE,
dan EASE.

You might also like