Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rekonstruksi soft tissue defect pada tungkai posterior merupakan salah satu
hal yang menantang bagi ahli bedah. soft tissue defect pada daerah ini, baik karena
trauma maupun lesi kronis, sangatlah sulit untuk ditutup dan memerlukan jaringan
donor yang memiliki vaskularisasi yang baik sekaligus ketahanan dan sensibilitas
yang bagus karena lokasinya dan gesekan yang berulang oleh kaki. Jaringan di
sekitar tumit juga inadekuat karena sirkulasinya yang buruk. Tendon dan tulang di
sekitar daerah tumit seringkali terekspos karena tipisnya jaringan subkutan, sehingga
tidak direkomendasikan untuk dilakukan skin graft pada daerah ini. Pilihan yang
terbaik untuk menutup daerah tumit adalah flap yang memiliki durabilitas baik,
dengan tekstur kulit dan vaskularitas yang baik, yang mudah untuk diambil dan
menimbulkan morbiditas yang minimal pada daerah donor.
1.2. Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui kasus soft tissue defect pada daerah tumit dan penanganannya
1.3.2. Tujuan Khusus
Mengetahui proses penutupan menggunakan flap daerah tumit
1.3. Manfaat Penulisan
Menambah pengetahuan penulis dan pembaca mengenai penutupan soft tissue defect
menggunakan flap di daerah tumit.
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Anatomi
Kaki memiliki jaringan yang spesial pada plantar yang dapat menahan efek gaya repetitif
langsung dan gaya gesekan secara rutin. Trauma tumpul atau tajam dapat menyebabkan
lepasnya jaringan lunak dan atau tulang pada kaki.selain itu, infeksi dan perubahan aliran
darah, status imunitas dan biomekanik juga membuat kaki rentan untuk mengalami
kerusakan yang kronis.
Anatomi vaskuler
Kaki dan ankle terdiri dari enam angiosom. Arteri-arteri berikut ini mensuplai darah ke
angiosom kaki dan ankle: (a) distal anterior tibial artery mensuplai ankle anterior,
sedangkan lanjutannya yakni arteri dorsalis pedis mensuplai dosum pedis; (b) cabang
calcaneal dari arteri tibialis posterior mensuplai tumit medial dan plantar; (c) cabang
calcaneal dari arteri peroneal mensuplai tumit lateral dan plantar, (d) cabang anterior dari
arteri peroneus mensuplai ankle anterolateral; (e) medial plantar artery mensuplai telapak
kaki dan (f) lateral plantar artery mensuplai lateral plantarmid dan forefoot. Perhatikan
bahwa plantar tungkai menerima dua aliran darah dari cabang calcaneal dari tibialis
poterior dan arteri peroneus.
Karena kaki adalah end organ, ada banyak anastomosis arteri yang menyediakan
duplikasi aliran. Anastomosis-anastomosis ini memberikan keuntungan jika arteri utama
mengalami sumbatan. Pada ankle, cabang anterior dari arteri peroneus berhubungan
dengan arteri tibialis anterior melalui arteri plantaris lateralis. Arteri tibialis posterior dan
arteri peroneus berhubungan secara langsung di dalam tendon achilles distal dengan satu
sampai tiga arteri penghubung. Menggunakan USG Doppler kita dapat menentukan
patensi dari hubungan arteri ini dan juga arah alirannya. Hal ini sangat penting dalam hal
mendesain local flap, pedicle flap dan amputasi.
Anatomi Motorik dan Sensorik
Nervus ischiadicus terbagi menjadi nervus tibialis dan nervus peroneus communis pada
proximal fossa poplitea. Di dalam fossa poplitea, nervus ini berada di lateral vasa
poplitea, sedangkan di lebih distal lagi ia berjalan ke dalam kompartemen posterior dari
2
Flap fasciocutan yang paling serbaguna pada daerha kaki adalah medial plantar flap, yang
merupakan jaringan ideal untuk menutup defek plantar. Flap ini juga dapat menjangkau
defek ankle medial. Flap dapat dipanen sampai ukuran 6 x 10 cm, memiliki sensibilita
dan mempunyai arcus rotasi yang lebar jika diambil dengan bagian proximal dari arteri
plantaris medialis.
Flap calcaneus lateralis berguna untuk defek calcaneus posterior dan distal achilles.
Panjangnya dapat ditingkatkan dengan memanennya secara posterior L-shape menuju
bawah malleolus lateral. Flap ini dipanen bersama dengan vena saphena parva dan nervus
suralis.
Etiologi dari luka di kaki dan ankle biasanya adalah karena trauma, dengan adanya
patologi yang mendasari dapat memberikan komplikasi pada proses penyembuhan.
Penyakit penyerta yang memberi dampak signifikan meliputi infeksi, iskemia, neuropati,
hipertensi vena, obstruksi limfatik, abnormalitas immunologis, hiperkoagulabilitas,
vasospasme, neoplasma, atau kombinasi dari keadaan-keadaan tersebut. Komorbid
sistemik yang paling sering antara lain diabeters, penyakit vaskuler perifer, hipertensi
vena, dan kelainan jaringan ikat.
2.3 Studi Diagnostik
Evaluasi pasien dengan luka di kaki atau ulkus dimulai dengan anamnesis lengkap dan
pemeriksaan fisik. Poin yang penting dari anamnesis antara lain, etiologi, durasi dan
terapi luka sebelumnya, kondisi komorbid (diabetes, penyakit vaskuler perifer,
insufisiensi vena, penyakit atherosklerosis, kelainan autoimun, radiasi, koagulopati dsb),
pengobatan saat ini, alergi, dan status nutrisi. Penting juga untuk menilai aktivitas pasien
saat ini dan yang akan datang. Jika pasien menggunakan kaki secara rutin, maka
penyelamatan (salvage) lebih diindikasikan jika memungkinakan secara medis. Namun,
jika tungkainya tidak akan digunakan, maka pertimbangan yang kuat harus diberikan
untuk dilakukan disartikulasi lutut atau above-knee amputation untuk menyembuhkan
dan meminimalkan risiko rekuren.
Pemeriksaan fisik yang lengkap dimulai dengan pengukuran luka secara cermat (panjang,
lebar dan dalam) dan juga jenis jaringan yang terlibat (misal epitel, dermis, jaringan
subkutan, fascia, tendon, kapsul sendi, dan atau tulang). Cara yang paling akurat untuk
4
menilai adanya keterlibatan tulang adalah jika seorang pemeriksa dapat secara langsung
merasakan tulang dengan probe metal, yang berkaitan dengan 85% dengan adanya
osteomyelitis.
Kemudian diperika juga suplai vaskuler ke kaki. Jika pulsasinya dapat teraba (arteri
dorsalis pedis atau tibialis posterior), biasanya ada suplai darah yang adekuat untuk
penyembuhan luka. Jika pulsasinya tidak teraba maka harus digunakan USG Doppler.
Doppler juga dapat digunakan untuk mengevaluasi cabang anterior dan cabang calcaneus
dari arteri peroneus. Alat ini juga dapat membantu menentukan arah dari aliran arteri
mayor ke kaki untuk menilai secara akurat aliran darah lokal ketika mendesain flap atau
untuk amputasi. Suara Doppler trifasik mengindikasikan aliran darah yang bagus; suara
bifasik mengindikasikan alirah darah yang adekuat; suara yang monofasik mengharuskan
kita untuk menginvestigasi lebih lanjut dengan pembedahan vaskuler. Suara monofasik
belum tentu menggambarkan aliran darah yang inadekuat, karena mungkin juga karena
suara vaskuler yang kurang dan tidak adanya resistensi di distal.
Tendon achilles harus dievaluasi. Jika ankle tidak dapat didorsofleksikan 10 sampai 150 di
atas netral berarti tendon achillesnya kencang dan mem=nanggung beban berat selama
berjalan.
2. 4 Persiapan Luka untuk Rekonstruksi
Tujuan dari terapi segala macam luka adalah untuk merangsang penyembuhan dalam
waktu yang cepat. Langkah pertama adalah untuk mendapatkan dasar luka yang bersih
dan sehat. Luka akut diartikan sebagai luka baru yang belum mengalami tahapan-tahapan
penyembuhan luka. Jika luka tersebut memiliki vaskularisasi yang adekuat, dasar luka
yang bersih dapat diperoleh dengan debridement yang simpel dan penutupan luka secara
langsung dapat menggunakan alat penutup luka tekanan negatif untuk penutupan
berikutnya. Luka kronis adalah luka yang berhenti pada salah satu dari tahapan
penyembuhan luka (biasanya tahap inflamasi) dan tidak dapat berlanjut lagi. Mengubah
luka kronis menjadi luka akut memerlukan koreksi abnormalitas medis (kadar gula darah
tinggi, abnormalitas koagulasi, mengubah atau memodifikasi terapi obat, dsb),
mempertahankan aliran darah yang adekuat, memberikan antibiotik yang tepat jika ada
infeksi, dan mendebridement luka secara agresif. Jika luka tersebut telah berespon
terhadap terapi agresif ini, jaringan granulasi yang sehat seharusnya bisa tampak, edema
5
harusnya sudah berkurang dan neo-epitelisasi seharusnya tampak pada tepi luka. Alat
Vacuum assisted closure (VAC) berguna untuk dressing pasca debridement untuk lukaluka yang tidak terinfeksi dan bervaskularisasi bagus karena alat ini mengurani edema
luka, membantu menjaga jumlah bakteri agar tetap sedikit dan merangsang pembentukan
jaringan granulasi. Pengukuran area luka secara mingguan adalah cara yang efektif untuk
memonitor perkembangan luka, karena kecepatan penyembuhan normal per minggu
adalah 10% sampai 15% dari penurunan area permukaan per minggu.
Debridement harus dikerjakan menyeluruh hanya jika masih ada jaringan dengan
perdarahan yang normal. Jaringan yang masih viabel harus dipertahankan karena
mungkin berguna untuk rekonstruksi akhir. Teknik debridement yang paling efektif terdiri
dari pembuangan lapisan tipis jaringan secara bertahap sampai hanya tersisa jaringan
normal. Cara ini meminimalkan jumlah jaringan viabel yang dikorbankan.
Tulang dapat distabilisasi dengan bidai atau dikoreksi dengan pemasangan fiksasi
eksterna (monoplanar fram atau ilizarov). Alat ilizarov memberikan imobilisasi yang
lebih bagus, memungkinkan transport tulang dan meminimalkan risiko infeksi jalur pin
karena pin wire yang kecil.
Kultur jaringan dalam harus dilakukan selama debridement awal untuk mengarahkan
terapi antibiotik (baik intravena maupun topikal). Dressing yang efektif untuk luka yang
masih mungkin mengandung bakteri antara lain menggunakan antibiotik topikal, kertas
ion perak, atau kasa methylmethacrylate yang dilapisi antibiotik dan ditutup dengan
dressing oklusif. Untuk luka dengan eksudat yang banyak, harus digunakan dressing
absorbent dengan komposisi bakterisidal (perak atau iodin) atau VAC. Untuk luka yang
bersih dan bervaskularisasi baik, dapat digunakan dressing lembab atau VAC .
debridement dijadwalkan lagi sesering mungkin jika ada nekoris jaringan yang progresif.
Agen deridement biologis seperti belatung sekarang ini mulai diperkenalkan kembali di
Amreika sebagai agen terapeutik. Agen ini berguna untuk pasien yang terlalu jelek untuk
anestesi atau pada pasien yang menunggu revaskularisasi. Belatung mengkonsumsi
semua bakteri dan membantu mensterilkan luka yang terkontaminasi bakteri yang
resisten antibiotik seperti VRE (vancomycin-resistant Enterococci) atau MRSA
(methicillin-Resistant Staphylococcus aureus).
Free micrivascular flap dipertimbangkan jika kerusakannya pada tungkai sesisi sangat
luas. Pada kasus free flap transfer jaringan untuk rekonstruksi defek tumit posterior,
suraldiperlukan pembuluh darah resipien yan cocok, manfaatnya adalah agar prosedurnya
bisa satu langkah.
Telapak kai terdiri dari 4 lapisan, yaitu kulit, lemak subkutan, fascia plantaris dan otot.
Fascia plantaris adalah jaringan ikat yang kuat yang terbentang antara inner tubercle
calcaneus dan corpus metatarsal 5. Banyak sekat yang berasal dari fascia ini membagi
otot-otot kaki menjadi 3 kompartemen. Otot-otot jari kaki ke-5 berada pada kompartemen
medial, jempol kaki berada di kompartemen lateral dan semua jari kaki yang lainnya pada
kompartemen tengah.
Defek pada kaki dapat diklasifikasikan menjadi 6 kategori utama berdasarkan
etiologinya: trauma, penyakit vaskuler, penyakit metabolik, tumor, infeksi, dan
malformasi.
Banyak local flap yang telah diketahui bisa digunakan untuk memperbaiki defek yang
kecil, seperti: simple transpositionrotasi, V-Y skin flap, fasciocutaneus flap seperti
medial plantar flap instep flap, lateral calcaneal artery skin flap, dorsalis pedis flap,
medialis pedis flap, dan Muscle flap seperti flexor brevis digitorum, abductor brevis
hallucis, abductor brevis minimi digit, flecor brevis hallucis, dan extensor brevis
digitorum.
Terapi untuk defek yang luas antara lain: cross-leg flap, tubular pedicle flap, myocutaneus
dan fasciocutaneus flap, free groin flap, free latissimus dorsi, free gracilis flap, dorsalis
pedis fasciocutaneus free flap, ssaphenus flap, rectus abdominis muscle flap, lateral arm
flap dsb.
Namun, dengan semakin berkembangnya pengetahuan tentang anatomi vaskuler pada
tungkai dan ketersediaan teknologi mikrosurgikal, flap dapat dipilih yang mudah dan
cepat untuk diambil dan memberikan penutupan defek yang tahan lama. Flap tersebut
meliputi local flap: perforator based flap dan lateral calcaneal artery flap, regional flap:
distally based sural artery flap, distally based (reverzini supramalleolar fasciocutaneus
flap dan distantflap: cross leg flap dan microvascular flap. Metode simpel seperti skin
graft dapat juga digunakan pada situasi tertentu.
Hidalgo dan Shaw membagi trauma kaki menjadi 3 kelas menurut dimensi dan luasnya
lesi, sebagai berikut:
Sebuah klasifikasi yang baru berdasarkan anatomi (tabel 1) dan dikategorikan sebagai
defek soft tissue (ST) dan defek bone tissue (BT) dapat dibuat untuk meringkas tanda
klinis dan menstandarkan terapi.
Tabel 1. Klasifikasi baru untuk cedera kaki (C/P/D- Calcaneus, dorsal dan Plantar)
Soft Tissue Defect
Tipe ST-I (C/D/P): kerusakan jaringan kecil Tipe BT-P: defek Phalang 1st 5th
(<3 cm2)
Tipe ST-II (C/D/P): kerusakan jaringan luas Tipe BT-M: defek metatarsal 1st 5th
(> 3 cm2)
Tipe BT-T: defek tarsal
Tipe BT-C: defek calcaneal
BAB III
LAPORAN KASUS
9
NAMA
UMUR
RM
: Tn. Harso
: 62 tahun
: 01336607
Keluhan Utama:
Luka terbuka di tumit setelah operasi tumor
RPS :
Pasien merupakan konsulan dari TS Onkologi dengan melanoma maligna R. Calcaneus
(D), pasien telah dilakukan wide eksisi oleh TS Onkologi dan meninggalkan luka
terbuka.
Pemeriksaan fisik:
Ku
: Baik
Nadi : 90x/menit
RR
: 20x/menit
Kes : Compos Mentis
TD
: 140/80mmHg
Secondary Survey
Kepala
: t.a.k
Mata
: t.a.k
Hidung
: t.a.k
Telinga
: t.a.k.
Mulut
: t.a.k
Leher
: t.a.k
Thoraks
: t.a.k
Abdomen : t.a.k
Ekstremitas :lihat status lokalis
Genitalia
: t.a.k
Hematologi rutin
Hb : 11.2
Ht : 33
Leukosit : 12.500
Eritrosit: 4,12
Trombosit : 290.000
GDS : 120
Elektrolit
Natrium darah : 140
Kalium darah : 4.0
Chloridadarah 99
Status Lokalis :
R. Calcaneus (D):
L: tampak raw surface ukuran 10x 8x2 cm, jaringan granulasi (+), bone ekspose (-), pus
(-)
Ass :
Raw surface R. Calcaneus (D) post wide eksisi ai melanoma maligna R. Calcaneus (D)
PLAN :
Tutup defek dengan sural flap
Laporan operasi
10
1. Posisi prone dalam GA, toilet medanoperasi, tutupdengan doek steril berlubang
2. Dilakukan design insisi di daerah cruris posterior, ukuran flap 11x8 cm
3. Dilakukan insisi pada design, dengan komponen flap berupa kutis, subkutis, dengan
pedikel berasal dari a.suralis
4. Dibuat insisi z plasty
5. Pedikel disisipkan dibawah insisi z plasty
6. Flap dijahitkan ke tepi-tepi luka, tanpa tension
7. Operasi selesi
Pre op
Design insisi
Durante op
11
12
13
Donor stsg
STSG
15
Donor
16
17
18
NAMA
: Widodo
UMUR
: 42tahun
RM
: 01-32-72-01
Keluhan Utama:
Luka pada tumit kanan setelah KLL
RPS :
2 jam SMRS saat pasien sedang mengendarai sepeda motor, pasien terjatuh ke selokan
saat menghindari sepeda motor lain, pasien terjatuh dan tumit kanan membentur pinggir
dari selokan yang terdapat di got kedalaman 1 meter. Setelah kejadian pasien mengeluh
luka dan nyeri pada tumit kanan. Oleh penolong pasien dibawa ke RS Jati Husada, dijahit
luka. Oleh karena keterbatasan sarana, kemudian di rujuk ke RSDM
Primary Survey
A :Bebas
B :I : Pengembangan dada kanan = kiri RR : 22 x /mnt
P : Krepitasi (-)
P : Sonorkanan= kiri
A : SDV +/+, ST -/C : HR : 90 x / mnt, TD 140/80 mmHg
D :GCS E4V5M6, pupil isokor (3mm/3mm), RC (+/+)N
Lateralisasi (-)
E : t : 37 C, jejas (+) lihat status lokalis
19
Secondary Survey
Kepala : t.a.k
Mata : t.a.k
Telinga: t.a.k
Hidung
: t.a.k
Mulut : t.a.k
Leher : t.a.k
Toraks : t.a.k
Abdomen
: t.a.k
Extremitas
Status Lokalis :
R. Calcaneus (D):
I: : vulnus berbentuk flap dengan membawa komponen kutis dan sebagian lemak
subkutis. Pedikel ukuran 4 cm, wana pucat. Dasar luka sebagian lemak subkutis dan
tulang, Kontaminan (+) berupa pasir.
P: nyeri tekan (+). Suhu lebih dingin dari jaringan kulit sekitar.
Ass I:
Open degloving R. Calcaneus(D)
20
PLAN :
Pro debridement, cek vitalitas pada flap, repair vulnus
Laporan operasi tgl 29/1/2016
1. Pasien dalam posisi prone, dalam RA, toilet medan operasi tutup dengan doek
steril berlubang
2. Dilakukan aff hecting jahitan lama
3. Dilakukan debridement + nekrotomi, cuci dengan hidrogen peroxida, bilas dengna
NaCl 0,9% sampai dengan bersih.
4. Flap yang sudah tidak viable dllakukan nekrotomi, menyisahkan raw surface
dengan ukuran 8x8x1cm.
5. Kontrol perdarahan
6. Raw surface dirawat dengan tule + kassa kering
7. Operasi selesai
21
22
4. Beri Ab topikal
5. Tutup dengan tulle, lapisi dengan kassa kering
6. Operasi selesai
24
3. Flap awal viable : CRT <2,warna sama dengan sekitar, bagian tepi-tepi flap
compromise
4. Donor dirawat dengan tutup dengan tulle+ sibro + kasa
5. Operasi selesai
post op)
26
op)
27
NAMA
: Sukiyem
UMUR
: 51Tahun
RM
: 01311469
Keluhan Utama:
Luka pada tumit kaki kanan
RPS :
1 tahun SMRS pasien mengeluh terdapat benjolan pada tumit kaki kanannya, benjolan
semakinbesardan menimbulkan luka, karena keluhan tersebut pasien berobat ke poli
onkologi RSDM dan dijadwalkan operasi pengangkatan tumor joint op dengan bagian
bedah plastik.
Pemeriksaanfisik
N : 85 x/mnt
T: 140/90 mmHg
S: 36,5C
Kepala :
t.a.k
Mata
: t.a.k
Hidung
: t.a.k
Telinga
: t.a.k
Mulut
: t.a.k
Leher
: t.a.k
Thoraks
: t.a.k
Abdomen
: t.a.k
Genitalia
: t.a.k
28
Pasien posisi tengkurap, toilet medan operasi, tutup duk steril berlubang.
Dilakukan nekrotomi + debridement
Cuci dgn povidine iodine + NaCl 0.9% sampai bersih
Ambil STSG dari daerah femur (D) tutup daerah defek
Tutup luka dengan tulle, kasa lembab, kasa kering
Operasi selesai
1. Tgl 1-10-2015
29
2. Tgl 2-10-15
4. Tgl5-10-15
6.Tgl7-10-15
3. Tgl 4-10-15
5.Tgl 6-10-15
7. Tgl 9-10-15
30
8.Tgl 12-10-15
10.Tgl18-10-15
9. Tgl 15-10-15
31
NAMA
UMUR
: 15Tahun
RM
: 013330394
Keluhan Utama:
Nyeri dan luka pada tumit kaki kanan
RPS :
11 jam SMRS saat pasien sedang mengendarai motor pasien kehilangan keseimbangan
dan terjatuh dengan posisi yang tidak diketahui. Pingsan (-), muntah (-), kejang (-).
Setelah kejadian pasien merasakan sakit dan luka terbuka pada tumit kaki kanan. Oleh
penolong pasien dibawa ke RS Oen Solo Baru. Disana pasien dirawat luka dan diberi
obat injeksi. Karena kamar penuh pasien dirujuk ke RS dr Moewardi.
Primary Survey:
A: clear
B: pengembangan dada kanan=kiri
C: TD: 120/80
HR: 88x/menit
D: GCS: E4V5M6
E t: 36.3 0C jejas lihat status lokalis
Secondary Survey:
Kepala
Mata
: t.a.k
Hidung
: t.a.k
Telinga
: t.a.k
Mulut
: t.a.k
Leher
: t.a.k
Thoraks
: t.a.k
Abdomen
: t.a.k
Genitalia
: t.a.k
Status Lokalis:
Regio Pedis (D):
L: vulnus appertum 4x2x1 cm dasar otot dan tulang pada calcaneus D, vulnus terhecting
(+)
F: NT (+), NVD(-), CRT < 2
M: ROM ankle terbatas nyeri
Ass :
Vulnus degloving r. calcaneus D
OF Calcaneus D extra articular comminutive Gustillo Anderson Gr IIIb
Plan
Repair vulnus degloving + STSG
ORIF
Laporan operasi 22/02/2016: excisional debridement of wound, attachment of flap
graft
1. Melanjutkan operasi TS Orthopaedi
2. Posisi miring kanan atas dalam GA, toilet medan operasi, tutup doek steril
3. Identifikasi luka di r. calcaneus dan cruris D, lakukan debridement, insisi tepi-tepi
luka
4. Dilakukan jahitan tanpa tension menyisakan raw surface r calcaneus lateral dan r.
cruris D
5. Dilakukan undermining untuk mendekatkan tepi luka
6. Raw surface ditutup dengan STSG dari donor femur D
dilakukan tie over dengan sebelumnya ditutup dengan tulle dan sibro + kassa
kering
7. Dilanjutkan dengan debridement pada regio frotanl D, ekskoriasi dibersihkan luka
terhecting dibersihkan
8. Vulnus appertum dijahit dengan benang monofilamen 6.0
9. Tutup tulle + sibro + kassa kering
10. Operasi selesai
Laporan operasi 29/02/2016:
33
Foto 21/02/2016
34
Foto 23/02/2016
35
Foto 25/02/2016
36
Foto 29/02/2016
Foto 05/03/2016
37
Foto 20/03/2016
Foto 30/03/2016
Foto15/04/2016
38
BAB IV
KESIMPULAN
Pasien dalam serial laporan kasus di atas dipaparkan empat pasien dengan defek luka
terbuka (open degloving) dan raw surface di regio calcaneus (D). Dua pasien ditutup
dengan sural flap, satu pasien dengan gastrocnemius muscle flap dan satu pasien ditutup
dengan STSG saja. Setelah dilakukan follow up selama kurang lebih 2.5 bulan
didapatkan hasil yang memuaskan dari tiap metode tersebut di atas dengan penutupan
luka yang melebihi 95% dan fungsi sensibilitas yang baik.
39
DAFTAR PUSTAKA
1. Grabb and Smith plastic Surgery 6th edition. Charles H. Thorne et al. LippincotRaven. 2007
2. Zoran et al. Selection of Alternative Flaps in Post Traumatic Posterior Heel Soft
Tissue Defect Reconstruction. University of Sarajevo. 2008
3. Surio, MP, Patel, AG. Post Traumatic posterior heel soft tissue defect
reconstruction. Departement of Plastic Surgery NHL medical College,
Ahmedabad, Gujarat, India.
4. Samira A. Distally Based Sural Fasciocutaneus Flap. Department of Plastic
Surgery Hayatabad Medical, Peshawar, Pakistan. 2009
5. Kalam, MA; Faruquee SR. Reconstruction of Heel: Options and Strategies.
Bangladesh Journal of APlastics Surgery. 2010
40