You are on page 1of 32

BAGIAN ILMU

KESEHATAN KOMUNITAS DAN


ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AL-KHAIRAAT

LAPORAN SEMINAR AKHIR

Juni 2016

Laporan dan Rencana Pemecahan Masalah Kesehatan


dan Keselamtan Kerja di Bagian yang Tidak Berisiko
di RSU Anutapura

Yunita, S.Ked
DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KOMUNITAS DAN
ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AL-KHAIRAAT
PALU
2016

BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan rujukan di
Indonesia akhir-akhir ini sangat pesat, baik dari jumlah maupun pemanfaatan
teknologi kedokteran. Rumah Sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tetap
harus mengedepankan peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat dengan
tanpa mengabaikan upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bagi seluruh
pekerja Rumah Sakit.1
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit perlu mendapat perhatian
serius dalam upaya melindungi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan
oleh proses pelayanan kesehatan, maupun keberadaan sarana, prasarana, obatobatan dan logistik lainnya yang ada di lingkungan Rumah Sakit sehingga tidak
menimbulkan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan kedaruratan termasuk
kebakaran dan bencana yang berdampak pada pekerja Rumah Sakit, pasien,
pengunjung dan masyarakat di sekitarnya.1
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk memberikan
jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja dengan cara
pencegahan kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (PAK), pengendalian bahaya di
tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.1
Konsep dasar K3RS adalah upaya terpadu seluruh pekerja Rumah Sakit,
pasien, pengunjung/pengantar orang sakit untuk menciptakan lingkungan kerja,
tempat kerja Rumah Sakit yang sehat, aman dan nyaman baik bagi pekerja Rumah
Sakit, pasien, pengunjung/pengantar orang sakit maupun bagi masyarakat dan
lingkungan sekitar Rumah Sakit.1
Program K3RS bertujuan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan
serta meningkatkan produktifitas SDM Rumah Sakit, melindungi pasien,
pengunjung/ pengantar pasien dan masyarakat serta lingkungan sekitar Rumah

Sakit. Kinerja setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante
dari tiga komponen yaitu kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diperhatikan oleh semua
instansi perusahaan termasuk dalam hal ini rumah sakit. Bahaya-bahaya potensial
di Rumah Sakit dapat dikelompokkan, seperti dalam tabel berikut:1

A. Ergonomi
1. Pengertian Ergonomi
Istilah ergonomi berasal dari bahas Latin yaitu Ergon (Kerja) dan
Nomos(Hukum Alam). Ergonomi adalah suatu ilmu tentang manusia dalam
usahanya untuk meningkatkan kenyamanan dilingkungan kerjanya.2
2. Tujuan Ergonomi
Secara umum tujuan ergonomi adalah:2,3
a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan
cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,
mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
b. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontrak
sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan
meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif
maupun setelah tidak produktif.
c. Menciptakan keseimbangan rasional antra berbagai aspek yaitu aspek
teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang
dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
3. Manfaat Ergonomi
Manfaat pelaksanaan ergonomi:2,3
a. Mengerti tentang pengaruh dari suatu jenis pekerjaan pada diri pekerja dan
kinerja pekerja.
b. Memprediksi potensi pengaruh pekerjaan pada tubuh pekerja.
c. Mengevaluasi kesesuaian tempat kerja, peralatan kerja dengan pekerja saat
bekerja.
d. Meningkatkan produktivitas dan upaya untuk menciptakan kesesuaian
antara kemampuan pekerja dan persyaratan kerja..
e. Membangun pengetahuan dasar guna mendorong

pekerja

untuk

meningkatkan produktivitas.
f. Mencegah dan mengurangi resiko timbulnya penyakit akibat kerja.
g. Meningkatkan faktor keselamatan kerja.
h. Meningkatkan keuntungan, pendapatan, kesehatan dan kesejahteraan untuk
individu dan institus
4

4. Prinsip Ergonomi
Memahami prinsip ergonomi akan mempermudah evaluasi setiap tugas atau
pekerjaan meskipun ilmu pengetahuan dalam ergonomi terus mengalami
kemajuan dan teknologi yang digunakan dalam pekerjaan tersebut terus
berubah. Prinsip ergonomi adalah pedoman dalam menerapkan ergonomi di
tempat kerja, menurut Baiduri dalam diktat kuliah ergonomi terdapat 12 prinsip
ergonomi yaitu:2,3
a. Bekerja dalam posisi atau postur normal;
b. Mengurangi beban berlebihan;
c. Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan;
d. Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh;
e. Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan;
f.Minimalisasi gerakan statis;
g. Minimalisasikan titik beban;
h. Mencakup jarak ruang;
i. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman;
j. Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja;
k. Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti;
l. Mengurangi stres.
5. Jenis-jenis Ergonomi
Jenis-jenis ergonomi yaitu: ergonomi fisik, ergonomi kognitif, ergonomi
sosial, ergonomi organisasi, ergonomi lingkungan dan faktor lain yang sesuai.
Evaluasi ergonomi merupakan studi tentang penerapan ergonomi dalam suatu
sistem kerja yang bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan
penerapan ergonomi, sehingga didapatkan suatu rancangan keergonomikan
yang terbaik.2,3

a. Ergonomi Fisik: berkaitan dengan anatomi tubuh manusia, anthropometri,


karakteristik fisiolgi dan biomekanika yang berhubungan dnegan aktifitas

fisik. Topik-topik yang relevan dalam ergonomi fisik antara lain: postur
kerja, pemindahan material, gerakan berulan-ulang, MSD, tata letak tempat
kerja, keselamatan dan kesehatan.
b. Ergonomi Kognitif: berkaitan dengan proses mental manusia, termasuk di
dalamnya ; persepsi, ingatan, dan reaksi, sebagai akibat dari interaksi
manusia terhadap pemakaian elemen sistem. Topik-topik yang relevan
dalam ergonomi kognitif antara lain ; beban kerja, pengambilan keputusan,
performance, human-computer interaction, keandalan manusia, dan stres
kerja.
c. Ergonomi Organisasi: berkaitan dengan optimasi sistem sosioleknik,
termasuk sturktur organisasi, kebijakan dan proses. Topik-topik yang
relevan dalam ergonomi organisasi antara lain ; komunikasi, MSDM,
perancangan kerja, perancangan waktu kerja, timwork, perancangan
partisipasi, komunitas ergonomi, kultur organisasi dan organisasi virtual
d. Ergonomi Lingkungan: berkaitan dengan pencahayaan, temperatur,
kebisingan, dan getaran. Topik-topik yang relevan dengan ergonomi
lingkungan antara lain; perancangan ruang kerja, sistem akustik,dll.
Pada suatu kondisi kerja tertentu menggambarkan kecenderungan untuk
mengalami beberapa keluhan antara lain:2,3
a. Algias: penyakit pada juru ketik, sekretaris, pekerja yang postur tubuhnya
membungkuk ke depan, vertebral syndrome pada pembawa barang, pengantar
barang & penerjun payung.
b. Osteo-articular: scoliosis pada pemain violin & operator pekerja bangku,
bungkuk (kifosis) pada buuh pelabuhan dan pembawa/pemikul keranjang,
datarnya telapak kaki pada para penunggu, pembuat roti dan pemangkas
rambut.
c. Rasa nyeri pada otot dan tendon: rusaknya tendon achiles bagi para penari,
tendon para ekstensor panjang bagi para drummer, tenosynovitis pada pemoles
kaca, pemain piano dan tukang kayu.
d. Iritasi pada cabang saraf tepi: saraf ulnar bagi para pengemudi kendaraan,
tukang kunci, tukang pande besi, reparasi arloji, enjilidan buku, pemotong
kaca, dan pengendara sepeda.
Dari berbagai keluhan diatas, maka akan muncul CTD (Cummulative
Trauma Disorder), yaitu trauma dari keadaan yang tidak teratur. Gejala ini muncul
6

karena terkumpulnya kerusakan kecil akibat trauma berulang yang membentuk


kerusakan cukup besar untuk menimbulkan rasa sakit.2,3
1. Trauma pada jaringan timbul karena:2,3
a. Overexertion: Proses penggunaan yang berlebihan.
b. Overstretching: Proses peregangan yang berlebihan.
c. Overcompression:Proses penekanan yang berlebihan.
2. Contoh-contoh dari CTD:2,3
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Tendinitis (tendon yang meradang & nyeri).


Rotator Cuff Tendinitis (satu atau lebih RCT pd bahu meradang).
Tenosynovitis (pembengkakan pada tendon & sarung tendon).
Carpal Tunnel Syndrome
Epicondylitis (peradangan pada tendon di siku).
White finger (pembuluh darah di jari rusak).

3. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kondisi tersebut di atas yaitu:2,3


a. Lingkungan kerja
b. Penerangan/cahaya
c. Temperatur/suhu udara
d. Kelembaban
e. Sirkulasi udara
f. Musik
g.Kebisingan
h. Keamanan
i. Getaran mekanis
j. Bau tidak sedap
k. Tata warna
l. Dekorasi
4. Pencegahan terhadap kelelahan akibat kerja:2,3
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Menggunakan secara benar waktu istirahat kerja.


Melakukan koordinasi yang baik antara pimpinan dan karyawan.
Mengusahakan kondisi lingkungan kerja sehat, aman, nyaman dan selamat.
Mengusahakan sarana kerja yangg ergonomis.
Memberikan kesejahteraan dan perhatian yang memadai.
Merencanakan rekreasi bagi seluruh karyawan
Terdapat beberapa aplikasi/penerapan dalam pelaksanaan ilmu ergonomi.

Aplikasi/penerapan tersebut antara lain:4,5


1) Posisi Kerja,
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak
terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja.Sedangkan posisi
berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara
7

seimbang pada dua kaki.4,5


a. Posisi Kerja Duduk
Keuntungan posisi kerja duduk yang sebagai berikut:
1. Mengurangi kelelahan pada kaki.
2. Terhindarnya sikap yang tidak alamiah.
3. Berkurangnya pemakaian energi.
Kerugian kerja duduk yang sebagai berikut
1. Melembeknya otot perut.
2. Melengkungnya punggung.
3. Efek buruk bagi organ bagian dalam.

Gambar 1.

Gambar Posisi

Kerja duduk4
b. Posisi Kerja
Keuntungan:Otot

Berdiri
perut tidak

kendor, sehingga

vertebra (ruas

tulang belakang) tidak rusak bila mengalami pembebanan.


Kerugian: Otot kaki cepat lelah.

Gambar 2:

Posisi Kerja

Berdiri4

c. Posisi Kerja Duduk - Berdiri


Posisi Duduk - Berdiri mempunyai keuntungan secara Biomekanis dimana
tekanan pada tulang belakang dan pinggang 30% lebih rendah dibandingkan
dengan posisi duduk maupun berdiri terus menerus.

Gambar 3.

Posisi
Berdiri4

Kerja Duduk2)
Mengangkat

beban

Mengangkat beban. Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban


yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung dan sebagainya. Beban yang
terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan
persendian akibat gerakan yang berlebihan. Beban yang diangkat tidak
melebihi aturan yang ditetapkan ILO sebagai berikut:3,4,5
Deskripsi

Tingkat Dewasa

Tingkat Muda

Pria(Kg)
Sekali-

40
sekali
Terus menerus

Wanita(Kg)

Pria(Kg)

Wanita(Kg)

15

15

10-12

15-18

10

10-15

6-9

3) Organisasi kerja
a.
b.
c.
d.

Pekerjaan harus diatur dengan berbagai cara:2,3


Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun.
Frekuensi pergerakan diminimalisir.
Jarak mengangkat beban dikurangi.
Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan mengangkat

tidak terlalu tinggi.


e. Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.
4) Metode mengangkat beban
Semua pekerja harus diajarkan bagaimana cara mengangkat beban yang
baik. Metode kinetik dari pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan
pada dua prinsip:2,3
a. Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung.
b. Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat
badan.

Gambar 4.

Cara
Beban4

Mengangkat

5) Prinsip kerja mengangkat beban:2,3


a. Posisi kaki yang benar.

10

b.
c.
d.
e.

Punggung kuat dan kekar.


Posisi lengan dekat dengan tubuh.
Mengangkat dengan benar.
Menggunakan berat badan.

6) Supervisi medis2,3,4
Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur.
a. Pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya
b. Pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya
dan mendeteksi bila ada kelainan.
c. Nasehat harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada
wanita muda dan yang sudah berumur
6. Akibat Tidak Ergonomi
Penerapan ergonomi pada tata letak fasilitas tentu akan menimbulkan
beberapa manfaat yang menunjang kepentingan pekerja maupun perusahaan
atau pabrik tempat kerjanya. Begitu pula sebaliknya, sistem ergonomi yang
tidak diterapkan akan menimbulkan beberapa akibat negatif, yang kemudian
dapat menimbulkan penurunan produktivitas kerja. Akibat yang dimaksud
yaitu seperti:2,3
a. Kejenuhan pada pekerja
Kejenuhan termasuk kelelahan secara psikis. Kejenuhan pada pekerja ini
dapat muncul karena kondisi ruang yang sama. Dimana seluruh fasilitasnya,
seperti komputer, meja, lemari, atau lainnya berada diposisi yang sama. Hal
ini akan memberikan kebosanan/kejenuhan tersendiri bagi pekerja yang
berada diruangan tersebut. Padahal agar sel-sel otak bisa bekerja dengan
giat, kita membutuhkan ruang kerja yang nyaman, memiliki privasi,
sekaligus inspiratif.2,3

b. Kelelahan
Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya pasti terjadi
kelelahan, apa lagi didukung tata letak fasilitas kerja yang tidak menerapkan

11

sistem ergonomi. Kelelahan yang dimaksud disini adalah kelelahan dari segi
fisik.2,3
c. Timbul penyakit akibat kerja
Para pekerja yang sudah merasakan kelelahan, namun tidak melakukan
upaya untuk kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahannya itu, maka sudah
dipastikan penyakit akibat kerjapun akan muncul. Contohnya seperti para
pekerja yang terus-terusan berada di depan komputer, maka tidak menutup
kemungkinan penglihatannya akan terganggu.2,3
d. Kematian
Kematian merupakan dampak yang paling fatal, hal ini tentu bisa terjadi
hanya karena tata letak yang salah di lingkungan kerja. Misalnya bila tata
letak mesin pengepres tidak sesuai prosedur dan kaidah ergonomi, maka
berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja yang menelan korban jiwa.2,3
7. Contoh Kasus Ergonomi
Terdapat beberapa kasus dalam pelaksanaan ilmu ergonomi. Kasus-kasus
tersebut antara lain:2,3
a. Dalam pengukuran performansi atlet. Pengukuran jangkauan ruang yang
dibutuhkan saat kerja. Contohnya: jangkauan dari gerakan tangan dan kaki
efektif pada saat bekerja, yang dilakukan dengan berdiri atu duduk.
b. Pengukuran variabilitas kerja. Contohnya: analisis kinematika dan
kemampuan jari-jari tangan dari seseorang juru ketik atau operator
komputer.
c. Antropometri dan Aplikasinya dalam Perancangan Fasilitas Kerja
Anthropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbanganpertimbangan ergonomis dalam memerlukan interaksi manusia.
d. Kasus bekerja sambil duduk: Seorang pekerja yang setiap hari
menggunakan komputer dalam bekerja dengan posisi yang tidak nyaman,
maka sering kali ia merasakan keluhan bahwa tubuhnya sering mengalami
rasa sakit/nyeri, terutama pada bagian bahu, pergelangan tangan, dan
pinggang.

12

e. Kasus manual material handling: Kuli panggul di pasar sering sekali


mengalami penyakit herniadan juga low back pain akibat mengangkut
beban di luar recommended weighting limit (RWL).
f. Kasus information ergonomic atau kognitive ergonomic: Operator reaktor
sulit untuk membedakan beraneka macam informasi yang disampaikan
oleh display terutama pada saat situasi darurat/emergency. Hal ini
disebabkan karena informasi tersebut sulit dimengerti oleh operator tersebut.
Kejadian yang serupa sering juga dialami oleh pilot, dimana harus
menghadapi banyak display pada waktu yang bersamaan.
B. Instalasi Gizi
Makanan merupakan salah satu komponen penting dalam rantai
penyembuhan pasien di RS. Makanan yang diberikan tidak hanya harus
memenuhi unsur gizi tetapi juga unsur keamanannya, dalam arti harus bebas
dari komponen-komponen yang menyebabkan penyakit. Sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan
Gizi Makanan.6
Keamanan makanan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
mencegah makanan dari kemungkinan cemaran biologis, kimiawi dan benda
lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan
kesehatan,sehingga menjadi hal yang mutlak harus dipenuhi dalam proses
pengolahan makanan di rumah sakit. Makanan yang tidak aman dapat
menyebabkan penyakit yang disebut foodborne disease, yaitu gejala penyakit
yang timbul akibat mengkonsumsi makanan yang mengandung atau tercemar
bahan/senyawa beracun atau organisme pathogen. Prosedur keselamatan kerja
di bagian instalasi gizi sebagai berikut:6

a. Ruang penerimaan dan penyimpanan bahan makanan. Keamanan kerja


diruang ini terlaksana bila:6

13

1) Menggunakan alat pembuka peti/bungkus bahan makanan menurut cara


yang tepat dan jangan melakukan dan meletakkan posisi tangan pada
tempat ke arah bagian alat yang tajam (berbahaya).
2) Barang yang berat selalu ditempatkan dibagian bawah dan angkatlah
dengan alat pengangkut yang tersedia untuk barang tersebut.
3) Pergunakan tutup kotak/tutup panci yang sesuai dan hindari tumpahan
bahan.
4) Tidak diperkenankan merokok diruang penerimaan dan penyimpanan
bahan makanan.
5) Lampu harus dimatikan bila tidak dipergunakan/diperlukan.
6) Tidak mengangkat barang berat, bila tidak sesuai dengan kemampuan
anda.
7) Tidak mengangkat barang dalam jumlah yang besar, yang dapat
membahayakan badan dan kualitas barang.
8) Membersihkan bahan yang tumpah atau keadaan licin diruang
penerimaan dan penyimpanan.
b. Ruang persiapan dan pengolahan makanan. keamanan dan keselamatan kerja
di ruang ini akan tercapai bila:6
1) Menggunakan peralatan yang sesuai dengan cara yang baik, misalnya
gunakan pisau, golok, parutan kelapa dengan baik, dan jangan
bercakap-cakap selama menggunakan alat tersebut.
2) Tidak menggaruk, batuk, selama mengerjakan / mengolah bahan
makanan.
3) Menggunakan berbagai alat yang tersedia sesuai dengan petunjuk
pemakaiannya.
4) Bersihkan mesin menurut petunjuk dan matikan mesin sebelumnya.
5) Menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan yang akan
dibersihkan.
6) Berhati-hatilah bila membuka dan menutup, menyalakan atau
mematikan mesin, lampu, gas/listrik dan lain-lainnya.
7) Meneliti dulu semua peralatan sebelum digunakan.
8) Pada saat selesai menggunakannya, teliti kembali apakah semua alat
sudah dimatikan mesinnya.
9) Mengisi panci-panci menurut ukuran semestinya, dan jangan melebihi
porsi yang ditetapkan.

14

10) Tidak memasukkan muatan ke dalam kereta makan yang melebihi


kapasitasnya.
11) Meletakkan alat menurut tempatnya dan diatur dengan rapi.
12) Bila ada alat pemanas perhatikan cara penggunaan dan pengisiannya.
13) Bila membawa air panas, tutuplah dengan rapat dan jangan mengisi
terlalu penuh.
14) Perhatikanlah, bila membawa makanan pada baki, jangan sampai
tertumpah atau makanan tersebut tercampur.
15) Perhatikan posisi tangan sewaktu membuka dan mengeluarkan isi
kaleng.
c. Ruang distribusi makanan di unit pelayanan gizi6
1)
2)
3)
4)
5)

Tidak mengisi panci/piring terlalu penuh.


Tidak mengisi kereta makan melebihi kapasitas kereta makan.
Meletakkan alat dengan teratur dan rapi.
Bila ada alat pemanas, perhatikan waktu menggunakannya.
Bila membawa air panas, tutuplah dengan rapat atau tidak mengisi
tempat tersebut sampai penuh.

d. Dapur ruang rawat inap. keamanan dan keselamatan kerja di dapur ruangan
dapat tercapai apabila:6
1) Menggunakan peralatan yang bersih dan kering.
2) Menggunakan dengan baik peralatan sesuai dengan fungsinya.
3) Menggunakan alat pelindung kerja selama di dapur ruangan seperti
celemek, topi dan lain-lainnya.
4) Tidak menggaruk, batuk selama menjamah makanan.
5) Menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan yang
dibersihkan.
6) Berhati-hati dan teliti bila membuka dan menutup atau menyalakan dan
mematikan

kompor, lampu,

gas,

listrik

(misalnya

alat

yang

menggunakan listrik seperti blender, toaster dan lain-lain).


7) Meneliti dulu semua peralatan sebelum digunakan.
8) Menata makanan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
9) Mengikuti petunjuk/prosedur kerja yang ditetapkan. Sebelum mulai
bekerja dan bila akan meninggalkan ruangan harus cuci tangan dengan
menggunakan sabun atau desinfektan.
10) Membersihkan/mencuci peralatan makan/dapur/kereta makan sesuai
dengan prosedur.

15

11) Membuang/membersihkan sisa makanan/sampah segera setalah alat


makan/ alat dapur selesai digunakan.
12) Tidak meninggalkan dapur ruangan sebelum yakin bahwa kompor,
lampu, gas, listrik sudah dimatikan, dan kemudian pintu dapur harus
ditinggalkan dalam keadaan tertutup/ terkunci.
e. Alat pelindung kerja6
1) Baju kerja, celemek dan topi terbuat dari bahan yang tidak panas, tidak
licin dan enak dipakai, sehingga tidak mengganggu gera pegawai
sewaktu kerja.
2) Menggunakan sandal yang tidak licin bila berada dilingkungan dapur
(jangan menggunakan sepatu yang berhak tinggi).
3) Menggunakan cempal/serbet pada tempatnya.
4) Tersedia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih
dan jumlah yang cukup, sabun, alat pengering dsb.
5) Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik ditempat yang
mudah dijangkau.
6) Tersedia alat/obat P3K yang sederhana.

C. Ruang Ganti dan Ruang Tunggu Dokter


Loker atau ruang ganti pakaian, digunakan untuk dokter dan petugas
medik mengganti pakaian sebelum masuk ke lingkungan ruang operasi. Pada
loker ini disediakan lemari pakaian/loker dengan kunci yang dipegang oleh
masing-masing petugas dan disediakan juga lemari/tempat menyimpan pakaian
ganti dokter dan perawat yang sudah disteril. Loker dipisah antara pria dan
wanita. Loker juga dilengkapi dengan toilet. Luas masing-masing ruang loker +
20 m2.9
Ruang dokter perlu dilengkapi dengan bak cuci tangan (wastafel) dan
toilet. Ruangan dokter terdiri dari 2 bagian:9
a. Ruang kerja. Pada ruang kerja harus dilengkapi dengan beberapa peralatan
dan furnitur.
b. Ruang istirahat/kamar jaga. Pada ruang ini diperlukan sofa

16

D. Penyakit Akibat Kerja


Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit ini artefisial oleh karena timbulkan
disebabkan oleh adanya pekerjaan. Kepadanya sering diberikan nama penyakit
buatan manusia (manmade diseases). Berat ringannya penyakit dan cacat
tergantung dari jenis dan tingkat sakit. Sering kali terjadi cacat yang berat
sehingga pencegahannya lebih baik daripada pengobatan. Di tempat kerja
terjadi faktor-faktor yang menjadi sebab penyakit akibat kerja sebagai berikut:11
1. Golongan fisik
Suara yang biasa menyababkan pekak atau tuli. Radiasi. Radiasi
pengion, misalnya berasal dari bahan-bahan radioaktif yang menyebabkan
antara lain penyakit-penyakit sistem darah dan kulit, sedangkan radiasi non
pengion, misalnya, radiasi elektromagnetik yang berasal dari peralatan yang
menggunakan listrik. Radiasi sinar inframerah bisa mengakibatkan katarak
pada lensa mata, sedangkan sinar ultraviolet menjadi sebab conjungctivitis
photo-electrica.
Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan heat stroke beat cramps atau
hyperpyrexia, sedangkan suhu-suhu yang rendah, antara lain menimbulkan
frosbite. Tekanan yang tinggi menyebabkan caisson disease. Penerangan
lampu yang kurang baik, misalnya menyebabkan kelainan kepada indra
penglihatan atau kesilauan yang memudahkan terjadinya kecelakaan.
2. Golongan kimiawi
Debu yang menyebabkan pnemokoniosis, di antaranya: silikosis,
bisinosis, asbestosis dan lain-lain. Uap yang di antaranya menyebabkan
mental fume fever dermawatis, atau keracunan.
Gas, misalnya, keracunan oleh CO, H2S dan lain-lain. Larutan yang dapat
menyebabkan dermatitis. Awan atau kabut, misalnya racun serangga
(insecticides), racun jamur dan lain-lain yang dapat menimbulkan
keracunan.
3. Golongan infeksi, misalnya oleh bakteri, virus, parasit maupun jamur.

17

4. Golongan fisiologis, yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan konstruksi


mesin, sikap badan kurang baik, salah cara melakukan pekerjaan dan lainlain yang semuanya menimbulkan kelelahan fisik, bahkan lambat laun
perubahan fisik tubuh pekerja.
5. Golongan mental-psikologis, dalam buku ini dibahan dua gangguan jiwa
yang menonjol, yaitu stres psikologis dan depresi.

Berikut adalah daftar kelompok Penyakit Akibat kerja (PAK)


sebagaimana yang tercantum pada Lampiran Keputusan Presiden
Indonesia Nomor 22 Tahun 1993 Tentang Penyakit Yang Timbul Karena
Hubungan Kerja:11
1.

Pneumokonisis yang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan parut


(silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis yang
silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian.

2.

Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan


oleh debu logam keras.

3.

Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan


oleh debu kapas, vlas, henep, dan sisal (bissinosis).

4.

Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat
perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.

5.

Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organik.

6.

Penyakit yang disebabkan oleh zat zat kimia seperti berilium, cadmium,
fosfor, mangan, air raksa, arsen, flour, timbal atau persenyawaannya yang
beracun.

7.

Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfide.

8.

Penyakit yang disebabkan oleh derivate halogen dari persenyawaan


hidrokarbon afiliatik atau aromatic yang beracun.

9.

Penyakit yang disebabkan oleh benzene atau homolognya yang beracun.

10.

Penyakit yang disebabkan oleh derivate nitro dan amina dari benzene atau
homolognya yang beracun.

18

11.

Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.

12.

Penyakit yang disebabkan oleh alcohol, glikol, atau keton.

13.

Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau
keracunan seperti karbon monoksida, hirogensianida, hidrogen sulfide, atau
derivatnya yang beracun, amoniak seng, braso, dan nikel.

14.

Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.

15.

Penyakit yag disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot,


urat, tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).

16.

Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan


lebih.

17.

Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi


mengion.

18.

Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi,


atau biologik.

19.

Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen,
minyak mineral, antrasena atau persenyawaan, produk atau residu dari zat
tersebut.

20.

Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.

21.

Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang
didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus.

22.

Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi
atau kelembaban udara tinggi.

23.

Penyakit yang disebabkan bahan kimia lainnya termasuk obat.

19

BAB III
HASIL OBSERVASI
1. Bagian Loket Rumah Sakit Anutapura Palu (RSAP)

Dokumentasi loket RSAP


Pada gambar dapat di lihat bahwa masalah yang terdapat pada loket RSAP
adalah:

20

a. Pekerja di loket tidak menggunakan alat pelindung diri (masker). Loket adalah
tempat mendaftar semua pasien (pasien yang menular dan tidak menular) untuk
berobat.
b. Bangunan loket tidak tertutup kaca, sehingga sangat memudahkan terjadinya
penularan melalui droplet.
c. Tempat kerja yang tidak ergonomis. Pada gambar terlihat meja kerja yang tidak
sesuai dengan porsi tubuh pekerja.

Tabel 1. Pemecahan masalah di loket RSAP


N
o

Penyakit akibat
Masalah

1 Pekerja tidak
menggunakan masker
(bahaya biologik)

kerja/penyakit

Akibat

hubungan kerja
Infeksi saluran

Produktivit 1. Pekerja

napas (ISPA,

as pekerja

TB, Bronkhitis,

menurun

pneumonia, dll)

dan
meningkat
kan

Pencegahan

menggunakan
masker
2. Loket
menggunakan
dinding kaca

kesakitan
pada
2 Tempat kerja tidak
ergonomis
(bahaya ergonomis)

pekerja
- Musculoskeletal - Kelelahan Disorders

fisik
- Konsentras
i menurun
- Produktivit
as dan
semangat

21

Mengubah
tempat kerja
sesuai porsi
tubuh pekerja

menurun

2. Bagian Tempat Rekam Medik Rumah Sakit Anutapura Palu (RSAP)

Dokumentasi tempat rekam medik RSAP


Pada gambar dapat di lihat bahwa masalah yang terdapat pada tempat rekam
medik RSAP adalah:
a. Pekerja tidak menggunakan masker
b. Rekam medik tidak disimpan dalam lemari yang tertutup, sehingga debu dari
rekam medik terhirup oleh pekerja. Selain itu, rekam medik yang tidak
tersimpan dalam lemari yang terkunci memperlihatkan bahwa privasi pasien
tidak terjaga dengan baik.
c. Lemari tempat penyimpanan rekam medik tidak terfiksasi dengan baik,
sehingga jika terjadi gempa bumi, maka pekerja sangat berisiko tertimpa lemari
tersebut.

22

Tabel 2. Pemecahan masalah di tempat rekam medik RSAP


N
o

Penyakit akibat
Masalah

1 Pekerja tidak
menggunakan masker
(bahaya biologik)

kerja/penyakit

Akibat

Pencegahan

hubungan kerja
Infeksi saluran

Produktivit-

Pekerja

napas (ISPA,

as pekerja

menggunakan

rhinitis alergi,

menurun

masker

asma,

dan

pneumonia, dll)

meningkat
kan
kesakitan
pada

2 Rekam medik tidak di

pekerja
- Infeksi saluran - Produktivit-

Mengganti

simpan dalam lemari

napas (ISPA,

as pekerja

lemari

tertutup dan terkunci


(bahaya biologik)

rhinitis alergi,

menurun

penyimpan

asma,

dan

rekam medik

pneumonia, dll)

meningkat

dengan lemari

kan

yang tertutup

kesakitan

dan terkunci

pada
3 Lemari tidak terfiksasi
dengan baik (bahaya

pekerja
- Kecelakaan pada- Kecacatan/pekerja

mekanik)

kesakitan

penyimpan

pada

dengan baik

pekerja

3. Bagian Perkantoran Rumah Sakit Anutapura Palu (RSAP)

23

Fiksasi lemari

Dokumentasi perkantoran RSAP


Pada gambar dapat di lihat bahwa masalah yang terdapat pada loket RSAP
adalah:
a. Ruangan pekerja sangat sempit. Ruanggan dnegan ukuran 1,5 M x 3 M di
tempati oleh 4 orang pekerja. Seharusnya 1 orang pekerja menempati ruangan
2 M2.
Tempat kerja tidak ergonomis
Cara penggunaan komputer yang salah
Tidak tersedia ruangan istirahat dan pantry
Sistem listrik tidak bagus
Terletak berdekatan dengan ruangan generator dan parkir
Tidak terdapat alat pemadam kebakaran yang otomatis

b.
c.
d.
e.
f.
g.

Tabel 3. Pemecahan masalah perkantoran RSAP


N
o

Penyakit akibat
Masalah

kerja/penyakit

Akibat

hubungan kerja
1 Ruangan pekerja sangat - Stress meningkat Produktivit-

24

Pencegahan
Mengatur

sempit (bahaya

- Mudah terjadi

as pekerja

ruangan pekerja

psikososial dan

penularan

menurun

sesuai standar,

ergonomis dan biologik)

penyakit

dan

yaitu 1 pekerja

meningkat

menempati

kan

ruangan 2 M2

kesakitan
pada
2 Tempat kerja tidak
ergonomis
(bahaya ergonomis)

pekerja
- Musculoskeletal - Kelelahan Disorders

fisik
- Konsentras
i menurun
- Produktivit

Mengubah
tempat kerja
sesuai porsi
tubuh pekerja

as dan
semangat
3 Cara penggunaan
komputer yang salah
[bahaya fisik (radiasi
komputer)]

- Syndrome
amblopia
- Kelainan
refraksi

menurun
- Terjadi gangguan

sosialisasi

pada

penggunaan

penglihata

komputer yang

n pekerja
- Kelelahan -

baik dan benar


Memasang

fisik
- Produktivit

poster cara

as dan
semangat
menurun
4 Tidak tersedia ruangan

Perlunya

- Stress meningkat- Produktivit-

penggunaan
komputer yang
benar disetiap
ruangan
Menyediakan

istirahat dan pantry

as dan

tenpat istirahat

(bahaya psikososial)

semangat

dan pantry

menurun
5 Sistem listrik tidak bagus - Sengatan listrik - Kecacatan/(bahaya listrik)

kesakitan

25

Memperbaiki
sistem listrik

pada

untuk

pekerja

menghindari
hubungan arus

6 Terletak berdekatan
dengan ruangan generator

- Tuli

- Gangguan -

sensorineural

dan parkir [bahaya fisik


(bising)]

pendek listrik
Memindahkan

pada

ruangan

pendengar

generator/parkir

an pekerja
- Produktivit
as
menurun -

agar jauh dari


daerah
perkantoran
Kantor dibuat
menjadi
ruangan kedap

7 Tidak terdapat alat

- Luka bakar

- Kecacatan/-

suara
Menyiapkan

pemadam kebakaran yang

kesakitan

alat pemadam

otomatis (bahaya fisik)

pada

kebakaran yang

pekerja

otomatis

4. Bagian Dapur Rumah Sakit Anutapura Palu (RSAP)

26

Masalah :

APAR tidak disimpan pada

tempat yang tinggi,

Masalah :

Tidak tersedianya obat-obatan dan alat-alat pertolongan


pertama pada kecelakaan di kotak P3K

Dokumentasi di dapur RSAP


Pada gambar dapat di lihat bahwa masalah yang terdapat pada dapur RSAP
adalah:
a. Pramusaji tidak menggunakan masker dan sarung tangan
b. Kotak P3K kosong

27

c. APAR tidak disimpan sesuai standar dan tidak strategis, tidak ada kartu
kontrol, dan petunjuk penggunaan APAR
Ruang istirahat pegawai sempit
Tempat mencuci alat masak airnya tergenang
Alat masak tidak tersusun secara rapi
Lantai dapur licin

d.
e.
f.
g.

Tabel 4. Pemecahan masalah perkantoran RSAP


N
o

Penyakit akibat
Masalah

Akibat

Pencegahan

hubungan kerja
- Terjadi

Produktivit-

Menggunakan

menggunakan masker dan

penularan

as pekerja

masker dan

sarung tangan (bahaya

penyakit

menurun

sarung tangan

1 Pramusaji tidak

kerja/penyakit

biologik)

dan
meningkat
kan
kesakitan
pada

2 Kotak P3K kosong

- Pasien sulit

pekerja
- Kesakitan -

Menyiapkan

mendapatkan

pada

obat-obat pada

pertolongan

pekerja

kotak P3K

pertama
sehingga akan
menyebabkan
luka akibat

meningkat
- Produktivit
as pekerja
menurun

benda tajam
3 APAR tidak di simpan

lama sembuh
- Luka bakar
- Kecacatan/-

sesuai standar dan

kesakitan

strategis, tidak ada kartu

pada

28

simpan APAR
sesuai standar
letakkan APAR

kontrol, dan tidak ada

pekerja

petunjuk penggunaan

dekat dengan

meningkat kompor
- terjadi
- lengkapi APAR

(bahaya mekanik)

kerugian

dengan kartu

pada

kontrol dan

rumah

petunjuk

sakit

penggunaan
berikan

pelatihan pada
pekerja tentang
penggunaan
4 Ruang istirahat sempit

- Stress meningkat- Produktivit-

(bahaya psikososial)

5 Di tempat cuci alat, air


tergenang (bahaya

- Gangguan
pencernaan

biologik)

APAR
Menyediakan

as dan

ruang istirahat

semangat

yang memadai

menurun
- kesakitan pada
pekerja
- produktivit

memperbaiki
tempat
pencucian alat
masak

as pekerja
6 Lantai licin (bahaya
mekanik)

menurun
- Pekerja mudah - Kesakitan terjatuh

pada

lantai dapur

pekerja
- Menggang

dengan ubin

gu kinerja
pekerja

29

Mengganti

yang tidak licin

5. Bagian Ruang Ganti dan Ruang Tunggu Dokter Rumah Sakit Anutapura Palu
(RSAP)

Ruang ganti dokter perempuan


dan laki-laki

Ruang ganti perawat berantakan

WC di ruang tunggu dokter

Ruang tunggu dokter

Dokumentasi di ruang ganti dan ruang tunggu dokter RSAP


Pada gambar dapat di lihat bahwa masalah yang terdapat pada ruang ganti dan
ruang tunggu dokter RSAP adalah:
a. Ruang ganti dokter perempuan dan laki-laki tidak dipisah
b. Tidak terdapat WC dan westafel di ruang ganti dokter

Tabel 6. Pemecahan masalah di ruang ganti dan ruang tunggu dokter RSAP
N
o

Penyakit akibat
Masalah

kerja/penyakit

Akibat

hubungan kerja
1 Ruang ganti dokter laki- - Stress
- Produktivitlaki dan perempuan tidak

as pekerja

30

Pencegahan
Membuat ruang
ganti dokter

terpisah (bahaya

menurun

psikososial)

laki-laki dan
perempuan
terpisah

DAFTAR PUSTAKA

1.

Keputusan menteri kesehatan republik indonesia

nomor:

1087/menkes/sk/viii/2010. Standar kesehatan dan keselamatan kerja di rumah


sakit. Direktorat bina kesehatan kerja; Jakarta: 2010. Available from:
URL:http://www.gizikia.depkes.go.id/wpcontent/uploads/2011/05/Kepmenkes-1087-Standar-K3-RS.pdf
2. Nurmianto E. Ergonomi konsep dasar dan aplikasinya. Edisi 2. Guna widya;
Jakarta: 2008.
3. Tarwaka,

dkk. Ergonomi

untuk

keselamatan,

kesehatan

kerja

dan

produktivitas. UNIBA PRESS; Surakarta: 2004.


4. Kroemer KHE, dkk. Ergonomics design for ease and efficiency. Prentice Hall
Internasional; USA: 1994.

31

5. Rodgers,Suzanne H. Ergonomic design for people at work.Van Nostrand


Reinhold Company; New York: 1986.
6. Kementerian kesehatan RI. Pedoman pelayanan gizi rumah sakit. Bakti
husada; Jakarta: 2013.
7. Depkes RI. Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (Central Sterile Supply
Department/CSSD) di Rumah Sakit. Jakarta: 2009.
8. Healthcare Laundry Accreditation Council. Accreditation Standards for
Processing Reusable Textiles for Use in Healthcare Facilities. Frankfort.
HLAC. 2011.
9. Kementerian kesehatan RI. Pedoman teknis bangunan rumah sakit ruang
operasi. Direktorat bina pelayanan penunjang medik dan sarana kesehatan;
Jakarta: 2012.
10. South Eastern Sidney Local Health Network. Linen-Handling and Supply.
Sidney: 2011.
11. Universitas sumatera utara. Penyakit akibat kerja dan penyakit terkait kerja.
Available from: URL: http://library.usu.ac.id/download/ft/07002746.pdf

32

You might also like