Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di klinik di
seluruh dunia, disamping sebagai masalah kesehatan masyarakat, terutama di negara
berkembang. Kelainan ini merupakan penyebab dibilitas kronik yang mempunyai
dampak besar terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta kesehatan fisik. Oleh
karena frekuensinya yang demikian sering, seorang dokter umum perlu memahami
gejala-gejala dari penyakit ini serta penyebab-penyebab yang mungkin dapat
mendasari suatu kondisi anemia.
1.2 Tujuan
Makalah ini dibuat untuk membahas sejumlah bahan maupun bagian yang
perlu diperhatikan lebih dalam dari kasus yang diberikan, yaitu kasus yang merujuk
pada anemia normositik normokrom.
1.3 Manfaat
Penulis berharap, makalah ini bisa bermanfaat untuk menjadi referensi dalam
persiapan pleno program Problem Based Learning yang akan datang.
BAB II
Isi
2.1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan :
-
Identitas pasien.1-3
Keluhan utama : pada skenario, pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan
mudah lelah kurang lebih 2-3 minggu ini dan wajah terlihat agak pucat.
Riwayat penyakit dahulu : bertujuan untuk mengetahui kemungkinankemungkinan adanya hubungan antara penyakit yang pernah diderita dengan
penyakit sekarang.1
Pasien
Suhu Tubuh
36-37 C
70-90
36,5
Denyut Nadi
x/menit
18-
90 x/menit
Penapasan
Tekanan
19x/menit
120/80
18x/menit
120/80
Darah
mmHg
mmHg
Table 1. Perbandingan pemeriksaan tanda vital
Hasil pemeriksaan fisik umum diatas menunjukkan kondisi yang normal
dari pasien. Pada skenario disebutkan keadaan umum pasien adalah tampak sakit
ringan dan kesadarannya compos mentis.
Karena pasien datang dengan kondisi pucat, perlu dilakukan sedikit
pemeriksaan fisik tambahan yang lebih spesifik yaitu memeriksa kondisi
konjungtiva dan sklera mata pasien. Konjungtiva yang pucat merujuk pada
kondisi kekurangan darah sedangkan sklera yang ikterik menunjukkan tingginya
kadar bilirubin dalam darah.
2.2.2 Pemeriksaan fisik khusus : abdomen
Untuk pemeriksaan fisik pada bagian abdomen, dilakukan
dengan terlebih dahulu membagi bagian abdomen dengan 2 cara
:
1. Pembagian atas empat kuadran, dengan membuat garis vertikal
dan horizontal melalui umbilikus, sehingga terdapat daerah
kuadran kanan atas, kiri atas, kanan bawah, dan kiri bawah. 1
2. Pembagian atas sembilan daerah, dengan membuat dua garis
horizontal dan dua garis vertical :
Garis horizontal pertama dibuat melalui tepi bawah
a. Inspeksi
Dilakukan pada pasien dengan posisi tidur terlentang dan
diamati
dengan
seksama
dinding
abdomen.
Yang
perlu
diperhatikan adalah:
-
scaphoid (cekung).
Simetrisitas; perhatikan
adanya
benjolan
local
(hernia,
dapat
tampak (darm-contour).
Pulsasi; pembesaran ventrikel kanan dan aneurisma aorta sering
memberikan gambaran pulsasi di daerah epigastrium dan
umbilical. 1
Perhatikan juga gerakan pasien:
berkurang/ relaksasi,
Pasien melipat lutut sampai ke dada, berayun-ayun maju mundur
pada saat nyeri. 1
b. Palpasi
Beberapa pedoman untuk melakukan palpasi, ialah:
-
Sedangkan
digunakan
ujung
untuk
jari.
menentukan
Diusahakan
agar
batas
tidak
tepi
organ,
melakukan
dinding abdomen. 1
Palpasi dimulai dari daerah superfisial, lalu ke bagian dalam. Bila
ada daerah yang dikeluhkan nyeri, sebaiknya bagian ini diperiksa
paling akhir. 1
4
c. Perkusi
Perkusi berguna untuk mendapatkan orientasi keadaan
abdomen secara keseluruhan, menentukan besarnya hati, limpa,
ada tidaknya asites, adanya massa padat atau massa berisi
cairan (kista), adanya udara yang meningkat dalam lambung dan
usus, serta adanya udara bebas dalam rongga abdomen. Suara
perkusi abdomen yang normal adalah timpani (organ berongga
yang berisi udara), kecuali di daerah hati (redup; organ yang
padat). 1
-
menghilang. 1
Cairan bebas dalam rongga abdomen
Adanya cairan bebas dalam rongga abdomen (asites) akan
menimbulkan suara perkusi timpani di bagian atas dan dullness
dibagian samping atau suara dullness dominan. Karena cairan itu
bebas dalam rongga abdomen, maka bila pasien dimiringkan
akan
terjadi
perpindahan
cairan
ke
sisi
terendah.
Cara
pemeriksaan asites:
o Pemeriksaan gelombang cairan (undulating fluid wave).
Teknik ini dipakai bila cairan asites cukup banyak.
Prinsipnyaadalah ketukan pada satu sisi dinding abdomen
5
dan
tegang,
peristaltik
lebih
tinggi
seperti
peristaltik
usus
akan
melemah,
frekuensinya
ada
pergeseran ke
bawah/
Obstruksi
paru
kronik).
tangan
kanan
(bimanual
palpasi).
Tangan
kanan
1,2
3.
4.
5.
6.
mm/jam)
7. Hitung jenis leukosit : neutrofil (55-70%); eosinofil (1-3%); basofil
(0-1%); limfosit (20-40%); monosit (2-8%)
Melalui pemeriksaan darah lengkap, dapat diketahui mean
corpuscular volume (MCV), mean corpuscular hemoglobin (MCH), dan
mean corpuscular hemoglobin concentration (MCHC). MCV adalah nilai
hematokrit dibandingkan dengan jumlah eritrosit. MCH adalah kadar
hemoglobin dibandingkan dengan jumlah eritrosit. Sedangkan MCHC
adalah kadar hemoglobin dibandingkan dengan nilai hematokrit. Ketiga
hitungan tersebut menunjukkan nilai eritrosit rata-rata. Nilai rujukan
untuk ketiga hitungan tersebut adalah :
1. MCV = 82-92 fL
2. MCH = 27-37 pg
3. MCHC = 32-37%
MCV dan MCH yang rendah merujuk pada morfologi eritrosit
mikrositik hipokrom yang biasa dijumpai pada anemia defisiensi besi.
MCV yang konsisten dengan anemia megaloblastik. Sedangkan MCV
dan MCHC yang tinggi mengindikasikan sferositosis. 4-7
Apabila pemeriksaan darah lengkap dapat dilakukan secara
otomatis,
maka
red
cell
distribution
width
(RDW)
juga
dapat
retikulosit
menunjukkan
terjadinya
darah
tepi
inilah
dapat
ditemukan
sel-sel
yang
merupakan ciri khas dari suatu anemia seperti sferosit, sel sabit, sel
target, dan semacamnya. 4-7
Yang terakhir adalah pemeriksaan bilirubin. Ada dua jenis
bilirubin, direk dan indirek. Bilirubin direk larut dalam air dan dapat
diperiksa melalui urin sedangkan bilirubin indirek tidak larut air dan
hanya dapat diperiksa melalui darah. Pada pemeriksaan serum, nilai
normal bilirubin total adalah 0.2-1 mg%, bilirubin direk adalah 0 - 0.2
mg%, dan bilirubin indirek adalah 0.2-0.8 mg%. Pada kondisi anemia
hemolitik, bilirubin serum biasanya <3mg/dL. Nilai yang lebih tinggi
merujuk ke gangguan fungsi hepar ataupun kolestasis.
4-7
normositer,hemolisis
ekstravaskuler,
kompensasi
eritrosit
yang
meningkat.
Apabila
negatif
maka
dapat dipertimbangkan
terapi
dan
dengan
diagnosis
obat
merujuk
imunosupresif
ke
sferosit
herediter. 4-7
Anemia hemolitik et causa medikamentosa
9
profil
hemoglobin
sebaiknya
dilakukan
untuk
dapat
ditegakkan
melalui
pemeriksaan
terhadap
10
anemia
hemolitik
autoimun).
Anemia
hemolitik
autoimun ini juga lebih banyak ditemukan pada wanita (65% dari
kasus). Meskipun demikian, anemia hemolitik adalah bentuk
anemia yang jarang ditemukan. Jumlah kejadiannya adalah 1
kasus dari 100.000 individu. Prevalensinya meningkat pada
penyakitnya.4
Anemia defisiensi G6PD
Defisiensi G6PD tersebar luas di daerah tropis dan subtropis (Afrika, Eropa Selatan, Timur Tengah, dan Asia Tenggara.
Perkiraan konservatif menyebutkan paling sedikit 400 juta orang
memiliki gen defisiensi G6PD. Di beberapa daerah di area tropis
maupun subtropis, frekuensi gen defisiensi G6PD bisa mencapai
20% atau lebih. G6PD sendiri merupakan contoh terbaik dari
polimorfisme gen manusia. Penelitian lapangan dan in vitro
menunjukkan adanya kecenderungan penyakit malaria oleh
Plasmodium falciparum untuk tidak menjadi letal jika menyerang
11
ini
sabit (heterozigot)
Rasio
karena anemia
pria-wanita
jenis
kelamin
kromosom X. 4-7
Sferositosis herediter
Sferosit herediter merupakan kelainan autosom dominan
dengan insiden 1:1000 sampai 1:4500 penduduk. Pada kurang
lebih 20% pasien, penyakit ini merupakan kelainan autosom
resesif yang diturunkan dan mutasi genetik spontan.4-7
2.6. Etiologi
12
membentuk
kompleks
ternary
seperi
kinin,
kuinidin,
enzim
G6PD
yang
berfungsi
untuk
(HbS).
Hemoglobin
yang
abnormal
tidak
dapat
13
Sferositosis herediter
Penyebab dari kelainan ini adalah kelainan genetik yang
menyebabkan defisiensi spectrin, ankryn, dan atau protein pita3 /
4.2
(unsur-unsur
pembentuk
membran
eritrosit)
sehingga
sistem
komplemen
akan
ini
berikatan
dengan
antigen
polisakarida
pada
komplemen
atau
berikatan
dengan
komponen
terutama
diperantarai
IgG-FcR
akan
menyebabkan fagositosis.
14
yangmelalui
proses
hemolisis
ekstravaskuler
dan
penyerang
ini
menimbulkan
kerusakan
membran
kedalam
plasma.
Hemoglobin
bebas
ini
akan
diikat
oleh
Kompleks
hemoglobin-haptoglobin
akan
bebas
akan
mengalami
oksidasi
menjadi
oleh
hemopeksin
(suatuglikoprotein
melalui
urin
beta-1)
kemudian
sehingga
terjadi
atau
aktivasi
komplemen.
Antibodi
melekat
pada
neoantigen yang terdiri dari ikatan obat dan eritrosit. Ikatan obat
16
dan sel target tersebut lemah, dan antibodi akan membuat stabil
dengan melekat pada obat ataupun membran eritrosit. Beberapa
antibodi tersebut memiliki spesifitas pada antigen golongan darah
tertentu seperti Rh, Kell, Kidd, atau I/i. Pemeriksaan Coomb
biasanya positif. Setelah aktivasi komplemen terjadi hemolisis
intravaskuler, hemoglobinemia, dan hemoglobinuria. Mekanisme
ini biasanya terjadi pada hemolisis akibat obat kinin, kuinidin,
sulfonamide, sulfonylurea, dan thiazide.
Banyak obat menginduksi pembentukan
autoantibodi
tidak
melekat.
Mekanisme
bagaimana
induksi
formasi
dan
eccentrocytes.
Contoh
obat
yang
bite
menyebabkan
primakuin,
nalidiksat,
dapson,
sulfametoksazol,
nitrofurantoin,
niridazol,
kotrimoksazol,
fenazopiridin,
dan
asam
asam
asetilsalisilat. 4-7
Anemia sel sabit
Anemia sel sabit muncul karena HbS yang merupakan
hemoglobin abnormal tidak dapat melakukan tugasnya mengikat
oksigen maupun karbondioksida dengan baik. Hemoglobin yang
abnormal juga menyebabkan eritrosit menjadi rapuh terhadap
kekurangan oksigen. normalnya, jika eritrosit tidak mengandung
oksigen, bentuknya akan tetap bertahan sampai mencapai paruparu untuk menukar karbondioksidanya dengan oksigen yang
baru. Namun berbeda dengan eritrosit yang mengandung HbS,
eritrosit ini begitu tidak mengikat oksigen, maka tidak bisa
mempertahankan bentuk normalnya dan menjadi berbentuk sel
sabit.
4-7
dan
makrofag.
teraktivasinya
proses
Penempelan
perusakan
tersebut
eritrosit,
menyebabkan
mengarah
pada
terjadi
peningkatan
fragilitas
osmotik
eritrosit
25%
pasien.
Hanya
25%
pasien
tidak
disertai
urin
berwarna
gelap
akibat
hemoglobinuria.
mengancam
mengalami
infark
dan
sistim
imunitas. Hepar
berkembang
menjadi
juga
dapat
serosis
seiring
sakit
tulang
yang
parah
muncul
panjang. Nyeri
di
perut
ekstremitas,
bisa
sangat
yang
berat,
malaise,
dan
leukositosis.
Nyeri
tulang
ini
sering
sferosis
herediter
adalah
anemia,
22
pengukuran
fragilitas
osmotik
eritrosit
dengan
Dalam
respon
dua
klinis
minggu
baik
(Ht
sebagian
besar
meningkat,
akan
retikulosit
mg/hari
penambahan
atau
siklofosfamid
danazol
600-800
50-150
mg/hari
mg/hari.
Selain
bersamaan
itu
dengan
juga
mycophenolate
mofetil
500-1000
mg
perhari
24
dapat
dada,
(menghindari
maka
edema
resusitasi
cairan
pulmoner)
yang
dapat
terpantau
ditambah
ketat
dengan
dengan
kondisi
yang
parah.
Untuk
meningkatkan
2.10.
Komplikasi
25
ginjal
kronis,
infeksi
oleh
bakteri
Streptococcus
limpa
yang
tertangani, maka
fibrotik.
Jika
kondisi
vaso-oklusi
pada
tidak
jaringan yang
biasanya
terjadi
akibat
kesalahan
diagnosis
yang
hemolisis. 4-7
Anemia defisiensi G6PD dan Sferosit herediter
Pencegahan yang mungkin dilakukan adalah mencegah faktor
pencetus hemolisis seperti stress, obat-obatan, dan infeksi. Skrining
tes perlu dilakukan untuk deteksi dini sehingga pasien dapat
menjaga makanan, obat-obatan, dan pola hidupnya.4-7
26
konsultasi
selanjutnya
perlu
untuk
dilakukan
membantu
untuk
menyiapkan
memutuskan
apakah
rencana
pasangan
dibawah
satu
tahun,
Hb
dibawah
7g/dL,
dan
tidak
BAB III
Penutup
3.1.
Hipotesis
Wanita muda pada skenario 6 yang datang dengan keluhan mudah lelah kurang
lebih 2-3 minggu ini dengan wajah pucat, konjungtiva anemis, dan sklera ikterik
menderita anemia hemolitik autoimun.
27
Daftar Pustaka
1. Burnside
JW,
McGlynn
TJ.
Jakarta:EGC;2003.hal. 267-83.
2. Welsby
PD.
Pemeriksaan
Diagnosis
fisik
dan
fisik.
Edisi
anamnesis
17.
klinis.
Jakarta:EGC;2009.hal.77-89.
3. Bickley LS, Szilagyi PG. Bates buku ajar pemeriksaan fisik dan
riwayat kesehatan.edisi 8. Jakarta:EGC;2009. Hal. 166-290.
4. Harmening DM. Clinical hematology and fundamentals
of
28