Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Martha Oktavia Dewi Savitri
G99142017
G99142124
Nadira Asad
G99161065
Pembimbing:
dr. Hengky Agung Nugroho, Sp.B(K)Onk
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. S
Umur
: 55 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Alamat
: Surakarta
MRS
: 20 Oktober 2016
No. RM
: 013568xx
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Benjolan di leher
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien merupakan konsulan poli dari TS Interna tanggal 22
Oktober 2016. Pasien datang dengan keluhan benjolan di leher kanan sejak
6 tahun yang lalu, awalnya hanya sebesar biji kacang hijau, kemudian
dirasakan semakin membesar di kedua sisi dalam 9 bulan SMRS. Pasien
mengatakan benjolan tersebut tidak nyeri, benjolan teraba agak keras dan
berbenjol-benjol tidak dapat digerakkan. Karena benjolan yang membesar
tersebut pasien juga mengeluhkan sulit menelan.
Pasien juga sering mengeluhkan berdebar-debar sejak 6 tahun yang
lalu, namun sudah cukup terkontrol semenjak pasien minum obat. Keluhan
berdebar-berdebar dirasakan memberat sejak 9 bulan ini. Pasien sering
sulit tidur karena berdebar-debar.
Selain itu, pasien juga mengeluhkan badannya lemas, sering
gemetar, berkeringat, dan telapak tangannya terasa lembab. Keluhan
gemetar dan berkeringat ini juga sudah dirasakan sejak 6 tahun yang lalu,
sering muncul terutama 9 bulan ini. Pasien mengatakan tidak tahan dengan
cuaca panas dan sering berkeringat. Terkadang saat malam hari, pasien
tidak bisa tidur karena keringat dingin. Pasien juga merasakan mudah lelah
semenjak benjolan tersbeut muncul. Badan lemah terutama sejak 1 bulan
SMRS, dirasakan sepanjang hari, tidak membaik dengan istirahat maupun
pemberian makanan.
1
Riwayat asma
Riwayat alergi
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi
Riwayat diabetes melitus
Riwayat alergi
Riwayat penyakit jantung
jantung,
minum
propanolol 3x10mg
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
2
Riwayat keganasan
: disangkal
: baik
: GCS E4V5M6
: gizi kesan cukup
: 160/80 mmHg
: 96 x/menit
: 20 x/menit
: 36,6 0C
a Kulit
(-) ujud
c Mata
darah (-)
f Mulut
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: timpani
Auskultasi
Akral dingin
-
Status Lokalis
-
R. Colli
Kesan
Inspeksi
(-)
Auskultasi
: bruit (-), wheezing (+)
Kelenjar getah bening
Limfonodi infraclavicula, supraclavicula, submentale, submandibula,
aurikuler, occipital tidak teraba adanya pembesaran, nyeri tekan (-)
3. FNAB
4. Cek TSH, FT4, FT3, DR2, Elektrolit
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1
Pemeriksaan
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
Golongan
Darah
PT
APTT
GDS
HbA1c
GDP
SGOT
SGPT
Creatinin
Ureum
Albumin
Natrium
Kalium
Calsium
INR
HBsAg
TSH
Free T3
Free T4
2
Hasil
12.1
36
8.5
237
4.58
A
Satuan
g/dL
%
Ribu/l
Ribu/l
Juta/l
Rujukan
12,0 15,6
33 45
4,5 11,0
150 450
3,8 5,8
12.8
31.1
185
6.4
82
15
26
0.3
23
3.4
133
4.6
1.15
0.980
Non-reactive
<0.05
31.23
>100.00
detik
detik
Mg/dL
%
Mg/dl
u/L
u/L
Mg/dL
Mg/dL
g/dl
mmol/L
mmol/L
mmol/L
10,0 15,0
20,0 40,0
60 140
4.5 5.9
70 - 110
< 31
< 34
0,6 1,1
< 50
3.5 5.2
136 145
3,3 5,1
1.17 1.29
uIU/mL
Pmol/L
Pmol/L
Non-reactive
0.50 8.90
3.00 8.00
10.30 34.70
Pemeriksaan
Warna
Kerjernihan
Berat Jenis
pH
Leukosit
Nitrit
Hasil
Yellow
Clear
1.019
6.5
Negatif
Negatif
Satuan
Rujukan
1.015
/ul
1.025
4.5 8.0
Negative
Negative
6
Protein
Glukosa
Keton
Urobilinogen
Bilirubin
Eritrosit
Epitel
Negatif
1000
Negatif
Normal
Negatif
Negatif
4-8
squamous
Epitel
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
/LPB
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
/LPB
Negatif
transisional
Epitel Bulat
Silinder hyalin
Silinder
0
-
/LPB
/LPK
/LPK
Negatif
03
Negative
granulated
Kristal
Yeast like cell
Induktivitas
0.1
0.0
13.4
/uL
/uL
M5/ccm
0.0 0.0
0.00
3.0 32.0
dengan
sitoplasma
sedikit.
Inti
bulat,
oval,
Kesimpulan:
malignancy
Thyroid kiri : Bethesda system kelas 4 : Folicullar
Neoplasma
Hasil USG Abdomen 24 Oktober 2016
Kesimpulan : Tak tampak abdominal metastase
Kesimpulan:
Tidak didapatkan pulmonal maupun intraabdominal metastase
II. ASSESSMENT
Tumor thyroid dekstra sinistra suspek malignancy
III. PLAN
Pro total thyroidektomi
Infus RL 20 tpm
Inj Ranitidin 50 mg/8 jam
Inj Ketorolac 30 mg/8 jam
TINJAUAN PUSTAKA
10
Fisiologi
Fungsi utama hormon tiroid T3 dan T4 adalah mengendalikan
aktivitas metabolik seluler. Kedua hormon ini bekerja sebagai alat
pacu umum dengan mempercepat proses metabolisme. Efeknya pada
kecepatan metabolisme sering ditimbulkan oleh peningkatan kadar
enzim-enzim spesifik yang turut berperan dalam konsumsi oksigen,
dan oleh perubahan sifat responsif jaringan terhadap hormon yang
lain. Hormon tiroid mempengaruhi replikasi sel dan sangat penting
bagi perkembangan otak. Adanya hormon tiroid dalam jumlah yang
adekuat juga diperlukan untuk pertumbuhan normal. Melalui efeknya
yang luas terhadap metabolisme seluler, hormon tiroid mempengaruhi
setiap sistem organ yang penting. 6 Kelenjar tiroid berfungsi untuk
mempertahankan tingkat metabolisme di berbagai jaringan agar
optimal
sehingga
mereka
berfungsi
normal.
Hormon
tiroid
perlambatan
perkembangan
mental
dan
fisik,
anterior.
Hal
tersebut
memungkinkan
hipofisis
12
Graves),
struma
nodosa
toksik,
pengobatan
1)
tindakan
medis
sementara
nodusa
akan
14
bilateral.
Struma
nodosa
unilateral
dapat
tiroid.
Penanganan
struma
lama
adalah
dengan
15
terutama
jenis
folikular
dan
jenis
berdiferensiasi
17
T (Tumor primer)
TO
Tx
T1
<1cm
T2
T3
18
N1
N1a
hanya ipsilateral
N1b
M (Metastasis jauh
Mx
jauh
M1
C. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Dalam anamnesis, perlu ditanyakan riwayat keluarga mengenai
keganasan tiroid jinak maupun ganas. Penyakit terdahulu yang
mengikutsertakan leher (iradiasi kepala dan leher saat masa anakanak), riwayat kehamilan, dan kecepatan onset dan tingkat pertumbuhan
benjolan di leher harus ditanyakan. Adanya benjolan di leher selama
masa kanak-kanak dan remaja harus diperhatikan karena memiliki
kemungkinan keganasan tiga sampai empat kali lebih besar daripada di
orang dewasa. Risiko kanker tiroid juga meningkat pada usia tua dan
laki-laki.
Pasien dengan nodul tiroid biasanya tidak terlalu tampak atau tidak
bergejala. Seringkali, tidak ada hubungan yang jelas antara gambaran
histologist dengan gejala pada pasien. Pada pasien dengan gejala,
riwayat penyakit lengkap penting ditanyakan. Pertumbuhan benjolan
19
2. Pemeriksaan fisik
Kanker tiroid terdiferensiasi yang berukuran kecil seringkali tidak
memiliki karakteristik yang mencurigakan pada pemeriksaan fisik.
Namun, nodul tiroid baik yang keras ataupun berbatas tegas, dominan
maupun
soliter
yang
dapat
dibedakan
dari
kelenjar
lainnya
melakukan inspeksi dan palpasi yang teliti dari kelenjar tiroid serta
kompartemen anterior dan lateral nodul pada leher.
Pemeriksaan kelenjar tiroid secara umum terdiri dari inspeksi, palpasi,
dan auskultasi. Pada inspeksi perlu diperhatikan apakah terdapat
pergeseran trakea. Untuk dapat melihat kelenjar tiroid dengan jelas,
pasien diminta untuk sedikit mendangak, kemudian perhatikan daerah
dibawah kartilago krikoid. Minta pasien untuk menelan, perhatikan
gerakan ke atas kelenjar tiroid, simetrisitas, dan konturnya. Palpasi
kelenjar tiroid dilakukan dengan pemeriksa berdiri di belakang pasien.
Pasien diminta mendangak. Jari-jari kedua tangan diletakan di leher
pasien tepat dibawah kartilago krikoid. Minta pasien untuk menelan,
rasakan gerakan isthmus yang naik ke atas, tetapi tidak selalu teraba.
Geser trakea ke kanan dengan jari-jari tangan kiri. Jari-jari tangan
kanan meraba lobus kanan pada ruang diantara trakea dan
sternomastoid. Temukan lateral margin. Dengan cara yang sama,
periksa lobus kiri. Pada massa di tiroid pelaporan terdiri dari adalah
lokasi, konsistensi, ukuran nodul, ketegangan leher, nyeri, dan
adenopati servikal.
21
3. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Kadar TSH (Thyroid Stimulating Hormone) yang rendah
dihubungkan dengan berkurangnya kemungkinan keganasan
sehingga tidak perlu dilakukan pemeriksaan sitologi karena
insiden keganasan sangat rendah.3
b.
Pencitraan
Ultrasonografi resolusi tinggi merupakan tes yang paling sensitif
untuk mendeteksi lesi tiroid, mengetahui dimensi, struktur, dan
mengevaluasi perubahan difus pada kelenjar tiroid. Jika hasil
palpasi normal, ultrasonografi hanya dilakukan jikan ada faktor
risiko keganasan. Jika ditemukan pada pemeriksaan fisik
adenopati
leher
yang
mencurigakan,
perlu
dilakukan
22
ultrasonografi
perlu
dilakukan
untuk
membantu
minim
atau
tidak
ada),
batas
irregular
atau
Tumor
berukuran
besar
dengan
perubahan
saraf
laring
jarang
ditemukan
tetapi
limfa
tanpa
hilum,
perubahan
kistik,
dan
23
24
Prosedur terakhir
dipengaruhi oleh operator, aspirasi yang baik, dan dinilai oleh ahli sitologi
berpengalaman.
Keterbatasan FNAB yaitu tidak mampu membedakan neoplasma
sel folikuler dan sel Hurthle jinak atau ganas, karena keduanya mirip.
Keduanya bisa dibedakan dari ada atau tidak invasi kapsul atau invasi
vaskular pada pemeriksaan histopatologis sediaan dari operasi.
d. Biopsi patologi anatomi
Pemeriksaan biopsi patologi anatomi atau disebut juga dengan biopsi
insisional merupakan metode diagnostik pilihan dan merupakan gold
standard dalam menentukan jenis nodul tiroid. Pemeriksaan ini bersifat
invasif dengan mengambil sebagian jaringan untuk kemudian diperiksa
menggunakan mikroskop oleh ahli sitologi.
Kelebihan teknik biopsi dibandingkan dengan biopsi aspirasi jarum halus
adalah biopsi insisi dapat memperoleh hasil lebih luas dan memperoleh
sampel berupa jaringan sehingga didapatkan hasil yang lebih sensitif dan
spesifik. Kelemahan dari teknik ini adalah karena memerlukan proses yang
lebih rumit dan biaya yang lebih besar.
Pada pemeriksaan makroskopis, karsinoma papilifer berupa suatu
neoplasma
keputihan
invasif
dengan
ill-defined
margin.
Secara
dengan lekukan
26
atau
pertumbuhan
folikuler
(biasanya
menghasilkan
dapat bervariasi,
biasanya
pola
27
yang
luas,
dan
adanya
infiltrasi.
Pada
pengecatan
28
29
DAFTAR PUSTAKA
Tortora G J, Bryan D. Principles of anatomy and physiology. 12th. River street:
John Wiley & Sons Inc; 2009.p.658-61.
2 Marieb E N, Hoehn K. Human anatomy & physiology. 7 th ed. Boston: BenjaminCummings Publishing Company; 2007. [e-book]
3 Gharib H, Papini E, Paschke R, Duick D S, Valcavi E, Hegediis L, et al.
Association medical guidelines for clinical practice for the diagnosis and
management of thyroid nodules. Endocr Pract. 2006; 12 (1): 63-102.
4 Cooper D S, Doherty G M, Haugen B R, Kloos R T, Lee S L, Mandel S J, et al.
Revised American thyroid association management guidelines for patients with
thyroid nodules and differentiated thryroid cancer. Thyroid. 2009; 19 (1): 1-48.
5 Bickley L S. Bates guide to physical examination and history taking. 11 ed.
Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins; 2013. P.252-3.
6 British thyroid association. Guidelines for the management of thyroid cancer.
2nd ed. Report of the thyroid cancer guidelines update group. London: Royal
Collage of Physicians, 2007.
7 R. Sjamsuhidajat, Karnadihardja W, Prasetyono TOH, Rudiman R. Buku Ajar
Ilmu Bedah. 1st. Jakarta: EGC; 2012.p807-11.
8 Acosta J, et al. Sabiston Textbook of Surgery. 18th. USA: Elsevier Saunders;
2007.chap.36.
9 Sjamsuhidajat R, de Jong W. 2005. Buku Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 691-695.
10 Tjindarbumi. 2011. Karsinoma tiroid, dalam: kumpulan kuliah ilmu bedah.
Jakarta: Binarupa Aksara; page: 366-376.
1
30