Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung, dan pembuluh darah. Sedangkan
menurut WHO tahun 1980 dikatakan bahwa diabetes melitus merupakan sesuatu
yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tapi secara
umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomi dan kimiawi
yang merupakan akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi insulin
absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin.2-4
Secara umum, diabetes melitus (DM) terbagi atas DM tipe 1 dimana tubuh
kekurangan hormon insulin atau sering disebut Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (IDDM), DM tipe 2 dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat
berfungsi dengan semestinya atau istilahnya Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM), serta DM tipe lain yang banyak ditemukan di daerah tropis
dan negara berkembang.2,3,5
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia (2003) diperkirakan
penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun sebesar 133 juta jiwa. Dengan
prevalensi DM pada daerah urban sebesar 14,7 % dan daerah rural sebesar 7,2%,
1
maka jumlah penyandang DM tahun 2003 sekitar 8,2 juta di daerah urban dan 5,5
juta di daerah rural.3 Meningkatnya prevalensi diabetes melitus di beberapa negara
berkembang,terjadi akibat peningkatan kemakmuran di negara bersangkutan.6
Di Indonesia sendiri prevalensi DM tipe 1 secara pasti belum diketahui,
tetapi diakui memang sangat jarang. Lain halnya dengan DM tipe 2 yang meliputi
lebih dari 90% dari semua populasi diabetes, dimana faktor lingkungan sangat
berperan.7
Berbagai penelitian epidemiologi menunjukan adanya kecenderungan
peningkatan angka insiden dan prevalensi DM tipe 2 di berbagai penjuru dunia.
WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang diabetes yang cukup
besar untuk tahun-tahun mendatang. Untuk Indonesia, WHO memprediksi
kenaikan jumlah pasien dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta
tahun 2030.3
Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur
hidup. Dalam pengelolaan penyakit tersebut selain dokter, perawat, ahli gizi serta
tenaga kesehatan lain, peran pasien dan keluarga menjadi sangat penting. Edukasi
kepada pasien dan keluargnya guna memahami lebih jauh tentang perjalanan
penyakit DM, pencegahan, penyulit DM, dan penatalaksanaannya akan sangat
membantu meningkatkan keikutsertaan mereka dalam pengobatan.3
Modalitas yang ada dalam penatalaksanaan DM terdiri dari; pertama terapi
non farmakologis yang meliputi perubahan gaya hidup dengan melakukan
pengaturan pola makan yang dikenal sebagai terapi gizi medis, meningkatkan
aktivitas jasmani dan edukasi berbagai masalah yang berkaitan dengan penyakit
diabetes yang dilakukan secara terus menerus, kedua terapi farmakologis, yang
meliputi pemberian obat anti diabetes oral dan injeksi insulin. Terapi farmakologis
ini pada prinsipnya diberikan jika penerapan terapi non farmakologis yang telah
dilakukan tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah sebagaimana
diharapkan. Namun dengan tidak meninggalkan terapi non farmakologis yang
sebelumnya telah diberikan.8
Mengingat meningkatnya jumlah penderita diabetes melitus, dan tingginya
angka perawatan yang sebagian besar disebabkan oleh adanya komplikasi, maka
upaya yang paling baik selain pengobatan adalah pencegahan. Menurut WHO
2
tahun 1994, upaya pencegahan pada diabetes dapat dilakukan melalui 3 jenis atau
tahap, yaitu pencegahan primer, sekunder, dan tersier. 6
Dalam menjalankan upaya pencegahan tersebut, tentunya diperlukan suatu
strategi yang efisien dan efektif untuk mendapatkan hasil yang optimal. Dua
macam
strategi
yang
dapat
dijalankan
yaitu
strategi
pendekatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Pankreas
2.1.1
Anatomi Pankreas
Secara anatomis, pankreas terdiri dari caput, corpus, cauda, dan proc.
metabolisme glukosa, lipid dan protein secara normal. Selain itu, pankreas juga
menyekresi hormon-hormon lain seperti amilin, somatostatin dan polipeptida.
Pankreas terdiri atas dua jenis jaringan utama, yaitu :
a. Asini
Mensekresikan enzim pencernaan ke dalam duodenum. Enzim enzim
tersebut berfungsi untuk mencerna 3 jenis makanan utama yaitu karbohidrat,
protein, dan lemak. Enzim-enzim tersebut adalah:
Enzim proteolitik (tripsin, kimotripsin, dan karboksipolipeptidase.
Tripsin dan kimotripsin fungsinya untuk memisahkan protein yang
dicerna menjadi peptida, tapi tidak menyebabkan pelepasan asam asam
amino tunggal. Karboksipolipeptidase untuk memecah beberapa peptida
menghidrolisis
b. Endokrin
Fungsi endokrin kelenjar pankreas diperankan sel , sel , sel , dan sel F
(polopeptida pancreas) terdiri atas 4 sel oleh pulau langerhans.
Sekresi sel sel ini berupa hormon yang akan langsung diangkut melalui
pembuluh darah.
Alpha Sel 25% Glukagon
Beta Sel 60% Insulin dan Amylin
Delta Sel 10% Somatostatin
PP Sel Pancreatic Polipeptide
5
kehadiran
AIR
yang
cepat
serta
adekuat
perlu
untuk
Sel hati
glukoneogenesis
glikogenolisis
glikolisis
glikogenesis
Lemak
lipogenesisi
lipolisis
Protein
Sel lemak
ambilan glukosa
sintesis gliserol
sintesis triglaserida
sintesis asam lemak
lipolisis
pemecahan protein -
Otot
ambilan glukosa
glikolisis
glikogenesis
ambilan as.Amino
sintesis protein
2.4 Patogenesis
Patogenesis diabetes melitus tipe 1
Tidak adanya insulin pada DM tipe 1 dikarenakan jenis DM ini merupakan
suatu reaksi autoimun. Pada individu yang rentan (susceptible) terhadap DM tipe
1, terdapat adanya ICA ( Islet Cell Antibody) yang meningkat kadarnya apabila
terdapat faktor pencetus seperti infeksi virus, diantaranya virus cocksakie, rubella,
CMV, herpes, dan lain-lain hingga timbul peradangan pada sel beta (insulitis)
10
yang akhirnya menyebabkan kerusakan permanen sel beta. Yang diserang pada
insulitis ini biasanya hanya sel beta, sedangkan sel alfa dan delta relatif utuh.4
12
dan gen GLUT4 (protein transporter yang membantu transpor glukosa di sebagian
besar jaringan tubuh) di jaringan adipose.
Patogenesis diabetes melitus tipe 2
Patogenesis DM tipe 2 ditandai dengan adanya resistensi insulin perifer,
gangguan hepatic glucose production, dan penurunan fungsi sel beta yang
akhirnya menuju kerusakan total sel beta.4
DM tipe 2 adalah hasil dari gabungan resistensi insulin dan sekresi insulin
yang tidak adekuat, hal tersebut menyebabkan predominan resistensi insulin
sampai dengan predominan kerusakan sel . Kerusakan sel yang ada bukan
suatu autoimun mediated. Pada resistensi insulin, konsentrasi insulin yang beredar
mungkin tinggi tetapi pada keadaan gangguan fungsi sel yang berat
konsentrasinya dapat rendah.
Beberapa etiologi kegagalan fungsi sel beta yang terjadi pada DM tipe 2,
yaitu:4
a.
b.
Glukotoksisitas
Kadar gula darah yang berlangsung lama menyebabkan peningkatan stress
oksidatif, IL-1 dan NF-kB mengakibatkan apoptosis sel beta.
Lipotoksisitas
Peningkatan asam lemak bebas yang berasal dari jaringan adipose dalam
proses lipolysis akan mengalami metabolism non oksidatif menjadi
c.
akan
meningkat,
karena
itu
sel
beta
akan
berusaha
13
destruksi sel-
15
adalah untuk merangsang rasa lapar. Oleh karena itu, kadar insulin yang
lebih tinggi mengakibatkan peningkatan rasa lapar dan makan.
4. Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
Gejala tidak khas lain yang mungkin dikemukakan oleh pasien, yaitu:2,4,11
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
Cepat lelah
Kesemutan
Gatal
Penglihatan kabur
Mudah mengantuk
Luka sulit sembuh
Disfungsi ereksi pada pria
Pruritus vulva pada wanita
2.7 Diagnosis
Alur penegakkan diagnosis DM
Keluhan klinis
diabetes
GDP
>126
<126
GDP
>126
110-125
GDS
>200
<200
GDS
>200
110-199
< 100
GDP
>126
<126
GDS
>200
<200
TTGO
GD 2 jam
>200
16
140-199
<140
Diabetes Melitus
- Evaluasi status gizi
- Evaluasi penyulit DM
-Evaluasi dan Perencanaan Makan
sesuai Kebutuhan
TGT
GDPT
Normal
Nasihat umum
Perencanaan Makan
Latihan Jasmani
Berat ideal
- Belum
perlu
obat
Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa
darah.
penurun
glukosa
Dalam menentukan diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan darah yang
diambil dan cara pemeriksaan yang di pakai. Untuk diagnosis, pemeriksaan yang
dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan
darah plasma vena. Untuk memastikan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah
seyogyanya dilakukan di laboratorium klinik yang terpecaya (yang melakukan
program pemantauan kendali mutu secara teratur). Walaupun demikian sesuai
dengan kondisi setempat dapat juga dipakai bahan darah utuh(whole blood), vena
ataupun kalpiler dengan memperhatikan angka-angka kriteria diagnostic yang
berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Untuk pemantauan hasil pengobatan dapat
diperiksa glukosa darah kapiler.2,4
Ada perbedaan antara uji diagnostic DM dan pemeriksaan penyaringan.
Uji diagnostic DM dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala/tanda DM,
sedangkan pemeriksaan penyaringan bertujuan untuk mengidentifikasi mereka
yang tidak bergejala, yang mempunyai risiko DM. serangkaian uji diagnostic akan
dilakukan kemudian pada mereka yang hasil pemeriksaan penyaringannya positif,
untuk memastikan diagnosis defenitif.2,4
Untuk kelompok risiko tinggi yang hasil pemeriksaan penyaringnya
negatif, pemeriksaan penyaring ulang dilakukan tiap tiga tahun. Sedangkan bagi
mereka yang berusia > 45 tahun tanpa faktor risiko, pemeriksaan penyaring dapat
dilakukan setiap 3 tahun.2
17
Belum pasti DM
DM
110-199
90-199
200
200`
110-125
90-109
126
110
Puasa paling sedikit 8 jam mulai malam hari sebelum pemeriksaan, minum air
putih diperbolehkan
Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak
merokok.2,-4
Indeks penentuan derajat kerusakan sel beta. Hal ini dapat dinilai dengan
pemeriksaan kadar insulin, pro-insulin, dan sekresi peptide penghubung (cpeptida). Nilai-nilai glycosilated hemoglobin, nilai derajat glikosilasi dari
protein lain dan tingkat gangguan toleransi glukosa juga bermanfaat untuk
19
2.8 Tatalaksana
Dalam mengelola diabetes melitus untuk jangka pendek tujuannya adalah
menghilangkan gejala dari Dm tersebut dan mempertahankan rasa nyaman dan
sehat. Sedangkan untuk jangka panjang, tujuannya yaitu mencegah penyulit, baik
makroangiopati,
mikroangipati
maupun
neuropati,
dengan
tujuan
akhir
gram/hari
Pada keadaan kadar glukosa darah yang terkontrol asupan
gram.
Jika terdapat komplikasi kardiovaskular, maka sumber protein
nabati lebih dianjurkan dari protein hewani
Lemak
Energi = 9 kilokalori per gramnya
Batasi konsumsi asam lemak jenuh maks 10 % dari kebutuhan
22
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut,
dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan berat badan idaman.
Untuk penentuan status gizi dapat dipakai Indeks Massa Tubuh (IMT) atau rumus
brocca.3,11
IMT = BB (kg)/TB(m2)
Klasifikasi IMT yaitu :
penentuan status gizi memanfaatkan rumus Broca, yaitu: Berat Badan Idaman
(BBI) = (TB-100) - 10%
Status gizi:
23
24
adalah yang bersifat aerobic, misalnya berjalan kaki, sepeda santai, jogging, dan
berenang.3,4,11
d. Intervensi farmakologis
Terapi farmakologis pada pasien DM dapat berupa OHO (obat hipoglikemik
oral) maupun insulin. Diabetes tipe 1 hanya bisa diobati dengan insulin tetapi tipe
2 dapat diobati dengan obat oral. Jika pengendalian berat badan dan berolahraga
tidak berhasil maka dokter kemudian memberikan obat yang dapat diminum (oral)
atau menggunakan insulin. Berikut ini pembagian terapi farmakologi untuk
diabetes, yaitu :
OHO (obat hipoglikemik oral)3,4,12
1. Golongan sekretagogik insulin (pemicu sekresi insulin)
a) Sulfonilurea
Obat golongan ini memiliki efek utama meningkatkan sekresi insulin
oleh sel beta pankreas, dan merupakan pilihan utama untuk pasien
dengan berat badan normal dan kurang, namun masih boleh diberikan
kepada pasien dengan berat badan lebih.
Golongan sulfonilurea seringkali dapat menurunkan kadar gula darah
secara adekuat pada penderita diabetes tipe II, tetapi tidak efektif pada
diabetes tipe 1. Contohnya adalah glipizid, gliburid, tolbutamid dan
klorpropamid. Obat ini menurunkan kadar gula darah dengan cara
merangsang pelepasan insulin oleh pancreas dan meningkatkan
efektivitasnya.
Untuk menghindari hipoglikemi berkepanjangan pada berbagai keadaan
seperti orang tua, gangguan fungsi faal ginjal dan hati, kurang nutrisi
serta penyakit kardiovaskular, tidak dianjurkan penggunaan sulfonilurea
kerja panjang.
b) Glinid
25
26
Harus diketahui betul lama kerja dan efek samping obat tersebut.
27
28
INSULIN
Secara keseluruhan 20-25% pasien dengan DM tipe 2 akan memerlukan
insulin di kemudian hari untuk mengendalikan kadar glukosa darahnya. Untuk
pasien yang sudah tidak bisa dikendalikan kadar glukosa darahnya dengan
kombinasi OHO maka langkah berikutnya adalah pengobatan dengan insulin.4,12
29
Pada DM tipe 2 akan membutuhkan insulin apabila terapi jenis lain tidak
dapat mencapai target pengendalian glukosa darah, keadaan stress berat
seperti infeksi berat, tindakan bedah, IMA ataupun stroke.
Ketoasidosis diabetik
Sebelum menyuntikan insulin, kedua tangan dan daerah yang akan disuntik
haruslah bersih.
Tutup vial insulin harus diusap dengan isopropil alcohol 70%.
31
dapat
mengurangi
gelembung
tersebut.
Gelembung
tersebut
samping
menyebabkan
utama
insulin
kerusakan
otak.
adalah
Terapi
hipoglikemia.
insulin
Ini
dapat
intensif
dapat
menimbulkan
hipoglikemia.
Dapat
menimbulkan
hiperglikemia
Baik
80-109
80-144
<6,5
<200
<100
>45
<150
18,5-22,9
<130/80
33
Sedang
110-125
145-179
6,5-8
200-239
100-129
Buruk
126
180
>8
240
130
150-199
23-25
130-140/80-90
200
>25
> 140/90
Gambar 3. Komplikasi DM
Komplikasi yang terjadi pada kasus DM dapat bersifat akut maupun kronis
Akut
a. Hipoglikemi
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah (glukosa)
dibawah harga normal. Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula
darah antara 70-110 mg/dL. Pada diabetes, kadar gula darah terlalu tinggi; pada
hipoglikemia, kadar gula darah terlalu rendah. Kadar gula darah yang rendah
menyebabkan berbagai sistem organ tubuh mengalami kelainan fungsi.14,15
Otak merupakan organ yang sangat peka terhdap kadar gula darah yang
rendah karena glukosa merupakan sumber energi otak yang utama. Otak
memberikan respon terhadap kadar gula darah yang rendah dan melalui sistem
saraf, merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan epinefrin (adrenalin). Hal
ini akan merangsang hari untuk melepaskan gula agar kadarnya dalam darah tetap
terjaga. Jika kadarnya menurun, maka akan terjadi gangguan fungsi otak.15
Penyebab tersering hipoglikemia pada pasien DM yaitu akibat OHO
golongan sulfonilurea, hipoglikemi ini dapat berlangsung lama sehingga harus
diawasi sampai seluruh obat di ekskresi dan waktu kerja obat telah habis. Waktu
pengawasannya bisa berlangsung 24-72 jam, terutama pada pasien dengan gagal
ginjal kronis.3,14
34
35
KAD terjadi saat sel-sel otot sangat kekurangan energi, sehingga terjadi
pemecahan lemak sebagai sumber energi menyebabkan ada benda-benda
keton.
Dapat disebabakan oleh stress atau suatu penyakit, seperti IMA, pankreatitis
akut
36
dengan insulin
Pada pasien DM yang lupa memakai Insulin, mencoba menghentikan atau
asidosis. Benda keton utama adalah asam asetoasetat (AcAc) dan 3 beta hidroksi
butirat (3HB); dalam keadaan normal kadar 3HB meliputi 75-85% dan aseton
darah merupakan benda keton yang tidak begitu penting. Meskipun sudah tersedia
bahan bakar tersebut sel-sel tubuh masih tetap lapar dan terus memproduksi
glukosa. Hanya insulin yang dapat menginduksi transpor glukosa ke dalam sel,
memberi signal untuk proses perubahan glukosa menjadi glikogen , menghambat
lipolisis pada sel lemak (menekan pembentukan asam lemak bebas), menghambat
glukoneogenesis pada sel hati serta mendorong proses oksidasi melalui siklus
Krebs dalam mitokondria sel. Melalui proses oksidasi tersebut akan dihasilkan
adenin trifosfat (ATP) yang merupakan sumber energi utama sel.16
Resistensi insulin juga berperan dalam memperberat keadaan defisiensi
insulin relatif. Meningkatnya hormon kontra regulator insulin, meningkatnya
asam lemak bebas, hiperglikemia, gangguan keseimbangan elektrolit dan asambasa dapat mengganggu sensitivitas insulin.16
Sekitar 80% pasien KAD adalah pasien DM yang sudah di kenal.dan ini
sangat membantu untuk mengenalai KAD akan lebih cepat sebagai komplikasi
akut KAD dan segera mengatasinya. Pada pasien KAD di jumpai pernafasan
cepat dan dalam (kussmaul), derajat dehidrasi (turgor kulit berkurang,lidah dan
bibir kering), kadang kadang di sertai hipovolimia sampai syok dan bau aseton
dari nafas tidak terlalu tercium.16
Aretaeus menjelaskan gambaran klinis KAD sebagai berikut, keluhan
poliurin dan polidipsi. Sering kali terdapat riwayat menghentikan insulin, demam
atau infeksi. Muntah-muntah merupakan gejala yang sering di temui terutam pada
anak, dan dapat pula di jumpai nyeri perut yang menonjol hal itu berhubungan
dengan dilatasi lambung.16
Derajat kesadaranya dapat di jumpai mulai dari kompos mentis, delirium
atau depresi sampai koma. Infeksi merupakan faktor pencetus yang paling sering.
Infeksi yang paling sering di temukan ialah infeksi saluran kemih dan pneumonia,
walaupun begitu kebanyakan pasien tak mengalami demam. Bila di jumpai
adanya nyeri abdomen, perlu di fikirkan kemungkinan kolesistisis, iskemia usus,
apendistis, diverkulitis, atau perforasi usus.bila pada pengobatan pasien tidak
38
Menekan lipolisis sel lemak dan menekan glukoneogenesis sel hati dengan
pemberian insulin
39
Ada 6 hal yang harus diberikan 5 diantaranya ialah cairan, garam, insulin, kalium,
glukosa dan yang sangat menentukan adalah asuhan keperawatan.16
Cairan
Untuk mengatasi dehidrasi digunakan larutan garam fisiologis. Pada jam
pertama diberikan 1-2 liter, jam ke 2 diberikan 1 liter dan selanjutnya
sesuai protocol.
Tujuannya ialah untuk memperbaiki perfusi jaringan dan menurunkan
hormone kontraregulator insulin, menurunkan kadar gula darah dan
memperbaiki prfusi ginjal.. Bila kadar glukosa kurang dari 200 mg% maka
perlu diberikan larutan yang mengandung glukosa(dekstrosa 5% / 10%)
Insulin
Terapi insulin harus segera dimulai sesaat setelah diagnosis KAD dan
rehidrasi yang memadai. Pemberian insulin akan menurunkan konsentrasi
hormone glucagon, sehingga dapat menekan produksi benda keton di hati,
pelepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak, pelepasan asam amino
dari jaringan otot dan meningkatkan utilisasi glukosa oleh jaringan.
Tujuan pemberian insulin di sini bukan hanya untuk mencapai konsentrasi
glukosa normal, tetapi untuk mengatasi keadaan ketonemia. Oleh karena
itu, bila konsentrasi glukosa kurang dari 200 mg%, insulin diteruskan dan
untuk mencegah hipoglikemia diberi cairan mengandunmg glukosa sampai
asupan kalori oral pulih kembali.
Efek kerja insulin terjadi dalam beberapa menit setelah berikatan dengan
reseptor. Kemudian reseptor yang telah berikatan akan mengalami
internalisasi dan insulin akan mengalami destruksi. Dalam keadaan
hormone kontraregulator masih tinggi dalam darah, dan untuk mencegah
terjadinya lipolisis dan ketogenesi, pemberian insulin tidak boleh
dihentikan tiba-tiba dan perlu dilanjutkan beberapa jam setelah koreksi
40
Kalium
Ion kalium terutama terdapat pada intraseluler dan pada keadaan KAD
biasanya konsentrasi ion K serum meningkat. Hal ini membuat ion K
bergerak ke luar sel yang selanjutnya dikeluarkan melalui urin.
Total deficit ion K yang terjadi selama KAD diperkirakan mencapai 3-5
mEq/kg BB. Selama terapi ion K akan kembali ke dalam sel. Untuk
mengantisipasi masuknya ion K ke dalam sel serta mempertahankan
konsentrasi K serum dalam batas normal, perlu pemberian Kalium. Pada
pasien tanpa gagal ginjal serta tidak ditemukan gelombang T yang lancip
dan tinggi pada elektrokardiogram, pemberian kalium segera dimulai
setelah jumlah urin cukup adekuat.
Jika tidak dijumpai gangguan miksi maka sejak awal pasien sudah harus
mendapat kalium yaitui 40 mEq/L (BB<30Kg) atau 80 mEq/L (BB>30
Kg)
Glukosa
Setelah rehidrasi awal 2 jam pertama, biasanya konsentrasi glukosa darah
akan menurun. Selanjutnya dengan pemberian insulin diharapkan terjadi
penurunan konsentrasi glukosa sekitar 60 mg%/ jam. Jika konsentrasi
glukosa mencapai < 200 mg% maka dapat dimulai infuse mengandung
glukosa.
Bikarbonat
Pemberian bikarbonat hanya dianjurkan pada KAD yang berat. Adapun
alas an keberatan pemberian bikarbonat adalah :
1. Menurunkan pH intraseluler akibat difusi CO2 yang dilepas bikarbonat
2. Efek negative pada dissosiasi oksigen di jaringan
3. Hipertonis dan kelebihan natrium
4. Meningkatkan insidens hipokalemia
5. Gangguan fungsi serebral dan
6. Terjadi alkaliemia bila bikarbonat terbentuk dari asam keton
Saat ini bikarbonat hanya diberikan bila pH kurang dari 7,1 walaupun
demikian komplikasi asidosis laktat dan hiperkalemia yang mengancam
tetap merupakan indikasi pemberian bikarbonat.
41
mengakibatkan
kegagalan
pada
kemampuan
ginjal
dalam
sel otot dan lemak, ketidakmampuan menyimpan glukosa sebagai glikogen pada
otot dan hati, serta stimulus glukagon pada sel hati untuk glukogenesis
mengakibatkan semakin naiknya kadar glukosa darah. Pada keadaan dimana
insulin tidak mencukupi, maka besarnya kenaikan kadar glukosa darah juga
tergantung dari status hidrasi dan masukan karbohidrat oral.17
Hiperglikemia mengakibatkan timbulnya diuresis
osmotik,
dan
fisik ditemukan tanda-tanda dehidrasi berat seperti turgor yang buruk, mukosa
pipi yang kering, mata cekung, ekstremitas dingin dan denyut nadi yang cepat
dan lemah. Dapat ditemukan distensi abdomen jika terjadi gastroparesis.14,17
Perubahan status mental berkisar dari disorientasi dampai koma. Koma
terjadi jika serum telah mencapai > 350 mOsm per kg. Secara klinis HHNK sulit
dibedakan dengan KAD terutama bila hasi laboratorium seperti kadar glukosa
darah, keton, dan analisa gas darah belum ada hasilnya. Berikut beberapa gejala
yang dapat menjadi pegangan, yaitu :14,17
- Sering ditemukan pada usia > 60 tahun
- Hampir semua pasien tak memiliki riwayat DM atau DM tanpa insulin
- Mempunyai penyakit dasar lain, seperti ginjal atau kardiovaskular,
-
44
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan HHNK meliputi beberapa pendekatan, yaitu :14,17
1. Rehidrasi cairan
Pertimbangkan defisit cairan. Cairan yang bisa diberikan yaitu cairan
isotonic maupun hipotonic. Sebaiknya untuk awal diberikan 1L normal
saline/jam sampai ciran intravaskular dan perfusi jaringan mulai
membaik, kemudian pertimbangkan kekurangannya dan diberikan dalam
12-48 jam. Hati-hati pemberian cairan isotonis pada pasien dengan gagal
jantung, penyakit ginjal, atau hipernatremia. Glukosa 5% bisa diberikan
saat kadar gula sekitar 200-250 mg/dL.
2. Elektrolit
Kadar kalium harus terus dipantau dan irama jantung juga harus di
monitor. Jika kadar kalium < 3,3 mEq/L, pemberian insulin ditunda dan
diberikan kalium. Sedangkan jika kadar kalium > 5,0 mEq/L harus
diturunkan.
3. Insulin
Terlebih dahulu berikan cairan yang adekuat. Jika insulin diberikan
sebelum pemberian cairan, maka cairan akan berpindah ke intrasel dan
berpotensi menyebabkan perburukan hipotensi, kolaps vaskular atau
kematian. Insulin sebaiknya diberikan bolus IV awal 0,15 U.kgBB dan
diikuti drip 0,1 U/kgBB perjam sampai kadar glukosa darah turun antara
250-300 mg/dL. Jika kadar glukosa darah tidak turun 50-70 mg/dL
perjam maka dosis insulin dapat ditingkatkan.
Kronis4,11
a. Makroangiopati
Misalnya seperti stroke, penyakit jantung dan pembuluh darah perifer
(terutama kaki )
Penyakit serebrovaskuler
Perubahan
aterosklerotik
dalam
pembuluh
darah
serebral
atau
b. Mikroangiopati
Misalnya seperti retinopati, nefropati dan neuropati.
Retinopati diabetik
Kelainan patologis mata yang disebut retinopati diabetik disebabkan oleh
perubahan dalam pembuluh-pembuluh darah kecil pada retina mata. Ada
tiga stadium utama retinopati: retinopati nonproliferatif (background
retinopathy), praproliferatif dan retinopati proliferatif. Sebagian besar
pasien diabetes mengalami retinopati nonproliferatif dengan derajat
tertentu dalam waktu 5 hingga 15 tahun setelah diagnosis diabetes
ditegakkan.
Nefropati
Penyakit diabetes turut menyebabkan kurang lebih 25% dari pasienpasien dengan penyakit ginjal stadium terminal yang memerlukan
dialysis atau tranplantasi setiap tahunnya di Amerika Serikat.
Penyandang diabetes memiliki risiko sebesar 20% hingga 40% untuk
menderita penyakit renal.
Neuropati diabetes
Neuropati dalam diabetes mengacu kepada sekelompok penyakit yang
menyerang semua tipe saraf, termasuk saraf perifer (sensorimotor),
otonom dan spinal. Kelainan tersebut tampak beragam secara klinis dan
bergantung pada lokasi sel saraf yang terkena. Prevalensi neuropati
46
organ.
Mencegah terjadinya kecacatan di sebabkan oleh karena kegagalan organ
atau jaringan.
2.11 Prognosis
Latihan dan penurunan berat badan membuat tubuh lebih sensitif terhadap
tindakan insulin dan dengan demikian membantu untuk mengontrol kadar glukosa
darah. Hasil yang menguntungkan dengan pengaturan kadar glukosa darah yang
baik dan sesuai dengan rejimen perawatan diri direkomendasikan. Pengembangan
komplikasi negatif akan mempengaruhi hasil. Diabetes terkait, kebutaan, penyakit
ginjal, dan amputasi dapat mengakibatkan cacat permanen.3,4
48
Meskipun diabetes tipe 2 adalah kondisi, kronis progresif dengan belum bisa
disembuhkan, kondisi tersebut dapat secara efektif dikelola dengan pendidikan
pasien dan teratur, perawatan medis yang sesuai.3,4
BAB III
PENUTUP
Jumlah pasien diabetes dalam kurun waktu 25-30 tahun yang akan datang
akan sangat meningkat akibat peningkatan kemakmuran, perubahan pola
demografi dan urbanisasi. Di samping itu juga karena pola hidup yang akan
berubah menjadi pola hidup berisiko. Pencegahan baik primer, sekunder maupun
tersier merupakan upaya yang paling tepat dalam mengantisipasi ledakan jumlah
ini, dengan melibatkan berbagai pihak yang terkait seperti pemerintah, LSM,
guru-guru dan lain-lain. Dari segi teknis, karena cakupannya sangat luas dalam
pelaksanaannya perlu dibantu oleh para penyuluh diabetes yang terampil.
49
DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, Riset Kesehatan dasar
(Riskesdas 2013). Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2013.
2. Gustaviani, Reno. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus dalam Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI;
2007. Hal 1857-1859
3. Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia.
Konsesnsus
Pengelolaan
dan
50
51