You are on page 1of 12

Penyebab penyebab Kelainan Bawaan

dan Pencegahannya
Agnes Yuditha Putriningtyas
102012450
B6
Agnes.yuditha@yahoo.com
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana
Jalan Arjuna Utara No 6, Jakarta Barat 11510

Pendahuluan
Tidak semua persalinan membuahkan hasil sesuai dengan yang diinginkan, adakalanya bayi
lahir

dengan

kelainan

bawaan,

yaitu

kelainan

yang

diperoleh

sejak

bayi

di

dalam

kandungan.Pemeriksaan tentang kelainan kongenital selama janin masih dalam kandungan ibu

meningkat pesat dalam 2 dekade terakhir ini.Diagnosis prenatal sangat membantu klinisi
untuk menjelaskan sebab-sebab terjadinya kelainan kongenital, macam kelainan dan
mempersiapkan hal-hal yang diperlukan setelah bayi lahir.Diagnosis prenatal juga membantu
dalam tatalaksana selama kehamilan, persalinan dan tatalaksana pada bayi setelah persalinan.
Etiologi dari kelainan bawaan pada bayi adalah genetik dan non genetik.1

Kelainan Bawaan
Kelainan kongenital adalah kelainan pada struktur, fungsi, maupun metabolisme
tubuh yang di temukan pada bayi ketika bayi dilahirkan. Kelainan dalam pertumbuhan
struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasiI konsepsi sel telur. Kelainan kongenital dapat
merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah lahir.
Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering diakibatkan oleh kelainan
kongenital yang cukup berat, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alam terhadap
kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan.Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenitaI
besar, umumnya akan dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai
bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi berat lahir rendah dengan kelainan kongenital
berat, kira-kira 20%

meninggal dalam minggu pertama kehidupannya. Disamping


1

pemeriksaan fisik, radiologik dan laboratorik untuk menegakkan diagnose kelainan


kongenital setelah bayi lahir, dikenal pula adanya diagnosisi pre/- ante natal kelainan
kongenital dengan beberapa cara pemeriksaan

tertentu

misalnya

pemeriksaan

ultrasonografi, pemeriksaan air ketuban dan darah janin.


Anamnesis
Beberapa hal yang harus ditanyakan pada saat melakukan anamnesis pada pasien adalah:
a. Riwayat Obstetri Sebelumnya

Gravid (G)
Merupakan jumlah total kehamilan, termasuk kehamilan intrauterinnormal dan
abnormal, aborsi, kehamilan ektopik, dan mola hidatiform. Kehamilan ganda
dihitung 1.

Paritas (P)
Merupakan kelahiran bayi dengan berat >500 g, baik hidup atau mati.Jika
beratnya tidak diketahui, gunakan usia gestasi24 minggu.Kehamilan ganda
tetap dihitung 1. Nullipara artinya belum melahirkan bayi dengan berat >500 g
atau usia gestasi24 minggu.

Abortus (A)
Merupakan terminasi kehamilan pada usia gestasi usia gestasi <24minggu atau
berat janin <500 g.2

b. Riwayat melahirkan preterm sebelumnya (< 34 minggu)


c. Riwayat abortus spontan rekuren (3 kali atau lebih)
d. Riwayat Merokok
Screening penggunaan tembakau direkomendasikan pada saat kunjungan awal.
Merokok selama kehamilan beresiko mengalami keguguran, abrupsio plasenta,
restriksi pertumbuhan janin, persalinan preterm, defek seperti cleft and lift palate, dan
sindrom kematian janin mendadak. Sangat direkomendasikan untuk berhenti
merokok.2
2

e. Riwayat Minum Alkohol


Alkohol bersifat teratogen dan mengonsumsi alkohol selama kehamilan
meningkatkan resiko terjadinya alchoholic fetal syndrome. Penggunaan narkotika dan
zat-zat terlarang lainnya dapat mengganggu kesehatan janin.2
f. Riwayat Medis dan Operasi
Catat semua alergi dan sensitifitas obat, obat yang pernah digunakan, riwayat
sakit yang penting, dan transfusi darah.Catat semua tanggal operasi dan trauma berat
serta dampaknya. Terkait masalah melahirkan dengan cara caesar, catat tipenya
(dokumentasi insisi uterus), indikasi, percobaan persalinan normal, dan masalah
operasi khusus atau komplikasi postoperatif.2
g. Riwayat Keluarga
Catat

kelainan

dapatmempengaruhi

medis,

pasien

atau

genetik,
anaknya

dan

psikiatri

(misalnya

yang

DM,

mungkin

kanker,

dan

kelainanmental).MenurutThe Australian Handbook for General Practitioners,riwayat


keluarga wanita serta pasangannya yang harus diketahui berupa keadaan yang dapat
diturunkan, misalnyacystic fibrosis, fragile Xsyndrome,distrofi muskular Duchenne,
Sindrom Down atau kelainan kromosom lainnya. Kelainan lahir seperti spina
bifida,cleft lip/palate, defek pada jantung, disabilitas intelektual, keguguran berulang,
kematian perinatal yang tidak dapat dijelaskan, consanguity, latar belakang etnis.2
Etiologi
Kelainan kongenital/cacat bawaan yang terjadi pada bayi disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya yaitu:
1. Faktor Non Genetik
a. Teratogenik
Teratogen adalah setiap faktor atau bahan yang bisa menyebabkan atau meningkatkan
resiko suatu kelainan bawaan.Radiasi, obat tertentu dan racun merupakan teratogen.Meskipun
berbagai obat-obatan seperti aspirin, parasetamol, sefalosporin, dan aminoglikosida
3

dinyatakan tidak teratogen, keamanannya pada kehamilan belum diketahui dan bila mungkin
sebaiknya dihindari.Secara umum, seorang wanita hamil sebaiknya mengkonsultasikan
dengan dokternya setiap obat yang dia minum, berhenti merokok, tidak mengkonsumsi
alkohol, serta tidak menjalani pemeriksaan rontgen kecuali jika sangat mendesak.Infeksi pada
ibu hamil juga bisa merupakan teratogen. Beberapa infeksi selama kehamilan yang dapat
menyebabkan sejumlah kelainan bawaan sindroma rubella kongenital, infeksi toksoplasmosis
pada ibu hamil, infeksi virus herpes genitalis pada ibu hamil, serta sindroma varicella
kongenital.3
Sindroma rubella kongenital ditandai dengan gangguan penglihatan atau pendengaran,
kelainan jantung, keterbelakangan mental dan cerebral palsy. Infeksi virus herpes genitalis
pada ibu hamil, jika ditularkan kepada bayinya sebelum atau selama proses persalinan
berlangsung, bisa menyebabkan kerusakan otak, cerebral palsy, gangguan penglihatan atau
pendengaran serta kematian bayi. Sindroma varicella kongenital disebabkan oleh cacar air
dan bisa menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada otot dan tulang, kelainan bentuk dan
kelumpuhan pada anggota gerak, kepala yang berukuran lebih kecil dari normal, kebutaan,
kejang dan keterbelakangan mental.3
b. Faktor Gizi
Menjaga kesehatan janin tidak hanya dilakukan dengan menghindari teratogen, tetapi
juga dengan mengkonsumsi gizi yang baik.Salah satu zat yang penting untuk pertumbuhan
janin adalah asamfolat. Kekurangan asam folat bisa meningkatkan resiko terjadinya
spinabifida atau kelainan tabung saraf lainnya. Karena spina bifida bisa terjadi sebelum
seorang wanita menyadari bahwa dia hamil, maka setiap wanita usia subur sebaiknya
mengkonsumsi asam folat minimal sebanyak 400 mikrogram/hari.3
c. Faktor Fisik pada Rahim
Di dalam rahim, bayi terendam oleh cairan ketuban yang juga merupakan pelindung
terhadap cedera.Jumlah cairan ketuban yang abnormal bisa menyebabkan atau menunjukkan
adanya kelainan bawaan. Cairan ketuban yang terlalu sedikit bisa mempengaruhi
pertumbuhan paru-paru dan anggota gerak tubuh atau bisa menunjukkan adanya kelainan
ginjal yang memperlambat proses pembentukan air kemih. Penimbunan cairan ketuban
terjadi jika janin mengalami gangguan menelan, yang bisa disebabkan oleh kelainan otak
yang berat (misalnya anensefalus atau atresia esophagus).3
4

d. Faktor Lingkungan
Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor janinnya
sendiri dan faktor lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Masalah
sosial, hipoksia, hipotermia, atau hipertermia diduga dapat menjadi faktor penyebabnya.
Seringkali penyebab kelainan kongenitai tidak diketahui.
2. Faktor Genetik dan Kromosom
Genetik memegang peran penting dalam beberapa kelainan bawaan. Beberapa kelainan
bawaan merupakan penyakit keturunan yang diwariskan melalui gen yang abnormal dari
salah satu atau kedua orang tua. Gen adalah pembawa sifat individu yang terdapat di dalam
kromosom setiap sel di dalam tubuh manusia. Jika 1 gen hilang atau cacat, bisa terjadi
kelainan bawaan. Pola pewarisan kelainan genetik dapat berupa autosom dominan, autosom
resesifm dan X-linked.3

Autosom dominan adalah jika suatu kelainan atau penyakit timbul meskipun hanya
terdapat 1 gen yang cacat dari salah satu orang tuanya, maka keadaannya disebut
autosom dominan. Contohnya adalah akondroplasia dan sindroma marfan.

Autosom resesif adalah jika 2 gen yang masing-masing berasal dari kedua orang tua,
maka keadaannya disebut autosom resesif. Contohnya adalah penyakit Tay-Sachs atau
kistik fibrosis, thalasemia.

X-linked jika seorang anak laki-laki mendapatkan kelainan dari gen yang berasal dari
ibunya , maka keadaannya disebut X-linked, karena gen tersebut dibawa oleh
kromosom X. Laki-laki hanya memiliki 1 kromosom X yang diterima dari ibunya
(perempuan memiliki 2 kromosom X, 1 berasal dari ibu dan 1 berasal dari ayah),
karena itu gen cacat yang dibawa oleh kromosom X akan menimbulkan kelainan
karena laki-laki tidak memiliki salinan yang normal dari gen tersebut. Contohnya
adalah hemophilia dan buta warna.

Kelainan pada jumlah ataupun susunan kromosom juga bisa menyebabkan kelainan
bawaan. Suatu kesalahan yang terjadi selama pembentukan sel telur atau sperma bisa
menyebabkan bayi terlahir dengan kromosom yang terlalu banyak atau terlalu sedikit,
atau bayi terlahir dengan kromosom yang telah mengalami kerusakan. Contoh dari
5

kelainan bawaan akibat kelainan pada kromosom adalah sindroma down. Semakin tua
usia seorang wanita ketika hamil (terutama diatas 35 tahun) maka semakin besar
kemungkinan terjadinya kelainan kromosom pada janin yang dikandungnya. Kelainan
bawaan yang lainnya disebabkan oleh mutasi genetik (perubahan pada gen yang
bersifat spontan dan tidak dapat dijelaskan). Meskipun bisa dilakukan berbagai
tindakan untuk mencegah terjadinya kelainan bawaan, ada satu hal yang perlu diingat
yaitu bahwa suatu kelainan bawaan bisa saja terjadi meskipun tidak ditemukan
riwayat kelainan bawaan baik dalam keluarga ayah ataupun ibu, atau meskipun orang
tua sebelumnya telah melahirkan anak-anak yang sehat.3
Cara Penegakan Diagnosis
Diagnosis kelainan kongenital dapat dilakukan dengan cara:
1. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui secara dini beberapa kelainan
kehamilan/pertumbuhan janin, kehamilan ganda, molahidatidosa, dan sebagainya. Beberapa
contoh kelainan kongenital yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan non invasive
(ultrasonografi) pada midtrimester kehamilan adalah hidrosefalus dengan atau tanpa spina
bifida, defek tuba neural, porensefali, kelainan jantung bawaan yang besar, penyempitan
sistem gastrointestinal (misalnya atresia duodenum yang memberi gambaran gelembung
ganda), kelainan sistem genitourinaria (misalnya kista ginjal), kelainan pada paru sebagai
kista paru, polidaktili, celah bibir, mikrosefali, dan ensefalokel.4
2. Pemeriksaan cairan amnion (amnionsentesis)
Amnionsentesis dilakukan pada usia kehamilan 15-19 minggu dengan aspirasi perabdomen
dengan tuntunan USG. Dari cairan amnion tersebut dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
antara lain pemeriksaan genetik/ kromosom, pemeriksaan alfa-feto-protein terhadap defek
tuba neural (anensefali, mengingomielokel), pemeriksaan terhadap beberapa gangguan
metabolic (galaktosemia, fenilketonurua), dan pemeriksaan lainnya.4
3. Pemeriksaan Alfa feto protein maternal serum (MSAFP).
Apabila serum ini meningkat maka pada janin dapat diketahui mengalami defek tuba neural,
spina bifida, hidrosefalus, dan lain-lain. Apabila serum ini menurun maka dapat ditemukan
pada sindrom down dan beberapa kelainan kromosom.3
6

4. Kordosintesis
Pemeriksaan ini dilakukan pada usia kehamilan lebih dari 26 minggu untuk mengetahui
kelainan kromosom pada janin, kelainan metabolik, kelainan genetik dapat dideteksi dengan
analisis DNA, misalnya talasemia dan hiperplasia adrenal kongenital.3
Jenis jenis Cacat Bawaan
Patogenesa terjadinya defek pada janin ada 4 cara, antara lain :5
a. Deformasi adalah suatu anomali yang disebabkan oleh tekanan mekanik yang luar
biasa pada janin yang sedang berkembang. Keadaan ini biasanya terjadi 20 minggu
kehamilan sampai trimester akhir kehamilan, contoh dari proses deformasi antara lain
bayi kembar, posisi bayi yang tidak normal, oligohidramnion, dll.
b. Disrupsi terjadi bila ada kerusakan yang mempengaruhi atau menghentikan
morfogenesis suatu bagian tubuh yang sedang berlangsung. Disrupsi ini terjadi oleh
berbagai faktor yang bersifat teratogen, seperti infeksi virus intrauterin, penyakit ibu,
obat-obatan, zat kimia, cedera dan cedera panas.
c. Malformasi merupakan kelainan perkembangan

instrinsik

dalam

struktur

tubuh selama kehidupan prenatal, mekanisme terjadinya malformasi belum


banyak diketahui, tetapi kemungkinan menyangkut berbagai kesalahan dalam
proses porliferasi sel, embrional, diferensiasi, migrasi dan kematian program.
d. Displasia merupakan kesalahan struktural akibat morfogenesis abnormal yang
hanya mengenai jaringan tertentu, misalnya displasia ektodermal (yang terkena
rambut, gigi, kulit, kelenjar keringat dan air mata), diplasia jaringan ikat,
diplasia skeletal yang tidak proporsional.
Holoprosensefali Sequence
Kelainan perkembangan otak yang mempengaruhi kepala dan wajah. Pada
pembentukan normal, otak terbagi menjadi dua bagian (hemisfer) selama pengembangan
awal. Holoprosencephaly terjadi ketika otak gagal untuk membagi belahan otak kanan dan
belahan otak kiri. Kondisi ini disebut nonsyndromic untuk membedakannya dari jenis lain
holoprosencephaly yang disebabkan oleh sindrom genetik, kelainan kromosom, atau zat yang
menyebabkan cacat lahir (teratogen). Tingkat keparahan holoprosencephaly nonsyndromic
bervariasi antara individu yang terkena, bahkan dalam keluarga yang sama.6

Holoprosencephaly sequence dapat dikelompokkan menjadi empat jenis sesuai dengan


tingkat divisi otak. Dari yang paling parah, jenis ini dikenal sebagai alobar, semi-lobar, lobar,
dan varian interhemispheric tengah (MIHV). Dalam bentuk yang paling parah dari
holoprosencephaly sequence, otak tidak terbagi sama sekali. Individu-individu yang terkena
memiliki satu mata pusat (cyclopia) dan struktur hidung tubular (proboscis) terletak di atas
mata. Kebanyakan bayi dengan berat nonsyndromic holoprosencephaly mati sebelum lahir
atau segera setelah. Dalam bentuk yang kurang parah, otak sebagian dibagi dan mata
biasanya ditetapkan dekat bersama-sama (hipotelorisme). Harapan hidup individu tersebut
dipengaruhi bervariasi tergantung pada keparahan gejala.6,10

ALOBAR

SEMILOBAR

LOBAR

MIHV

Etiologi holoprosencephaly sangat heterogen. Sejumlah factor seperti faktor lingkungan dan
teratogen telah disebutkan,termasuk ibu yang menderita diabetes (bayi yang lahir dari ibu
penderita diabetes memiliki risiko 200 kali lipat menderita holoprosencephaly), etanol,
infeksi cytomegalovirus, salisilat, anti epilepsi obat, asam retinoat, faktor gizi ibu dan ibu
hypocholesterolemia.

Penyebab

genetik

juga

telah

diketahui

dapat

menyebabkan

holoprosensefali, berdasarkan kejadian familial dari holoprosencephaly.7,8


Namun dalam kasus pada scenario kali ini etiologi yang akan di bahas adalah karena
kekurangan asupan asam folat mengingat orangtua pasien berasal dari kalangan kurang
mampu dengan pekerjaan yang tidak menentu.

Pencegahan
Upaya pencegahan dilakukan untuk mencegah ibu hamil agar tidak mengalami kelahiran bayi
dengan kelainan kongenital, yaitu dengan :
a. Tidak melahirkan pada usia ibu risiko tinggi, seperti usia lebih dari 35 tahun agar
tidak berisiko melahirkan bayi dengan kelainan kongenital.
b. Mengonsumsi asam folat yang cukup bila akan hamil.
Kekurangan asam folat pada seorang wanita harus dikoreksi terlebih dahulu
sebelum wanita tersebut hamil, karena kelainan seperti spina bifida terjadi sangat
dini.Maka kepada wanita yang hamil agar rajin memeriksakan kehamilannya pada
trimester pertama dan dianjurkan kepada wanita yang berencana hamil untuk
mengonsumsi asam folat sebanyak 400mcg/hari.Kebutuhan asam folat pada
wanita hamil adalah 1 mg/hari. Asam folat banyak terdapat dalam sayuran hijau
daun, seperti bayam, brokoli, buah alpukat, pisang, jeruk, berry, telur, ragi, serta
aneka makanan lain yang diperkaya asam folat seperti nasi, pasta, kedelai, sereal.9
c. Perawatan Antenatal (Antenatal Care).
Antenatal care mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya
menurunkan angka kematian ibu dan perinatal. Dianjurkan agar pada setiap
kehamilan dilakukan antenatal care secara teratur dan sesuai dengan jadwal yang
lazim berlaku. Tujuan dilakukannya antenatal care adalah untuk mengetahui data
kesehatan ibu hamil dan perkembangan bayi intrauterin sehingga dapat dicapai
kesehatan yang optimal dalam menghadapi persalinan, puerperium dan laktasi
serta mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai pemeliharaan bayinya.
Perawatan antenatal juga perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya persalinan
prematuritas atau berat badan lahir rendah yang sangat rentan terkena penyakit
infeksi.Selain itu dengan pemeriksaan kehamilan dapat dideteksi kelainan
kongenital. Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama
masa kehamilan dengan distribusi kontak sebagai berikut:
1. Minimal 1 kali pada trimester I (K1), usia kehamilan 1-12 minggu.
2. Minimal 1 kali pada trimester II (K2), usia kehamilan 13-24 minggu.
3. Minimal 2 kali pada trisemester III (K3 dan K4), usia kehamilan >24 minggu.9
d. Menghindari obat-obatan, makanan yang diawetkan, dan alkohol karena dapat
menyebabkan kelainan kongenital seperti atresia ani, celah bibir dan langit-langit.9
Konseling Genetik
9

Pemberian konseling atau nasihat genetik adalah suatu upaya pemberian nasihat
terhadap orangtua atau keluarga penderita kelainan bawaan yang diduga mempunyai faktor
penyebab herediter, tentang apa dan bagaimana kelainan yang dihadapi ini, bagaimana pola
penurunannya, serta bagaimana tindakan penatalaksanaannya, bagaimana prognosisnya, dan
juga upaya untuk melaksanakan pencegahan ataupun menghentikannya.Berdasarkan definisi
tersebut di atas, terdapat tiga aspek konseling genetik:9

Aspek diagnosis, tanpa hal tersebut semua saran/nasihat tidak akan berdasar dan
hanya berdasarkan dugaan. Tidak ada cara lain untuk mendapatkan diagnosis yang
pasti. Untuk menilai risiko genetik diperlukan data riwayat keluarga yang tepat,
lengkap, dan mendetil.

Perkiraan risiko yang sesungguhnya, pada beberapa situasi hal ini mudah untuk
dilakukan dan pada situasi yang lain akan sangat sulit.

Tindakan suportif, untuk memberikan kepastian bahwa pasien dan keluarganya


memperoleh manfaat dari nasihat yang diberikan dan tindakan pencegahan yang dapat
dilakukan.
Akhir-akhir ini makin meningkat pasangan suami istri yang memerlukan pelayanan

konseling untuk mencegah kelahiran kelainan bawaan, baik didasari oleh riwayat kelahiran
kelainan bawaan pada keluarganya, ataupun kekhawatiran sehubungan dengan usia pasangan
tersebut yang agak lanjut.
Dahulu banyak yang beranggapan bahwa nasihat genetik ini hanyalah suatu
pemecahan masalah secara statistik untuk memperkirakan kemungkinan berulangnya suatu
kelainan genetik.Adapula yang beranggapan bahwa kegiatan ini hanyalah suatu pemeriksaan
kromosom untuk melihat hasil analisis sitogenetik limfosit.Ternyata masing-masing
anggapan tersebut mempunyai kebenaran, tetapi tidak lengkap.
Sebagai kelanjutan pelaksanaan konseling genetik ini akan timbul permasalahan yang
sering terjadi pada keluarga penderita. Hal-hal ini harus dapat diperbincangkan untuk dapat
dibuat suatu penyelesaiannya, antara konselor genetik dan penderita.
Tujuan konseling genetik untuk mengumpulkan data medis maupun genetik dari
pasien ataupun keluarga yang berpotensi, dan menjelaskan langkah-langkah yang dapat

10

dilakukan. Konseling genetik dimulai dengan pertanyaan mengenai kemungkinan terjadinya


kelainan genetik yang diajukan oleh orangtua/wali penderita.
Dari fakta-fakta yang disebutkan di atas, tampak bahwa hal yang paling penting pada
konseling genetik adalah hasil diagnosis yang tepat. Hasil diagnosis yang tepat ini hanya
dapat diperoleh dengan membangun kerjasama yang baik, profesional, dan multidisiplin
antara dokter anak, dokter kandungan, ahli sindromogi, biologi molekular, sitogenetik,
radiologi, neurologi, kardiologi, pekerja sosial, psikiater, dan lain sebagainya. Kegiatan
konseling genetik harus diatur dengan baik bersama-sama dengan disiplin ilmu yang lain
yang mendukung genetik klinis, seperti terlihat pada diagram di bawah ini. Kenyataannya
tidak mungkin untuk melakukan kegiatan genetika klinis secara sendiri-sendiri, hal ini mutlak
dilakukan secara kooperatif dari berbagai disiplin ilmu.9
Pilihan yang dapat diberikan oleh seorang konselor genetika kepada keluarga pasien:

Agar tidak memiliki anak


Mengadopsi
Kehamilan dengan donor sperma atau ovum
Keputusan untuk tidak mempunyai anak lagi
Tindakan operasi
Menterminasi kehamilan
Membiarkan anak lahir.

Kesimpulan
Holoprosencephaly sequence merupakan penyakit kelinan bawaam yang terjadi pada
masa embrional. Penyebab kelainan ini bersifat heterogen seperti genetic, lingkungan dan
nutrisi. Dalam kasus ini penyebabnya adalah kurangnya asupan nutrisi pada ibu ketika sedang
mengandung pasien, hususnya adalah asam folat. Maka dari itu perlunya memperhatikan
asupan asupan asam folat dalam masa kehamilan dianjurkan untuk wanita hamil 800mg/hari.

Daftar Pusktaka
1. Anomalies as illustrated by cyclopia and symmelia.Teratology. 1999;40:409-21.
2. Muslihan, Nur Wafi. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya
Narendra,Moersintowarti, ddk. 2002.
11

3. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Edisi I. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia Sagung Seto.
4. Suryo, Sadler.T.W. 2000. Embriologi Kedokteran Langman. Yakarta: EGC.
5. Leoncini E, Baranello G, Orioli IM, Annern G, Bakker M,Bianchi F, et al. Frequency
of holoprosencephaly in the International Clearinghouse Birth Defects Surveillance
systems: searching for population variations. Birth Defects Res A. 2008;82:585-91.
6. Orioli IM, Castilla EE. Epidemiology of holoprosencephaly: prevalence and risk factors.
Am J Med Genet C Semin Med Genet. 2010;154C:13-21.
7. Thakur S, Singh R, Pradhan M, Phadke SR. Spectrum of holoprosencephaly. Indian J
Pediatr 2004;71:593-7.
8. Verma IC. Medical genetics in India. Indian J Pediatr.2003;53:437-40.
9. Verma IC. Burden of genetic disorders in India. Indian J Pediatr. 2000;67:893-8.
10. DeMyer W, Zeman W. Alobar holoprosencephaly (arhinencephaly) with median cleft lip
and palate: clinical, electroencephalographic and nosologic considerations. Confin
Neurol. 1963;23:1-36.

12

You might also like