Professional Documents
Culture Documents
PERCOBAAN IV
EMULSI
Disusun Oleh :
1. Afina Widyastika N.S
(1404001)
(1404002)
(1404003)
4. Anisa Yunika F
(1404004)
Kelas D3 Farmasi 3A
A. TINJAUAN PUSTAKA
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat,
terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau
surfaktan yang cocok. Zat pengemulsi gelatin, gom akasia, tragakan, sabun,
senyawa ammonium kwartener, senyawa kolesterol, surfaktan atau emulgator lain
yang cocok. Untuk mempertinggi kestabilan dapat ditambahkan zat pengental,
misalnya tragakan, tilosa, natrium kaboksimetilselulosa. (Anonim, 1979)
Emulsi merupakan suatu dispersi dimana fase terdispersi terdiri dari
bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak
bercampur. Semua cairan memiliki kecenderungan menerima suatu bentuk yang
mempunyai luas permukaan terbuka dalam jumlah yang paling kecil. Untuk suatu
tetesan cairan, bentuk itu bulat. Dalam tetesan cairan yang bulat ada tenaga
(kekuatan) dalam yang cenderung meningkatkan hubungan dari molekul-molekul
zat untuk menahan distorsi dari tetesan menjadi bentuk yang kurang bulat. Jika dua
atau lebih tetesan cairan yang sama saling bertemu kecenderungan untuk bergabung
membuat satu tetesan yang lebih besar dengan luas permukaan total dari tetesantetesan itu sendiri sebelum bergabung. Kecenderungan dari cairan ini bisa diukur
secar kauntitatif dan jika lingkungan dari cairan tersebut adalah udara (Tegangan
Permukaan). Zat-zat yang menurunkan tegangan ini disebut Surfakatan/Zat
pembasah. Zat ini dapat menurunkan tegangan permukaan dari kedua campuran
yang tidak salin bercampur, mengurangi gaya tolak antar kedua cairan
dan
mengurangi gaya tarik-menarik antar molekul dari masing-masing cairan. Zat aktif
permukaan membantu memecahkan bola-bola besar menjadi bola-bola kecil yang
kemudian memiliki kecenderungan untuk bercampur. Adapun zat pengemulsi yang
banyak dipakai seperti Gom Arab, Tragakan, Agar, Gelatin, Kuning telur, Kasein,
Alkohol (stearil alkohol, setil alkohol, & gliseril alkohol), turunan Polietilen dan
ester sorbitan. ( Ansel.1989)
Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi ada dua
yaitu oil in water (O/W) atau minyak dalam air (M/A) dan water in oil (W/O) atau
air dalam minyak (A/M). Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan
pengemulsi yang disebut emulgator (emulsi fying agent) atau surfaktan yang dapat
mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan
akhirnya menjadi fase tunggal yang memisah. Surfaktan menstabilkan emulsi
dengan cara menempati antar permukaan tetesan dan fase eksternal dan dengan
membuat batas fisik di sekeliling partikel yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga
mengurangi tegangan permukaan antar fase sehingga meningkatkan proses
emulsifikasi selama pencampuran.
Polimer hidrofilik alam, semi sintetik dan sintetik dapat digunakan bersama
surfaktan pada emulsi minyak dalam air karena akan terakumulasi pada antar
permukaan dan juga meningkatkan kekentalan fase air, sehingga mengurangi
kecepatan agregan tetesan. Agregasi biasanya diikuti dengan pemisahan emulsi
yang relatif cepat menjadi fase yang kaya butiran dan yang miskin akan tetesan.
Secara normal kerapatan minyak lebih rendah dari pada kerapatan air, sehingga jika
tetesan minyak dan agregat tetesan meningkat maka terbentuk krim. Makin besar
ukuran tetesan dan makin besar pula kecepatan pembentukan krim.
Zat pengemulsi adalah P.G.A, Tragacantha, Gelatin, Sapo, senyawa
Amonium kwartener, Cholesterol, surfaktan seperti : Twen, Span dan lain-lain.
Untuk menjaga stabilitasnya emulsi perlu pengawet yang cocok. Emulsi dapat
dibedakan dalam :
1. Emulsa Vera (emulsi alam)
Emulsa ini dibuat dari biji atau buah, dimana disamping terdapat
minyak lemak juga emulgator yang biasanya merupakan zat seperti putih telur.
Contoh emulsa vera antara lain : Amygdala dulcis, amigdala amara, lini semen,
Curcubitaee semen.
2. Emulsa Spuria (emulsi buatan)
Pembuatan emulsi minyak biasanya dibuat dengan emulgator gom
arab, dengan perbandinagn untuk 10 bagian minyak lemak dibuat 100 bagian
emulsi.
(Anief, 2005)
Tipe-tipe emulsi :
a. Tipe A/M (Air/Minyak atau W/O (Water/Oil)
Dalam metode ini zat pengemulsi (biasanya gom arab) dicampur dengan
minyak terlebih dahulu, kemudian ditambhkan air untuk pembentukan
korpus emulsi, baru diencerkan dengan sisa air yang tersedia.
b. Metode gom basah atau metode inggris
Zat pengemulsi ditambahkan kedalam air (Zat pengemulsi umumnya
larut) agar membentuk suatu mucilago, kemudian perlahan-lahan minyak
dicampurkan untuk membentuk emulsi, setelah itu baru diencerkan
dengan sisa air.
c. Metode botol atau metode botol forbes
Digunakan untuk minyak menguap dan zat-zat yang bersifat minyak dan
mempunyai viskositas rendah (kurang kental). Serbuk gom dimasukkan
kedalam botol kering, kemudian diatambahkan campuran tersebut,
dikocok dengan kuat. Tambahkan sisa air sedikit demi sedikit sambil
dikocok.
Uji kontrol kualitas emulsi :
a. Organoleptis : Pengamatan organoleptis diamati terjadinya perubahan
warna, bau, rasa, dan bentuk.
b. Homogenitas : Pengamatan homogenitas dilihat di bawah lampu, dilihat
partikelnya, homogen atau tidak.
c. Berat jenis
: Pengamatan berat jenis dilakukan dengan cara timbang
berat piknometer kosong dan kering + tutupnya, lalu ukur volume
piknometer. Dengan rumus;
Bj =
Volume piknometer =
d. pH
e. Viskositas
alat viskometer.
f. Tipe emulsi : Pengamatan tipe emulsi dilakukan untuk mengetahui
apakah emulsi tersebut termasuk tipe m/a atau a/m.
B. PEMERIAN BAHAN
1. Oleum Iecoris (Minyak Ikan) : Minyak yang diperoleh dari hati segar Gadus
callarias L, dan spesies gadus lainnya, dimurnikan dengan penyaringan pada
suhu 00.
Pemerian
Khasiat
2. Glycerolum (Glyserol)
Pemerian : Cairan seperti sirup, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis
diikuti rasa hangat, higroskopik. Jika di simpan beberapa lama pada suhu rendah
dapat memadat membentuk masa hablur tidak berwarna yang tidak melebur
hingga suhu mencapai lebih kurang 200.
Khasiat : Zat tambahan
3. Gummi Arabicum (Gom Arab)
Pemerian : Hampir tidak berbau, rasa tawar seperti lendir.
Khasiat : Zat tambahan.
4. Oleum Cinnamoni (Minyak Kayu Manis)
Pemerian : Cairan, suling segar berwarna kuning, bau dan rasa khas, jika
disimpan dapat berwarna coklat kemerahan.
Khasiat : Karminativum.
5. Nipagin
Pemerian : Serbuk hablur halus, putih, hampir tidak bau, tidak mempunyai rasa,
kemudian agak membakar diikuti rasa tebal.
Khasiat
: Zat pengawet.
(Anonim, 1979)
C. FORMULA STANDAR
100 g
Glycerolum
10 g
Gummi Arabicum
30 g
Oleum Cinnamomi
gtt VI
Aqua destilata
215
ad
D. FORMULA PENGEMBANGAN
Tiap 300 ml mengandung :
Oleum lecoris aseli
139,53 g
Glycerolum
13,95 g
Gummi Arabicum
41,86 g
Oleum Cinnamomi
gtt IX
Sodium Benzoat
0,3 g
q.s
Aqua destilata
300
ad
F. PERHITUNGAN DOSIS
= 33,3 %
= 15 ml
BAHAN
PERHITUNGAN
PENIMBANGAN
1.
100 g
300 ml
215 ml
139,53 gram
2.
Glycerolum
10 g
300 ml
215 ml
13,95 gram
3.
Gummi Arabicum
30 g
300 ml
215 ml
41,86 gram
4.
Oleum Cinnamomi
6 gtt
300 ml
215 ml
5.
Sodium Benzoat
0,1 g
300 ml
215 ml
0,139 gram
6.
q.s
7.
Aqua Destilata
Ad 300 ml
H. CARA KERJA
Tambahkan sedikit demi sedikit sisa oleum lecoris aseli dan oleum
cinnamomi, aduk ad homogen
Aduk ad homogen
Masukkan ke dalam wadah yang sudah ditara dan beri etiket warna putih
I. ETIKET
Apotek STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
Jl. Jombor Indah KM. 1 Buntalan, Klaten (0272) 334456
SIA : 100/SIA/X/2010
Apoteker :
No. 3
Tgl : 18 / 10 / 16
Pro : VELIX
Volume piknometer =
c. Hitung BJ emulsi
Dengan cara :
a) Timbang berat piknometer kosong dan kering + tutunya
b) Isi piknometer dengan emulsi hingga penuh, lalu direndam dalam es
hingga suhunya 20 dibawah suhu percobaan
c) Piknometer ditutup, suhu dinaikkan hingga uhu percobaa. Mestinya
bagisn suspensi tumpah karena pemuaia. Lalu emulsi yang menempel
di piknometer dibersihkan.
d) Timbang piknometer beserta isinya.
Bj =
4. Ph
: Diukur dengan Ph strip
5. Viskositas
Dengan cara :
a. Ambil air dan masukkan kedalam cup, kemudian atur suhunya
b. Atur posisi pemberat atau piring logam yang diberi anak timbangan,
agar posisi di atas, jarum rpm menunjukkan angka 15-25 sebelum angka
nol (pada angka 75) dengan cara mengatur gulungan benang di bagian
atas alat.
c. Naikkan sampel, sehingga 3/4 bagian bob terendam dengan letak tepat di
tengah sampel
K. HASIL
1. Organoleptis
Warna
Merah muda
Rasa
strawberry
Bau
Bentuk
Karpus emulsi
2. Homogenitas : Homogen
3. Berat jenis
a. Berat jenis air
Berat
15,8 g
II
15,8 g
III
15,8 g
Rata- rata
47,4 g
3
= 15,8 g
Berat
40,6 g
II
40,7 g
III
40,8 g
Rata- rata
122,1 g
3
= 40,7 g
24,9 g
0,99 g /ml
= 25,15 ml
( p+ a ) p
bj
40,7 g15,8 g
=
0,99 g/ml
= 25,15 ml
5) Vp =
Replikasi
Berat
15,8 g
II
15,8 g
III
15,8 g
47,4 g
3
= 15,8 g
Rata- rata
Berat
41,3g
II
41,2 g
III
41,3 g
123,8 g
3
= 41,26 g
Rata- rata
( p+ e ) p
vol . pikno (vp)
41,26 g15,8 g
25,15 ml
= 25,15 ml
= 1,01 g/ml
=
4. Ph : 4 (Asam )
5. Viskositas : 0,8 d pas.s
6. Tipe emulsi : Minyak dalam air (O/W)
I. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini adalah membuat sediaan cair Emulsi Oleum lecoris
Aselli atau Emulsi Minyak Ikan. Emulsi merupakan suatu disperse dimana fase
terdispers terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh
pembawa yang tidak bercampur. Emulsi minyak dalam air M/A dimana fase
dalam minyak dan fase luar air sedangkan fase air dalam minyak A/M dimana
fase dalam air dan fase luar minyak. Umumnya untuk membuat emulsi yang stabil
perlu fase ketiga atau bagian ketiga dari emulsi, yakni zat pengemulsi (emulsifying
agent). Pada praktikum kali ini adalah membuat sediaan emulsi tipe minyak dalam
air (M/A), yaiut Merupakan suatu jenis emulsi yang fase dispersinya berupa minyak
yang terdistribusi dalam bentuk butiran-butiran kecil didalam fase kontinu yang
berupa air. Emulsi tipe ini umumnya mengandung kadar air yang lebih dari 31-41%
sehingga emulsi M/A dapat diencerkan atau bercampur dengan air dan sangat
mudah dicuci.
Emulsi Minyak Ikan yang ditelah dibuat sebanyak 300 ml dan didalamnya
terkandung zat aktif berupa oleoum lecoris aselli, glycerollum, gummi arabicum,
oleoum cinnamomi, sodium benzozat 0,1%, essen and flavor, dan aqua destilata.
Emulsi yang telah dibuat dapat digunakan untuk menambah nafsu makan. Dan
dapat diminum 1 kali sehari 1 sendok makan sesudah makan.
Seperti kita ketahui bahwa emulsi sendiri adalah campuran antara air dan
minyak. Air dan minyak tidak dapat dicampurkan begitu saja, sehingga perlu
adanya bantuan emulgator. Dalam suatu sediaan emulsi, emulgator berfungsi untuk
menjaga kestabilan emulsi. Emulgator harus memiliki kualitas tertentu. Salah
satunya adalah harus dapat di campurkan dengan bahan formulatif lainnya dan
tidak boleh mengganggu stabilitas dari zat terapetik. Zat harus stabil dan tidak
boleh terurai dalam preparat. Zat pengemulsi tidak boleh toksik, berbau rasa dan
berwarna lemah. Yang paling penting adalah dari kemampuan dari suatu zat
pengemulsi tersebut untuk membentuk emulsi dan menjaga stabilitas dari emulsi.
Gom arab merupakan pengemulsi yang sering dan banyak di gunakan dalam
preparat emulsi selain tragakan, agar, gelatin dan pengemulsi lainnya.
Adapun kesulitan dalam permbuatan sediaan emulsi ini adalah perlu
diperhatikan perbandingan dari zat aktif, pengemulsi, dan air. Perbandingan yang di
gunakan antara minyak ikan : gom arab : air sebesar 2 : 1 :1,5, selain itu juga harus
di perhatikan prosedur pencampuran dari semua bahan agar homogen dan terbentuk
korpus putih (seperti susu) dan akhirnya terbentuk emulsi. Pengadukan juga di
perhatikan yaitu dengan pengadukan searah dan tidak boleh asal mengaduk. Pada
praktikum, sediaan emulsi yang dihasilkan antara fase minyak dan air cepat
memisah dan sediaan yang dihasilkan terlalu encer, hal tersebut mungkin
dikarenakan penimbangan antara emulgator, zat aktif dan air kurang tepat. Jumlah
emulgator yang tidak seimbang sehingga tidak mampu mendispersi emulsi secara
sempurna.
Setelah sediaan terbentuk di lakukan uji terhadap sediaan emulsi yang telah
dibuat. Uji yang dilakukan antara lain uji organoleptis berupa : warna, warna
diberikan untuk menambah keindahan dari sediaan emulsi dan agar menarik. Rasa
diberikan untuk menutupi rasa tidak enak dari sediaan yang dibuat, Pada percobaan
ini warna dan rasa yang ditambahkan adalah pewarna merah dan perasa strawberry.
Bau dicek dengan menggunakan indera penciuman dan bentuk dilihat dengan
indera mata.
Uji homogenitas dilakukan dengan dilihat di bawah lampu, dilihat
partikelnya, homogen atau tidak homogen karena jika sediaan emulsi yang telah
dibuat tidak homogen akan mempengaruhi distribusi obat. Kemudian uji pH
dilakukan dengan menggunakan pH stripe apakah sediaan bersifat asam, basa atau
netral. Pada percobaan ini pH yang dihasilkan sebesar 4, sehingga bersifat asam. Ph
yang rendah dapat dipengaruhi oleh penambahan corigen seperti pewarna dan
perasa. Oleh karena itu penambahan corigen tersebut perlu diperhitungkan dengan
baik agar emulsi memiliki Ph yang stabil atau mendekati stabil.
Kemudiaan uji berat jenis dilakukan dengan menggunakan piknometer
yang sebelumnya telah dikeringkan dengan alkohol 70% , tujuannya diberikan
alkohol 70% pada piknometer adalah agar cepat kering sehingga tidak menambah
dari berat piknometer saat di timbang. Pada percobaan ini BJ emulsi yang diperoleh
sebesar 1,01 g/ml.
Setelah itu uji viskositas dilakukan dengan alat viscometer tujuan untuk
mengetahui seberapa kental emulsi karena akan mempengaruhi dari sifat alir dan
berat jenis. Viskositas yang dihasilkan sebesar 0,8 dpa.s. Terlalu sedikitnya angka
viskositas disebabkan karena sediaan emulsi yang dihasilkan terlalu encer. hal
tersebut mungkin dikarenakan tidak seimbangnya antara jumlah emulgator, zat aktif
dan air.
J. KESIMPULAN
Dari percobaan pembuatan sediaan emulsi yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan :
1. Sediaan yang dibuat sesuai dengan prosedur kerja.
2. Diperoleh uji organoleptis berupa : warna merah muda, rasa strawberry, bau kas
3.
4.
5.
6.
7.
K. DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 2005. Ilmu Meracik Obat. UGM Press: Yogyakarta
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia III, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI-Press: Jakarta