You are on page 1of 17

LAPORAN PRAKTIKUM FTS CAIR-SEMI PADAT

PERCOBAAN IV
EMULSI

Disusun Oleh :
1. Afina Widyastika N.S

(1404001)

2. Anida Aprilia N.A

(1404002)

3. Anisa Dita Rahmawati

(1404003)

4. Anisa Yunika F

(1404004)

Kelas D3 Farmasi 3A

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MUHAMMADIYAH KLATEN
2016/2017
PRAKTIKUM IV
EMULSI

A. TINJAUAN PUSTAKA
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat,
terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau
surfaktan yang cocok. Zat pengemulsi gelatin, gom akasia, tragakan, sabun,
senyawa ammonium kwartener, senyawa kolesterol, surfaktan atau emulgator lain
yang cocok. Untuk mempertinggi kestabilan dapat ditambahkan zat pengental,
misalnya tragakan, tilosa, natrium kaboksimetilselulosa. (Anonim, 1979)
Emulsi merupakan suatu dispersi dimana fase terdispersi terdiri dari
bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak
bercampur. Semua cairan memiliki kecenderungan menerima suatu bentuk yang
mempunyai luas permukaan terbuka dalam jumlah yang paling kecil. Untuk suatu
tetesan cairan, bentuk itu bulat. Dalam tetesan cairan yang bulat ada tenaga
(kekuatan) dalam yang cenderung meningkatkan hubungan dari molekul-molekul
zat untuk menahan distorsi dari tetesan menjadi bentuk yang kurang bulat. Jika dua
atau lebih tetesan cairan yang sama saling bertemu kecenderungan untuk bergabung
membuat satu tetesan yang lebih besar dengan luas permukaan total dari tetesantetesan itu sendiri sebelum bergabung. Kecenderungan dari cairan ini bisa diukur
secar kauntitatif dan jika lingkungan dari cairan tersebut adalah udara (Tegangan
Permukaan). Zat-zat yang menurunkan tegangan ini disebut Surfakatan/Zat
pembasah. Zat ini dapat menurunkan tegangan permukaan dari kedua campuran
yang tidak salin bercampur, mengurangi gaya tolak antar kedua cairan

dan

mengurangi gaya tarik-menarik antar molekul dari masing-masing cairan. Zat aktif
permukaan membantu memecahkan bola-bola besar menjadi bola-bola kecil yang
kemudian memiliki kecenderungan untuk bercampur. Adapun zat pengemulsi yang

banyak dipakai seperti Gom Arab, Tragakan, Agar, Gelatin, Kuning telur, Kasein,
Alkohol (stearil alkohol, setil alkohol, & gliseril alkohol), turunan Polietilen dan
ester sorbitan. ( Ansel.1989)
Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi ada dua
yaitu oil in water (O/W) atau minyak dalam air (M/A) dan water in oil (W/O) atau
air dalam minyak (A/M). Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan
pengemulsi yang disebut emulgator (emulsi fying agent) atau surfaktan yang dapat
mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan
akhirnya menjadi fase tunggal yang memisah. Surfaktan menstabilkan emulsi
dengan cara menempati antar permukaan tetesan dan fase eksternal dan dengan
membuat batas fisik di sekeliling partikel yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga
mengurangi tegangan permukaan antar fase sehingga meningkatkan proses
emulsifikasi selama pencampuran.
Polimer hidrofilik alam, semi sintetik dan sintetik dapat digunakan bersama
surfaktan pada emulsi minyak dalam air karena akan terakumulasi pada antar
permukaan dan juga meningkatkan kekentalan fase air, sehingga mengurangi
kecepatan agregan tetesan. Agregasi biasanya diikuti dengan pemisahan emulsi
yang relatif cepat menjadi fase yang kaya butiran dan yang miskin akan tetesan.
Secara normal kerapatan minyak lebih rendah dari pada kerapatan air, sehingga jika
tetesan minyak dan agregat tetesan meningkat maka terbentuk krim. Makin besar
ukuran tetesan dan makin besar pula kecepatan pembentukan krim.
Zat pengemulsi adalah P.G.A, Tragacantha, Gelatin, Sapo, senyawa
Amonium kwartener, Cholesterol, surfaktan seperti : Twen, Span dan lain-lain.
Untuk menjaga stabilitasnya emulsi perlu pengawet yang cocok. Emulsi dapat
dibedakan dalam :
1. Emulsa Vera (emulsi alam)
Emulsa ini dibuat dari biji atau buah, dimana disamping terdapat
minyak lemak juga emulgator yang biasanya merupakan zat seperti putih telur.
Contoh emulsa vera antara lain : Amygdala dulcis, amigdala amara, lini semen,
Curcubitaee semen.
2. Emulsa Spuria (emulsi buatan)
Pembuatan emulsi minyak biasanya dibuat dengan emulgator gom
arab, dengan perbandinagn untuk 10 bagian minyak lemak dibuat 100 bagian
emulsi.
(Anief, 2005)
Tipe-tipe emulsi :
a. Tipe A/M (Air/Minyak atau W/O (Water/Oil)

Emulsi ini mengandung air yang merupakan fase internalnya dan


minyak merupakan fase luarnya. Emulsi tipe A/M umumnya mengandung
kadar air yang kurang dari 10-25% dan mengandung sebagian besar fase
minyak. Emulsi jenis ini dapat diencerkan atau bercampur dengan minyak,
tetapi sangat sulit bercampur atau dicuci dengan air.
Pada fase ini bersifat non polar maka molekul-molekul emulsifier
tersebut teradsorpsi lebih kuat oleh minyak dibandingkan dengan air.
Akibatnya tegangan permukaan minyak menjadi lebih rendah sehingga lebih
mudah menyebar menjadi fase kontinu.
b. Tipe M/A (Minyak/Air) atau O/W (Oil/Water)
Merupakan suatu jenis emulsi yang fase dispersinya berupa minyak
yang terdistribusi dalam bentuk butiran-butiran kecil didalam fase kontinu
yang berupa air. Emulsi tipe ini umumnya mengandung kadar air yang lebih
dari 31-41% sehingga emulsi M/A dapat diencerkan atau bercampur dengan air
dan sangat mudah dicuci.
Pada fase ini bersifat polar maka molekul-molekul emulsifier tersebut
akan teradsorbsi lebih kuat oleh air dibandingkan dengan minyak. Akibatnya
tegangan permukaan air menjadi lebih rendah sehingga lebih mudah menyebar
menjadi fase kontinu.
Cara membedakan tipe emulsi :
1) Dengan pengenceran, tipe O/W dapat diencerkan dengan air, tipe W/O
diencerkan dengan minyak.
2) Cara pengecetan, tipe O/W dapat diwarnai dengan amaranth/metilen
blue, tipe W/O dapat diwarnai dengan sudan III.
3) Cara creaming test, creaming merupakan peristiwa memisahkan emulsi
karena fase internal dari emulsi tersebut melakukan pemisahan sehingga
tidak tersebar dalam emulsimis : air susu setelah dipanaskan akan
terliahat lapisan yang tebal pada permukaan. Pemisahan dengan cara
creaming bersifat refelsibel.
4) Konductifitas, dimana elektroda dicelup didalam cairan emulsi, bila ini
menyala tipe emulsi O/W demikian sebaliknya.
Cara pembuatan emulsi :
a. Metode gom kering atau metode continental

Dalam metode ini zat pengemulsi (biasanya gom arab) dicampur dengan
minyak terlebih dahulu, kemudian ditambhkan air untuk pembentukan
korpus emulsi, baru diencerkan dengan sisa air yang tersedia.
b. Metode gom basah atau metode inggris
Zat pengemulsi ditambahkan kedalam air (Zat pengemulsi umumnya
larut) agar membentuk suatu mucilago, kemudian perlahan-lahan minyak
dicampurkan untuk membentuk emulsi, setelah itu baru diencerkan
dengan sisa air.
c. Metode botol atau metode botol forbes
Digunakan untuk minyak menguap dan zat-zat yang bersifat minyak dan
mempunyai viskositas rendah (kurang kental). Serbuk gom dimasukkan
kedalam botol kering, kemudian diatambahkan campuran tersebut,
dikocok dengan kuat. Tambahkan sisa air sedikit demi sedikit sambil
dikocok.
Uji kontrol kualitas emulsi :
a. Organoleptis : Pengamatan organoleptis diamati terjadinya perubahan
warna, bau, rasa, dan bentuk.
b. Homogenitas : Pengamatan homogenitas dilihat di bawah lampu, dilihat
partikelnya, homogen atau tidak.
c. Berat jenis
: Pengamatan berat jenis dilakukan dengan cara timbang
berat piknometer kosong dan kering + tutupnya, lalu ukur volume
piknometer. Dengan rumus;
Bj =

( berat piknometer+ air )berat pikno kosong


volume piknometer

Volume piknometer =
d. pH
e. Viskositas

( berat piknometer+ air )berat piknokosong


bj

: Pengamatan pH diukur dengan pH strip.


: Pengamatan viskositas dilakukan dengan menggunakan

alat viskometer.
f. Tipe emulsi : Pengamatan tipe emulsi dilakukan untuk mengetahui
apakah emulsi tersebut termasuk tipe m/a atau a/m.

B. PEMERIAN BAHAN
1. Oleum Iecoris (Minyak Ikan) : Minyak yang diperoleh dari hati segar Gadus
callarias L, dan spesies gadus lainnya, dimurnikan dengan penyaringan pada
suhu 00.
Pemerian

: Cairan kuning pucat, bau khas, tidak tengik, rasa khas.

Khasiat

: Sumber vitamin A dan vitamin D.

2. Glycerolum (Glyserol)
Pemerian : Cairan seperti sirup, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis
diikuti rasa hangat, higroskopik. Jika di simpan beberapa lama pada suhu rendah
dapat memadat membentuk masa hablur tidak berwarna yang tidak melebur
hingga suhu mencapai lebih kurang 200.
Khasiat : Zat tambahan
3. Gummi Arabicum (Gom Arab)
Pemerian : Hampir tidak berbau, rasa tawar seperti lendir.
Khasiat : Zat tambahan.
4. Oleum Cinnamoni (Minyak Kayu Manis)
Pemerian : Cairan, suling segar berwarna kuning, bau dan rasa khas, jika
disimpan dapat berwarna coklat kemerahan.
Khasiat : Karminativum.
5. Nipagin
Pemerian : Serbuk hablur halus, putih, hampir tidak bau, tidak mempunyai rasa,
kemudian agak membakar diikuti rasa tebal.
Khasiat

: Zat pengawet.

6. Aqua Destilata (Air Suling)


Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau.

(Anonim, 1979)

C. FORMULA STANDAR

Tiap 215 ml mengandung :


Oleum lecoris aseli

100 g

Glycerolum

10 g

Gummi Arabicum

30 g

Oleum Cinnamomi

gtt VI

Aqua destilata

215

ad

D. FORMULA PENGEMBANGAN
Tiap 300 ml mengandung :
Oleum lecoris aseli

139,53 g

Glycerolum

13,95 g

Gummi Arabicum

41,86 g

Oleum Cinnamomi

gtt IX

Sodium Benzoat

0,3 g

Pewarna dan Perasa

q.s

Aqua destilata

300

ad

E. ALAT DAN BAHAN


Alat

: Beaker glass, timbangan analitik, mortir dan stamfer, gelas ukur,

baskom, pipet, thermometer, corong, batang pengaduk, piknometer, viscotester, pH


strip.
Bahan

: Oleum lecoris aseli, Glycerolum, Gummi Arabicum, Oleum

Cinnamomi, Sodium Benzoat, Pewarna dan Perasa, Aqua destilata, es batu.

F. PERHITUNGAN DOSIS

Untuk mencapai kadar emulsi 100 %, maka :


100
100
300

= 33,3 %

Dosis 1 kali pakai untuk mencapai 100 % maka :


100
5 ml
33,3

= 15 ml

Untuk pemakaian 15 30 hari maka :


15 ml 15 hari = 225 ml
Aturan pakai : 1 sehari 1 sendok makan

G. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN


No

BAHAN

PERHITUNGAN

PENIMBANGAN

1.

Oleum Lecoris Aseli

100 g
300 ml
215 ml

139,53 gram

2.

Glycerolum

10 g
300 ml
215 ml

13,95 gram

3.

Gummi Arabicum

30 g
300 ml
215 ml

41,86 gram

4.

Oleum Cinnamomi

6 gtt
300 ml
215 ml

8,37 gtt = 9 gtt

5.

Sodium Benzoat

0,1 g
300 ml
215 ml

0,139 gram

6.

Essen & Flavour

q.s

7.

Aqua Destilata

Ad 300 ml

H. CARA KERJA

Masukkan gummi arabicum ke dalam mortar, aduk

Tambahkan dengan sebagian oleum lecoris aseli, aduk ad homogen

Tambahkan dengan sebagian air

Aduk searah ad terbentuk korpus emulsi (warna putih susu)

Tambahkan sedikit demi sedikit sisa oleum lecoris aseli dan oleum
cinnamomi, aduk ad homogen

Tambahkan sisa air yang sudah dicampur dengan bahan pewarna,


pengaroma dan pengawet

Aduk ad homogen

Masukkan ke dalam wadah yang sudah ditara dan beri etiket warna putih

I. ETIKET
Apotek STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
Jl. Jombor Indah KM. 1 Buntalan, Klaten (0272) 334456
SIA : 100/SIA/X/2010
Apoteker :

No. 3

Tgl : 18 / 10 / 16

Pro : VELIX

1 x sehari 1 sendok makan


Sebelum / Sesudah makan

J. PROSEDUR KONTROL KUALITAS


1. Organoleptis : warna, bau, rasa
2. Homogenitas : dilihat dibawah lampu, dilihat partikelnya, homogen atau tidak
3. Berat jenis
Cara kerja :
a. Timbang berat piknometer kosong dan kering + tutupnya

b. Ukur volume piknometer


Dengan cara :
1) Timbang berat pikno kosong dan kering + tutupnya (misal p gram)
2) Isi piknometer dengan air hingga penuh lalu direndam dengan es hingga
suhu 2 dibawah suhu percobaan
3) Piknometer ditutup, suhu dinaikkan hingga suhu percobaan. Mestinya
bagian air tumpah karena pemuaian. Lalu air yang menempel di
piknometer dibersihkan
4) Timbang piknometer beserta isinya (misal p + a gram)
5) Hitung massa air {(p + a ) p} gram
6) Volume piknometer tersebut sama dengan volume air
Bj

Volume piknometer =

( berat piknometer+ air )berat pikno kosong


volume piknometer
(berat piknometer +air) berat pikno kosong
bj

c. Hitung BJ emulsi
Dengan cara :
a) Timbang berat piknometer kosong dan kering + tutunya
b) Isi piknometer dengan emulsi hingga penuh, lalu direndam dalam es
hingga suhunya 20 dibawah suhu percobaan
c) Piknometer ditutup, suhu dinaikkan hingga uhu percobaa. Mestinya
bagisn suspensi tumpah karena pemuaia. Lalu emulsi yang menempel
di piknometer dibersihkan.
d) Timbang piknometer beserta isinya.
Bj =

( berat piknometer+ emulsi )berat pikno kosong


volume piknometer

4. Ph
: Diukur dengan Ph strip
5. Viskositas
Dengan cara :
a. Ambil air dan masukkan kedalam cup, kemudian atur suhunya
b. Atur posisi pemberat atau piring logam yang diberi anak timbangan,
agar posisi di atas, jarum rpm menunjukkan angka 15-25 sebelum angka
nol (pada angka 75) dengan cara mengatur gulungan benang di bagian
atas alat.
c. Naikkan sampel, sehingga 3/4 bagian bob terendam dengan letak tepat di
tengah sampel

d. Kontrol lagi suhu sampel, kemudian rem dilepas sehingga pemberat


akan meluncur pelan-pelan ke bawah, mula-mula lambat setelah jarum
rpm sampai di angka 0, kecepatannya kemudian konstan.
e. Pada saat jarum rpm sampai angka 0 stopwatch ditekan dan setelah
jarum rpm sampai pada angka 75 stopwatch di tekan lagi.
f. Lakukan prosedur tadi berulang-ulang dengan menggunakan pemberat
anak timbangan bervariasi dari ringan sampai berat dan sebaliknya dari
berat sampai ringan.
g. Buat kurva hubungan antara berat anak timbangan dengan rpm yang
terjadi.

K. HASIL
1. Organoleptis
Warna

Merah muda

Rasa

strawberry

Bau

Amis khas minyak ikan

Bentuk

Karpus emulsi

2. Homogenitas : Homogen
3. Berat jenis
a. Berat jenis air

1) Berat pikno kosong


Replikasi

Berat

15,8 g

II

15,8 g

III

15,8 g

Rata- rata

47,4 g
3
= 15,8 g

2) Berat pikno + air


Replikasi

Berat

40,6 g

II

40,7 g

III

40,8 g

Rata- rata

122,1 g
3
= 40,7 g

3) Massa air ( Ma ) = (p+a)-p


= 40,7 g 15,8 g
= 14,9 g
4) (Densitas air = 0,99 g/ml)
ma
0,99g/ml =
va
24,9 g
=
va
Va =

24,9 g
0,99 g /ml

= 25,15 ml

( p+ a ) p
bj
40,7 g15,8 g
=
0,99 g/ml
= 25,15 ml

5) Vp =

b. Berat jenis emulsi


1) Berat pikno kosong

Replikasi

Berat

15,8 g

II

15,8 g

III

15,8 g
47,4 g
3
= 15,8 g

Rata- rata

2) Berat pikno + emulsi


Replikasi

Berat

41,3g

II

41,2 g

III

41,3 g
123,8 g
3
= 41,26 g

Rata- rata

3) Berat jenis emulsi =

( p+ e ) p
vol . pikno (vp)

41,26 g15,8 g
25,15 ml
= 25,15 ml
= 1,01 g/ml
=

4. Ph : 4 (Asam )
5. Viskositas : 0,8 d pas.s
6. Tipe emulsi : Minyak dalam air (O/W)

I. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini adalah membuat sediaan cair Emulsi Oleum lecoris
Aselli atau Emulsi Minyak Ikan. Emulsi merupakan suatu disperse dimana fase
terdispers terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh
pembawa yang tidak bercampur. Emulsi minyak dalam air M/A dimana fase
dalam minyak dan fase luar air sedangkan fase air dalam minyak A/M dimana
fase dalam air dan fase luar minyak. Umumnya untuk membuat emulsi yang stabil
perlu fase ketiga atau bagian ketiga dari emulsi, yakni zat pengemulsi (emulsifying
agent). Pada praktikum kali ini adalah membuat sediaan emulsi tipe minyak dalam
air (M/A), yaiut Merupakan suatu jenis emulsi yang fase dispersinya berupa minyak
yang terdistribusi dalam bentuk butiran-butiran kecil didalam fase kontinu yang
berupa air. Emulsi tipe ini umumnya mengandung kadar air yang lebih dari 31-41%
sehingga emulsi M/A dapat diencerkan atau bercampur dengan air dan sangat
mudah dicuci.
Emulsi Minyak Ikan yang ditelah dibuat sebanyak 300 ml dan didalamnya
terkandung zat aktif berupa oleoum lecoris aselli, glycerollum, gummi arabicum,
oleoum cinnamomi, sodium benzozat 0,1%, essen and flavor, dan aqua destilata.
Emulsi yang telah dibuat dapat digunakan untuk menambah nafsu makan. Dan
dapat diminum 1 kali sehari 1 sendok makan sesudah makan.
Seperti kita ketahui bahwa emulsi sendiri adalah campuran antara air dan
minyak. Air dan minyak tidak dapat dicampurkan begitu saja, sehingga perlu
adanya bantuan emulgator. Dalam suatu sediaan emulsi, emulgator berfungsi untuk
menjaga kestabilan emulsi. Emulgator harus memiliki kualitas tertentu. Salah
satunya adalah harus dapat di campurkan dengan bahan formulatif lainnya dan
tidak boleh mengganggu stabilitas dari zat terapetik. Zat harus stabil dan tidak
boleh terurai dalam preparat. Zat pengemulsi tidak boleh toksik, berbau rasa dan
berwarna lemah. Yang paling penting adalah dari kemampuan dari suatu zat
pengemulsi tersebut untuk membentuk emulsi dan menjaga stabilitas dari emulsi.

Gom arab merupakan pengemulsi yang sering dan banyak di gunakan dalam
preparat emulsi selain tragakan, agar, gelatin dan pengemulsi lainnya.
Adapun kesulitan dalam permbuatan sediaan emulsi ini adalah perlu
diperhatikan perbandingan dari zat aktif, pengemulsi, dan air. Perbandingan yang di
gunakan antara minyak ikan : gom arab : air sebesar 2 : 1 :1,5, selain itu juga harus
di perhatikan prosedur pencampuran dari semua bahan agar homogen dan terbentuk
korpus putih (seperti susu) dan akhirnya terbentuk emulsi. Pengadukan juga di
perhatikan yaitu dengan pengadukan searah dan tidak boleh asal mengaduk. Pada
praktikum, sediaan emulsi yang dihasilkan antara fase minyak dan air cepat
memisah dan sediaan yang dihasilkan terlalu encer, hal tersebut mungkin
dikarenakan penimbangan antara emulgator, zat aktif dan air kurang tepat. Jumlah
emulgator yang tidak seimbang sehingga tidak mampu mendispersi emulsi secara
sempurna.
Setelah sediaan terbentuk di lakukan uji terhadap sediaan emulsi yang telah
dibuat. Uji yang dilakukan antara lain uji organoleptis berupa : warna, warna
diberikan untuk menambah keindahan dari sediaan emulsi dan agar menarik. Rasa
diberikan untuk menutupi rasa tidak enak dari sediaan yang dibuat, Pada percobaan
ini warna dan rasa yang ditambahkan adalah pewarna merah dan perasa strawberry.
Bau dicek dengan menggunakan indera penciuman dan bentuk dilihat dengan
indera mata.
Uji homogenitas dilakukan dengan dilihat di bawah lampu, dilihat
partikelnya, homogen atau tidak homogen karena jika sediaan emulsi yang telah
dibuat tidak homogen akan mempengaruhi distribusi obat. Kemudian uji pH
dilakukan dengan menggunakan pH stripe apakah sediaan bersifat asam, basa atau
netral. Pada percobaan ini pH yang dihasilkan sebesar 4, sehingga bersifat asam. Ph
yang rendah dapat dipengaruhi oleh penambahan corigen seperti pewarna dan
perasa. Oleh karena itu penambahan corigen tersebut perlu diperhitungkan dengan
baik agar emulsi memiliki Ph yang stabil atau mendekati stabil.
Kemudiaan uji berat jenis dilakukan dengan menggunakan piknometer
yang sebelumnya telah dikeringkan dengan alkohol 70% , tujuannya diberikan
alkohol 70% pada piknometer adalah agar cepat kering sehingga tidak menambah
dari berat piknometer saat di timbang. Pada percobaan ini BJ emulsi yang diperoleh
sebesar 1,01 g/ml.
Setelah itu uji viskositas dilakukan dengan alat viscometer tujuan untuk
mengetahui seberapa kental emulsi karena akan mempengaruhi dari sifat alir dan
berat jenis. Viskositas yang dihasilkan sebesar 0,8 dpa.s. Terlalu sedikitnya angka
viskositas disebabkan karena sediaan emulsi yang dihasilkan terlalu encer. hal

tersebut mungkin dikarenakan tidak seimbangnya antara jumlah emulgator, zat aktif
dan air.

J. KESIMPULAN
Dari percobaan pembuatan sediaan emulsi yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan :
1. Sediaan yang dibuat sesuai dengan prosedur kerja.
2. Diperoleh uji organoleptis berupa : warna merah muda, rasa strawberry, bau kas
3.
4.
5.
6.
7.

minyak ikan (amis) dan bentuk korpus emulsi.


Diperoleh uji homogenitas : homogen
Diperoleh uji berat jenis emulsi :1,01 g/ml.
Diperoleh uji pH : 4 asam
Diperoleh uji viskositas : 0,8 dPas
Tipe emulsi : minyak dalam air (W/O)

K. DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 2005. Ilmu Meracik Obat. UGM Press: Yogyakarta
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia III, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI-Press: Jakarta

You might also like