You are on page 1of 12

BAHASA ARAB

EJEKTIVA BAHASA ARAB

DISUSUN OLEH :

NURULFALLAH (21501071010)
NISA FEBRIANTI
FAIZATUL HASANAH

PROGRAM STUDI PBSI


FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2015/2016

Ejektifa bahasa Arab adalah kata kerja (isim) yang yang berfungsi memberikan sifat (sifat/na't)
terhadap benda lain atau memberikan keterangan (khobar).
Contoh :
1. Sebagai sifat:
Roaitu syajarotan thowilatan
Saya melihat pohon yang tinggi
2. Sebagi Khobar:
Asyajarotu thowilah
Pohon itu tinggi
Dan berikut 54 kata sifat bahasa Arabbeserta terjemahnya yang telah kami susun secara urut
dengan antonimnya masing-masing:

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

( kabirun ) besar
( shoghirun) kecil
( thowilun ) panjang
( qoshirun ) pendek
( tsakhinun ) tebal
( roqiequn ) tipis
( waasi'un )luas
( dhoyyiqun ) sempit
( amiequn ) dalam
( dhohilun) dangkal
( murtafi'un) tinggi

12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.

( munkhofidhun ) rendah
( sarieun )cepat
( bathiun ) lambat
( haarun ) panas
( baaridun ) dingin
( gholin ) mahal
( rokhisun ) murah
( qowiyyun ) kuat
( dhoifun ) lemah
( jadiedun ) baru
( qhodiemun ) lama
( munierun ) terang
( mudzlimun ) gelap
( sahlun ) mudah
( sho'nun ) susah
( jaafun ) kering
( mubtallun ) basah
( shoofin ) jernih
( kadirun ) keruh
( maahirun ) pintar
( jaahilun ) bodoh
( aliyyun ) tinggi
( saafilun ) rendah
( mutakabbirun ) sombong
( mutawaadhiun ) rendah hati
( mahmuudun ) terpuji
( madzmuumun ) tercela
( naafi'un ) bermanfaat
( mudhirrun ) membahayakan
( mariedhun ) sakit
( saliemun ) sehat
( nadzifun ) bersih
( wasikhun ) kotor
( tahoyyibun ) baik
( khobitsun ) buruk
( yasierun ) mudah

48.
( asierun ) susah
49.
( qoribun ) dekat
50.
( ba'iedun ) jauh
51.
( mustaqimun ) lurus
52.
( mu'awwajun ) bengkok
53.
( katsirun ) banyak
54.
( qolilum ) sedikit
55.
Jika sudah dibaca. jangan lupa hafalkan dan praktikkan ke empat puluh lima kata sifat bahasa
Arab di atas dalam percakan sehari-hari anda. Selamat belajar dan tetap semangat.
Yang kami maksud dengan kata sifat bahasa arab adalah kata-kata yang digunakan untuk
menyipati suatu isim atau kata benda. Biasanya digunakan sebagai khobar dalam pembentukan
jumlah ismiyah atau sebagai na'tun atau sifat yang bisa anda pelajari lebih dalam lagi dalam
pelajaran Na'tun dan Man'utun.
Pada artikel ini Arabiyana akan sebutkan beberapa kata sifat yang disertai dengan antonimnya.
Dan pada artikel lain insyaAlloh akan kami sajikan juga Kata Sifat Bahasa Arab Sehari Hari
Beserta Sinonimnya.

Kata Sifat dan Lawan Katnya |

; kabirun

= besar

; shoghirun

= kecil

; thowilun

= panjang

; qoshirun

= pendek

; tsakhinun

= tebal

; roqiequn

= tipis

; waasi'un

= luas

; dhoyyiqun

= sempit

; amiequn

= dalam

; dhohilun

= dangkal

nsya Allah saya akan memulai menulis belajar bahasa Arab dari Al-Quran. Dimulai dari Surat
Al-Baqaroh. Tiap posting diusahakan tidak terlalu panjang, agar bisa dicerna dan dipahamkan.
Frekeuensi

posting

juga

akan

diatur.

Sebagai pembuka, mari mulai dengan surat Al-Baqaroh ayat 1 dan 2.


Alif lam mim : Hanya Allah yang tahu artinya.



dzalika alkitabu : itu (sebuah) kitab
Pembagian

Jenis

Kata

dalam

bahasa

Arab:

1.

Isim

(kata

benda)

2.

Fiil

(kata

kerja)

3. Harf (kata tugas)

Bandingkan dengan bahasa Indonesia atau Inggris, pembagian kata cukup banyak, ada kata sifat
(adjective), kata benda (noun), kata tunjuk, kata ganti, kata kerja (verb), dsb.
Kok bahasa Arab pembagian kata sedikit sekali: hanya 3?
Ini pertanyaan awal yang sering muncul pada saat orang baru belajar bahasa Arab.
Sebenarnya tidak. Kata dalam bahasa Arab juga banyak jenisnya. Ambil contoh kata dzalika =
itu. Dalam bahasa arab kata ini termasuk kata benda (isim).
Lho kok gitu? Bukannya dalam bahasa Indonesia kata itu adalah kata ganti tunjuk, bukan kata
benda? Kok dalam bahasa arab kata dzalika = itu, termasuk kata benda?
Bukannya dalam bahasa indonesia kata benda itu, misalkan: rumah, mobil, dsb.
Ya, betul. Dalam bahasa Arab, rumah, mobil dsb itu, juga termasuk kata benda, yang disebut kata
benda alam (isim alam), karena benda-benda itu wujud ada di alam. Lalu kata dzalika = itu,
disebut kata benda tunjuk (isim isyaroh).
Ooo begitu Jadi sebenarnya walaupun dalam bahasa Arab kata hanya dibagi 3 jenis (isim,
fiil, dan harf), tapi isim sendiri terbagi-bagi lagi. Ada isim alam, ada isim isyaroh, ada isim
maushul dsb. Insya Allah kita akan bahas satu-satu nanti.
Ooo kalau memang dzalika = itu, yang dalam bahasa Indonesia disebut kata ganti tunjuk,
dalam bahasa arab dia termasuk isim isyaroh. Kalau begitu mengapa pengelompokannya dibagi
menjadi 3 bagian? Kenapa gak dikelompokkan misalkan 8 bagian atau sama dengan
pengelompokan bahasa Ingris?
Nah disini menariknya bahasa Arab. Ternyata pengelompokan jenis kata menjadi 3 saja itu
tujuannya adalah bahwa: hukum-hukum yang berlaku bagi 3 jenis kata tersebut dalam satu
kelompok sama. Contoh, setiap isim, tidak terpengaruh waktu. Misalkan kata buku waktu
kemaren disebut (al-kitaabu), sedangkan waktu besok disebut al-kitaabu.
Bentar-bentar gak ada bedanya dong sama bahasa Inggris atau bahasa Indonesia Book
dalam kalimat Past Tense, tetap Book dalam kalimat future tense. Ok, Anda benar Maksud
saya hanyalah mengatakan bahwa hukum-hukum isim itu dalam satu kelompok tersendiri. Biar

tambah jelas. Kata dzalika (itu), dalam bahasa arab termasuk isim (kata benda), maka kata
dzalika itu juga tunduk kepada hukum-hukum isim (misalkan tidak terikat waktu).
Ah itu sih gampang. Bahasa Indonesia juga begitu kan?
Ok ok, bangaimana kalau saya katakan selain tidak terikat waktu dalam bahasa Arab hukum
isim berubah sesuai dengan jenis kelamin subject? Misal saya sebutkan: Itu buku =
Kalau saya suruh Anda membuat kalimat: Itu pohon. Pohon bahasa Arabnya adalah syajaratun
. Apakah anda akan bilang spt ini:

dzalika sajaratun = itu(sebuah) pohon.
JAWABAN ANDA SALAH. Kenapa?
Karena dzalika adalah isim yang terikat dengan hukum-hukum isim, yang salah satunya
mengatakan bahwa isim berubah mengikuti jenis kelamin subjectnya. Nah kata kitaab (buku)
berjenis kelamin laki-laki, maka kita pakai isim isyaroh (kata tunjuk) berjenis laki-laki juga yaitu
dzalika. Lalu kata dzalika ini menjadi tilka, untuk subject yang berjenis perempuan. Kata pohon
berjenis perempuan, maka yang betul kalimatnya menjadi

tilka syajaratun = itu(sebuah) pohon.
Nah, kira-kira anda kebayang kan, bedanya dengan bahasa Indonesia?
Ringkasnya:
Dalam bahasa Indonesia, kata benda tidak terikat dengan jenis kelamin dari subject yang
dibicarakan. Dalam bahasa Arab, tidak demikian. Contohnya kata itu dalam bahasa arab
termasuk kata benda, maka dia terikat dengan hukum kata benda yang salah satunya
menyatakan: kata itu berubah bentuk sesuai dengan jenis kelamin subject yang dibicarakan. Jadi
kata itu bisa berupa dzalika (untuk subject laki-laki) atau tilka (untuk subject) perempuan.
Topik

2:

Belajar Bahasa Arab dari Al-Quran

Nakiroh

Marifah

Bismillahirrahmanirrahim.
Pada topik 1: telah dibahas secara sepintas pembagian jenis kata dalam bahasa Arab, dimana kata
dalam bahasa Arab hanya dibagi 3, yaitu kata benda (isim), kata kerja (fiil), dan kata tugas
(harf). Contoh yang dipakai menggunakan surat Al-Baqaroh ayat 1 2. Pada topik kali ini akan
dibahas mengenai topik kata benda, mengenai kata benda telah diketahui (definitif), dan kata
benda belum diketahui (marifah).
Baiklah, kita mulai saja.
Pada topik 1, ada penanya (syukron atas pertanyaannya), yang menanyakan kalau memang kata
benda (isim) dalam bahasa Arab, sangat tergantung pada jenis kelamin kata (apakah perempuan
atau laki-laki), maka bagaimana cara menentukan apakah kata benda ini berjenis laki-laki (male),
atau berjenis perempuan (female).
ambil

contoh:


dzalika kitaabun = itu (sebuah) kitab. Adalah struktur kalimat yang benar. Karena kata dzalika
(berjenis laki-laki), kitaabun (berjenis laki-laki).

dzalika syajaratun = itu (sebuah) pohon. Adalah struktur kalimat yang salah. Karena kata dzalika
(berjenis laki-laki), sedangkan pohon (berjenis perempuan).

tilka syajaratun = itu (sebuah) pohon. Inilah kalimat yang benar, karena dua-duanya merupakan
kata benda berjenis perempuan.
Lalu bagaimana mengetahui suatu isim termasuk berjenis laki-laki atau perempuan?
Untuk kata benda penunjuk (isim isyaroh) spt ini, itu, maka tidak ada cara kecuali
dihapalkan saja. Wah repot dong. Gak juga, kata dalam kelompok ini tidak begitu banyak spt:

dzalika

itu

(laki-laki)

tilka

itu

(perempuan)


hadzaa

ini

(laki-laki)

hadzihi = ini (perempuan)


Mengenalkan

Teman

Bayangkan disebelah anda Ada, Febrianti dan Sutanto. Kemudian datang teman lain yang belum
kenal

Febrianti

dan

Sutanto,

maka

Anda

akan

berkata:

Sutanto (hadzaa Sutanto), Febrianti (hadzihi Febrianti). Ini Sutanto, ini Febrianti.
Untuk kata benda alam (isim alam) seperti mobil, kantor, perpustakaan, buku dll, maka cara yang
paling mudah adalah dengan melihat apakah ada ta marbutoh atau ( ta tertutup) pada akhir
katanya. Jika ada ta marbutoh, maka kata ini termasuk jenis perempuan.
Contoh:
syajaratun
baqoratun

=
=

pohon
sapi

betina

fatimah = nama orang


Ada beberapa tanda-tanda lain (yang lebih jarang muncul) untuk isim alam jenis perempuan,
tetapi pada kesempatan kali ini kita hanya tampilkan satu yaitu adanya ta marbutoh. Tanda ini
paling sering muncul.
Nakiroh dan Marifah
Sekarang kita masuk ke topik baru. Pada saat kita baca dzalika al-kitaabu (buku itu),
kata buku ( kitaabu) ditambahkan AL ( )menjadi ( al-kitaabu), penambahan AL ini
maksudnya adalah menjadikan suatu kata benda menjadi sesuatu yang diketahui (definitif), sama
halnya dalam bahasa Inggris, untuk memberitakan sesuatu yang sudah diketahui ditambah THE.
Misalkan:
I

read

book

I read the book aqra-u al-kitaaba

aqra-u

kitaaba

Pada contoh pertama, si pendengar belum mengetahui buku apa yang dimaksud oleh si
pembicara. Sedangkan pada contoh kedua si pembicara yakin si pendengar sudah sama-sama
tahu buku apa yang sedang dia baca.
Pada contoh pertama, kata kitaab disebut nakiroh (artinya belum definitif, belum diketahui oleh
yang mendengar object yang jelas). Sedangkan pada contoh kedua disebut marifah (definitif)
yang artinya pembicara yakin pendengar tahu secara pasti (definitif) object mana yang disebut.
Kembali

ke

surat

Al-Baqaroh:

dzaalika al-kitaabu
maka kitaab (buku) disini marifah, artinya pembaca ayat ini diasumsikan sudah tahu kitaab apa
yang dimaksud. Dzalika Al-kitaabu = buku itu, atau bisa dibaca buku (yang kalian sudah tahu
tentangnya) itu. Menurut tafsir, maksud dari buku itu adalah Al-Quran itu sendiri.
Demikian pembahasan ringkas Marifah dan Nakiroh. Insya Allah akan kita lanjutkan lagi pada
minggu ini atau minggu depan. Jika ada yang ingin dikomentari, ditanyakan, memberikan
usulan, atau perbaikan, silahkan klik comments dibawah. Syukron katsiron.
Topik berikut Insya Allah: Bagaimana struktur kalimat yang sempurna dalam bahasa Arab.
Topik

3:

Membentuk

Kalimat

Sempurna

Belajar Bahasa Arab dari Al-Quran


Bismillahirrahmanirrahim.
Pada topik 2, kita telah menjelaskan apa bedanya kitaabun (buku) dengan al-kitaabu (buku),
yaitu perbedaannya terletak pada telah jelas atau belum jelasnya benda yang dibicarakan oleh si
pendengar. Kebetulan tidak ada respon yang ditulis di Comments, maka saya anggap, para
pembaca telah mengerti. Tetapi ada yang bertemu dengan saya dan menyampaikan kesimpulan
dia di topik ke 2:
Berarti yang akhirannya tun tun itu pasti jenis perempuan ya?, begitu kesimpulan teman
saya tersebut. Saya belum jawab, karena saya ingin share jawabannya di blog ini.

Oke sebelum masuk ke topik inti yaitu membentuk kalimat sempurna, maka seperti biasa saya
menjawab pertanyaan dulu. Oh ya, lain kali, tolooooongg bangeeet. kalau ada pertanyaan
tulisnya di Comments (iconnya di akhir tulisan ini). Tujuannya adalah selain memudahkan saya
mencari jawabannya, pembaca lain juga jadi tahu apa yang dibahas.
Pertanyaan,

atau

lebih

tepatnya

pernyataan:

Berarti yang akhirannya tun tun itu pasti jenis perempuan ya?. Jawaban saya, iya kalau
posisi dia sebagai mubtada atau fail. Nah mengenai mubtada atau fail ini akan kita bahas pada
topik-topik berikutnya. Satu-satu ya teman hehe Belajar itu harus pelan-pelan, biar
meresap Gitu kata ahli hikmah
Kemaren saya ambil contoh: syajaratun (pohon), ini kata berjenis perempuan. Lalu teman
saya mengatakan kalau begitu asal belakangnya tun tun pasti berjenis perempuan. Seperti
syajaratun, bintun (gadis perempuan) dsb.
Saya jawab iya. Tapi bagaimana kalau saya tulis begini syajaratin, atau saya tulis syajaratan.
Saya memang tidak menuliskan harokat

dan lain-lain, karena kalau saya tuliskan, maka

tanda-tanda titik seperti titik pada sya akan tertimpa tanda harokat, sehingga tidak jelas lagi
(apakah ini kerterbatasan Windows XP saya?) Tapi gak apa-apa, karena dalam bahasa Arab yang
asli, tanda-tanda harokat juga tidak ada.
Kembali lagi, kalau pakai harokat bisa saya tulis, syajaratun, syajaratan, syajaratin,
syajaratu, syajarata, dan syajarati, dan kalau dalam bahasa percakapan ta marbutoh nya saya
matikan/saya waqofkan (menjadi bunyi h), sehingga diucapkan menjadi syajarah. Nah loh berarti
ada 7 kemungkinan bacaan. Dimana yang berakhiran tun merupakan salah satunya.
Lalu yang mana yang berjenis perempuan? Jawabannya ke 7 jenis bacaan itu, tidak
mempengaruhi status sebagai kata benda berjenis perempuan. Apakah dibaca syajaratun,
syajaratu, syajaratan, syajarata, syajaratin, syajarati, mapun syajarah.
Lalu apa bedanya dong antara syajaratun dengan syajaratu. Hehe ini pertanyaan yang sama di
kepala saya beberapa bulan yang lalu waktu belajar bahasa Arab. Biar gak penasaran jawaban
singkatnya, jika ada AL ( )misal maka huruf n dibuang. Jadi hanya boleh dibaca
as-syajaratu, as-syajarata, as-syajarati, atau as-syajarah.

Kok begitu? Ya begitulah hukum atau aturan-aturan dalam bahasa Arab, yang hanya orang
Arablah yang berhak membuat aturan-aturan itu.
Pertanyaan ke dua: kalau begitu, apa bedanya antara antara as-syajaratu dengan as-syajarata?
Jawaban ringkasnya adalah melihat kepada posisi yang ditempati oleh kata tsb. Apakah dia
sebagai subject atau sebagai objek. Jika dia sebagai subject, maka dia dibaca as-syajaratu, jika
dia sebagai objek maka dibaca as-syajarata.
Auuu bingung bisa kasih contoh gak?
Gini
Pohon

gini
ini

besar.

( hadzihi

Contoh:
as-syajaratu

kabiiratun)

Saya (telah) melihat (sebuah) pohon. ( ro-ai-tu as-syajarata)


Pohon dalam kalimat pertama berfungsi sebagai subject, maka dia dibaca as-syajaratu,
sedangkan Pohon dalam kalimat dua berfungsi sebagai object maka dia dibaca as-syajarata.
Okeh cukup dulu disitu jawab pertanyaannya ya Sekarang ke topik utama, membuat kalimat
sempurna Tapi pembaca aduh udah kepanjangan disambung nanti saja ya Insya
Allah jangan lupa isi comments di bawah ini. Satu lagi Jangan kapok ya belajar bahasa
Arab Insya Allah dapat pahala kok, karena semakin ngerti bahasa Arab semakin asyikkan
Dengerin imam yang suaranya tartil, merdu, merayu bisa bisa nangis loh, karena tahu apa
yang dibaca sang Imam Syukron.

You might also like