You are on page 1of 15

Learning Objective !

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

diagnosis, etiologi, diagnosis banding, dan prognosis pada scenario


anatomi, fisiologi dan histopatologi kulit
macam-macam penyakit kulit
patofisiologi terjadinya infeksi pada kulit
pemeriksaan penunjang infeksi pada kulit
penatalaksanaan infeksi pada kulit
efluoresensi pada kulit dan gambarnya
klasfikasi dari ulkus

jawaban
1. diagnosis :
keluhan utama : luka di kaki kiri pasien tidak sembuh
lokasi : pada kaki kiri
onset : 4 hari
durasi : tidak di tuliskan
kualitas : tidak dituliskan
kuantitas : tidak dituliskan
faktor modifikasi : untuk mengurangi luka mengoleskan dengan minyak
kelapa dan bawang
keluhan penyerta : tidak dituliskan
riwayat penyakit sebelumnya: 2 minggu sebelumnya pasien merasakan
gatal setelah di gigit nyamuk.
a. Diagnosis sementara : ektima
b. Etiologi : Ektima adalah pioderma ulseratif kulit yang umumnya
disebabkan oleh Streptococcus -hemolyticus. Penyebab lainnya bisa
Staphylococcus aureus atau kombinasi dari keduanya. Menyerang
epidermis dan dermis membentuk ulkus dangkal yang ditutupi oleh
krusta berlapis, biasanya terdapat pada tungkai bawah
c. Diagnosis banding : folikulitis dan impetigo krustosa
d. Prognosis : Prognosis dari ektima ini umumnya baik. Tetapi mungkin
pada penyembuhannya akan menimbulkan skar, dimana keadaan inilah
yang menjadi permasalahan dikemudian hari ketika anak beranjak
dewasa. Dimana dari segi kosmetik terlihat kurang begitu baik apabila
terdapat skar oleh karena penyakit ektima yang dahulunya begitu
banyak
Referensi : Arta, I. 2012. Ektima : Sebuah Laporan Kasus. Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana; Denpasar.
2. Anatomi Kulit :
Kulit adalah organ terbesar pada tubuh manusia dengan berat sekitar 5kg
dan luas 2 m2 pada seseorang dengan berat badan 70 kg. kulit yang tidak
berambut disebut kulit glabrosa, ditemukan pada telapak tangan dan

telapak kaki. Pada kedua lokasi tersebut, kulit memiliki relief yang jelas di
permukaannya yang disebut dermatoglyphics.
Kulit menjalankan berbagai tugas dalam memelihara kesehatan manusia
secara utuh yang meliputi fungsi, yaitu :
1) perlindungan fisik (terhadap gaya mekanik, sinar ultraviolet, bahan
kimia)
2) perlindungan imunologik
3) ekskresi
4) pengindera
5) pengaturan suhu tubuh
6) pembentukan vitamin D
7) kosmetis.
Kulit itu sendiri memiliki 3 lapisan yaitu :
1) epidermis
lapisan epidermis adalah lapisan kulit dinamis, senantiasa bergenerasi,
berespons terhadap rangsangan luar maupun dalam tubuh manusia.
Penyusun terbesar epidermis adalah keratinosit. Terselip diantara
keratinosit adalah sel Langerhans dan melanosit, dan kadang-kadang
juga sel merkel dan limfosit.
Epidermis itu sendiri terbagi menjadi beberapa stratum yaitu :
a. stratum basalis
keratinosit stratum basalis berbentuk toraks, berjajar diatas lapisan
structural yang disebut basal membrane zone (BMZ). Sitoplasma
keratinosit banyak mengandung melanin, pigmen warna yang
tersimpan dalam melanosom. Melanosit mensintesis dan
mendistribusikannya pada sekitar 36 keratinosit di stratum basalis.
Melanin yang tersebar dalam keratinosit memberikan warna secara
keseluruhan pada kulit seseorang. Melanin dapat menyerap sinar
UV yang berbahaya bagi DNA. Sel merkel berfungsi sebagai
reseptor mekanik (mekanoreseptor), terutama berlokasi pada kulit
dengan sensitivitas raba yang tinggi, termasuk kulit yang berambut
maupun galbrosa (bibir dan jari)
b. stratum spinosum
keratinosit pada stratum spinosum memiliki bentuk polygonal,
berukuran lebih besar daripada keratinosit stratum basale. Pada
stratum spinosum terdapat struktur yang bernama desmosome yang
merupakan penyambung antar keratinosit. Desmosome ini terdiri
dari berbagai protein structural, yang memberikan kekuatan pada
epidermis untuk menahan trauma fisis di permukaan kulit.
Pada stratum spinosum dan granulosum terdapat sel Langerhans
(SL) yang berperan penting dalam pertahanan imunologik manusia.
c. stratum granulosum
keratinosit stratum granulosum mengandung keratohyaline
granules (KG) yang terlihat pada pemeriksaan mikroskopis biasa.
KG mengandung profilagrin dan loricrin yang penting dalam
pembentukan cornified cell envelope (CCE).

d. stratum lucidum
Stratum lusidum terdapat langsung dibawah lapisan korneum,
merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma
yang berubah menjadi protein yang disebut eledin. Lapisan
tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki.
e. stratum korneum
adalah lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapis
sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah
berubah menjadi keratin (zat tanduk).
2) Dermis
Dermis merupakan jaringan di bawah epidermis yang juga memberi
ketahanan pada kulit, termoregulasi, perlindungan imonologik dan
ekskresi. Fungsi-fungsi tersebut mampu dilaksanakan dengan baik
karena berbagai elemen pada dermis, yakni struktur fibrosa dan
filamentosa, ground substance, dan selular yang terdiri atas endotel,
fibroblast, sel radang, kelenjar, folikel rambut, dan saraf.
Serabut kolagen membentuk sebagian besar dermis, bersama-sama
serabut elastic memberikan kulit kekuatan dan elastisitasnya.
Keduanya tertanam dalam matriks yang disebut ground substance yang
terbentuk dari proteoglikans (PG) dan glikosaminoglikans (GAG) yang
berfungsi menyerap dan mempertahankan air dalam jumlah besar
sehingga berperan dalam pengaturan cairan dalam kulit dan
mempertahakan growth factors dalam jumlah besar.
3) subkutis
yang terdiri atas jaringan lemak yang mampu mempertahankan suhu
tubuh, dan merupakan cadangan energy, juga menyediakan bantalan
yang
meredam
trauma
melalui
permukaan
kulit.
Adnexa kulit
Yang tergolong adneksa kulit adalah rambut, kelenjar ekrin dan apokrin,
serta kuku.
1) folikel rambut
Folikel rambut adalah suatu insersi sel-sel epidermal ke dalam dermis
yang membentuk selubung akar bagian sebelah luar dari sehelai
rambut. Berada di tengah-tengah dari selubung akar bagian sebelah
luar adalah selubung akar bagian sebelah dalam yang mengelilingi
berkas rambut. Bergerak secara vertikal ke bawah dari folikel rambut,
ditemukan sejumlah struktur anatomis. Bukaan pada epidermis, yang
disebut kanal rambut, diikuti oleh saluran kelenjar sebasea. Di
bawahnya adalah otot arrector pili. Folikel rambut terletak membentuk
suatu sudut dengan kulit, dan ketika kulit dikenai suhu dingin, otot
arrector pili menarik folikel rambut hingga bergerak secara vertikal.
Piloereksi (atau guncangan angsa) meningkatkan ketebalan relatif
kulit, yang lebih lanjut melindungi kulit terhadap cedera akibat dingin.
Folikel rambut tidak terus-menerus memproduksi rambut. Sebaliknya
mereka melalui tiga siklus pertumbuhan, degenerasi, dan istirahat.

Kecuali folikel janggut dan kulit kepala, siklus yang umum bertahan
selama beberapa bulan; folikel kulit kepala melalui suatu siklus yang
bertahan rata-rata 1.100 hari.
2) kelenjar ekrin dan apokrin
kelenjar ekrin berada pada epidermis dan dermis. Fungsi utama dari
kelenjar ini adalah : mengatur pengelepasan panas, ekskresi air dan
elektrolit, dan mempertahankan keasaman permukaan kulit sehingga
mencegah kolonisasi kuman pathogen.
Kelenjar apokrin baru aktif saat pubertas; fungsi kelenjar apokrin pada
manusia tidak jelas tetapi mungkin secret kelenjar ini mengandung
semacam feromon
3) kuku
Kuku terbentuk dari sel-sel terkeratinasi dan memiliki beberapa
segmen anatomis kunci. Yang pertama adalah akar kuku atau matriks,
yang bermula pada bagian dasar dari kuku. Bagian paling proksimal
ditutupi oleh jaringan epidermal (lipatan kuku) dan tidak terlihat oleh
mata. Jaringan pada bagian ujung lipatan kuku adalah kutikula, yang
melekat pada lempeng kuku, bergerak bersamanya dalam jarak yang
pendek saat lempeng bertumbuh, dan kemudian lepas. Area yang
terang, berbentuk sabit yang terproyeksi dari bawah lipatan kuku ibu
jari adalah bagian dari matriks yang dapat terlihat. Area ini disebut
lunula (bulan kecil) dan umumnya tidak terihat pada kuku jari tangan
yang lain atau pada jari kaki.
Bagian utama dari kuku adalah lempeng kuku, yang terbentuk saat selsel matriks berubah dan menjadi sel-sel pipih bertanduk dengan tingkat
perlekatan yang tinggi. Di bawah lempeng kuku adalah dasar kuku,
yang tumbuh keluar dari lapisan sel basal epidermis. Dasar kuku tidak
memanjang hingga ke bagian ujung lempeng kuku. Area dari bagian
ujung dasar kuku ke lekukan distal dari kuku disebut hiponikium. Area
ini penting, karena banyak kondisi medis yang berbeda muncul dari
lokasi ini.

Histopatologi kulit
1) epidermis
a. hyperkeratosis ialah penebalan stratum korneum. Bila inti-inti sel
masih terlihat pada penebalan stratum korneum disebut
parakeratosis, sedangkan bila tidak terlihat inti disebut
ortokeratosis.
b. Hipergranulosis ialah penebalan stratum granulosum
c. Hyperplasia ialah epidermis yang berubah menjadi lebih tebal oleh
karena jumlah sel bertambah
d. Akantosis ialah penebalan stratum spinosum
e. Hypoplasia, epidermis yang menipis oleh karena jumlah sel
berkurang
f. Spongiosis, penimbunan cairan diantara sel-sel epidermis sehingga
celah diantara sel bertambah renggang
g. Eksositosis, sel-sel radang yang masuk ke dalam epidermis, dapat
pula sel darah merah.
h. Akantolisis, hilangnya daya kohesi antar sel-sel epidermis sehingga
menyebabkan terbentuk celah, vesikel atau bula di dalam epidermis
i. Sel diskeratorik, sel epidermis yang mengalami keratinisasi lebih
awal, sitoplasma eosinofilik dengan inti kecil, kadang-kadang tidak
tampak lagi.
2) dermis
a. papilomatosis, papil yang memanjang melampaui batas permukaan
kulit; pada keadaan tertentu papil dapat menghilang atau mendatar.
b. Fibrosis, jumlah kolagen bertambah, susunan berubah, dan
fibroblast bertambah banyak.

c. Sclerosis ialah jumlah kolagen bertambah, susunan berubah,


tampak lebih homogeny dan eosinofilik seperti degenerasi hialin
dengan jumlah fibroblast berkurang.
3) subkutis
banyak penyakit kulit yang kelainannya lebih menonjol di jaringan
subkutis, misalnya eritema nodosum, scleroderma, dan jamur
profunda. Kelainan dapat berupa peradangan, proses degenerative,
nekrosis jaringan, atau vaskulitis.
Perubahan warna pada kuku (kromonikia)
a. leukonikia (kuku berwarna putih)
leukonikia murni, kelainan terletak pada matriks kuku. Dapat
meliputi seluruh kuku atau berupa garis longitudinal (leukonika
striata), transversal atau hanya sebagai bintik-bintik putih
(leukonikia pungtata)
pseudoleukonikia, warna putih disebabkan oleh penyakit diluar
matriks kuku, seperti onkomikosis atau cat kuku.
Half and half nails adalah warna kuku pada bagian proksimal
putih sedangkan bagian distal berwarna merah muda dengan batas
yang jelas. Perubahan warna ini ditemukan pada penderita ginjal
kronis.
Meens transverse band adalah pita putih yang melintang ketika
keracunan arsen.
b. kuku berwarna hijau (green nails)
terjadi pada kuku yang mengalami onikolisis dan paronikia yang berat
akibat infeksi kuman. Pseudomonas aeruginosa yang menghasilkan
pigmen piosianin yang berwarna hijau yang diendapkan pada lempeng
kuku. Kelainan warna ini dapat mengenai seluruh permukaan kuku
atau hanya sebagian kuku.
c. kuku berwarna biru (blue nails)
dapat ditemukan pada penderita penyakit Wilson. Pada penyakit ini
terdapat kelainan metabolism tembaga (Cu) sehingga terjadi
peninggian kadar Cu dalam badan yang memberi warna biru pada
lunula.
d. kuku berwarna kuning (yellow nails)
samman dan white melaporkan sindrom yellow nails terdiri dari:
pertumbuhan kuku yang lambat, kuku cembung dan tebal, lunula tidak
tampak dan seluruh badan kuku menjadi kuning, dan adanya edema
pada kuku, wajah dan efusi pleura.
e. kuku berwarna hitam (black nails)
warna hitam pada kuku disebabkan karena melanogenesis yang
berlebihan. Dapat ditemukan pada pinta, defisiensi vitamin B12,
melanoma maligna dan sindrom Peutz-Jegher
Sumber : FKUI. 2016. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Badan
Penerbit FKUI; Jakarta.

3. macam-macam penyakit kulit


1) Eksim (ekzema)
Eksim ditandai dengan kulit kemerah-merahan, bersisik, pecah-pecah,
merasa gatal terlebih pada malam hari, timbul gelembung kecil yang
diisi air atau nanah, bengkak, melepuh, berwarna merah, amat gatal
dan merasa panas. Penyebabnya alergi terhadap rangsangan zat kimia
spesifik, atau kepekaan terhadap makanan spesifik layaknya udang,
ikan laut, alkohol, vetsin. Pencegahan : menghindari hal-hal atau
bahan-bahan yang bisa manimbulkan alergi.
2) Kudis (skabies)
Gejala : timbul gatal hebat di malam hari, terlebih di sela-sela jari
tangan, dibawah ketiak, aerole (sekeliling puting payudara), dan
permukaan depan pergelangan. Kudis gampang menular keorang lain
baik dengan langsung ataupun tidak langsung (handuk dan baju).
Pencegahan : kudis seringkali terjadi di tempat yang buruk, jadi
memelihara kebersihan tubuh adalah sesuatu yang harus bila ingin
terhindar dari penyakit kulit.
3) Kurap
Penyebab penyakit kurap : jamur. Gejala : kulit jadi tebal dan timbul
lingkaran-lingkaran, bersisik, lembab, berair, dan merasa gatal. Setelah
itu timbul bercak keputihan . Pencegahan : menjaga kebersihan kulit
terlebih di area tengkuk, leher, dan kulit kepala.
4) Bisul (furunkel)
Bisul disebabkan karena adanya infeksi bakteri stafilokokus aureus
pada kulit lewat folikel rambut, kelenjar minyak, kelenjar keringat
yang sesudaah itu menyebabkan infeksi lokal. Faktor yang menambah
risiko terkena bisul diantaranya kebersihan yang buruk, luka yang
terinfeksi, pelemahan diabetes, kosmetika yang menyumbat pori dan
pemakaian bahan kimia.
5) Ketombe (seboroid)
Penyebab penyakit ini diduga erat kaitannya dengan kegiatan kelenjar
sebasea dikulit. Seboroid yang terjadi pada kulit kepala kerap di sebut
juga dengan nama ketombe. Gejala : merah, bersisik, berminyak, bau.
6) Lepra
Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya ialah
mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer
sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius
bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat.
Gejala : umumnya gejala awalnya kulit tampak mengkerut apalagi bila
penyakit tersebut telah akut kumannya perlahan-lahan akan
mengonsumsi kulit dan daging, bila sudah terkena penyakit kulit tipe
ini segera berobat ke dokter.
7) Panu atau Panau
Panau atau panu adalah salah satu penyakit kulit yang dikarenakan
oleh jamur, penyakit panu ditandai dengan bercak yang ada pada kulit
dibarengi rasa gatal pada waktu berkeringat. Bercak-bercak ini dapat

berwarna putih, coklat atau merah bergantung warna kulit si penderita.


Panau sangat banyak didapati pada remaja usia belasan. Walau
demikian panau juga dapat ditemukan pada penderita berusia tua. Cara
pencegahan penyakit kulit panau bisa dilakukan dengan melindungi
kebersihan kulit, dan bisa diobati dengan obat-obatan tradisional
layaknya daun sirih yang digabung dengan kapur sirih dan dioles pada
kulit yang terserang panu.
8) Infeksi jamur kulit
Jamur dapat tumbuh dipermukaan kulit kita, dan mengakibatkan
kerusakan tekstur kulit hingga tampak buruk. Belum lagi, rasa gatal
yang kerap menyerang menyertai infeksi jamur tersebut. Bila tidak
selekasnya diatasi, jamur kulit dengan cepat menyebar kejaringan kulit
yang lebih luas.
Sumber : Djuanda A. 2016. Dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi 7. FKUI; Jakarta
4. Pathogenesis infeksi:
Sifat respon inflamasi kulit terhadap bakteri tertentu, disamping tergantung
pada banyaknya bakteri yang masuk ke dalam kulit (inokulasi kulit), juga
bergantung pada cara bakteri tersebut mencapai daerah yang bersangkutan.
Dinding pembuluh darah sering merupakan tempat utama kelainan kulit
penyebaran infeksi. Manifestasi awal berupa perdarahan atau thrombosis
disertai infark. Kemudian diikuti reaksi selular akibat inokulasi bakteri
dalam kulit, lalu timbul inflamasi setempat dan supurasi. Hal ini dapat
menimbulkan penyebaran sistemik.
Proses infeksi terjadi apabila bakteri telah menempel atau melekat pada sel
host yang biasanya pada sel epitel. Sesudah bakteri menetapkan lokasi
infeksi primer, bakteri dapat berkembang biak dan menyebar secara
langsung melalui jaringan atau melalui sistem limfatik ke aliran darah.
Infeksi ini atau dikenali sebagai bakterimia dapat berlangsung sesaat atau
menetap dan memungkinkan bakteri mencapai jaringan tertentu yang
cocok untuk perkembangbiakannya. Terdapat 3 faktor penting virulensi
bakteri dalam menginfeksi tubuh seseorang dengan suatu faktor adheren,
faktor invasi terhadap sel dan jaringan hos, serta faktor toksin.
Referensi : FKUI. 2016. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Badan
Penerbit FKUI; Jakarta.
5. Pemeriksaan penunjang
1) pemeriksaan mikologik
dilakukan untuk penegakkan diagnosis : dermatofitosis pada kulit,
kuku dan rambut; kandidosis kulit dan kuku; pitriasis vesikolor;
pledra; tinea nigra; mikosis profunda.
a. pemeriksaan langsung
pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat elemen jamur seperti hifa
panjang, hifa pendek, pseudohifa, spora dan blastospora
bahan atau specimen berasal dari :

kulit : kerokan papul, pustule, krusta, skuama, atau vesikel


kuku : kerokan tepi kuku, permukaan, dasar, debris di
bawah kuku, dan bagian terjauh distal kuku
- rambut : rambut dicabut dan kerok kulit pada lesi, atau
potong rambut yang mengandung lesi/benjolan.
b. pemeriksaan biakan
pemeriksaan ini dilakukan untuk : identifikasi jamur penyebab,
kepentingan epidemiologi, dan penelitian
cara pengambilan specimen sama dengan pemeriksaan sediaan
langsung, bahan di ambil sebanyak mungkin dan diletakkan pada
cawan petri
2) pemeriksaan basil tahan asam (BTA)
pemeriksaan bakterioskopik untuk basil tahan asam M.leprae
dilakukan dengan membuat sediaan hapus kerokan jaringan kulit.
WHO menetapkan pengambilan specimen berasal dari cuping telinga
kiri dan kanan serta 2-4 lesi lainnya.
Sumber : FKUI. 2016. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Badan
Penerbit FKUI; Jakarta.
6. penatalaksanaan
Mayoritas lesi membaik dalam 15 hingga 20 hari tanpa pengobatan.
1) Umum :
a. Memperbaiki hygiene dan kebersihan, memperbaiki makanan.
b. Tatalaksana pada penyakit sebelum yang menyumbang kepada
factor predisposisi terjadinya ektima harus diobati.
c. Penatalaksanaan pada ektima ialah penggunaan sabun antiseptik
atau bahan peroksidan yang dicuci pada luka dapat mengurangi
infeksi. Lesi dicuci dengan air dan sabun lalu diolesi dengan
mupirocin atau bacitracin ointment 2 kali sehari.
d. Lesi yang direndam pada air panas dapat membantu terlepasnya
krusta.
2) Khusus :
f. Jika terdapat sedikit, krusta diangkat lalu diolesi dengan salap
antibiotic kloramphenikol 2 %. Kalau banyak, diobati juga dengan
antibiotik sistemik yaitu penicillin V 250 mg, p.o.q.i.d. selama 10
hari atau procaine penivillin G 800 000 U b.i.d/ 1.2 juta per hari,
i.m selama 10 hari.
g. Bagi kasus yang berat, penambahan clindamycin sebanyak 300mg
p.o. b.i.d direkomendasikan.
h. Alternatif digunakan erythromycin 4x500 mg jika pasien alergi
pada penicillin dan pengobatan oral lebih dibutuhkan dari
parenteral.
i. Selain itu terapi topical dengan menggunakan sulkonazol dan
mikonazol bias menyembuhkan lesi dalam 1 minggu.
j. Dicloxacillin oral atau generasi pertama sefalosporin diberi
berdasarkan daya tahan organisme.

k. Terapi topikal dengan kompres terbuka seperti larutan permanganas


kalikus 1/5000 untuk melunakan krusta dan membersihkan debris.
Sumber : Burns Tony, Breathnach Stephen, Cox Neil, Griffiths
Christopher.Ecthyma: Rooks Textbook of Dermatology Eight Edition.
Blackweell.
7. Menurut terjadinya, efloresensi dibagi atas 2:
1) Efloresensi primer (kelainan kulit yang terjadi pada permulaan
penyakit):
o Makula
Makula merupakan lesi datar, secara jelas terlihat sebagai daerah
dengan warna yang berbeda dengan jaringan di sekitarnya atau
membrane mukosa.
Contoh: Tinea vesikolor, morbus Hansen, melanoderma,
leukoderma, purpura, petekie, ekimosis.
Makula tidak dapat dipalpasi. Bentuknya bervariasi dan pinggirnya
tidak jelas. Makuloskuamosa merupakan suatu istilah baru untuk
menggambarkan makula yang tidak dapat dipalpasi, yang hanya
dapat jelas terlihat setelah dibuat goresan ringan.
o Papul
Penonjolan di atas permukaan kulit, sirkumskrip, berukuran
diameter lebih kecil dari 1/2 cm, dan berisikan zat padat. Bentuk
papul dapat bermacam-macam, misalnya setenga bola, contohnya
pada eksem atau dermatitis, kerucut pada keratosis folikularis,
datar pada veruka plana juvenilis, datar dan berdasar polygonal
pada liken planus, berduri dapa veruka vulgaris, bertangkai pada
fibroma pendulans da nada veruka filiformis.
Warna papul dapat merah akibat peradangan, pucat, hiperkrom,
putih atau seperti kulit sekitarnya. Beberapa infiltral mempunyai
warna sendiri yang biasanya baru terlihat setelah eritema yang
timbul bersamaan ditekan dan hilang (lupus, sifilis). Letak papul
dapat epidermal atau kutan.
o Plak (Plaque)
Peninggian di atas permukaan kulit, permukaannya ratadan berisi
zat padat (biasanya ilfiltrat), diameternya 2 cm atau lebih.
Contohnya papul yang melebar atau papul-papul yang
berkonfluensi pada psoriasis.
o Urtika
Edema setempat yang timbul mendadak dan hilang perlahan-lahan,
tetapi bisa hilang beberapa jam kemudian merah jambu atau merah
suram/luntur.
o Nodus
Massa padat sirkumskrip, terletak di kutan atau subkutan, dapat
menonjol, jika diameternnya lebih kecil dari pada 1 cm disebut
nodulus. Nodul lebih padat konsistensinya daripada papul.
o Vesikel

Gelembung berisi cairan serum, beratap, berukuran kurang dari


cm garis tengah, mempunyai dasar dan puncak vesikula dapat
bulat, runcing/umbilikasi; vesikel berisi darah disebut vesikel
hemoragik.
o Bula
Vesikel yang berukuran lebih besar. Dikenal juga istilah bula
hhemoragik, bula purulent, dan bula hipopion.
o Pustul
Vesikel yang berisi nanah, bila nanah mengendap di bagian bawah
vesikel disebut vesikel hipopion
o Kista
Ruangan berdinding dan berisi cairan, sel, maupun sisa sel. Kista
terbentuk bukan akibat peradagan, walaupun kemudian dapat
meradang. Dinding kista merupakan selaput yang terdiri atas
jaringan ikat dan biasanya dilapisi sel epitel atau endotel. Kista
terbentuk dari kelenjar yang melebar dan tertutup, saluran kelenjar,
pembuluh darah , saluran getah bening, atau lapisan epidermis. Isi
kista teriri dari atas hasil dindingnya, yaitu serum, getah bening,
keringat, sebum, sel-sel epitel, lapisan tanduk, dan rambut.
2) Efloresensi sekunder (kelainan kulit yang terjadi selama perjalanan
penyakit):
a. Skuama
Lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit. Skuama dapat
halus sebagai taburan tepung, maupun lapisan tebal dan luas
sebagai lembaran kertas. Dapat dibedakan, misalnya
pitiriasiformis
(halus),
psoriasiformis
(berlapis-lapis),
iktiosiformis (seperti ikan), kutikular (tipis), lamellar (berlapis),
membranosa atau eksfoliativa (lembaran-lembaran), dan keratorik
(terdiri atas zat tanduk).
b. Krusta
Cairan badan yang mengering. Dapat bercampur dengan jaringan
nekrotik, maupun benda asing (kotoran, obat, dan sebagainya).
Warnanya ada beberapa macam: kuning muda berasal dari serum,
kuning kehijauan berasal dari pus, dan kehitaman berasal dari
darah.
c. Erosi
Kelainan kulit yang disebabkan kehilangan jaringan yang tidak
melampaui stratum basal. Contoh bila kulit digaruk sampai
stratum spinosumm akan keluar cairan sereus dari bekas garukan.
d. Ulkus
Hilangnya jarigan yang lebih dalam dari eksoriasi. Ulkus dengan
demikian mempunyai tepi, dinding, dasar, dan isi. Termasuk erosi
dan ekskoriasi dengan entuk liniar ialah fisura atau rhagades,
yakni belahan kulit yang terjadi oleh tarikan jaringan jaringannya

di sekitarnya, terutama terlihat pada sendi dan batas kulit dengan


selaput lendir.
e. Sikatriks
Terdiri atas jaringan tidak utuh, relief kulit tidak normal,
permukaan kulit tidak licin dan tidak terdapat adneksa kulit.
Sikatriks dapat atrofik, kulit mencekung dan dapat hipertrofik,
yang secara klinis terlihat menonjol karena kelebihan jaringan
ikat. Bila sikatriks hipertrofik menjadi patologik, pertumbuhan
melampaui batas luka disebut keloid ( sikatriks yang
pertumbuhhan selnya mengikuti pertumbuhan tumor), da nada
kecenderungan untuk terus melebar.
3) Efloresensi khusus:
a. Kanalikuli
Ruam kulit berupa saluran-saluran pada stratum korneum, yang
tiimbul sejajar dengan permukaan kulit, seperti yang terdapat pada
scabies.
b. Milia (White Head)
Penonjolan di atas permukaan kulit yang berwarna putih, yang
ditimbul oleh penyumbatan saluran kelnjar sebasea, seperti pada
akne sistika.
c. Komedo (Black Head)
Ruam kulit berupa bintik-bintik hitam yan timbul akibat proses
oksidasi udara terhadap sekresi kelenjar sebasea dipermukaan kulit,
seperti agne.
d. Eksantema
Kelainan pada kulit yang timbul serentak pada waktu singkat, dan
tidak berlangsung lama, umumnya didahului oleh demam.
i. Eksantema Skarlatiniformis
Erupsi yang difus dapat generalisata atau lokalisata, berbentuk
eritema nummular.
ii. Eksantema morbiliformis
Erupsi yang berbentuk eritema yang lentikuler
e. Roseola
Eksantema yang lenticular berwarna merah tembaga pada sifilis
dan frambusia
f. Purpura
Eksantema yang lenticular berwarna merah tembaga pada sifilis
dan frambusia
g. Lesi Target
Terdiri dari 3 zona yang berbentuk lingkaran, lingkaran pertmaa
mengandung purpura atau vesikel di bagian tengah yang dikelilingi
oleh lingkaran pucat (lingkaran kedua), lingkaran ketiga adalah
lingkaran eritema. Lesi target biasanya dijumpai di telapak tangan
penderita eritema multiforme (gambaran seperti mata sapi).
h. Burrow

Terowongan yang berkelok-kelok yang meninnggi di epidermis


superfacial yang ditimbulkan oleh parasite.
i. Telangiektasi
Pelebaran kapiler yang menetap pada kulit.
j. Vegetasi
Pertumbuhan berupa penonjolan bulat atau runcing yang mmenjadi
satu. Vegetasi dapat di bawah permukaan kulit, misalnya pada
tubuh. Dalam hal ini disebut granulasi, seperti pada tukak.
Berbagai istilah ukuran. Susunan kelainan/bentuk serta penyebaran
dan lokalisasi dijelaskan berikut ini.
1) Ukuran
a. Miliar: Sebesar kepala jarum pentul
b. Lentikular: Sebedsar biji jagung
c. Numular: Sebesar uang logam 5 rupiah atau 100 rupiah
d. Plakat: en plaque, lebih besar dari numular
2) Susunan kelainan/bentuk
a. Liniar: seperti garis lurus
b. Sirsinar/anular: seperti lingkaran
c. Arsinar: berbentuk bulan sabit
d. Polisiklik: bentuk pinggiran yang sambung menyambung
e. Korimbiformis: Susunan seperti induk ayam yang dikelilingi
anak-anaknya.
f. Bentuk lesi
i. Teratur: misalnya bulat, lonjong, seperti ginjal dan
sebagainya.
ii. Tidak teratur: tidak mempunyai bentuk teratur
3) Penyebaran dan lokalisasi
a. Sirkumskrip: berbatas tegas
b. Difus: tidak berbatas tegas
c. Generalisata: tersebar pada sebagian besarbagian tubuh
d. Regional: mengenai daerah tertentu bagian tubuh badan
e. Universalis: seluruh atau hampir seluruh tubuh (90%-100%)
f. Solitar: hanya satu lesi
g. Herpetiformis: vesikel berkelompok seperti pada herpes zozter
h. Konfluens: dua atau lebih lesi yang menjadi satu
i. Diskret: terpisah satu dengan yang lain
j. Serpiginosa: proses yang menjalar ke satu jurusan diikuti oleh
penyembuhan pada bagian yang ditinggalkan
k. Irisformis: Eritema berbentuk putar lonjong dengan vesikel yang
warna lebih gelap di tengahnya
l. Bilateral: Mengenai kedua belah badan
m. Unilateral: Mengenai sebelah badan

sumber : FKUI. 2016. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Badan
Penerbit FKUI; Jakarta.
8. Klasifikasi ulkus
Jenis
ulkus
Definis
i

Ulkus
arteriosum
Ulkus
yang
terjadi
akibat
gangguan
peredaran darah
arteri

Ulkus
varikosum
Ulkus
yang
disebabkan
oleh gangguan
aliran vena

Ulkus
tropikum
Ulkus
yang
cepat
berkembang
dan
nyeri,
biasanya pada
tungkai bawah

Ulkus
neurotrofik
Ulkus
yang
terjadi karena
tekanan atau
trauma pada
kulit
yang
anestetik

Epidem
-iologi

Lebih
sering
ditemukan pada
orang
tua
berusia di atas
45 tahun
Ulkus ini timbul
karena trauma
pada kulit yang
mengalami

Umumnya
terjadi
pada
orang dewasa
dan tua, wanita
> laki-laki
Adanya
kelainan katup
vena
yang
tidak
dapat

Lebih sering
ditemukan
pada
anakanak
yang
kurang gizi
Tidak
diketahui pasti,
ada 3 faktor
yang

Biasanya
ulkus
ini
timbul pada
usia 45 tahun
atau lebih
Karena
kerusakan
saraf terjadi
neuropati

Etiolog
i

gangguan
peredaran darah
arteri,
atau
timbul dengan
sendirinya
karena kematian
jaringan
oleh
sebab penutupan
arteriol

Gambar Ulkus biasanya


-an
dalam,
klinis
berbentuk plong
(pounced out),
kotor, tepi ulkus
jelas dan rasa
nyeri
terasa
lebih hebat pada
malam
hari,
dapat
timbul
mendadak atau
perlahan-lahan,
terus menerus
atau
hilang
timbul.

berfungsi
dengan
sempurna atau
memang tidak
terbentuk
(kelainan
congenital),
selain itu bisa
disebabkan
oleh
bendungan di
daerah
proksimal
tungkai bawah
oleh
karena
tumor
di
abdomen,
kehamilan,
atau striktur di
lipat paha
Bentuknya
bulat
atau
lonjong,
dangkal,
tertutup oleh
jaringan
nekrotik, dan
jaringan
sekitarnya
hiperpigmentas
i
atau
mengalami
dermatitis
statis

memegang
peranan
timbulnya
penyakit ini,
yaitu trauma,
hygiene
dan
gizi,
dan
infeksi.

yang
berakibat
hilangnya rasa
nyeri
(anestesi),
tekanan atau
trauma yang
berulangulang
pada
daerah
anestesi
tersebut akan
mengalami
kerusakan
jaringan

Bentuk
Bentuk bulat,
lonjong atau tidak
nyeri,
bulat, tertutup berisi jaringan
oleh jaringan nekrotik,
nekrotik, secret biasanya
serosanguinole kering
n yang banyak (anhidrotik),
dan melelah. kulit
Tepi
sedikit disekeliling
lebih
tinggi ulkus
daripada kulit hiperkeratotik
normal.
(kalus)
Dinding ulkus
tidak
bergaung,
tetapi sedikit
melandai
sehingga
berbentuk
seperti cawan.
Jaringan ulkus
meradang.
Sumber : Siregar, RS. 2005. Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. EGC; Jakarta.

You might also like

  • REFARAT
    REFARAT
    Document14 pages
    REFARAT
    AdeLia Nur Fitriana
    No ratings yet
  • LO Blok16scene1
    LO Blok16scene1
    Document19 pages
    LO Blok16scene1
    AdeLia Nur Fitriana
    No ratings yet
  • KLH
    KLH
    Document7 pages
    KLH
    AdeLia Nur Fitriana
    No ratings yet
  • LO Nyeri
    LO Nyeri
    Document14 pages
    LO Nyeri
    AdeLia Nur Fitriana
    No ratings yet
  • LO Kejang
    LO Kejang
    Document8 pages
    LO Kejang
    AdeLia Nur Fitriana
    No ratings yet
  • LO Blok21scene2
    LO Blok21scene2
    Document8 pages
    LO Blok21scene2
    AdeLia Nur Fitriana
    No ratings yet
  • LO Blok20scene1psiko
    LO Blok20scene1psiko
    Document8 pages
    LO Blok20scene1psiko
    AdeLia Nur Fitriana
    No ratings yet
  • LO Blok20scene4Psiko
    LO Blok20scene4Psiko
    Document10 pages
    LO Blok20scene4Psiko
    AdeLia Nur Fitriana
    No ratings yet
  • LOPK Blok20scene1
    LOPK Blok20scene1
    Document6 pages
    LOPK Blok20scene1
    AdeLia Nur Fitriana
    No ratings yet
  • LO Skenario 2
    LO Skenario 2
    Document4 pages
    LO Skenario 2
    AdeLia Nur Fitriana
    No ratings yet
  • LO Blok19scene3
    LO Blok19scene3
    Document15 pages
    LO Blok19scene3
    AdeLia Nur Fitriana
    No ratings yet
  • LO Blok20scene1Alergi
    LO Blok20scene1Alergi
    Document3 pages
    LO Blok20scene1Alergi
    AdeLia Nur Fitriana
    No ratings yet
  • LO Blok17scene1
    LO Blok17scene1
    Document7 pages
    LO Blok17scene1
    AdeLia Nur Fitriana
    No ratings yet
  • LOblok11 Scene3
    LOblok11 Scene3
    Document11 pages
    LOblok11 Scene3
    AdeLia Nur Fitriana
    No ratings yet
  • LOblok 20 Scene 2 Alergi
    LOblok 20 Scene 2 Alergi
    Document9 pages
    LOblok 20 Scene 2 Alergi
    AdeLia Nur Fitriana
    No ratings yet
  • LO 3 Blok12scene3
    LO 3 Blok12scene3
    Document15 pages
    LO 3 Blok12scene3
    AdeLia Nur Fitriana
    No ratings yet
  • LOblok 18 Scene 3 Betul
    LOblok 18 Scene 3 Betul
    Document18 pages
    LOblok 18 Scene 3 Betul
    AdeLia Nur Fitriana
    No ratings yet
  • Lo 2
    Lo 2
    Document4 pages
    Lo 2
    AdeLia Nur Fitriana
    No ratings yet
  • LO Blok13scene3
    LO Blok13scene3
    Document9 pages
    LO Blok13scene3
    AdeLia Nur Fitriana
    No ratings yet
  • LO 3 Muskulo
    LO 3 Muskulo
    Document5 pages
    LO 3 Muskulo
    AdeLia Nur Fitriana
    No ratings yet
  • LO Blok6 Scene2
    LO Blok6 Scene2
    Document4 pages
    LO Blok6 Scene2
    AdeLia Nur Fitriana
    No ratings yet
  • Lo !
    Lo !
    Document4 pages
    Lo !
    AdeLia Nur Fitriana
    No ratings yet
  • Dapus
    Dapus
    Document2 pages
    Dapus
    AdeLia Nur Fitriana
    No ratings yet
  • Learning Objective Blok 5
    Learning Objective Blok 5
    Document10 pages
    Learning Objective Blok 5
    AdeLia Nur Fitriana
    No ratings yet
  • LO Block18scene1
    LO Block18scene1
    Document16 pages
    LO Block18scene1
    AdeLia Nur Fitriana
    No ratings yet
  • Tutorial
    Tutorial
    Document7 pages
    Tutorial
    AdeLia Nur Fitriana
    No ratings yet
  • Papan Nama
    Papan Nama
    Document1 page
    Papan Nama
    AdeLia Nur Fitriana
    No ratings yet
  • Jurnal Critical PDF
    Jurnal Critical PDF
    Document6 pages
    Jurnal Critical PDF
    Nanda Nabilah Ubay
    No ratings yet
  • Grafik
    Grafik
    Document1 page
    Grafik
    AdeLia Nur Fitriana
    No ratings yet
  • Tutorial
    Tutorial
    Document7 pages
    Tutorial
    AdeLia Nur Fitriana
    No ratings yet