Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN AKHIR
BAB II
KEBIJAKAN
TRANSPORTASI DAN
TATA RUANG
2.1 Tataran Transportasi Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
Tataran Transportasi Wilayah Provinsi Sumatera Selatan ditinjau dalam Kebijakan
Studi Tinjau Ulang Tatrawil Propinsi Sumatera Selatan dalam mendukung Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Tahun 2012.
2.1.1 Antisipasi MP3EI untuk Pengembangan Angkutan Barang
Seperti halnya di negara lain, di Indonesia transportasi menjadi urat nadi
perekonomian. Perekonomian sangat dipengaruhi oleh transportasi, pada wilayah-wilayah
tertentu sarana dan prasarana transportasi sudah memadai sehingga perekonomian dan
kesejahteraan masyarakat sudah bagus, sebaliknya ada daerah tertentu yang sarana dan
prasarana transportasi sangat kurang sehingga susah untuk dijangkau, akibatnya
kesejahteraan masyarakatnya yang rendah atau miskin.
Provinsi Sumatera Selatan tidak terlepas dari permasalahan ini. Selayaknya, provinsi
ini memiliki infrastruktur dan sarana transportasi yang memadai untuk meningkatkan
kesejahteraan penduduknya. Mengingat Sumatera Selatan sangat kaya akan sumber daya
alam maka sangat diperlukan infrastruktur guna mengakses seluruh wilayahnya terutama
sentra-sentra produksi, sehingga memiliki konektivitas yang tinggi antar wilayah. Baiknya
jaringan transportasi dinilai akan memicu perekonomian ke arah yang lebih baik, sehingga
perbaikan transportasi dapat mempercepat dan memperluas pembangunan perekonomian.
Sumatera Selatan sudah sangat memerlukan jaringan transportasi yang dapat
menghubungkan setiap kabupaten kotanya. Sehingga arus barang dan jasa antar
kabupaten/kota dalam Provinsi Sumatera Selatan menjadi lancar dan ekonomis.
Hingga saat ini komoditi unggulan Provinsi Sumatera Selatan yang memberikan
kontribusi terbesar adalah dari sektor pertambangan dan penggalian, serta pertanian. Pada
sektor pertanian, perkebunan karet dan kelapa sawit di Sumatera Selatan masih sangat
II 1
LAPORAN AKHIR
potensial dan memiliki harga jual tinggi di pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri.
Pada sektor pertambangan, batubara juga sangat menjanjikan bagi Sumatera Selatan,
disamping harga yang bagus di pasar dalam dan pasar luar negeri potensi cadangan
batubara di Sumatera Selatan masih sangat tinggi. Dengan demikian ketiga komoditi
tersebut yaitu karet, kelapa sawit dan batubara perlu dikembangkan karena sesuai dengan
MP3EI bahwa ketiga komoditi tersebut termasuk dalam komoditi yang dikembangkan.
Dengan demikian, perlu diciptakan konektivitas dari dan ke Sumatera Selatan sehingga
memperlancar pengangkutan produk-produknya yang akan menjadi motor untuk
percepatan pembangunan di banyak sektor melalui Multiflier Effect (efek pengganda).
Dengan mengetahui kawasan yang berpotensi untuk menghasilkan ketiga komoditas
unggulan di Provinsi Sumatera Selatan maka dapat diketahui perencanaan jalur transportasi
yang dapat digunakan untuk mengangkut ketiga jenis komoditas unggulan tersebut beserta
produk turunannya. Selain itu perencanaan jalur transportasi ini juga dapat digunakan
untuk mengangkut hasil bumi lainnya dan angkutan penumpang. Sehingga perencanaan
jalur ini akan mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi di Provinsi Sumatera
Selatan.
Perencanaan yang dilakukan oleh pemerintah selama ini untuk mendukung
perekonomian di Provinsi Sumatera Selatan pada bidang transportasi adalah melalui
pengalihan lalu lintas jalan raya ke moda angkutan lain. Skenario yang dilakukan untuk
penurunan atau Mitigasi Emisi CO2 di Sumatera Selatan melalui penurunan LHR pada ruas
jalan Palembang Betung, yang pada Tahun 2011 mempunyai Volume Capacity Ratio (VCR)
1,58 dan pada Tahun 2012 menjadi 1,33 diturunkan menjadi 1,00. Hal tersebut dilakukan
dengan cara melakukan pengurangan motor 10%, mobil pribadi 8%, truk umum 2 As 10%,
truk 3-5 As umum sampai 15%.
Untuk tahun 2015-2018 dilakukan pengurangan lagi untuk angkutan barang dengan
harapan pada tahun 2015 sistem angkutan KA, jalan tol dan angkutan sungai sudah
terbangun. Penurunan sudah dapat dilakukan lebih jauh lagi untuk mobil hantaran (pick
up) sebesar 10%, truk umum 2 As diturunkan sebesar 20%, truk 3-5 As diturunkan sebesar
15%, truk cair 3-5 As diturunkan sebesar 8%.
II 2
2.1.2
LAPORAN AKHIR
berbagai kualifikasi fungsi dan simpul-simpul berupa terminal penumpang dan atau
barang, sedangkan sarana angkutan jalan terdiri dari berbagai moda yang dapat
menggunakan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Beberapa terminal perlu
dilakukan kajian kembali, karena beberapa terminal tipe A banyak yang tidak berfungsi
dengan semestinya. Selain itu dilihat masih banyaknya daerah yang terisolir, maka perlu
peningkatan jalan di daerah desa tertinggal dan revitalisasi pengusahaan angkutan umum
dan pembentukan rute dan trayek angkutan umum untuk daerah desa tertinggal dan menuju
desa tertinggal.
Arahan pengembangan untuk jaringan jalan yaitu perlunya penambahan jalan untuk
memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan membuat jalur alternatif yang dapat
mengurai lalu lintas agar tidak bertumpuk pada jalur utama dengan cara pembangunan
jalan tol, pembangunan jalan baru ataupun peningkatan jalan lama agar layak dilewati dan
jalan lingkar. Selain itu perlu melakukan pemeliharaan rutin dan berkala tiap ruas jalan
dalam Provinsi Sumatera Selatan.
Berdasarkan karakteristik wilayah pelayanannya, secara umum jaringan prasarana
jalan dapat dibedakan atas jaringan prasarana jalan wilayah (antar perkotaan) dan jaringan
prasarana jalan perkotaan. Beberapa ruas jalan perlu dilakukan kajian berdasarkan
klasifikasi fungsi jalan.
Pembangunan dan pengembangan ruas jalan lingkar, jalan akses, jalan shortcut,
sistem outer ring road pada kota-kota besar Sumatera Selatan termasuk jalan akses yang
menuju Pelabuhan Strategis, Banda dan Terminal terdiri dari:
Pembangunan jalan lingkar Simpang Kepur Muara Lawai Kabupaten Muara Enim
II 3
LAPORAN AKHIR
Pembangunan dan peningkatan Lingkar Utara dan Lingkar Selatan Kota Lubuk
Linggau
Peningkatan Jalan Pangeran Ratu akses menuju Pasar induk dan Terminal
Jakabaring
Pembangunan dan peningkatan jalan akses menuju Bandara Atung Bungsu Pagar
Alam
Pembangunan dan peningkatan jalan akses menuju Pelabuhan Laut Tanjung ApiApi dan Pelabuhan Penyeberangan Tanjung Api-Api
Pembangunan dan peningkatan jalan akses menuju kawasan reklamasi zona 1 dan 2
Tanjung Api-Api
II 4
LAPORAN AKHIR
Kabupaten/Kota
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
1
2
3
4
Palembang
Prabumulih
Pagar Alam
Lubuk Linggau
87,22
98,20
111,75
177,52
56,25
40,85
56,50
191,23
205,75
177,65
73,30
KOTA
64,81
29,95
53,90
38,00
1.462,87
JUMLAH
Sumber: Provinsi Sumsel Dalam Angka, 2016
Kabupaten/Kota
Ogan Komering Ulu
Ogan Komering Ilir
Muara Enim
Lahat
Musi Rawas
Musi Banyuasin
II 5
Panjang
Jalan (Km)
87,22
98,20
111,75
177,52
56,25
40,85
No
Kabupaten/Kota
7
8
9
10
11
12
13
Banyuasin
OKU Selatan
OKI Timur
Ogan Ilir
Empat Lawang
Pali
Musi Rawas Utara
1
2
3
4
Palembang
Prabumulih
Pagar Alam
Lubuk Linggau
JUMLAH
LAPORAN AKHIR
Panjang
Jalan (Km)
56,50
191,23
205,75
177,65
73,30
64,81
29,95
53,90
38,00
1.462,87
Sebagian besar jalan provinsi di Provinsi Sumatera Selatan sudah berupa aspal.
Namun masih terdapat beberapa ruas jalan provinsi yang belum beraspal dan masih
memiliki jenis permukaan jalan lainnya. Untuk kawasan perkotaan seluruh permukaan
jalan provinsi sudah berupa aspal. Sedangkan pada kawasan kabupaten masih terdapat
beberapa jalan provinsi yang belum beraspal seperti pada Kabupaten Ogan Komering Ulu,
OKU Selatan, OKI Timur dan Ogan Ilir. Sedangkan jalan provinsi yang masih memiliki
permukaan jalan lainnya yaitu berada di Kabupaten Muara Enim sepanjang 0,20 km.
Tabel 2.3 Panjang Jalan Menurut Kabupaten/Kota dan Kondisi Jalan di Provinsi
Sumatera Selatan Tahun 2016
Kondisi Jalan (Km)
No
Kabupaten/Kota
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
1
2
Palembang
Prabumulih
Baik
KABUPATEN
70,47
72,30
101,70
163,22
52,15
40,75
55,90
168,13
162,50
139,55
64,60
KOTA
61,04
23,15
II 6
Sedang
Rusak
Rusak
Berat
16,65
13,90
9,85
13,70
4,10
0,10
0,60
14,10
32,05
29,90
8,70
-
0
4,60
0
0
0
0
0
3,00
6,00
4,80
0
-
0,10
7,40
0,20
0,60
0
0
0
6,00
5,20
3,40
0
-
3,77
6,80
0
0
0
0
LAPORAN AKHIR
Kondisi Jalan (Km)
No
3
4
Kabupaten/Kota
Pagar Alam
Lubuk Linggau
JUMLAH
Baik
Sedang
Rusak
48,00
30,80
1.254,25
4,80
1,40
160,42
0
0
18,40
Rusak
Berat
1,10
5,80
29,80
Secara keseluruhan ruas jalan yang ada di Provinsi Sumatera Selatan berada pada
kondisi jalan yang baik. Hal ini dapat dilihat bahwa 1.254,25 km dari total panjang jalan di
Provinsi Sumatera Selatan berada dalam kondisi baik. Namun beberapa ruas jalan masih
mengalami kondisi yang rusak berat seperti pada ruas jalan Kabupaten Ogan Komering Ilir
yang memiliki 4,60 km kondisi jalan rusak dan 7,40 km kondisi jalan rusak berat.
Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2005-2019. Arahan struktur tata ruang Provinsi Sumatera
Selatan diarahkan untuk pengembangan pusat-pusat pelayanan sebagai berikut:
a. Pusat Kegiatan Nasional (Metropolitan Palembang)
PKN Metropolitan Palembang (sebagai kota pusat pemerintahan, perdagangan,
industri, jasa, pariwisata, pendidikan dan pelayanan sosial) merupakan pusat kegiatan
nasional yang sudah berkembang dan jenjang fungsinya ditetapkan sesuai dengan
arahan RTRW. Sebagai ibukota provinsi dan kota, Metropolitan Palembang telah
menunjukkan perkembangan yang pesat dalam dekade terakhir dan fisik
perkotaannya telah melampaui batas-batas administratif kota, terutama pada arah
Barat, Utara dan Selatan.
b. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang terdapat pada Provinsi Sumatera Selatan
mengalami perubahan seiring dengan ditetapkannya Provinsi Sumatera Selatan
sebagai Lumbung Energi Nasional, Lumbung Pangan dan Pengembangan Kawasan
Tanjung Api-Api. Beberapa daerah yang diperkirakan akan mengalami pertumbuhan
lebih cepat dalam kurun waktu 15 tahun ke depan ditingkatkan fungsinya sebagai
Pusat Kegiatan Wilayah. Kota-kota yang termasuk dalam PKW Sumatera Selatan
adalah:
1) PKW Lubuk Linggau (sebagai pusat pemerintahan, jasa, perdagangan, pariwisata
dan pendidikan) merupakan Pusat Kegiatan Wilayah yang sudah berkembang dan
II 7
LAPORAN AKHIR
memiliki potensi perkembangan yang pesat di masa depan. PKW Lubuk Linggau
memiliki bandara dengan jenjang fungsi Pusat Penyebaran Tersier (PPT). Bandara
di Lubuk Linggau yang saat ini merupakan bandara untuk penggunaan dengan
kapasitas terbatas di masa depan akan ditingkatkan kapasitas pelayanannya;
2) PKW Muara Enim (sebagai pusat pemerintahan, jasa, perdagangan dan industri)
didukung oleh adanya potensi sumberdaya alam terutama batubara yang
berkontribusi tidak hanya terhadap Provinsi Sumatera Selatan tetapi juga nasional;
3) PKW Baturaja (sebagai pusat pemerintahan, jasa, perdagangan, industri,
pendidikan dan pariwisata) merupakan pusat Kegiatan Wilayah yang mulai
berkembang dan memiliki potensi perkembangan di masa depan;
4) Kota Kayu Agung (sebagai pusat pemerintahan, jasa dan perdagangan) statusnya
akan ditingkatkan menjadi PKW. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka
pemerintah provinsi dan kabupaten perlu mengambangkan sarana dan prasarana
skala wilayah di Kota Kayu Agung;
5) PKW Indralaya (sebagai pusat pemerintahan, pendidikan, jasa dan perdagangan)
mempunyai kegiatan berskala wilayah yaitu terdapat Universitas Sriwijaya serta
diarahkan sebagai kota pendidikan;
6) PKW Lahat berfungsi sebgaai kota pemerintah, perdagangan, jasa, pariwisata dan
pendidikan yang didukung sektor pertanian dan perkebunan;
7) PKW Sekayu (sebagai pusat pemerintah, jasa dan perdagangan) didukung oleh
keberadaan potensi sumberdaya alam dibidang pertambangan, kehutanan dan
perkebunan;
8) PKW Prabumulih berfungsi sebagai kota pemerintah, pertambangan, industri, jasa
dan perdagangan yang didukung posisi strategis dijalur transportasi regional;
9) Sungsang (sebagai pusat jasa, perdagangan, industri dan pariwisata) saat ini
merupakan permukiman desa, diarahkan sebagai PKW baru dalam jangka panjang
karena adanya potensi besar sehubungan dengan rencana pembangunan Pelabuhan
Laut Tanjung Api-Api sebagai Pelabuhan Utama Primer (PUP) menggantikan
Pelabuhan Boom Baru Palembang.
c. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berupa ibukota kabupaten pemekaran yang terdiri dari:
1) Kota Pangkalan Balai, Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berfungsi sebagai kota
pemerintahan, jasa dan perdagangan;
II 8
LAPORAN AKHIR
2) Kota Muara Beliti, Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berfungsi sebagai kota
pemerintahan, jasa dan perdagangan;
3) Kota Pagar Alam, Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berfungsi sebagai kota
pemerintahan, jasa, perdagangan, pertanian dan pariwisata;
4) Kota Martapura, Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berfungsi sebagai kota
pemerintahan, jasa dan perdagangan;
5) Kota Muara Dua, Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berfungsi sebagai kota
pemerintahan, jasa dan perdagangan.
Gambar 2.1 Peta Arahan Struktur Ruang Pada RTRW Provinsi Sumatera Selatan
2.3.2
II 9
LAPORAN AKHIR
Kabupaten/Kota
Kabupaten Lahat
Ogan Komering Ilir
Ogan Komering Ulu Selatan
Muara Enim
Banyuasin
Ogan Komering Ulu
Pagar Alam
Musi Banyuasin
Sungai besar, terdiri dari: Sungai Musi, Sungai Ogan, Sungai Komering,
Sungai Mesuji, Sungai Lematang, Sungai Sembilang, Sungai Lakitan, Sungai
Banyuasin dan Sungai Lalan.
II 10
c. Kawasan
sempadan
LAPORAN AKHIR
danau/waduk
meliputi
daratan
sepanjang
tepian
b. Taman Nasional Kerinci Seblat di Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuk
Linggau serta Taman Nasional Sembilang di Kabupaten Banyuasin
c. Taman Hutan Raya kelompok Hutan Kemampo di Kabupaten Banyuasin
d. Taman Wisata Alam Punti Kayu di Kota Palembang
e. Cagar Budaya Bukit Siguntang dan Taman Purbakala Sriwijaya di Kota
Palembang, Megalit di Kota Pagaralam dan Kabupaten Lahat dan Situs Candi
Bumiayu di Kabupaten Muara Enim.
4) Kawasan rawan bencana, terdiri dari:
II 11
LAPORAN AKHIR
meliputi
permukiman
eksisting,
prasarana
jalan,
rencana
pengembangan
permukiman, kegiatan industri dan kawasan pertambangan. Luas areal yang direncanakan
sebagai kawasan budidaya non pertanian adalah 157.743,81 Ha atau 1,81% dari luas
wilayah provinsi dengan lokasi penyebaran terdapat di seluruh kabupaten/kota. Kawasan
yang direncanakan untuk pengembangan Pelabuhan Laut Tanjung Api-Api dan Industri
termasuk di kawasan ini dengan luas 13.000 Ha.
Berikut ini merupakan rincian pengembangan pemanfaatan ruang Kawasan Budidaya
di wilayah Provinsi Sumatera Selatan:
1) Kawasan Hutan Produksi seluas 2.024.702 Ha, terdiri dari:
a. Kawasan Hutan Produksi Tetap seluas 1.810.023 Ha yang terletak di:
-
II 12
LAPORAN AKHIR
Kabupaten Lahat;
Kabupaten Banyuasin.
Kabupaten Lahat;
Terkait dengan Kawasan Hutan Produksi Konversi, sesuai dengan arahan yang
ditetapkan dalam Perda No. 5 Tahun 2994 tentang Rencana Struktur Tata Ruang Provinsi
Daerah Tingkat I Sumatera Selatan disebutkan bahwa kawasan ini telah ditetapkan sebagai
kawasan cadangan untuk pengembangan kegiatan pertanian. Sehubungan dengan telah
ditetapkannya Provinsi Sumatera Selatan sebagai Lumbung Pangan, maka pengembangan
sektor pertanian diarahkan pada kawasan ini. Untuk itu, selanjutnya kawasan ini diubah
statusnya menjadi Areal Penggunaan Lain (APL). Luasan kawasan APL mencakup semua
Kawasan Hutan Produksi Konversi yaitu seluas 600.323 Ha.
2) Kawasan Pertanian, terdiri dari:
a. Pertanian Tanaman Pangan (Lahan Basah)
Tanaman pangan lahan basah memiliki luas total 784.003,73 Ha atau sekitar
9,01% yang dikembangkan pada wilayah berikut ini:
-
Kabupaten Banyuasin
II 13
LAPORAN AKHIR
3) Kawasan Perkebunan
Luas kawasan perkebunan di Provinsi Sumatera Selatan adalah 3.231.899,34 Ha
atau sekitar 37,14% dan dikelompokkan sebagai berikut:
a. Wilayah pengembangan komoditi Karet meliputi:
-
Kabupaten Lahat
Kabupaten Banyuasin
Kabupaten Lahat
Kabupaten Banyuasin
Kabupaten Lahat
II 14
LAPORAN AKHIR
Kabupaten Banyuasin
4) Kawasan Peternakan
Kawasan peternakan dikembangkan di semua wilayah Provinsi Sumatera Selatan
terutama pada beberapa wilayah berikut ini:
-
Kabupaten Lahat
Kabupaten Banyuasin
Kabupaten Lahat
Kabupaten Banyuasin
II 15
LAPORAN AKHIR
Kabupaten Lahat;
Kota Prabumulih.
Pada umumnya lokasi kawasan ini berada di dalam kawasan hutan. Berikut adalah
jenis komoditas dari sektor pertambangan di Provinsi Sumatera Selatan beserta
lokasinya:
a. Gas alam dan minyak bumi dikembangkan pada wilayah:
-
Kabupaten Banyuasin;
Kota Prabumulih;
Kabupaten Lahat;
Kabupaten Banyuasin;
II 16
LAPORAN AKHIR
Kabupaten Lahat;
Kabupaten Lahat;
Kota Prabumulih;
Kabupaten Lahat;
Kabupaten Banyuasin;
Kota Palembang;
Kota Prabumulih;
II 17
LAPORAN AKHIR
Kabupaten Lahat;
Kota Prabumulih.
Berbagai industri seperti pupuk, minyak remiling, kayu olahan dan lain-lain
terkonsentrasi di Kota Palembang;
Industri Pengolahan karet, minyak sawit dan pulp di Kabupaten Muara Enim,
Kabupaten Musi Banyuasin dan Kabupaten Ogan Komering Ilir;
Pengembangan industri kecil yang berorientasi pada agro industri dan daerah
Kabupaten Musi Rawas;
II 18
LAPORAN AKHIR
Besak (Palembang), Gunung Dempo (Pagar Alam) dan Danau Ranau (Ogan
Komering Ulu Selatan).
9) Kawasan Permukiman
Pengembangan kawasan permukiman dikembangkan diseluruh Kabupaten/Kota
dengan luas total 144.743,81 Ha atau sekitar 1,66% dengan pengelompokkan sebagai
berikut:
a. Kawasan permukiman padat: di Kota-Kota Palembang, Lubuk Linggau, Muara
Enim, Baturaja, Lahat, Prabumulih, Tanjung Enim dan Pagar Alam.
b. Kawasan permukiman sedang: di Kota-Kota Kayu Agung, Indralaya, Sekayu,
Pangkalan Balai, Muara Dua, Martapura, Tanjung Raja dan Gumawang
(Belitang).
10) Kawasan Tertentu, terdiri dari:
a. Kawasan Hankam:
-
Kawasan Pangkalan dan Instalasi Militer yang telah ada di Provinsi Sumatera
Selatan; dan
Kawasan Hankam yang baru diproses melalui kajian oleh Pemda dan atau
TNI.
II 19
Persentase (%)
6,18
8,18
0,31
1,17
0,16
Pemanfaatan Ruang
Senyulong
LAPORAN AKHIR
Total Luas (Ha)
Total A
B. Kawasan Budidaya Pertanian
1. Pertanian Lahan Basah
2. Pertanian Lahan Kering
3. Perkebunan
4. Perikanan
5. Hutan Produksi
6. Hutan Produksi Terbatas
7. Areal Penggunaan Lain
Total B
C. Kawasan Budidaya Non Pertanian
1. Permukiman
2. Pertambangan
3. Kawasan Tanjung Api-api
Total C
TOTAL A+B+C
Persentase (%)
1.350.891,22
15,53
784.003,73
541.158,58
3.185.446,45
57.473,21
1.810.023,00
214.679,00
600.323,00
7.193.106,97
9,01
6,22
37,14
0,88
20,8
2,47
6,14
82,66
144.743,81
1.231.361,13
13.000,00
157.743,81
8.701.742,00
1,66
14,15
0,15
1,81
100,00
Gambar 2.2
II 20
2.3.3
LAPORAN AKHIR
pengembangan
sistem
transportasi
diarahkan
untuk
menunjang
pengembangan tata ruang di Provinsi Sumatera Selatan dengan tujuan sebagai berikut:
a. Pengembangan sistem transportasi yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan
wilayah Provinsi Sumatera Selatan agar dapat berkembang dengan serasi bersama
dengan wilayah yang ada di sekitarnya. Adapun sasarannya adalah:
-
Memperlancar koneksi dan distribusi arus barang dan jasa serta meningkatkan
mobilisasi penduduk di Provinsi Sumatera Selatan;
Perbatasan Jambi dengan Kota Bumi (Lampung) melalui Lubuk Linggau, Lahat,
Muara Enim, Tanjung Enim, Baturaja dan Martapura disebut Lintas Tengah
Sumatera.
Betung dengan Lubuk Linggau melalui Sekayu, Mangun Jaya, Muara Beliti
disebut Lintas Penghubung.
II 21
LAPORAN AKHIR
Sekayu dengan Muara Rupit melalui Babat Tman dan Bingin Teluk;
Lahat dengan Kepahyangan (Bengkulu) melalui Tebing Tinggi dan Tanjung Raya.
Provinsi Sumatera Selatan melakukan pembangunan pelabuhan laut di Tanjung
Api-api yang diperkirakan akan meningkatkan arus kendaraan dan beban jaringan pada
jalan akses menuju pelabuhan. Jaringan jalan akses menuju ke Pelabuhan Tanjung Api-api
saat ini melalui Kota Palembang. Hal ini dapat menimbulkan beban berlebih terhadap
jaringan jalan di Kota Palembang yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemacetan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu dibangun jalan lingkar luar (outer
ring road) barat untuk melayani arus menerus. Selain itu perlu juga ditingkatkan atau
dibangun jalan sekelas arteri primer yang menghubungkan Kota Palembang dengan
pelabuhan laut di Tanjung Api-api. Oleh karena itu untuk meningkatkan akses menuju
Pelabuhan Tanjung Api-api dan mendistribusikan berbagai produk ekonomi, direncanakan
pembangunan jalan tol Pelembang-Indralaya-Betung.
Gambar 2.3
Peta Arahan Rencana Jaringan Jalan pada RTRW Provinsi Sumatera Selatan
II 22
LAPORAN AKHIR
2.4.2
kawasan strategis Kota Palembang pada RTRW Kota Palembang Tahun 2012-2032 yang
terdiri dari:
a. Kawasan Tepian Sungai Musi (Kawasan Strategis Sosial-Budaya)
Pengembangan aktivitas kota di sepanjang tepian sungai dalam konsep
waterfront/riverside harus digambarkan semaksimal mungkin untuk kepentingan publik
melalui:
-
Pengembangan
node-node
kegiatan
pada
beberapa
lokasi
strategis
yang
berseberangan;
-
No
1
2
3
4
Tabel 2.6 Node-Node Yang Dikembangkan Dalam Penataan Kawasan Tepi Sungai
Musi
Lokasi Node
Kegiatan Pengisi
Benteng Kuto Besak, Masjid Agung, Wisata
Sejarah,
Kegiatan
Masjid Lawang Kidul, Kampung Kapiten, Perlombaan, Event-event Nasional,
Bagus Kuning, Kelenteng 10 Ulu, 16 Ilir, Taman Kota.
kampung Palembang Ulu
Pelabuhan Boom Baru
Kegiatan Pelabuhan
Pulau Kemarau
Wisata Sejarah
Kaki Jembatan Ampera
Taman Kota
II 23
LAPORAN AKHIR
Lapangan Golf
International Hospital
Gambar 2.4
II 24
LAPORAN AKHIR
apabila dikembangkan menjadi pertanian terpadu diharapkan akan menarik investor dari
luar daerah.
Pengembangan dilakukan dengan menambah tujuh zona untuk pengembangan
kawasan agropolitan di Kelurahan Pulokerto, Kecamatan Gandus Palembang. Ketujuh
zona itu adalah zona wisata sungai, sona konservasi, zona pariwisata, zona fauna, zona
minapolitan, zona entrance dan zona floral.
d. Kawasan Kasiba-Lisiba Talang Kelapa (Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi)
Pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman untuk jangka pendek, menengah
dan panjang perlu diselenggarakan dengan pengembangan permukiman skal besar melalui
Kawasan Siap Bangun (Kasiba) dan Lingkungan Siap Bangun (Lisiba) yang berdiri sendiri
sesuai dengan RTRW Kota Palembang. Kawasan siap bangun yang berlokasi di Kelurahan
Talang Kelapa Kecamatan Alang-alang Lebar Palembang dengan luas 649,28 Ha.
e. Kawasan Pusat Kota (Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi)
Kawasan Sudirman merupakan cikal bakal jantung Kota Palembang, dimana
kawasan pusat kota (Central Business District) Kota Palembang berkembang di poros
utama selatan-utara antara Jembatan Musi dan Sudirman-Veteran berperan sebagai city
square. Sedangkan poros Sudirman-Veteran hingga Demang Daun Lebar-Basuki Rahmat
merupakan kawasan perluasan dari kegiatan CBD dengan perkembangan yang sangat
intensif. Perkembangan kondisi Kawasan Sudirman sudah berada pada ambang batas
kemampuannya menampung kegiatan. Sehingga memberikan implikasi terhadap kegiatan
lain yang saling terkait.
f. Kawasan Industri Keramasan Karya Jaya (Kawasan Strategis Pertumbuhan
Ekonomi)
Kawasan Keramasan Karya Jaya diarahkan akan menjadi kompleks kawasan industri
di Kota Palembang. Pembangunan kawasan industri Keramasan Karya Jaya memerlukan
suatu perencanaan yang matang dan komprehensif untuk dapat memberikan manfaat secara
ekonomi, kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan. Pengembangan kawasan
ini terdiri dari empat program yaitu pembangunan infrastruktur wisata sungai Musi,
terminal multi moda, pengembangan pemusatan air limbah dan transportasi perkotaan.
g. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Karya Jaya
Kawasan pengembagan ekonomi terpadu Karya Jaya diarahkan terutama untuk
terminal terpadu, perdagangan dan jasa serta komplek pergudangan. Pengembangan ini
dimaksudkan untuk pemerataan pengembangan wilayah di Kota Palembang khususnya
II 25
LAPORAN AKHIR
antara wilayah Seberang Ilir dan Seberang Ulu. Selain dikembangkan sesuai dengan fungsi
utama kegiatan terminal terpadu yang mencakup terminal angkutan umum, dermaga sungai
dan terminal kereta api, perdaganagn dan jasa serta pergudangan, kawasan ini juga
dikembangkan permukiman untuk mendukung fungsi kawasan tersebut.
h. Kawasan Taman Purbakala Situs Sriwijaya Karanganyar (Kawasan Strategis Sosial
Budaya)
Kawasan taman purbakala situs Sriwijaya Karanganyar dikembangkan menjadi
kawasan cagar budaya untuk memperhatikam kelestarian bukti-bukti peninggalan
bersejarah di Kota Palembang. Pada kawasan situs ini ditemukan sisa-sisa bangunan stupa,
arca Budha, arca Boddhisatwa, kepala arca Buddha dan lempengan emas bertulis.
Kawasan ini terletak di Bukit Siguntang. Arahan pengembangannya kawasan ini akan
dibagi menjadi beberapa komponen antara lain ruang pengolahan data, perpustakaan,
bangunan museum dan TPKS (Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya) sebagai museum
situs.
i. Kawasan Industri Sukarami di Kelurahan Sukajaya, Kecamatan Sukarami
Kawasan industri Sukarami terletak di koridor jalan inner ring road timur Kota
Palembang menuju Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II dan Pelabuhan Laut Tanjung
Api-Api. Kawasan industri ini dimaksudkan untuk memanfaatkan keuntungan lokasi
strategis kedua prasarana perhubungan skala nasional tersebut.
2.4.3
II 26
LAPORAN AKHIR
dan
kawasan
industri,
mengembangkan
pelabuhan
internasional,
untuk
kawasan
minapolitan
di
Kabupaten
Banyuasin
adalah
Kawasan agropolitan
II 27
LAPORAN AKHIR
Kawasan minapolitan
II 28
Gambar 2.5
LAPORAN AKHIR
II 29
LAPORAN AKHIR
Berdasarkan tabel PDRB Provinsi Sumatera Selatan dapat diketahui bahwa PDRB
Provinsi Sumatera Selatan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini dapat diartikan
baik PDRB Nominal maupun PDRB riil selama empat tahun terakhir mengalami kenaikan.
Untuk mengetahui kondisi perekonomian di Kabupaten/kota Provinsi Sumatera
Selatan dapat dilihat dari nilai PDRB menurut Kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan.
Berdasarkan harga berlaku, terdapat tiga Kabupaten/kota yang memberikan peranan cukup
besar terhadap PDRB. Pada tahun 2015, tiga kabupaten/kota yang memberikan sumbangan
terbesar adalah Kota Palembang, Kabupaten Musi Banyuasin dan Kabupaten Muara Enim
dengan peranan masing-masing secara berurutan adalah 32,1 persen; 16,0 persen dan 12,1
persen.
Tabel 2.8 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Kabupaten/Kota Provinsi
Sumatera Selatan (Miliar Rupiah)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kabupaten/Kota
Ogan Komering Ulu
Ogan Komering Ilir
Muara Enim
Lahat
Musi Rawas
Musi Banyuasin
Banyuasin
OKU Selatan
OKI Timur
2012
2013
KABUPATEN
8.537,42
9.254,64
16.048,88
18.145,22
31.602,52
35.262,88
11.374,00
12.395,28
10.989,48
11.972,54
44.524,35
47.640,95
15.636,17
17.524,59
4.672,22
5.221,45
7.844,32
8.775,03
II 30
2014
2015
9.989,80
20.135,48
37.445,44
13.227,77
13.376,33
52.183,24
19.133,85
5.805,75
9.739,84
10.642,63
21.811,38
40.985,98
13.824,15
14.100,93
53.913,52
20.794,41
6.371,60
10.999,60
No
10
11
12
13
1
2
3
4
Kabupaten/Kota
Ogan Ilir
Empat Lawang
Pali
Musi Rawas Utara
Palembang
Prabumulih
Pagar Alam
Lubuk Linggau
JUMLAH
LAPORAN AKHIR
2012
5.793,51
2.897,37
3.996,71
4.816,14
75.268,38
3.954,13
1.809,05
3.318,49
253.083,14
2013
6.557,52
3.173,53
4.509,82
5.029,14
KOTA
85.193,32
4.298,35
1.977,95
3.735,45
280.667,66
2014
7.336,97
3.468,14
4.747,88
5.776,34
2015
8.174,44
3.815,59
5.094,63
5.932,21
95.131,39
5.068,15
2.133,10
4.193,36
308.892,83
108.483,64
5.575,39
2.279,64
4.693,18
337.492,92
Namun jika melihat pertumbuhan ekonominya pada Tahun 2015, tiga kabupaten/kota
yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi tertinggi secara berurutan adalah Kabupaten
Muara Enim, Kabupaten OKU Timur dan Kota Lubuk Linggau dengan laju pertumbuhan
ekonomi masing-masing sebesar 7,6 persen; 6,8 persen dan 6,3 persen.
Tabel 2.9 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Kabupaten/Kota Provinsi
Sumatera Selatan (Miliar Rupiah)
No
Kabupaten/Kota
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
1
2
3
4
Palembang
Prabumulih
Pagar Alam
Lubuk Linggau
JUMLAH
2012
2013
KABUPATEN
7.376,01
7.704,61
14.230,59
15.135,83
26.374,75
28.158,76
9.479,39
9.937,39
9.245,29
9.788,57
35.290,94
36.683,31
13.777,76
14.628,96
4.056,98
4.267,95
6.951,88
7.435,45
5.121,36
5.492,92
2.582,01
2.721,11
3.352,72
3.577,35
4.104,39
4.190,45
KOTA
70.090,31
74.193,37
3.496,88
3.674,19
1.641,56
1.735,06
2.943,70
3.042,98
220.116,52
232.368,58
II 31
2014
2015
7.987,73
15.902,78
29.041,41
10.317,90
10.510,08
38.397,35
15.380,59
4.503,08
7.821,52
5.852,73
2.836,12
3.577,35
4.606,18
8.230,96
16.668,45
31.253,27
10.537,52
11.049,70
39.272,81
16.236,00
4.707,44
8.354,95
6.122,37
2.963,78
3.736,27
4.759,31
78.079,09
4.097,01
1.814,40
3.235,62
243.960,94
82.329,66
4.295,41
1.892,92
3.439,78
255.850,60
2.1
LAPORAN AKHIR
Tataran Transportasi Wilayah Provinsi Sumatera Selatan..................................II2.1.1 Antisipasi MP3EI untuk Pengembangan Angkutan Barang........................II-1
2.1.2 Arah Pengembangan Transportasi Darat (Jalan Raya)..............................II-2
2.2
2.3
Kebijakan Perwilayahan..........................................................................II-7
2.3.1 Rencana Struktur Ruang Sumatera Selatan...........................................II-7
2.3.2 Rencana Pola Ruang.......................................................................II-9
2.3.3 Rencana Pengembangan Infrastruktur Transportasi...............................II-20
2.4
Kawasan Strategis................................................................................II-22
2.4.1 Kawasan Strategis Provinsi Sumatera Selatan......................................II-22
2.4.2 Kawasan Strategis Kota Palembang..................................................II-23
2.4.3 Kawasan Strategis Kabupaten Banyuasin...........................................II-26
2.4.4 Kawasan Strategis Kabupaten Ogan Ilir.............................................II-28
2.5
Perekonomian Wilayah............................................................................II-3
II 32
LAPORAN AKHIR
Y
Gambar 2.1 Peta Arahan Struktur Ruang Pada RTRW Provinsi Sumatera Selatan............II-9
Gambar 2. 2 Peta Arahan Pemanfaatan Ruang Pada RTRW Provinsi Sumatera Selatan. . .II-20
Gambar 2. 3 Peta Arahan Rencana Jaringan Jalan pada RTRW Provinsi Sumatera Selatan.. .
22
Gambar 2. 4 Peta Rencana Pengembangan Kawasan Jakabaring...............................II-24
Gambar 2. 5 Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Ogan Ilir.................................II-29
II 33