Professional Documents
Culture Documents
Antenatal Care merupakan perawatan atau asuhan yang diberikan kepada ibu hamil sebelum
kelahiran, yang berguna untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu hamil
maupun bayinya dengan alan menegakkan hubungan kepercayaan dengan ibu, mendeteksi
komplikasin yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan
pendidikan kesehatan. Asuhan Antenatal penting unuk menjamin proses alamiah kelahiran
berjalan normal dan sehat, baik kepada ibu maupun bayi yang akan dilahirkan.
Menurut syaifudin (2001), mengklasifikasikan ibu hamil dalam status resiko ringan, sedang
dan berat tidak bisa dijadikan patokan lagi, karena semua ibu hamil beresiko tinggi, walaupun
dalam kehamilan berjalan normal, namun dalam persalinan bisa terjadi komplikasi tanpa
diprediksi sebelumnya. Oleh karena itu, setiap ibu hamil harus meeriksa diri secara teratur
dan mendapat pelayanan kebidanan yang optimal didukung oleh sikap bidan yang baik. Sikap
bidan yang baik selama memberikan pelayanan kebidanan kepada setiap ibu hamil
merupakan strategi nyata dalam upaya meningkatkan motivasi ibu hamil akan pentingnya
pemeriksaan kehamilan secara teratur.
Pelaksanaan Antenatal Care di Maluku sudah berjalan baik, hal ini dapat dilihat dari jumlah
pencapaian yang ditentukan oleh Provinsi sebesar 78% mengalami peningkatan hingga
79,1%, sedangkan untuk kota Ambon, target pencapaian yang ditentukan sebesar 80,6%
mengalami peningkatan hingga 89,5% (Dinkes, 2007). Pelaksanaan pelayanan Antenatal Care
di Puskesmas Latuhalat juga berjalan dengan baik, hal ini dapat dilihat dari data K1 dan K4
pada tahun 2006-2007 mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2006 target yang ditentukan
oleh Puskesmas Latuhala adalah 80,6% mengalami peningkatan mencapai 107,18%
sedangkan pada tahun 2007, target yang ditentukan adalah sebesar 87% juga mengalami
peningkatan sebesar 107,3%. Dengan demikian rata-rata setiap bulan, ada 80 ibu hamil yang
datang memeriksakan kehamilannya. Walaupun jumlah ibu hamil yang datang memeriksakan
kehamilannya sudah lebih dari target yang ditentukan, namun mutu pelayanan kebidanan
khususnya pelayanan Antenatal Care perlu ditingkatkan lagi. Hal ini berhubungan dengan
sikap dan penampilan bidan dalam memberikan pelayanan Antenatal Care yang tidak dat
dipisahkan dari standar pelayanan antenatal atau 7 T yan dalam prektek pelaksanaannya
sudah berjalan, naun belum secara menyeluruh khususnya pada pelayanan konseling atau
temu wicara. Hal ini dapat diketahui berdasarkan data yang diperoleh melalui hasil
wawancara awal dengan beberapa ibu.
Dalam upaya untuk lebih meningkatakan motivasi ibu hamil akan pentingnya pemeriksaan
Antenatal Care secara teratur, maka sangat diperlukan peran dari bidan sebaga pelaksana
dalam memberikan pelayanan antenatal care dalam segi penampilan, sikap juga
profesionalisme, karena sebagian ibu hamil akan kembali memeriksakan diri dan
kehamilannya ke tepat yang sama jika dirinya merasa dihargai dan diasuh dengan baik.
Dengan pelayanan bidan yang baik dan profesional, diharapkan dapat lebih meningkatkan
motivasi dan kunjungan ibu hamildalam memeriksakan diri dan kehamilannya secara teratur.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis bermasud meneliti lebih jauh tentang persepsi ibu
hamil terhadap bidan sebagai pelaksana Antenatal Care di Puskesmas Latuhalat. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan khususnya kepada bidan dalam
memberikan pelayanan kepada ib hamil, agar setiap ibu hamil dapat memeriksakan
kehailannya secara teratur dan tepat waktu.
Antenatal Care
Antenatal Care adalah perawatan yang ditujukan kepada ibu hamil, yang bukan saja bila ibu
sakit dan memerlukan perawatan, tetapi juga pengawasan dan penjagaan wanita hamil agar
tidak terjadi kelainan sehingga mendapatkan ibu dan anak yang sehat. Tujuan dari asuha
Antenatal Care adalah untuk memantau kemajuan kehamilan dan memastikan kesehatan ibu
serta tumbuh kembang bayi, juga untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,
mental dan sosial ibu. Disamping tujuan di atas, Antenatal Care juga bertujuan untuk
mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama
hamil termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan, mempersiapkan
persalinan yang cukup bulan, melahirkan dengan selamat baik ibu maupun bayinya dengan
trauma seminimal mngkin, mempersiapkan bu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI ekslusif, mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kesehatan
bayi agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal (Mochtar, 1998
2. Air ketuban
3. Moulage tulang kepala
4. Pembukaan serviks
5. Penurunan kepala
6. Waktu
7. Kontraksi
8. Obat yang diberikan
9. Nadi
10. Tekanan darah
11. Suhu badan
12. Protein, aseton dan volume urine
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan persalinan, asuhan, pengenalan
penyulit dan informasi untuk membuat keputusan klinik.
Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya mendapatkan
asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah terjadinya penyulit yang dapat
mengancam keselamatan jiwa mereka.
Hal ini dapat direkam secaara terpisah dalam catatan kemajuan persalinan atau pada Kartu
Menuju Sehat (KMS) ibu hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat
catatan selama fase laten persalinan. Semua asuahan dan intervens harus dicatat.
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secra seksama, yaitu :
a. Denyut jantung janin : setiap jam.
b. Frekwensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap jam.
c. Nadi : setiap jam.
d. Pembukaan servik : setiap 4 jam.
e. Penurunan : setiap 4 jam.
f. Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam.
g. Produksi urine, aseton dan protein : setiap 2 sampai 4 jam.
Jika ditemui tanda tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi, harus lebih sering
dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila dalam diagnosa ditetapkan adanya penyulit
dalam persalinan. Jka frekwensi kontraksi berkurang dalam satu tay dua jam pertama, nilai
ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya. Bila tidak ada tanda-tanda kegawatan
atau penyulit, ibu dipulangkan dan dipesankan untuk kembali jika kontraksinya menjadi
teratur dan lebih sering. Jika asuhan dilakukan dirumah, penolong persalinan boleh
meninggalkan ibu hanya setelah dipastikan bahwa ibu dan bayinya dalam kondis baik.
Pesankan pada ibu dan keluargannya untuk memberitahukan penolong persalinan jika terjadi
peningkatan frekwensi kontraksi.
Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukan adanya gawat janin.
Jika terdapat mekonium,pantau DJJ secara seksama untuk mengenali tanda-tanda dawat janin
selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin ( denyut jantung janin < 100 atau
< 180 kali permenit ), ibu segera dirujuk kefasilitas kesehatan yang sesuai. Tetapi jika
terdapat mekonium kental, segera rujuk ibuke tempat yang memiliki asuhan
kegawatdaruratan obstetric dan bayi baru lahir.
akomodasi akanbenar-benar terjadi jika tulang kepala yang saling menyusup tidak dapat
dipisahkan. Apabila ada dugaan disproporsi tulang panggul, penting sekali untuk tetap
memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan. Lakukan tndakan pertolongan awal yang
sesuai dan rujuk ibu dengan tanda-tanda disproporsi tulang ke fasilitas kesehatan yang
memadai. Setiap kali melakukn pemeriksaan dalam, nilai penyusup kepala janin. Catat
temuan di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban.
Kemajuan Persalinan.
Pembukaan Servik. Dengan menggunakan metode yang dijelaskan dibagian pemeriksan fisik
dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan servik setiap 4 jam ( lebih sering dilakukan jika ada
tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil
temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda X harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan
lajur besarnya pembukaan servik. Beri tanda untuk temuan temuan dari pemeriksaan dalam
yang dilakukan pertama kali selama fase aktif persalinan di garis waspada. Hubungankan
tanda X dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh ( tidak terputus )
Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin.
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian pemeriksaan fisik dalam bab ini,
nilai dan catat pembukaan servik (setiap 4 jam) lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda
penyulit, nilai dan catat turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Pada persalinan
normal, kemajuan pembukaan serik umumnya diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau
presentasi janin. Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan servik umumnya diikuti
dengan turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Tapi kadangkala, turnnya bagian
terbawah /presentasi janin baru terjadi setelah pembukaan serviksebesar 7 cm. Kata-kata
turunnya kepala dan garis tidak terputus dari 0-5 tertera disisi yang sama dengan angka
pembukaan servik. Berikan tanda O pada garis waktu yang sesuia. Sebagai contoh, jika
kepala bisa dipalpasi 4/5, tulis tanda O dinomer 4, hubungkan tanda O dari setiap
pembukaan dengan garis tidak terputus.
jam sejak dimulainya fase aktif persalinan. Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan.
Dibawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif. Tertera kotak-kotak untuk mencatat
waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menytakan 1 jam penuh dan berkaitan
dengan 2 kotak waktu 30 menit pada lajur kotak diatasnya atau lajur kontraksi dibawahnya.
Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan catatkan pembukaan servik digaris waspada
kemudian catatkan wakyu aktual pemeriksaan ini dikotak waktu yang sesuai. Sebagai contoh,
jika pemeriksaan dalam menunjukan ibu mengalami pembukaan 6 cm pada pukul 15.00,
tuliskan tanda X digaris waspada yang sesuai dengan angka 6 yang tertera disisi luar kolom
paling kiri dan catat waktu yang sesuai pada kotak waktu dibawahnya ( kotak ketiga dari
kiri )
Kontaraksi Uterus.
Persalinan yang normal disertai his yang normal. Pada persalinan normal, makin lanjut
persalinan berlangsung, his akan makin lama, makin sering dan semakin sakit.
1. Mengamati his. Pengamatan his dilakukan setiap jam dalam fase laten, dan setiap setengah
jam dalam fase aktif.
1. < 20 detik ( berupa titik-titik) 2. 20-40 detik (garis miring/arsiran) 3. > 40 detik
( dihitamkan penuh).
Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong persalinan
untuk:
Mencatat kemajuan persalinan
Mencatat kondisi ibu dan janinnya
Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan
Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai
dan tepat waktu
Partus prematurus
Pada saat MRS pembukaan > 9 cm
Akan dilakukan seksio sesar elektif
Pada saat MRS akan dilakukan seksio sesar darurat
Bekas seksio sesar 2 kali
Bekas seksio sesar klasik
Kasus preeklampsia dan eklampsia
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat dengan seksama, yaitu:
Denyut jantung janin: setiap 1/2 jam
Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap 4 jam
Nadi: setiap 1/2 jam
Pembukaan serviks: setiap 4 jam
Jika ditemui gejala dan tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi harus lebih
sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila pada diagnosis disebutkan adanya
penyulit dalam persalinan. Jika frekuensi kontraksi berkurang dalam satu atau dua jam
pertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya.
Bila tidak ada tanda-tanda kegawatan atau penyulit, ibu boleh pulang dengan instruksi
untuk kembali jika kontraksinya menjadi teratur, intensitasnya makin kuat dan frekuensinya
meningkat. Apabila asuhan persalinan dilakukan di rumah, penolong persalinan hanya boleh
meninggalkan ibu setelah dipastikan bahwa ibu dan bayinya dalam kondisi baik. Pesankan
pada ibu dan keluarganya untuk menghubungi kembali penolong persalinan jika terjadi
peningkatan frekuensi kontraksi. Rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai jika fase laten
berlangsung lebih dari 8 jam.
4. tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu penolong
persalinan mulai merawat ibu);
5. waktu pecahnya selaput ketuban.
Kondisi janin:
1. Djj;
2. Warna dan adanya air ketuban;
3. Penyusupan (molase) kepala janin
4. Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin;
5. Garis waspada dan garis bertindak..
Kontraksi uterus:
1. Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit
2. Lama kontraksi (dalam detik) .
3. Obat-obatan dan cairan yang diberikan:
1. Oksitosin;
2. Obat-obatan lailnnya dan cairan IV yang diberikan.
Kondisi ibu:
1. Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh;
B. Kondisi Janin
Bagan atas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin (DJJ), air
ketuban dan penyusupan (kepala janin)
1. Denyut jantung janin
Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tandatanda
gawat janin). Setiap kotak di bagian atas partograf menunjukkan waktu 30 menit. Skala
angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberi
tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian
hubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan garis tegas dan bersambung
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal pada angka 180 dan
100. Sebaiknya, penolong harus waspada bila DJJ mengarah hingga dibawah 120 atau diatas
160. untuk tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ melampaui kisaran
normal ini. Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satu
dari kedua sisi partograf.
pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan dugaan proporsi kepala-panggul (CPD)
ke fasilitas kesehatan rujukan.
Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan antar tulang (molase) kepala janin.
Catat temuan yang ada di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan
lambanglambang
berikut ini:
0: tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
1 ; tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat dipisahkan
3: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka
0-10 yang tertera di kolom paling kiri adalah besamya dilatasi serviks. Nilai setiap angka
sesuai dengan besamya dilatasi serviks dalam satuan centimeter dan menempati lajur dan
kotak tersendiri.
Perubahan nilai atau perpindahan lajur satu ke lajur yang lain menunjukkan penambahan
dilatasi serviks sebesar 1 cm. Pada lajur dan kotak yang mencatat penurunan bagian terbawah
janin tercantum arigka 1-5 yang sesuai dengan metode perlimaan seperti yang telah
dijelaskan
sebelumnya (Menentukan Penurunan Janin). Setiap kotak segi empat atau kubus
menunjukkan waktu 30 menit untuk pencatatat waktu pemeriksaan, denyut jantung janin,
kontraksi uterus dan frekuensi nadi ibu.
1. Pembukaan serviks
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik dalam bab ini,
nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda
penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf setiap temuan dari
setiap pemeriksaan. Tanda 'X' harus dicantumkan di garis waktu yang sesuai dengan lajur
besamya pembukaan serviks.
Perhatikan:
Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan serviks yang sesuai dengan besamya
pembukaan serviks pada fase aktif persalinan yang diperoleh dari hasil periksa dalam.
Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan, temuan (pembukaan serviks) dari
hasil periksa dalam harus dicantumkan pada garis waspada. Pilih angka yang sesuai
dengan bukaan serviks (hasil periksa dalam) dan cantumkan tanda 'X' pada ordinat atau
titik silang garis dilatasi serviks dan garis waspada.
Hubungkan tanda 'X' dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus)
angka pembukaan serviks. Berikan tanda '0' yang ditulis pada garis waktu yang sesuai.
Sebagai cantah, jika hasil pemeriksaan palpasi kepaia di atas simfisi pubis adalah 4/5 maka
tuliskan tanda "0" di garis angka 4. Hubungkan tanda '0' dari setiap pemeriksaan dengan
garis tidak terputus
diberi angka 1-12. Setiap kotak menyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
Kontraksi uterus
Di bawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak dengan tulisan "kontraksi per 10 menit"
di
sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba
dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan cara mengisi kotak
kontraksi yang tersedia dan disesuaikan dengan angka yang mencerrninkan temuan dari hasil
pemeriksaan kontraksi . Sebagai contoh jika ibu mengalami 3 kontraksi dalam waktu satu kali
10 menit, maka lakukan pengisian pada 3 kotak kontraksi
1. Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit
oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.
Kondisi Ibu
Bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan partograf, terdapat kotak atau ruang
untuk mencatat kondisi kesehatan dan kenyamanan ibu selama persalinan.
1. Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.
Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan (lebih sering jika
diduga adanya penyulit). Beri tanda titik (.) pada kolom waktu yang sesuai.
Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering
jika diduga adanya penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang
sesuai.
Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika teIjadi peningkatan mendadak atau
diduga adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh pada kotak yang sesuai.