You are on page 1of 30

Pelayanan ANC berdasarkan kebutuhan individu

Antenatal Care merupakan perawatan atau asuhan yang diberikan kepada ibu hamil sebelum
kelahiran, yang berguna untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu hamil
maupun bayinya dengan alan menegakkan hubungan kepercayaan dengan ibu, mendeteksi
komplikasin yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan
pendidikan kesehatan. Asuhan Antenatal penting unuk menjamin proses alamiah kelahiran
berjalan normal dan sehat, baik kepada ibu maupun bayi yang akan dilahirkan.

Menurut syaifudin (2001), mengklasifikasikan ibu hamil dalam status resiko ringan, sedang
dan berat tidak bisa dijadikan patokan lagi, karena semua ibu hamil beresiko tinggi, walaupun
dalam kehamilan berjalan normal, namun dalam persalinan bisa terjadi komplikasi tanpa
diprediksi sebelumnya. Oleh karena itu, setiap ibu hamil harus meeriksa diri secara teratur
dan mendapat pelayanan kebidanan yang optimal didukung oleh sikap bidan yang baik. Sikap
bidan yang baik selama memberikan pelayanan kebidanan kepada setiap ibu hamil
merupakan strategi nyata dalam upaya meningkatkan motivasi ibu hamil akan pentingnya
pemeriksaan kehamilan secara teratur.

Pelaksanaan Antenatal Care di Maluku sudah berjalan baik, hal ini dapat dilihat dari jumlah
pencapaian yang ditentukan oleh Provinsi sebesar 78% mengalami peningkatan hingga
79,1%, sedangkan untuk kota Ambon, target pencapaian yang ditentukan sebesar 80,6%
mengalami peningkatan hingga 89,5% (Dinkes, 2007). Pelaksanaan pelayanan Antenatal Care
di Puskesmas Latuhalat juga berjalan dengan baik, hal ini dapat dilihat dari data K1 dan K4

pada tahun 2006-2007 mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2006 target yang ditentukan
oleh Puskesmas Latuhala adalah 80,6% mengalami peningkatan mencapai 107,18%
sedangkan pada tahun 2007, target yang ditentukan adalah sebesar 87% juga mengalami
peningkatan sebesar 107,3%. Dengan demikian rata-rata setiap bulan, ada 80 ibu hamil yang
datang memeriksakan kehamilannya. Walaupun jumlah ibu hamil yang datang memeriksakan
kehamilannya sudah lebih dari target yang ditentukan, namun mutu pelayanan kebidanan
khususnya pelayanan Antenatal Care perlu ditingkatkan lagi. Hal ini berhubungan dengan
sikap dan penampilan bidan dalam memberikan pelayanan Antenatal Care yang tidak dat
dipisahkan dari standar pelayanan antenatal atau 7 T yan dalam prektek pelaksanaannya
sudah berjalan, naun belum secara menyeluruh khususnya pada pelayanan konseling atau
temu wicara. Hal ini dapat diketahui berdasarkan data yang diperoleh melalui hasil
wawancara awal dengan beberapa ibu.

Dalam upaya untuk lebih meningkatakan motivasi ibu hamil akan pentingnya pemeriksaan
Antenatal Care secara teratur, maka sangat diperlukan peran dari bidan sebaga pelaksana
dalam memberikan pelayanan antenatal care dalam segi penampilan, sikap juga
profesionalisme, karena sebagian ibu hamil akan kembali memeriksakan diri dan
kehamilannya ke tepat yang sama jika dirinya merasa dihargai dan diasuh dengan baik.
Dengan pelayanan bidan yang baik dan profesional, diharapkan dapat lebih meningkatkan
motivasi dan kunjungan ibu hamildalam memeriksakan diri dan kehamilannya secara teratur.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis bermasud meneliti lebih jauh tentang persepsi ibu
hamil terhadap bidan sebagai pelaksana Antenatal Care di Puskesmas Latuhalat. Hasil

penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan khususnya kepada bidan dalam
memberikan pelayanan kepada ib hamil, agar setiap ibu hamil dapat memeriksakan
kehailannya secara teratur dan tepat waktu.

Antenatal Care

Antenatal Care adalah perawatan yang ditujukan kepada ibu hamil, yang bukan saja bila ibu
sakit dan memerlukan perawatan, tetapi juga pengawasan dan penjagaan wanita hamil agar
tidak terjadi kelainan sehingga mendapatkan ibu dan anak yang sehat. Tujuan dari asuha
Antenatal Care adalah untuk memantau kemajuan kehamilan dan memastikan kesehatan ibu
serta tumbuh kembang bayi, juga untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,
mental dan sosial ibu. Disamping tujuan di atas, Antenatal Care juga bertujuan untuk
mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama
hamil termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan, mempersiapkan
persalinan yang cukup bulan, melahirkan dengan selamat baik ibu maupun bayinya dengan
trauma seminimal mngkin, mempersiapkan bu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI ekslusif, mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kesehatan
bayi agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal (Mochtar, 1998

Skrining dan Deteksi Dini


1. Pengertian
Skrining (screening) adalah deteksi dini dari suatu penyakit atau usaha untuk
mengidentifikasi penyakit atau kelainan secara klinis belum jelas dengan menggunakan test,
pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk membedakan
orang-orang yang kelihatannya sehat tetapi sesunguhnya menderita suatu kelainan.
Test skrining dapat dilakukan dengan :
Pertanyaan (anamnesa)
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan laboratorium
2. Tujuan skrining dan deteksi dini
Skrining bertujuan untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan
pengobatan dini terhadap kasus yang ditemukan. Program diagnosis dan pengobatan dini
hampir selalu diarahkan kepada penyakit yang tidak menular seperti kanker, diabetes
mellitus, glaucoma, dan lain-lain.
3. Persyaratan skrining
Menurut Wilson and Jungner (1986) persyaratan skrining antara lain :
Masalah kesehatan atau penyakit yang diskrining harus merupakan masalah kesehatan yang
penting.
Harus tersedia pengobatan bagi pasien yang terdiagnosa setelah proses skrining.
Tersedia fasilitas diagnosa dan pengobatan.
Contoh program skrining :
Phenylketonuria (PKU) adalah skrining kelainan bawaan metabolisme phenylalanin yg

diakibatkan kerusakan aktifitas enzim phenylalanin-hidroxylase. Penyakit ini muncul pd usia


3-6 bln dan ditandai oleh keterlambatan perkembangan bayi
Test gangguan pendengaran pada bayi harus dilakukan sebelum bayi berusia 8 bulan.
Test Papanicolaou-smear (PAP SMEAR) untuk skrining kanker serviks,
Skrining donor darah untuk mendeteksi HIV.
Mammography dan pemeriksaan fisik untuk skrining kanker payudara pada wanita diatas 50
tahun.
Pemeriksaan alpha-fetoprotein untuk skrining kerusakan (defek) syaraf.
Sepuluh juta orang di dunia terdiagnosis mengidap kanker setiap tahunnya. Diperkirakan
angka ini akan meningkat menjadi 15 juta orang di tahun 2020. Di Indonesia, kanker
menduduki peringkat ke lima penyebab kematian terbanyak.
Ada 4 kanker utama pada perempuan yang perlu di ketahui, antara lain:
Kanker Payudara
Kanker Serviks (Kanker Leher Rahim)
Kanker Ovarium (Kanker Indung Telur)
Kanker Endometrium (Kanker Badan Rahim)
1. Kanker Payudara
Adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker ini menyebabkan
kematian enam juta penderitanya setiap tahun, atau mencapai 12% dari seluruh kasus kanker
payudara di dunia.
Faktor Resiko
Faktor genetik
Usia di atas 50 tahun
Pernah menderita kanker payudara
Riwayat keluarga dengan kanker payudara

Pernah menderita penyakit payudara non-kanker


Haid pertama sebelum usia 12 tahun
Menopause setelah usia 55 tahun
Kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah hamil
Pemakaian terapi hormon
Obesitas pasca menopause
Merokok dan konsumsi alkohol
Paparan bahan kimia
Riwayat radiasi / penyinaran
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Deteksi Dini Penyulit Persalinan


PEMANTAUAN PARTOGRAF
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan
dalam mengambil keputusan dalam penatalaksanaan partograf dimulai pada pembukaan 4 cm
fase aktif. Partograf sebaiknya dibuat untuk setiap ibu yang bersalin, tanpa menghiraukan
apakah persalinan itu normal atau dengan komplikasi.

BIDAN HARUS MENCATAT KONDISI IBU DAN JANIN


1. DJJ

2. Air ketuban
3. Moulage tulang kepala
4. Pembukaan serviks
5. Penurunan kepala
6. Waktu
7. Kontraksi
8. Obat yang diberikan
9. Nadi
10. Tekanan darah
11. Suhu badan
12. Protein, aseton dan volume urine

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan persalinan, asuhan, pengenalan
penyulit dan informasi untuk membuat keputusan klinik.

Kegunaan utama dari patograf adalah :


1. Mengamati dan mencatat informasi kemajuan berjalan normal dan mendeteksi dini
persalinan lama sehingga bidan dapat membuat deteksi dini mengenai kemungkinan
persalinan lama.
2. Menentukan apakah persalinan berjalan normal dan mendeteksi dini peralinan lama
sehingga bidan dapat membuat deteksi dini mengenai kemungkinan persalinan lama.
3. Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan menbantu penolong
persalinan untuk :
a. mencatat kemajuan persalinan.
b. mencatat kondisi ibu dan janinnya.

c. mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.


d. menggunakan informasi yang tercatat untuk seacara dini mengidentifikasi adanya penyulit.
e. menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat
waktu.

Halaman depan partograf mencantumkan :


a. Informasi tentang ibu
b. Kondisi janin
c. Kemajuan persalinan
d. Jam dan waktu
e. Kontraksi uterus
f. Obat-obat dan cairan yang diberikan
g. Kondisi ibu
h. Asuhan pengamatan dan keputusan klinik lainnya

Partograf harus digunakan :


a. untuk semua ibu pase aktif kala I persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan.
Partograf harus digunkan, baik tanpa apapun adanya penyulit. Partograf akan membantu
penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik
persalinan normal maupun yang disertai dengan penyulit.
b. Selama persalinan dan kelahiran disemua tempat ( rumah, puskesmas, klinik bidan swasta,
rumah sakit, dll )
c. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepala ibu selama
persalinan dan kelahiran ( spesialis obgin, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa
kedokteran )

Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya mendapatkan
asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah terjadinya penyulit yang dapat
mengancam keselamatan jiwa mereka.

Pencatatan selama fase laten persalinan.


Kala satu dalam persalinan dibagi menjadi fase laten dan fase aktif yang dibatasi oleh
pembukaan servik
a. Fase Laten : pembukaan servik kurang dari 4 cm.
b. Fase Aktif : pembukaaan servik dari 4 sampai 10 cm.
Selama fase laten persalinan, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat.

Hal ini dapat direkam secaara terpisah dalam catatan kemajuan persalinan atau pada Kartu
Menuju Sehat (KMS) ibu hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat
catatan selama fase laten persalinan. Semua asuahan dan intervens harus dicatat.

Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secra seksama, yaitu :
a. Denyut jantung janin : setiap jam.
b. Frekwensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap jam.
c. Nadi : setiap jam.
d. Pembukaan servik : setiap 4 jam.
e. Penurunan : setiap 4 jam.
f. Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam.
g. Produksi urine, aseton dan protein : setiap 2 sampai 4 jam.

Jika ditemui tanda tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi, harus lebih sering
dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila dalam diagnosa ditetapkan adanya penyulit
dalam persalinan. Jka frekwensi kontraksi berkurang dalam satu tay dua jam pertama, nilai
ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya. Bila tidak ada tanda-tanda kegawatan
atau penyulit, ibu dipulangkan dan dipesankan untuk kembali jika kontraksinya menjadi
teratur dan lebih sering. Jika asuhan dilakukan dirumah, penolong persalinan boleh
meninggalkan ibu hanya setelah dipastikan bahwa ibu dan bayinya dalam kondis baik.
Pesankan pada ibu dan keluargannya untuk memberitahukan penolong persalinan jika terjadi
peningkatan frekwensi kontraksi.

Pencatatan selama fase aktif persalinan ( partograf )


1. informasi tentang ibu.
Lengkapi bagian awal ( atas ) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan.
Waktu kedatangan (tertulis sebagai : Jam pada partograf dan perhatikan kemungkinan ibu
datang dalam fase laten persalinan. Catat waktu terjadinya pecah ketuban.
2. Keselamatan dan kenyamanan janin.

Denyut jantung janin.


Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan pada bagian pemeriksan fisik dalam
bab ini, nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit ( lebih sering jika ada
tanda-tanda gawat janin ). Setiap kotak pada bagian ini, menunjuka waktu 30 menit. Skala
angka disebelah kolom paling kiri menunjukan DJJ. Catat DJJ dengan memberikan tanda titik
pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang
satu dengan titik lainnya dengan garis tidak terputus. Kisaran normal DJJ terpapar pada
partograf diantara garis tebal angka 180 dan 100. tetapi, penolong sudah harus waspada bila

DJJ di bawah 120 atau diatas 160.

Warna dan adanya air ketuban.


Nilai air ketuban setiap kali dilakukanpemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban jika
selaput ketuban pecah. Catat temuan- temuan dalam kotak yang sesuai dibawah lajur DJJ.

Gunakan lambang-lambang berikut ini :


a. U : Ketuban utuh ( belum pecah )
b. J : Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih.
c. M : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium.
d. D : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah.
e. K : Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (kering )

Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukan adanya gawat janin.
Jika terdapat mekonium,pantau DJJ secara seksama untuk mengenali tanda-tanda dawat janin
selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin ( denyut jantung janin < 100 atau
< 180 kali permenit ), ibu segera dirujuk kefasilitas kesehatan yang sesuai. Tetapi jika
terdapat mekonium kental, segera rujuk ibuke tempat yang memiliki asuhan
kegawatdaruratan obstetric dan bayi baru lahir.

Molase ( penyusupan kepala janin )


Penyusupan adalah indicator penting seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri
dengan bagian keraspanggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau tumpang tindih,
menunjukan kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul ( CPD). Ketidak mampuan

akomodasi akanbenar-benar terjadi jika tulang kepala yang saling menyusup tidak dapat
dipisahkan. Apabila ada dugaan disproporsi tulang panggul, penting sekali untuk tetap
memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan. Lakukan tndakan pertolongan awal yang
sesuai dan rujuk ibu dengan tanda-tanda disproporsi tulang ke fasilitas kesehatan yang
memadai. Setiap kali melakukn pemeriksaan dalam, nilai penyusup kepala janin. Catat
temuan di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban.

Gunakan lambang-lambang berikut ini :


0 : tulang tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi.
1 : tulang- tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
2 : tulang tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat dipisahkan.
3 : tulang tulang kepala janin tupang tindih dan tidak dapat dipisahkan.

Kemajuan Persalinan.
Pembukaan Servik. Dengan menggunakan metode yang dijelaskan dibagian pemeriksan fisik
dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan servik setiap 4 jam ( lebih sering dilakukan jika ada
tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil
temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda X harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan
lajur besarnya pembukaan servik. Beri tanda untuk temuan temuan dari pemeriksaan dalam
yang dilakukan pertama kali selama fase aktif persalinan di garis waspada. Hubungankan
tanda X dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh ( tidak terputus )
Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin.
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian pemeriksaan fisik dalam bab ini,
nilai dan catat pembukaan servik (setiap 4 jam) lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda
penyulit, nilai dan catat turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Pada persalinan

normal, kemajuan pembukaan serik umumnya diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau
presentasi janin. Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan servik umumnya diikuti
dengan turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Tapi kadangkala, turnnya bagian
terbawah /presentasi janin baru terjadi setelah pembukaan serviksebesar 7 cm. Kata-kata
turunnya kepala dan garis tidak terputus dari 0-5 tertera disisi yang sama dengan angka
pembukaan servik. Berikan tanda O pada garis waktu yang sesuia. Sebagai contoh, jika
kepala bisa dipalpasi 4/5, tulis tanda O dinomer 4, hubungkan tanda O dari setiap
pembukaan dengan garis tidak terputus.

Garis Waspada dan garis Bertindak.


Garis waspada dimuali pada pembukaan servik 4 cm dan berakhir pada titik di mana
pembukaaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm / jam. Pencatatan selam
faseaktif persalinan harus dimulai digaris waspada jika pembukaan ervik mengarah kesebelah
kanan garis waspada ( pembukaan < 1 cm/jam ), maka harus dipertimbangkan adanya
penyulit ( misalnya fase aktif yang memanjang, macet, dll ). Perimbangkan pula adanya
tindakan interfensi yang diperlukan, misalnya persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan
rujukan ( rumah sakit atau puskesmas ) yang mampu menangani penyulit dan kegawat
daruratan obstetri. Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8
kotak atau 4 jalur kesisi kanan. Jika pembukaan servik berada disebelah kanan garis
bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus dilakukan. Ibu harus tib
ditempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.

Jam dan Waktu


Waktu mulainya fase aktif persalinan . Dibagian bawah partograf ( pembukaan servik dan
penurunan ) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1 -16. setiap kotak menyatakan waktu satu

jam sejak dimulainya fase aktif persalinan. Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan.
Dibawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif. Tertera kotak-kotak untuk mencatat
waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menytakan 1 jam penuh dan berkaitan
dengan 2 kotak waktu 30 menit pada lajur kotak diatasnya atau lajur kontraksi dibawahnya.
Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan catatkan pembukaan servik digaris waspada
kemudian catatkan wakyu aktual pemeriksaan ini dikotak waktu yang sesuai. Sebagai contoh,
jika pemeriksaan dalam menunjukan ibu mengalami pembukaan 6 cm pada pukul 15.00,
tuliskan tanda X digaris waspada yang sesuai dengan angka 6 yang tertera disisi luar kolom
paling kiri dan catat waktu yang sesuai pada kotak waktu dibawahnya ( kotak ketiga dari
kiri )

Kontaraksi Uterus.
Persalinan yang normal disertai his yang normal. Pada persalinan normal, makin lanjut
persalinan berlangsung, his akan makin lama, makin sering dan semakin sakit.
1. Mengamati his. Pengamatan his dilakukan setiap jam dalam fase laten, dan setiap setengah
jam dalam fase aktif.

Yang harus diamati adalah :


a. frekuensi : diukur jumlah his / 10 menit
b. lama : dalam detik dari permulaan his terasa dengan palpasi perut sampai hilang.
2. Mencatat his pada partograf : Di bawah garis waktu, ada 5 kotak kosong melintang
sepanjang partograf, yang pada sisi kirinya tertulis his/10 menit. Satu kotak
menggambarkan satu his. Kalau ada 2 his dalam 10 menit, ada 2 kotak yang diarsir.

Ada 3 cara mengarsir :

1. < 20 detik ( berupa titik-titik) 2. 20-40 detik (garis miring/arsiran) 3. > 40 detik
( dihitamkan penuh).

Obat-obatan dan cairan yang diberikan


Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit
oksitosin yang diberikan per volume cairan intravena dan dalam satuan tetesan per menit.
Obat-obatan lain dan cairan intravena
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dqan atau cairan intravena dalam kotak yang
seuai dengan kolom waktunya.

Kesehatan dan kenyamanan ibu


Nadi, tekanan darah, dan temperatur tubuh
Angka disebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.
a. Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persallinan. (lebih sering jira
dicurigai adanya penyulit). Beri tanda titik pada kolom yang sesuai (.)
b. Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalian (lebih sering jira
dianggap akan ada penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang
sesuai :
c. Nilai dan catat temperatur tubuh ibu ( lebih sering jira meningkat, atau dianggap adanya
infeksi ) setiap 2 jam dan cataat temperatur tubuh dalam kotakyang sesuai.
Volume urine, protein, aseton.
Ukur dan catat jumlah produksi urine ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih).
Jira memungkinkan setiap ibu berkemih, lakukan pemeriksaan adanya saetn atau proten
dalam urine.

Asuhan , pengamatan dan keputusan klinik lainnya.


Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinikn disisi luar kolom partograf,
atau buat catatan terpisah tentang kemajuan dalam persalinan. Cantumkan juga tanggal dan
waktu saat membuat catatan persalinan.

Asuhan, pengamatan atau keputusan klinik mencakup :


Jumlah cairan peroral yang diberikan.
Keluhan sakit kepala atau penglihatan kabur.
Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (obgyn, bidan, dokter umum)
Persiapan sebelum melakukan rujukan.
Upaya rujukan.

Pencatatan pada lembar belakang partograf.


Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama
proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala
I sampai persalinan kala IV (termasuk Bayi baru lahir). Itulah sebabnya bagian ini disebut
sebagai catatan persalinan. Niali dan catat asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas
terutama selama persalinan kala IV untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah
terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang sesuai.
Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik, terutama peamantauan kala
IV ( mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan ). Selain itu, catatan persalinan (yang
sudah diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan untuk menilai atau memantau
sejauh mana telah dilakukan pelaksanaan persalinan bersih dan aman.

Catatan persalinan terdiri dari unsur-unsur berikut :


a. Data dasar.
b. Kala I
c. Kala II
d. Kala III
e. Bayi baru lahir.

Pemanfaatan patograft pada setiap persalinan kala aktif


Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi
untuk membuat keputusan klinik. Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks
melalui periksa dalam.
Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan dernikian juga
dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan
laboratorium, membuat keputusan k1inik dan asuhan atau tindakan yang diberikan
dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin
dan bayi baru 1ahir

Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong persalinan
untuk:
Mencatat kemajuan persalinan
Mencatat kondisi ibu dan janinnya
Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan
Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai
dan tepat waktu

Partograf harus digunakan:


Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen penting
dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk semua persalinan, baik
normal maupun patologis. Partograf sangat membantu penolong persalinan da1am
memantau, mengeva1uasi dan membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan
penyulit maupun yang tidak disertai dengan penyulit.
Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik
bidan swasta, rumah sakit, dll).
Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan
kepada ibu dan proses kelahiran bayinya (Spesialis Obstetri, Bidan, Dokter Umum,
Residen dan Mahasiswa Kedokteran).
Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya
mendapatkan asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu serta membantu mencegah
terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka

Partograf tidak dibuat pada kasus-kasus :

Partus prematurus
Pada saat MRS pembukaan > 9 cm
Akan dilakukan seksio sesar elektif
Pada saat MRS akan dilakukan seksio sesar darurat
Bekas seksio sesar 2 kali
Bekas seksio sesar klasik
Kasus preeklampsia dan eklampsia

Pencatatan selama Fase Laten Kala Satu Persalinan


Seperti yang sudah dibahas, kala satu persalinan terdiri dari dua fase, yaitu fase laten dan fase
aktif yang diacu pada pembukaan serviks:
fase laten: pembukaan serviks kurang dari 4 cm
fase aktif: pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm

Kala Satu Persalinan


Selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat
dicatat secara terpisah, baik di catatan kemajuan persalinan maupun di Kartu Menuju Sehat
(KMS) Ibu Hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama
fase laten persalinan. Semua asuhan dan intevensi juga harus dicatatkan.

Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat dengan seksama, yaitu:
Denyut jantung janin: setiap 1/2 jam
Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap 4 jam
Nadi: setiap 1/2 jam
Pembukaan serviks: setiap 4 jam

Penurunan bagian terbawah janin: setiap 4 jam


Tekanan darah dan temperatur tubuh: setiap 4 jam
produksi urin, aseton dan protein: setiap 2 sampai 4 jam

Jika ditemui gejala dan tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi harus lebih
sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila pada diagnosis disebutkan adanya
penyulit dalam persalinan. Jika frekuensi kontraksi berkurang dalam satu atau dua jam
pertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya.

Bila tidak ada tanda-tanda kegawatan atau penyulit, ibu boleh pulang dengan instruksi
untuk kembali jika kontraksinya menjadi teratur, intensitasnya makin kuat dan frekuensinya
meningkat. Apabila asuhan persalinan dilakukan di rumah, penolong persalinan hanya boleh
meninggalkan ibu setelah dipastikan bahwa ibu dan bayinya dalam kondisi baik. Pesankan
pada ibu dan keluarganya untuk menghubungi kembali penolong persalinan jika terjadi
peningkatan frekuensi kontraksi. Rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai jika fase laten
berlangsung lebih dari 8 jam.

Pencatatan Selama Fase Aktif Persalinan


Halaman depan partograf menginstruksikan observasi dimulai pada fase aktif persalinan dan
menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif
persalinan, yaitu:
Informasi tentang ibu:
1. nama, umur;
2. gravida, para, abortus (keguguran);
3. nomor catatan medikl/nomor puskesmas;

4. tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu penolong
persalinan mulai merawat ibu);
5. waktu pecahnya selaput ketuban.

Kondisi janin:
1. Djj;
2. Warna dan adanya air ketuban;
3. Penyusupan (molase) kepala janin
4. Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin;
5. Garis waspada dan garis bertindak..

Jam dan waktu:


1. Waktu mulainya fase aktif pers'alinan;
2. Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian .

Kontraksi uterus:
1. Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit
2. Lama kontraksi (dalam detik) .
3. Obat-obatan dan cairan yang diberikan:
1. Oksitosin;
2. Obat-obatan lailnnya dan cairan IV yang diberikan.

Kondisi ibu:
1. Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh;

2. Urin (volume, aseton atau protein).


Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom yang tersedia di sisi
partograf atau di catatan kemajuan persalinan)

Mencatat Temuan Pada Partograf


A. lnformasi Tentang Ibu
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan.
Waktu kedatangan (tertulis sebagai: jam atau pukul pada partograf) dan perhatikan
kemungkinan ibu datang dalam fase laten. Catat waktu pecahnya selaput ketuban.

B. Kondisi Janin
Bagan atas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin (DJJ), air
ketuban dan penyusupan (kepala janin)
1. Denyut jantung janin
Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tandatanda
gawat janin). Setiap kotak di bagian atas partograf menunjukkan waktu 30 menit. Skala
angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberi
tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian
hubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan garis tegas dan bersambung
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal pada angka 180 dan
100. Sebaiknya, penolong harus waspada bila DJJ mengarah hingga dibawah 120 atau diatas
160. untuk tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ melampaui kisaran
normal ini. Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satu
dari kedua sisi partograf.

2. Warna dan adanya air ketuban


Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan nilai warna air
ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah
lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut ini:
U : selaput ketuban masih utuh (belum pecah)
J : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jemih
M : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
D : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K :selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir lagi ("kering")
Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat
mekonium, pantau DJJ dengan seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin selama
proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau > 180
kali per menit) maka ibu harus segera dirujuk
Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawat daruratan obstetri dan bayi baru lahir

3. Penyusupan (Molase) Tulang Kepala Janin


Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat
menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar detajat
penyusupan atau tumpang-tindih antar tulang kepala semakin menunjukkan risiko disproporsi
kepala-panggul (CPD).
Ketidak-mampuan untuk berakomodasi atau disproporsi ditunjukkan melalui derajat
penyusupan atau tumpang-tindih (molase) yang berat sehingga tulang kepala yang saling
menyusup, sulit untuk dipisahkan. Apabila ada dugaan disproprosi kepala-panggul maka
penting untuk tetap memantau kondisi janin serta kemajuan persalinan. Lakukan tindakan

pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan dugaan proporsi kepala-panggul (CPD)
ke fasilitas kesehatan rujukan.
Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan antar tulang (molase) kepala janin.

Catat temuan yang ada di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan
lambanglambang
berikut ini:
0: tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
1 ; tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat dipisahkan
3: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan

Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka
0-10 yang tertera di kolom paling kiri adalah besamya dilatasi serviks. Nilai setiap angka
sesuai dengan besamya dilatasi serviks dalam satuan centimeter dan menempati lajur dan
kotak tersendiri.

Perubahan nilai atau perpindahan lajur satu ke lajur yang lain menunjukkan penambahan
dilatasi serviks sebesar 1 cm. Pada lajur dan kotak yang mencatat penurunan bagian terbawah
janin tercantum arigka 1-5 yang sesuai dengan metode perlimaan seperti yang telah
dijelaskan
sebelumnya (Menentukan Penurunan Janin). Setiap kotak segi empat atau kubus
menunjukkan waktu 30 menit untuk pencatatat waktu pemeriksaan, denyut jantung janin,
kontraksi uterus dan frekuensi nadi ibu.
1. Pembukaan serviks

Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik dalam bab ini,
nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda
penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf setiap temuan dari
setiap pemeriksaan. Tanda 'X' harus dicantumkan di garis waktu yang sesuai dengan lajur
besamya pembukaan serviks.

Perhatikan:
Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan serviks yang sesuai dengan besamya
pembukaan serviks pada fase aktif persalinan yang diperoleh dari hasil periksa dalam.
Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan, temuan (pembukaan serviks) dari
hasil periksa dalam harus dicantumkan pada garis waspada. Pilih angka yang sesuai
dengan bukaan serviks (hasil periksa dalam) dan cantumkan tanda 'X' pada ordinat atau
titik silang garis dilatasi serviks dan garis waspada.
Hubungkan tanda 'X' dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus)

2. Penurunan bagian terbawah janin


Setap kali melakukan periksa dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering (jika ditemukan
tandatanda
penyulit). Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala (perlimaan) yang
menunjukkan seberapa jauh bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul. Pada
persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks selalu diikuti dengan turunnya bagian
terbawah janin. Tapi ada kalanya, penurunan bagian terbawah janin baru terjadi setelah
pembukaan serviks mencapai 7 cm.
Tulisan "Turunnya kepala" dan garis tidak terputus dari 0-5, tertera di sisi yang sama dengan

angka pembukaan serviks. Berikan tanda '0' yang ditulis pada garis waktu yang sesuai.
Sebagai cantah, jika hasil pemeriksaan palpasi kepaia di atas simfisi pubis adalah 4/5 maka
tuliskan tanda "0" di garis angka 4. Hubungkan tanda '0' dari setiap pemeriksaan dengan
garis tidak terputus

3. Garis waspada dan garis bertindak


Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik dimana
pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per jam. Pencatatan
selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks
mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka
harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya : fase aktif yang memanjang, serviks kaku,
atau inersia uteri hipotonik, dll).

Pertimbangkan perlunya melakukan intervensi bermanfaat yang diperlukan, rnisalnya :


persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang memiliki
kemampuan untuk menatalaksana penyulit atau gawat darurat obstetri. Garis bertindak tertera
sejajar dan di sebelah kanan (berjarak 4 jam) garis waspada. Jika pembukaan serviks telah
melampaui dan berada di sebelah kanan garis bertindak maka hal ini menunjukkan perlu
diakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan. Sebaiknya, ibu harus sudah berada di
tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.

Jam dan waktu


1. Waktu Mulainya Fase Aktif Persalinan
Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak yang

diberi angka 1-12. Setiap kotak menyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.

2. Waktu Aktual Saat Pemeriksaan atau Penilaian


Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat
waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan
berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit yang berhubungan dengan lajur untuk
pencatatan pembukaan serviks, DJJ di bagian atas dan lajur kontraksi dan nadi ibu di bagian
bawah. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, cantumkan pembukaan serviks di garis
waspada. Kemudian catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai.
Sebagai contoh, jika hasil periksa dalam menunjukkan pembukaan serviks adalah 6 cm pada
pukul 15.00, cantumkan tanda 'X' di garis waspada yang sesuai dengan lajur angka 6 yang
tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu aktual di kotak pada lajur waktu di
bawah
lajur pembukaan (kotak ke tiga dari kiri).

Kontraksi uterus
Di bawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak dengan tulisan "kontraksi per 10 menit"
di
sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba
dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan cara mengisi kotak
kontraksi yang tersedia dan disesuaikan dengan angka yang mencerrninkan temuan dari hasil
pemeriksaan kontraksi . Sebagai contoh jika ibu mengalami 3 kontraksi dalam waktu satu kali
10 menit, maka lakukan pengisian pada 3 kotak kontraksi

Obat-Obatan Dan Cairan Yang Diberikan


Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat oksitosin,
obat-obat lainnya dan cairan IV.

1. Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit
oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.

2. Obat-obatan lain dan cairan IV


Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang sesuai
dengan kolom waktunya.

Kondisi Ibu
Bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan partograf, terdapat kotak atau ruang
untuk mencatat kondisi kesehatan dan kenyamanan ibu selama persalinan.
1. Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.
Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan (lebih sering jika
diduga adanya penyulit). Beri tanda titik (.) pada kolom waktu yang sesuai.
Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering
jika diduga adanya penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang
sesuai.
Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika teIjadi peningkatan mendadak atau
diduga adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh pada kotak yang sesuai.

2. Volume urin, protein dan aseton


Ukur dan catat jumlahjproduksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu berkernih).
Jika memungkinkan, setiap kali ibu berkernih, lakukan pemeriksaan aseton dan protein dalam
urin.

Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya


Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar kolom partograf,
atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu
saat membuat catatan persalinan
Asuhan, pengamatan dan/atau keputusan klinis mencakup:
Jumlah cairan per oral yang diberikan
Keluhan sakit kepala atau penglihatan (pandangan) kabur
Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (Obgin, bidan, dokter umum)
Persiapan sebelum melakukan rujukan

You might also like