Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
1.1.
STATUS PASIEN
IDENTITAS PRIBADI
Nama
: Rohimah
Umur
: 40 Tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
Agama
: Islam
Pekerjaan
: IRT
Status perkawinan
: Sudah Menikah
Tanggal MRS
: 11 Novmber 2016
Tanggal KRS
:-
1.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama : Lemah pada lengan kiri dan tungkai kiri
Telaah
lengan kiri dan tungkai kiri, hal ini dialami sejak 4 hari yang lalu terjadi tiba-tiba
pada saat sedang beraktivitas. Riwayat nyeri kepala (+), Riwayat muntah
menyembur (-), Riwayat kejang (-), Riwayat hipertensi (+) 20 tahun yang lalu
dengan pengobatan tidak teratur. Riwayat stroke (+) 6 bulan yang lalu dengan
kelemahan sebelah kiri dan belum membaik.
Riwayat Penyakit Terdahulu
: Hipertensi
:-
: Hipertensi
ANAMNESA TRAKTUS
Traktus Sirkulatorius
: Hipertensi
Traktus Respiratorius
Traktus Digestivus
Traktus Urogenitalis
: Hipertensi (+)
: Tidak dijumpai
ANAMNESA KELUARGA
Faktor Herediter
Faktor Familier
: Riwayat Hipertensi
Lain-lain
: Tidak ada
ANAMNESA SOSIAL
Kelahiran dan Pertumbuhan
: Normal
Imunisasi
: Tidak ingat
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: IRT
: Menikah
PEMERIKSAAN JASMANI
PEMERIKSAAN UMUM
Tekanan Darah
: 160/100 mmHg
Nadi
: 75 x/i
Frekuensi Nafas
: 20 x/i
Temperatur
: 37,5oC
Persendian
Pergerakan
: Sulit dinilai
Kelenjar Parotis
Desah
: Tidak ada
Dan lain-lain
: Tidak ada
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
ABDOMEN
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: Simetris, Datar
: Soepel, Nyeri tekan (-), Hepar dan Lien tidak teraba
: Timpani
: Peristaltik (+) normal
GENITALIA
Toucher
STATUS NEUROLOGI
SENSORIUM
: CM Lemah
KRANIUM
Bentuk
: Bulat, Normocephali
Fontanella
: Tertutup, Keras
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Transiluminasi
PERANGSANGAN MENINGEAL
Kaku Kuduk
:-
Tanda Kernig
:-
Tanda Lasegue
:-
Tanda Brudzinski I
:-
Tanda Brudzinski II
:-
:-
Sakit Kepala
:+
Kejang
:-
Normosmia
Anosmia
Parosmia
Hiposmia
NERVUS II
Visus :
Lapangan Pandang
Normal
Menyempit
Hemianopsia
Scotoma
Refleks Ancaman :
Fundus Oculi
:
:
:
:
:
Warna
Batas
Ekstavasio
Arteri
Vena
Nistagmus
Pupil
Lebar
3 mm
3 mm
Bentuk
Bulat, isokor
Bulat,isokor
Rima Palpebra
DBN
DBN
Deviasi Konjugate :
Strabismus
NERVUS V
Kanan
Kiri
Motorik
+
5
Kekuatan gigitan
Sulit Dinilai
Sensorik
Kulit
Selaput lendir
Refleks kornea
Langsung
Tidak langsung
Refleks maseter
Sulit Dinilai
Refleks bersin
Sulit Dinilai
NERVUS VII
Kanan
Kiri
Motorik
Mimik
Kerut kening
Menutup mata
Sulit dinilai
Meniup sekuatnya :
Sulit dinilai
Memperlihatkan gigi:
+
Tertawa
Sulit dinilai
Sudut mulut
Tertarik Kekanan
Sensorik
NERVUS VIII
Kiri
Auditorius
Pendengaran
Test Rinne
Test Weber
Test Schwabach
DBN
Vestibularis
Nistagmus
Reaksi Kalori
Vertigo
Tinnitus
NERVUS IX, X
Pallatum mole
: DBN
Uvula
: DBN
Disfagia
:-
Disartria
:+
Disfonia
:-
Refleks Muntah
:+
NERVUS XI
Mengangkat bahu
: Sulit dinilai
Tremor
:-
Atrofi
:-
Fasikulasi
:-
: Deviasi kekiri
: Deviasi kekiri
7
SISTEM MOTORIK
Trofi
: Normotrofi
Tonus
: Normotonus
Kekuatan Otot
ESD
EID
:55555
ESS : 1 1 1 1 1
55555
11111
:55555
ESS : 2 2 2 2 2
55555
22222
Tremor
:-
Khorea
:-
Ballismus
:-
Mioklonus
:-
Ateotsis
:-
Distonia
:-
Spasme
:-
Tic
:-
Dan lain-lain
:-
TES SENSIBILITAS
Eksteroseptif
Propioseptif
Sterognosis
Pengenalan 2 titik
Grafestesia
REFLEKS
Refleks Fisiologis
Kanan
Biceps
Kiri
++
++
Triceps
++
++
Radioperiost
APR
++
++
++
++
KPR
++
++
Strumple
++
++
Refleks Patologis
Kanan
Kiri
Babinski
Oppenheim
Chaddock
Gordon
Schaeffer
Hoffman Tromner :
Klonus Lutut
Klonus Kaki
Refleks Primitif
KOORDINASI
Lenggang
Bicara
Menulis
Tes Romberg
VEGETATIF
Vasomotorik
Sudomotorik
Pilo-erektor
Miksi
: (+)
Defekasi
: (+)
VERTEBRA
Bentuk
Normal
:+
Scoliosis
:-
Hiperlordosis
:-
Pergerakan
Leher
:+
Pinggang
:+
10
Laseque
:-
Cross Laseque
:-
Tes Lhermitte
:-
Test Naffziger
:-
GEJALA-GEJALA SEREBELLAR
Ataksia
:-
Disartria
:+
Tremor
:-
Nistagmus
:-
Fenomena Rebound
:-
:-
GEJALA-GEJALA EKSTRAPRAMIDAL
Tremor
:-
Rigiditas
:-
Bradikinesia
:-
Dan lain-lain
:-
FUNGSI LUHUR
Kesadaran Kualitatif
: CM lemah
Ingatan Baru
: Baik
Ingatan Lama
: Baik
Orientasi
Diri
: Baik
Tempat
: Baik
Waktu
: Baik
Situasi
: Baik
11
Intelegensia
: Normal
Daya Pertimbangan
: Baik
Reaksi Emosi
: Normal
Afasia
Represif
:-
Ekspresif
:-
Apraksia
:-
Agnosia
Agnosia visual
:-
Agnosia jari-jari
:-
Akalkulia
:-
Disorientasi Kanan-Kiri
:-
Hasil
Satuan
Nilai Rujukan
Hemoglobin
12,8
gr/dl
12-16
Hitung Eritrosit
4,7
10*6 ul
3,9-5,8
* 11,200
/ul
4000-11000
Hematokrit
39,3
36-47
Hitung Trombosit
273,000
/ul
MCV
83,9
fl
80-96
MCH
27,2
pg
27-31
MCHC
32,5
30-34
Eosinofil
1-3
Basofil
0-1
N.Stab
*0
3-6
N.Seg
* 77
53-75
Darah Rutin
Hitung Leukosit
150,000-450,000
Indeks Eritrosit
12
Limfosit
* 15
20-45
Monosit
4-8
* 85
mm/jam
0-20
: Hipertensi
:-
: Hipertensi
STATUS PRESENS
Tekanan Darah
: 160/100 mmHg
Nadi
: 75 x/i
Frekuensi Nafas
: 20 x/i
Temperatur
: 37,5oC
STATUS NEUROLOGI
Refleks Fisiologis
Kanan
Kiri
B/T
++/++
+/+
APR/KPR
++/++
+/+
13
Refleks Patologis
Kanan
Kiri
Babinski
Schaeffer
Hoffman-Tromner
:+
Muntah
:-
Perangsangan Meningeal
Kaku Kuduk
Kekuatan Otot
ESD
EID
::
:55555
ESS : 1 1 1 1 1
55555
11111
:55555
ESS : 2 2 2 2 2
55555
22222
DIAGNOSA
DIAGNOSA FUNGSIONAL
: CM Lemah
DIAGNOSA ANATOMI
: Perdarahan intraserebral
DIAGNOSA ETIOLOGIK
: Hipertensi
DIAGNOSA KERJA
PENATALAKSANAAN
- Head Up 30o
- O2 2-4 l via NK
- NGT + Kateter terpasang
- IVFD R.Sol 20 gtt/i
14
N. Kranialis :
N II,III : RC +/+, pupil bulat isokor
3mm kanan:kiri
N III, IV VI :
Gerak bola mata +
N VII :
Sudut Mulut tertarik ke kanan
N XII :
Lidah dijulurkan deviasi kekiri
R. Meningeal : R.Fisiologis : ++/++
R.Patologis :
Babinski : -/+
Hoffman-Tromner : -/+
Kekuatan Otot:
ESD : 5 5 5 5 5
ESS : 1 1 1 1 1
55555
11111
EID : 5 5 5 5 5
EIS : 2 2 2 2 2
55555
22222
- Head Up 30o
- O2 2-4 l via NK
15
A
P
N. Kranialis :
N II,III : RC +/+, pupil bulat isokor
3mm kanan:kiri
N III, IV VI :
Gerak bola mata +
N VII :
Sudut Mulut tertarik ke kanan
N XII :
Lidah dijulurkan deviasi kekiri
R. Meningeal : R.Fisiologis : ++/++
R.Patologis :
Babinski : -/+
Hoffman-Tromner : -/+
Kekuatan Otot:
ESD : 5 5 5 5 5
ESS : 1 1 1 1 1
55555
11111
EID : 5 5 5 5 5
EIS : 2 2 2 2 2
55555
22222
Disartria + Hemiparese Sinistra + PN VII, XII UMN Sinistra ec
Stroke Hemorragic
- Head Up 30o
- O2 2-4 l via NK
16
14 November 2016
S
N. Kranialis :
N II,III : RC +/+, pupil bulat isokor
3mm kanan:kiri
N III, IV VI :
Gerak bola mata +
N VII :
Sudut Mulut tertarik ke kanan
N XII :
Lidah dijulurkan deviasi kekiri
R. Meningeal : R.Fisiologis : ++/++
R.Patologis :
Babinski : -/+
Hoffman-Tromner : -/+
Kekuatan Otot:
ESD : 5 5 5 5 5
ESS : 1 1 1 1 1
55555
11111
EID : 5 5 5 5 5
EIS : 2 2 2 2 2
55555
22222
Disartria + Hemiparese Sinistra + PN VII, XII UMN Sinistra ec
Stroke Hemorragic
17
- Head Up 30o
- O2 2-4 l via NK
- NGT + Kateter terpasang
- IVFD R.Sol 20 gtt/i
- Inj. Citicolin 500 mg/12 jam IV
P
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Stroke Hemoragik
Stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu tanda
klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global),
dengan gejala gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat
menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selainvaskuler.
Stroke hemoragik adalah stroke pendarahan yang terjadi
akibat pecahnya pembuluh darah di otak. Darah yang keluar dari
pembuluh darah yang pecah mengenai dan merusak sel-sel otak
disekitarnya. Selain itu,sel otak juga mengalami kematian karena
aliran darah yang membawa oksigen dan nutrisi terhenti. Stroke
jenis ini terjadi sekitar 20 persen dari seluruh pasien stroke.
Namun, 80 persen dari orang yang terkena stroke hemoragik
mengalami kematian dan hampir 70 persen kasus stroke
hemoragik terjadi pada penderita hipertensi.
18
2.2 Epidemiologi
Berdasarkan data World Health Organization (WHO),setiap tahun terdapat
15 juta orang diseluruh dunia yang menderita stroke. Menurut American Heart
Association (AHA),di Amerika Serikat diperkirakan terdapat 3 juta penderita
stroke pertahun dengan 500.000 kasus baru. Insiden stroke di Indonesia
berdasarkan hasil Riskesdas 2013 menunjukan insiden stroke meningkat dari 8,3
per 1000 penduduk pada tahun 2007 menjadi 12,1 per 1000 penduduk pada tahun
2013.
Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan oleh Yayasan
Stroke Indonesia, masalah stroke semakin penting dan mendesak
karena kini jumlah penderita Stroke di Indonesia terbanyak dan
menduduki urutan pertama di Asia. Jumlah yang disebabkan oleh
stroke menduduki urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan
urutan kelima pada usia 15-59 tahun. Stroke merupakan
penyebab kecacatan serius menetap no 1 di seluruh dunia dan
stroke Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang
mematikan setelah jantung dan kanker.
2.3 Etiologi Stroke
Stroke hemoragik terjadi bila pembuluh darah di dalam otak pecah. Otak
sangat sensitif terhadap perdarahan, dan kerusakan dapat terjadi dengan sangat
cepat. Pendarahan di dalam otak dapat mengganggu jaringan otak, sehinga
menyebabkan pembengkakan, mengumpul menjadi sebuah massa yang disebut
hematoma. Pendarahan juga meningkatkan tekanan pada otak dan menekan tulang
tengkorak.
Stroke hemoragik dikelompokkan menurut lokasi pembuluh darah :
1.
2.
19
Aneurisma yang membuat titik lemah dalam dinding arteri, yang akhirnya
2.
3.
dapat pecah.
Hubungan abnormal antara arteri dan vena, seperti kelainan arteriovenosa.
Kanker, terutama kanker yang menyebar ke otak dari organ jauh seperti
4.
5.
dinding arteri di otak, yang membuat kemungkinan terjadi stroke lebih besar.
Kondisi atau obat (seperti aspirin atau warfarin).
20
semua empat anggota, gerakan mata yang mengakibatkan kelainan diplopia atau
nistagmus, kelemahan orofaringeal atau disfagia, wajah ipsilateral dan
kontralateral tubuh.
A. Perdarahan Intraserebral
Sebuah perdarahan intraserebral dimulai tiba-tiba. Di sekitar setengah dari
jumlah penderita, serangan dimulai dengan sakit kepala parah, sering selama
aktivitas. Namun, pada orang tua, sakit kepala mungkin ringan atau tidak ada.
Gejala disfungsi otak menggambarkan perkembangan yang terus memburuk
sebagai perdarahan. Beberapa gejala, seperti kelemahan, kelumpuhan, hilangnya
sensasi, dan mati rasa, sering hanya mempengaruhi satu sisi tubuh.
Orang
mungkin tidak dapat berbicara atau menjadi bingung. Visi dapat terganggu atau
hilang. Mata dapat menunjukkan arah yang berbeda atau menjadi lumpuh. Mual,
muntah, kejang, dan hilangnya kesadaran yang umum dan dapat terjadi dalam
beberapa detik untuk menit.
B. Perdarahan Subaraknoid
Sebelum robek, aneurisma yang biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali
menekan pada saraf atau kebocoran sejumlah kecil darah, biasanya sebelum pecah
besar (yang menyebabkan sakit kepala), menghasilkan tanda-tanda peringatan,
seperti berikut:
Sakit kepala, yang mungkin luar biasa tiba-tiba dan parah (kadang-kadang
disebut sakit kepala halilintar)
Penglihatan ganda
21
meninggal sebelum mencapai rumah sakit. Beberapa orang tetap berada dalam
koma atau tidak sadar dan sebagian lainnya bangun, merasa bingung, dan
mengantuk. Dalam beberapa jam atau bahkan menit, penderita mungkin menjadi
tidak responsif dan sulit untuk dibangunkan.
Dalam waktu 24 jam, darah dan cairan serebrospinal di sekitar otak
mengiritasi lapisan jaringan yang menutupi otak (meninges), menyebabkan leher
kaku serta sakit kepala terus, sering dengan muntah, pusing, dan nyeri pinggang.
Sekitar
25%
dari
orang
yang
mengalami
gejala-gejala
yang
menit atau jam. Demam adalah gejala umum selama 5 sampai 10 hari pertama.
Sebuah perdarahan subaraknoid dapat menyebabkan beberapa masalah serius
lainnya, seperti:
dalam
otak,
peningkatan
tekanan
dalam
tengkorak.
kebingungan,
mual,
dan
muntah-muntah
dan
dapat
Kemudian,
jaringan otak tidak mendapatkan oksigen yang cukup dan dapat mati,
seperti pada stroke iskemik. Vasospasm dapat menyebabkan gejala mirip
22
dengan stroke iskemik, seperti kelemahan atau hilangnya sensasi pada satu
sisi tubuh, kesulitan menggunakan atau memahami bahasa, vertigo, dan
koordinasi terganggu.
intracerebral
sering
dijumpai
di
daerah
putamen,
Pecahnya
arteri
mengakibatkan
dan
keluarnya
tarjadinya
darah
peningkatan
keruang
TIK
yang
23
(modifiable)
dan
yang
tidak
dapat
dimodifikasi
24
1. Perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral ditemukan pada 10% dari seluruh kasus stroke,
terdiri dari 80% di hemisfer otak dan sisanya di batang otak dan serebelum.
Gejala klinis :
Penurunan
kesadaran
yang
berat
sampai
koma
disertai
2. Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan subarakhnoid adalah suatu keadaan dimana terjadi perdarahan
di ruang subarakhnoid yang timbul secara primer.
Gejala klinis :
25
Grade II.
Grade III.
Grade IV.
Grade V.
26
Pemeriksaan laboratorium
27
Pemeriksaan Radiologi
a. CT Scan: Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya
infark
b. Angiografi serebral: Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik
seperti perdarahan atau obstruksi arteri
c. MRI: Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik ( masalah
sistem arteri karotis ( aliran darah / muncul plak ) arteriosklerotik ).
d. EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
e. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovenal
f. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
daerah yang berlawanan dari massa yang meluas; klasifikasi karotis interna
terdapat pada trombosis serebral ; kalsifikasi parsial dinding aneurisma pada
perdarahan subarakhnoid.
2.9 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan umum stroke akut adalah :
1. Stabilisasi jalan napas dan pernapasan
Pemantauan secara terus-menerus terhadap status neurologis, nadi, tekanan darah,
suhu tubuh, dan saturasi oksigen dianjurkan dalam 72 jam, pada pasien dengan
defisit neurologis yang nyata. Pemberian oksigen dianjurkan pada keadaan
saturasi oksigen < 95%.Perbaiki jalan napas termasuk pemasangan pipa orofaring
pada pasien tidak sadar.
2. Stabilisasi hemodinamik
28
29
30
TD sistolik lebih 185 mmHg, dan diastolik lebih dari 110 mmHg
maka dibutuhkan antihipertensi. Pengawasan dan pengontrolan
tekanan darah selama dan setelah pemberian trombolitik agar tidak
terjadi komplikasi perdarahan. Preparat antihipertensi yang dapat
diberikan adalah labetolol (10-20 mmHg/IV selama 1-2 menit
dapat diulang satu kali). Alternatif obat yang dapat digunakan
adalah nicardipine infuse 5 mg/jam yang dititrasi hingga dosis
maksimal 15 mg/jam.
TD
TD
sistolik lebih dari 230 mmHg atau diastolik 121-140 mmHg dapat
31
32
Hindari hipertemia
33
Jaga normovolemia
- Manitol 0,25-0,5 mg/kgBB selama > 20 menit, diulangi setiap 4-6 jam
dengan target 310 mOsm/L. Osmolalitas sebaiknya diperiksa 2 kali dalam sehari
selama pemberian osmoterapi.
- Kalau perlu berikan furosemide dengan dosis inisial 1 mg/kgBB IV
5. Pengendalian kejang
Bila kejang berikan diazepam bolus lambat intravena 5-20 mg dan diikuti
oleh fenitoin loadingdose 15-20 mg/kg bolus dengan kecepatan maksimum 50
mg/menit.Bila kejang belum teratasi maka perlu dirawat di ICU.
6. Pengendalian suhu tubuh
Setiap penderita stroke yang disertai
3.2 Saran
Mahasiswa yang sedang menjalani kepaniteraaan klinik perlu terus melatih
kemampuan melakukan pemeriksaan fisik khusunya neurologis, sehingga tanda
khas dari suatu kelainan dapat dikenali.
34
DAFTAR PUSTAKA
Feigin, Valery.2006.Stroke Panduan Bergambar Tentang Pencegahan dan
Pemulihan Stroke. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer
Harsono. 1996. Buku Ajar : Neorologi Klinis.Yogyakarta : Gajah Mada University
Press
Israr, YA.2008.Stroke.Pekan baru: Universitas Riau
J, Iskandar 2007,Stroke A-Z.Jakarta: PT BIP-Gramedia
National StrokeAssociation, 2006.MuscleWeaknessAfterStroke:Hemiparesis. NSA
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.2011.Guideline Stroke 2011.
Jakarta
Prince,sylfia A. 2006. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit Vol. 2,
Edisi 6. Jakarta: EGC
Roper, A.H. dan R.H. Brown. 2005. Adams dan Victors Priciples of Neurology.
Edisi 8.The McGraw Hill Companies. Inc. USA. Halaman 168-170
Sjahrial Rasad.2008. Radiologi Diagnostik. Edisi dua.jakarta : FKUI
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta:
EGC
35
36