Professional Documents
Culture Documents
A.Organoleptik
Organoleptik merupakan cara pengujian dengan indera manusia
sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap
makanan. Dengan kata lain organoleptik adalah
pengujian terhadap
struktur,
tekstur
dan
yang
menandakan
produk
tersebut
telah
mengalami
kerusakan.
Indera pengecap, dalam hal kepekaan rasa, maka rasa manis dapat
dengan mudah dirasakan oada ujung lidah, rasa asin pada ujung
dan pinggir lidah dan rasa asam pada pinggir lidah dan rasa pahit
pada bagian belakang lidah.
komoditas
Perbaikan produk
Membandingkan produk sendiri dengan produk pesaing
Evaluasi penggunaan bahan, formulasi, dan peralatan baru
sampel.
Kelompok pengujian pemilihan atau penerimaan (preference
test / acceptance test)
Pengujian penerimaan menyangkut penilaian seseorang akan
suatu sifat atau kualitas suatu bahan yang menyebabkan orang
menyenangi.
Kelompok pengujian skalar
Pada uji skalar panelis diminta menyatakan besaran kesan yang
diperolehnya.
Kelompok pengujian deskripsi
uji
organoleptik
dapat
membantu
analisis
usaha
untuk
sifat
indrawi
yang
tidak
dapat
dideskripsikan.
Manusia
agar
berkonsentrasi
Sarana utama :
panelis
dapat
1989
tentang
dewan
standarisasi Nasional.
Menginstruksikan :
Kepada :
1. Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, Industri dan
2.
3.
4.
5.
Pengawasan Pembangunan;
Menteri Perdagangan;
Menteri Pertanian;
Menteri Kesehatan;
Menteri Dalam Negeri.
Untuk :
Pertama
Melaksanakan penyederhanaan tata cara pengujian mutu ikan segar
dan ikan beku sesuai dengan pedoman sebagaimana tercantum dalam
lampiran instruksi presiden ini.
Kedua
Mengawasi secara terus menerus pelaksanaan penyederhanaan tata
cara pengujian mutu ikan segara dan ikan beku sebagaimana dimaksud
dalam diktum pertama instruksi presiden ini.
C. Pengujian Mutu
Mutu sebagai konsistensi peningkatan atau perbaikan dan penurunan variasi
karakteristik dari suatu produk (barang dan atau jasa) yang dihasilkan agar
proses
berkembangnya mikrobia.
biokimiawi
lebih
lanjut
dan
ikan
dapat
menyebabkan
peranan
darah
ke
tempat
pendaratan.
Cara penanganan pasca tangkap hasil perikanan
Peralatan yang digunakan.
Penggunaan bahan-bahan pendingin (es).
Cara penyimpanan, pengangkutan, dan lain-lain.
Keadaan cuaca/suhu
Metode Penentuan Kesegaran ikan Secara Fisikawi
Tabel 11. Tanda-tanda ikan segar dan ikan yang sudah tidak
segar
Parameter
Ikan Segar
Kenampakan
Cerah,
mengkilat,
terang, Suram,
kusam,
tak berlendir
berlendir
Mata
Menonjol keluar
Cekung,
masuk
Mulut
Terkatup
Terbuka
Sisik
Melekat kuat
Mudah dilepaskan
Insang
Merah cerah
Merah gelap
Daging
Kenyal, lentur
Anus
Bau
Lain-lain
Parameter
Udang Segar
Kenampakan
Cerah,
warna
menurut
belum berubah
dan
kaki.
noktah
hitam
Banyak
pada
kakinya
Mata
Bulat,
hitam, Kelabu
gelap,
pudar,
mata
melekat
tangkai mata
pada
Kulit
Melekat
kuat
dagingnya,
berlendir
permukaan
Ruas
dan
kompak, kepala,
dan
kuat,
tubuh
mudah
Daging
Kompak
lentur,
(padat), Kendor,
melekat
pada kulitnya
mudah
kuat dilepaskan
kulitnya,
ditekan
dari
apabila
dengan
jari
terasa lengket
Bau
ammonia
yang
masih
diterima
oleh
Kolorimetet/spektrofotometer
pada
panjang
protein
akan
menghasilkan
senyawa-senyawa
tersebut.
Apabila kesegaran ikan menurun, maka kandungan nitrogen
segar
lagi
dilakukan
pemeriksaan
Trimetilamin
kesegaran
ikan,
namun
cara
ini
agak
sulit
kandungan
peroksidanya/jumlah
dengan
Malonaldehida
acid).
Pemeriksaan lemak ini kurang mendapatkan hasil yang baik,
karena banyak faktor yang mempengaruhi proses penguraian
lemak.
Dengan Menentukan Kandungan senyawa-senyawa Volatil lainnya,
seperti H2S, Karbonil, S, dan NH3 (ammonia).
Metode Penentuan Kesegaran Ikan Secara Mikrobiologik
a. Ikan yang banyak mengandung bakteri akan cepat membusuk,
sehingga tidak dapat diterima oleh konsumen.
b. Ada 2 cara pengujian jumlah bakteri yaitu secara tepat dan secara
praduga (pendugaan).
1. Pengujian Jumlah Bakteri Secara Tepat dapat dilakukan dengan
cara Metode Penaburan, seperti yang umum dikerjakan untuk
bahan-bahan lain. Daging ikan secara aseptik dihancurkan dan
dibuat suspensi dengan berbagai pengenceran, dari suspensi
kemudian ditumbuhkan pada media pertumbuhan yang sesuai,
setelah diinkubasikan akan dapat dihitung jumlah bakteri yang
tumbuh dengan menghitung koloninya, dengan demikian jumlah
bakteri dapat dinyatakan secara tepat.
2. Pengujian Jumlah Bakteri Secara Praduga (pendugaan). Biasanya
berdasarkan kira-kira dengan perantaraan penggunaan tolak
ukur. Cara ini banyak digunakan karena praktis, cepat, dan
mudah, tetapi hasilnya belum bisa digunakan secara pasti/tepat.
Adapun cara yang dapat dilakukan adalah :
kimia
yang
sering
digunakan
adalah
Biru
Metil
(Resazurin)
Semakin cepat daya reduksinya, maka makin banyak
jumlah bakterinya.
Reduktor dihasilkan oleh mikrobia.
Apabila warna birunya semakin
bakterinya banyak.
Reduksi Resazurin akan menyebabkan perubahan warna
cepat
hilang,
maka
pada
cairan
dagingnya.
Apabila
tingkat
banyak.
Adapun caranya adalah dengan menambahkan larutan
asam pikrat jenuh/reagen ninhidrin, pada cairan daging
kemudian
diperiksa
kekeruhannya
kolorimeter/spektrofotometer.
Perlu diketahui bahwa penggunaan
menyebabkan
ninhidrin
bereaksi
pada
ninhidrin
dengan
akan
komponen-
Parameter
Bau
Bobo
Sko
20 %
10
Segar,
bau
rumput
laut
mulai
berkurang.
8
- Tawar, Netral.
7
- Berbau susu, belum ada bau asam,
ada bau seperti ikan asin.
6
- Berbau susu asam atau seperti susu
kental.
5
- Berbau seperti kentang rebus atau
seperti logam.
4
- Berbau asam asetat, rumput atau
seperti sabun.
3
- Bau ammonia mulai timbul.
2
- Bau ammonia kuat, ada bau H2S.
Kenampaka
16 %
n Mata
kornea jernih.
3
Bola
mata
berubah
agak
abu-abu,
cekung,
pupil
kornea
agak
keruh.
2
- Bola mata agak cekung, pupil putih
susu, kornea keruh.
- Bola mata dan pupil tenggelam,
0
Kenampaka
16 %
n Insang
Warna
merah
cemerlang
tanpa
perubahan
warna
adanya lendir.
3
Mulai
terjadi
kuat.
- Warna Merah coklat, merah, atau
abu-abu.
Tertutup
lendir
tebal,
Keadaan
Lendir
dan
Permukaan
16 %
ada
mengkilat
cerah,
perubahan
warna,
Badan
berbau segar.
3
Mulai
terjadi
bau
tidak
sedap.
2
- Lendir tebal terkadang menggumpal,
mulai
timbul
perubahan
warna
Tekstur
16 %
Daging
Keadaan
16 %
Sayatan
daging
berwarna
Daging dan
Perut
sepanjang
perutnya
tulang
utuh
belakang,
dan
belum
ada
merah
lembek
perubahan
pudar,
dan
timbul
warna.
Warna
ginjal
tidak
segar
mulai
bau
timbul.
2
- Sayatan daging mulai berkurang
kecerahannya, lunak dan terdapat
warna
merah
sepanjang
tulang
merah
belakang.
sepanjang
Dinding
perut
tulang
mulai
Tabel 12. Skor Organoleptik untuk Ikan Segar yang Diberi Perlakuan
Pendinginan.
Skor
Bau
- Segar, manis
Ketengikan
- Negatif
Citarasa
- Segar, manis,
- Kehilangan
sedikit
3
2
sedikit
sedikit
seperti bau
kesegarann
ya, ada
sedikit
- Sangat
perubahan
bau
- Perubahan
bau lebih
nyata
- Berbau asam
atau tengik
kerang
- Ketengikan
mulai
- Kehilangan
berperanan
kesegaranny
a dan
- Ketengikan
kemanisanny
berperanan
(dominan)
- Netral atau
- Ketengikan
sedikit asam
berperanan
(dominan)
- Asam, tetapi
masih dapat
tetapi
dimakan
belum
banyak
- Sangat asam,
tak dapat
- Bau asam
dimakan
atau tengik
sangat kuat
Parameter
Kenampakan
Skor
10
Utuh,
bening,
bercahaya
asli
Utuh,
kurang
bening,
mulai
kokoh.
noda
hitam
sedikit
Warna
berubah
merah,
noda
dari
dagingnya,
tidak
utuh.
0
Warna
merah
jelas,
dipenuhi
10
8
7
menurut jenisnya.
- Bau spesifik menurut jenisnya,
netral, tawar.
alkali (sepet).
10
D. Komoditas Ekspor
Salah
satu
contoh
komoditas
ekspor
di
Indonesia
yaitu
40%. Daging udang mempunyai kandungan asam amino yang berbeda dengan
daging hewan darat.
adalah tirosin, triptofan dan sistein, tetapi daging udang memiliki kandungan asam
amino histidin lebih rendah daripada daging hewan darat. Udang juga sebagai
salah satu
produk
perishable), maka penanganan yang baik mutlak diperlukan agar mutu udang
tetap segar pada saat dikonsumsi.
Mutu udang terutama ditentukan oleh keadaan fisik dan organoleptik (rupa,
warna , bau, rasa dan tekstur) dari udang tersebut. Ukuran dan keseragaman udang
juga dapat meningkatkan tingkat mutunya. Oleh karena itu, tidak boleh cacat,rusak
atau defect yang akan mengurangi nilai mutu udang (Colmier,2007). Penanganan
yang baik akan meminimalkan terjadinya penurunan mutu sehingga mutu udang
masih dapat dipertahankan seperti udang segar. Sedangkan penanganan yang
kurang atau tidak baik akan mengakibatkan penurunan mutu udang berlangsung
cepat.
Udang yang digunakan dalam industri pengolahan hanyalah udang yang
memiliki mutu segar. Penilaian mutu udang dapat dilihat secara organoleptik
(visual). Mutu udang sebagai bahan baku akan mempengaruhi produk akhir. Udang
yang memiliki kesegaran baik akan menghasilkan produk akhir yang baik pula atau
sebaliknya. Berdasarkan kesegarannya udang dapat dibedakan menjadi empat
kelas mutu, yaitu (Hadiwiyoto 1993):1)
Udang yang mempunyai mutu prima (prime) atau baik sekali, yaitu udang
yang masih segar, belum ada perubahan warna, transparan dan tidak ada
Udang yang bermutu rendah (jelek dan rusak). Kulit udang banyak yang
putus dan udang sudah tidak utuh lagi. Kadang-kadang mutu udang hanya
dibedakan menjadi dua saja, yaitu udang yang masih baik (segar) dan
udang yang sudah jelek (rusak dan busuk). Udang yang baik jika hubungan
antara luas badannya masih kokoh, warna belum berubah, badan masih
lentur dan padat, tidak berlendir dan belum ada bau asam atau
busuk (Hadiwiyoto 1993).
Proses penurunan mutu udang disebabkan oleh faktor-faktor yang
berasal dari badan udang itu sendiri dan factor lingkungan. Penurunan mutu
udang ini terjadi secara autolisis, bakteriologis dan oksidasi (Purwaningsih
2000). Penurunan mutu secara autolisis merupakan suatu proses penurunan
mutu yang terjadi karena kegiatan enzim dalam tubuh udang yang tidak
terkendali, sehingga senyawa kimia pada jaringan tubuh yang telah mati
terurai secara kimia. Penurunan mutu ditandai dengan rasa, warna, tekstur
dan rupa yang berubah. Penurunan mutu secara mikrobiologis adalah suatu
proses penurunan mutu yang terjadi karena adanya kegiatan bakteri yang
berasal dari selaput lendir dari permukaan tubuh, insang dan saluran
pencernaan.
Penurunan mutu ini mengakibatkan daging
Sebagai
produk biologis, udang termasuk bahan makanan yang mudah busuk bila
dibandingkan dengan ikan. Oleh karena itu, penanganan udang segar
memerlukan perhatian dan perlakuan cermat (Kleter 2009). Produk hasil
proses pembekuan udang harus memperhatikan mutu udang beku yang
akan diekspor, baik persyaratan nasional maupun pengimpor.
Standar mutu dan keamanan pangan udang mentah beku dengan
atau tanpa kulit dan udang rebus beku dengan atau tanpa kulit berdasarkan
RSNI 01-2705-2005 disajikan pada table.
Persyaratan mutu ulang beku
Jenis uji
A. Organoleptik
Nilai minimal
B. Cemaran mikroba
E. coli
Salmonella
Vibrio cholera
C. Fisika
Bobot tuntas
Suhu pusat maks
D. Cemaran kimia
Kloramfenikel
Nitrofuran
Tetrasiklin
Satuan
Persyaratan
Angka (1-9)
Minimal 7
APM/g
APM/25g
APM/25g
Maks < 2
Negatif
Negatif
Sesuai label
o
C
Sesuai label
Maks -18oC
ppb
ppb
ppb
Maks 0
Maks 0
Maks 100