Professional Documents
Culture Documents
Pengantar Redaksi
Pembaca yang budiman
Geologi.
daya,
usaha
pertambangan,
pertanian,
kehadiran
mengupas
Duabelas
batugamping
belum
di
pernah
Pegunungan
mengenai
peristiwa
Gempa
diinformasikan.
Penyebab
Tulisan
dan
sumbangan
Proses
Karstifikasi.
Wawan
Hermawan
lingkungan.
api.
Pengantar Redaksi
mewawancarai
Iwan
atas
prestasinya
karena
ini.
memberikan
informasi
untuk
khususnya
para
peneliti
dan
Editorial
Editorial
Geologi Populer
bumi.
Episode
kesatu
pelaksanaan
W a r t a
Mendorong dan Menekan Perahu agar bisa masuk melalui sela-sela pohon tumbang. (Foto: R. Koswara).
Geologi Populer
ini, maka kami tidak dapat mencapai sasaran
perburuan.
Sukanya, adalah kami dapat menemukan
pengalaman baru, yakni dalam perjalanan lewat
sungai ini, penulis kesatu, selain melaksanakan
tugas utama berburu batugamping, juga harus
siap menjadi pendayung perahu, akibat kurangnya
tenaga bantuan setempat. Selain itu, dicegat dan
dilarang serta sedikit diancam untuk melanjutkan
perjalanan oleh Suku Anak Dalam, maupun tidur
di tenda tepi sungai dengan perasaan waswas,
trauma didatangi oleh Suku Anak Dalam malammalam, merupakan pengalaman berharga.
Penulis ke-1 yang berfungsi ganda menjadi juru dayung. (Foto: N. Suwarna).
Penulis ke-1 menarik perahu di air agak dangkal, tapi cukup deras, di S. Kejasung Besar, bersamasama dengan tenaga setempat. (Foto: N. Suwarna).
Tumpukan balok-balok kayu (log) sisa pembalakan liar, yang menutupi aliran Sungai Kejasung.
(Foto: A. K. Permana).
W a r t a
Sepeda motor yang dipakai selama perburuan, melewati jalan berlumpur lengket yang licin dan
berlubang-lubang. (Foto: R. Koswara).
Beberapa rintangan yang ada di jalan setapak, sehingga sepeda motor kadang-kadang harus
digotong untuk melewatinya. (Foto: R. Koswara).
Di dalam tenda dalam suasana makan pagi penulis ke-1 (keempat dari kiri) bersama Temenggung
Meladang (Kepala Suku Anak Dalam; kedua dari kiri), di S. Kejasung Besar. (Foto: N. Suwarna).
Geologi Populer
Napal Formasi Gumai, berlapis baik, yang tersingkap di tepi dan dasar
S. Kejasung Besar. (Foto: R. Koswara)
Pompong yang digunakan pengangkut rombongan dan sepeda motor dari desa ke tempat awal lintasan geologi. (Foto: R. Koswara).
Geologi Populer 11
Geologi Populer
eberadaan
pebukitan
batugamping
dan
eksokarst
pebukitan
batugamping
di
kedua
tersebut.
daerah
Pelarutan
Skema proses karstifikasi yang salah satunya dipengaruhi oleh hujan asam yang jatuh di daerah pebukitan batugamping
Geologi Populer
Semakin pekat air larutan CaCO3 hasil pelarutan
yang terbentuk, semakin mudah terbentuknya
endokarst dan eksokarst di pebukitan batugamping.
Apabila kepekatan larutan rendah atau tidak
terjadi lagi pelarutan, maka tidak akan terjadi
endokarst dan eksokarst, artinya proses karstifikasi
tidak aktif atau untuk sementara berhenti hingga
tersedia kembali larutan asam yang pekat (berasal
dari hujan asam). Struktur sesar, retakan dan kekar
Pada kekar, rekahan dan retakan akibat struktur
geologi berupa perlipatan dan sesar yang terjadi
sepanjang deretan pebukitan batugamping akan
mempercepat pelarutan tersebut, karena air hujan
yang bersifat asam tersebut akan melarutkan
batugamping melalui struktur-struktur tersebut
hingga suatu saat akan terbentuk gua-gua akibat
keruntuhan dinding-dinding sepanjang struktur.
Letusan Gunung Bromo menghasilkan debu dan gas (Sumber Self drr, 2007)
14 W a r t a
Letusan G. Pinatubo di Filipina yang dahsyat terbawa angin ke arah barat daya
(Sumber Self dkk, 2007)
Sebaran debu dan gas vulkanik di sekitar tubuh gunungapi apabila letusan
berlangsung kecil dan tersebar luas mengikuti arah angin apabila letusan besar.
Grafik total SO2 versus Waktu setelah letusan. (Sumber Self dkk, 2007)
Debu dan gas vulkanik letusan G. Pinatubo menyebar ke sepanjang katulistiwa. (Sumber
Self dkk, 2007)
Gas-gas vulkanik yang dihasilkan oleh letusan gunung api berupa SO2, CO2, HCl, HF dan debu vulkanik menyebar mengikuti arah angin, akan menghasilkan hujan asam
(Sumber Beget, 1993).
16 W a r t a
Pinacle merupakan bagian luar bentuk karstifikasi yang diduga mengalami pelarutan setelah tertimbun debu vulkanik dan tertimpa hujan asam (sumber Anon, 2005).
Endokarst yang terbentuk oleh larutan gamping dengan kepekatan yang tinggi,hal ini hanya dapat dihasilkan dari pelarutan batu gamping oleh media asam yang sangat
pekat atau hujan asam (sumber Anon, 2005).
Kesimpulan
1. Penyebab salah satu proses karstifikasi
batugamping di daerah Sukolilo diakibatkan
oleh hujan asam yang disebabkan oleh gas-gas
vulkanik hasil letusan Gunung Api Muria.
2. Penyebab salah satu proses karstifikasi
batugamping di daerah Tuban diakibatkan
oleh hujan asam yang disebabkan oleh gasgas vulkanik hasil letusan Gunung Api Arjuno,
Welirang, Semeru dan Pananggungan.
Geologi Populer 19
Geologi Populer
yang
menangani
bidang
kebumian
Sekali waktu berjuang melawan arus Sungai Kapuas, Kalimantan di lain waktu memanfaatkan kuda membawa segala kebutuhan di Padang Lawas,
Sumetera Utara
Persiapan
Persiapan meliputi penentuan lokasi/daerah
yang akan dipetakan, proposal tentang kegiatan
pemetaan geologi menyangkut latar belakang,
kondisi penduduk, pencapaian daerah pemetaan,
dan personil yang akan terlibat dalam kegiatan
pemetaan. Selain itu perlu dilakukan studi literatur
(perpustakaan) mengenai data geologi dari para
peneliti terdahulu. Yang tidak kalah penting adalah
membuat peta geologi tafsiran yang dikompilasi
dari interpretasi foto udara (sesuai dengan judul
proyek) dan citra landsat. Penekanan interpretasi
foto udara selain geologi tafsiran (litologi dan
struktur) juga penggambaran pola aliran sungai.
Pola aliran ini berguna untuk merencanakan
lintasan geologi yang akan dilewati di lapangan.
Selanjutnya menyiapkan peta dasar, baik dari
hasil interpretasi foto udara atau peta topografi
yang sudah tersedia. Biasanya, untuk melakukan
pemetaan geologi skala 1:250.000, digunakan
peta topografi berskala 1:100.000. Dalam peta
dasar ini, semua indikasi geologi diplot (lokasi,
struktur, litologi, indikasi tambang, cebakan
mineral, batubara, indikasi fosil, rembesan minyak,
dll.). Tentu hal yang tidak boleh dilupakan adalah
peralatan pemetaan geologi seperti kompas,
palu, loupe, kamera, GPS, dan tenda. Hal terakhir
adalah menyiapkan surat-surat untuk pemerintah
daerah tempat kegiatan pemetaan akan dilakukan.
Apabila persiapan awal ini dapat dibuat dengan
sempurna, maka pekerjaan lapangan akan berjalan
dengan baik.
Kegiatan Lapangan
Pekerjaan lapangan merupakan tahapan inti
pemetaan geologi. Tujuan utama dalam kegiatan
lapangan adalah untuk melakukan pendataan
semua jenis batuan, pengambilan percontoh
batuan, pengukuran jurus/kemiringan lapisan dan
struktur geologi, dan lain-lain. Dalam melakukan
Geologi Populer 21
Geologi Populer
Menyeberangi lembah sedalam puluhan meter dengan jembatan gantung di Taput, Sumatra Utara atau diangkut helicopter menyusuri Sungai Mahakam,
K alimantan.
Analisis Laboratorium
Analisis laboratorium merupakan salah satu
bagian penting dalam penyelesaian peta geologi.
Sejumlah percontoh batuan yang terpilih yang
mewakili setiap kelompok batuan dianalisis secara
petrografis (mineralogi batuan), geokimia batuan,
pentarikhan, kandungan fosil dll. Dari hasil analisis
laboratorium ini dapat diketahui jenis, komposisi,
umur batuan,
lingkungan
pengendapan,
serta jenis fosil yang terdapat di dalamnya. Dengan
demikian akan memudahkan mengkompilasi
satuan unit geologi yang mempunyai karakter
sama (kimiawi, komposisi, umur dll.) ke dalam
peta geologi, sedangkan percontoh batuan yang
merupakan hand specimen disimpan sebagai
koleksi Museum Geologi.
Kompilasi Peta Geologi
Data yang diperoleh di lapangan tidak serta-merta
bisa menghasilkan peta geologi yang memenuhi
persyaratan. Seperti telah disebutkan di atas,
pekerjaan pemetaan geologi merupakan pekerjaan
tim. Oleh karena itu, seseorang yang bertanggung
jawab dalam penyelesaian peta geologi tersebut
(Kepala Tim) harus berkomunikasi dengan anggota
Contoh peta plotting struktur (jurus/kemiringan), sebelum dipindahkan ke dalam peta open
file (terbuka). Bagian Lembar Putussibau, Klabar skala 1:250.000.
Contoh peta dua warna (open file), bagian Lembar Putussibau, Kalbar skala 1:250.000
Geologi Populer 25
Lintasan Geologi
ufuk barat, tanah tempat penulis berpijak tibatiba berguncang. Guncangan terasa berlangsung
beberapa
menit
dengan
kekuatan
semakin
Bukit Urug Hanafi yang mengalami longsor untuk kedua kalinya, kali ini menelan korban yang lebih banyak.
Bangunan
Meninggal
dunia
Luka-luka
Hilang
Mengungsi
Kab Tasikmalaya
827
90
450
Kota Tasikmalaya
26
22
3.387
Kab Garut
44
135
8.195
Kab Bandung
53
11
355
5.661
70
21
Kab Sukabumi
211
18
60
Kab Cianjur
53
26
26
11.787
Kab Kuningan
23
287
Kab Bogor
663
Kab Ciamis
733
158
473
Lintasan Geologi
Tinggal di lembah, di bawah bukit yang tidak stabil adalah keputusan yang tidak tepat. Jangan pernah berhenti belajar.
28 W a r t a
Bebatuan berbagai ukuran menimbun pemukiman. Manusia memang kecil dan tidak berdaya, oleh karena itu sebaiknya berbagi dengan alam.
Lintasan Geologi 29
Lintasan Geologi
anggal
September
2009,
pukul
Sebuah rumah berdinding tembok di Kampung Cikole umumnya runtuh karena tidak memiliki
struktur tulang-tulang beton.
b.Kota Tasikmalaya
Kota Tasikmalaya yang terletak di daerah yang
hampir datar dengan batuan dasar endapan
vulkanik dan aluvial. Tanah pelapukannya berupa
pasir lempungan hingga pasir kerikilan dengan
ketebalan bervariasi antara 1 hingga > 5 m.
Tidak terdapat struktur geologi yang muncul di
permukaan.
Kerusakan yang signifikan hanya terlihat satu
bangunan yang terletak di Jalan Cihideung yang
secara visual berupa bangunan lama, sedangkan
sisi kanan dan kiri yang relatif bangunan baru
(dikategorikan berstruktur bangunan baik) tetap
kokoh. Retakan dan rontok kecil pada pelapis
dinding tembok (plesteran) merupakan hal yang
umum terlihat.
Lintasan Geologi 31
Lintasan Geologi
c.Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya
Manonjaya terletak sekitar 15 km sebelah selatan
Kota Tasikmalaya dengan kondisi topografi berupa
pedataran yang disusun oleh endapan vulkanik,
tidak ditemukan struktur geologi yang muncul di
sekitar permukaan.
Kerusakan yang sangat signifikan adalah
robohnya balok penyangga serambi mesjid yang
mengakibatkan runtuhnya atap bangunan.
Bangunan lain hanya retak bagian plesterannya,
bahkan kebanyakan masih utuh.
Mesjid Agung Manonjaya yang roboh bagian depannya.
Dengan struktur bangunan yang sesuai, rumah ini tetap kokoh berdiri.
34 W a r t a
Rumah panggung yang telah berusia 90 tahun tetap berdiri kokoh. Kerusakan hanya beberapa plesteran dindingnya yang terkelupas.
Geo Fakta
Louis Agassiz
Ahli Geologi
Geofakta 37
Geo Fakta
Karya-karya penting
Recherches sur les poissons fossiles (18331843)
History of the Freshwater Fishes of Central
Europe (1839-1842)
Etudes sur les glaciers (1840)
Etudes critiques sur les mollusques fossiles
(1840-1845)
Nomenclator Zoologicus (1842-1846)
Monographie des poissons fossiles du Vieux
Gres Rouge, ou Systeme Devonien (Old Red
Sandstone) des Iles Britanniques et de Russie
(1844-1845)
Bibliographia Zoologiae et Geologiae (1848)
(with AA Gould ) Principles of Zoology for the
use of Schools and Colleges (Boston, 1848)
Lake Superior: Its Physical Character, Vegetation
and Animals, compared with those of other
and similar regions (Boston: Gould, Kendall and
Lincoln , 1850)
Natural History of the United States (Boston:
Little, Brown, 1847-1862)
Geofakta 39
PROFIL
.rasa
terhadap
kecintaan yang
besar
Iwan Kurniawan,
Penemu Fosil Gajah di Blora tahun 2009
Bulan Maret tahun 2009 kemarin, Museum Geologi
dan dunia penelitian vertebrata dihebohkan
dengan penemuan spektakuler berupa fosil gajah purba elephas sp di Dusun Sunggun,
Kelurahan Medalem, Kradenan, Kabupaten Blora,
Jawa Tengah oleh tim penelitian vertebrata Museum Geologi, Badan Geologi, yang diketuai oleh
Iwan Kurniawan. Temuan gajah purba elephas
sp di Blora tersebut sangat penting karena dapat
memberikan pencerahan terhadap upaya mengungkapkan missing link evolusi gajah purba
di Asia Tenggara, perubahan iklim, dan vegetasi
masa lalu pada perioda tersebut. Temuan ini pun
merupakan hadiah terindah Tim Penelitian Vertebrata karena bertepatan dengan Ulang Tahun Museum Geologi yang ke-80 (Dasa Windu). Hal tersebut merupakan buah dari ketekunan dan keuletan
Iwan bersama seluruh tim vertebrata yang dipimpinnya dalam melaksanakan tugas sebagai salah
seorang ahli paleontologi vertebrata di Museum
Geologi. Untuk mengetahui lebih dekat sosok
40 W a r t a
Profil 41
PROFIL
lapangan tim vertebrata pada tahun 1989 ke Sulawesi yang merupakan kerjasama antara Puslitbang Geologi (P3G) dengan Universiteit Ultrecht
Belanda yang diketuai oleh Pa Fachrul selama 4
tahun. Dari situ saya mulai tertarik, memahami,
dan merasakan bahwa bidang vertebrata ini merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang
cukup rumit namun jika ditekuni dengan serius
maka akan terasa mudah dan mengasyikkan.
Tim WG:
Nah, sekarang ini Anda dapat dikatakan sebagai
seorang ahli di bidang Paleontologi Vertebrata.
Apa hikmah yang bisa diambil selama menggeluti
bidang vertebrata ini?
Iwan:
Hikmahnya banyak sekali yang dapat saya rasakan,
baik itu hikmah bagi diri saya pribadi maupun untuk dunia ilmu pengetahuan. Hikmah bagi diri
saya, salah satunya dalam pendidikan baik formal
maupun informal, yang pada akhirnya saya dapat
memahami bidang tersebut. Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman tersebut, saya pernah
dilibatkan dalam beberapa proyek internasional
seperti penggalian Dinosaurus di Australia. Lalu
pernah terlibat sebagai salah satu pembuat replika di salah satu museum di Jepang. Di samping
itu kepuasan yang tidak ternilai harganya dalam
melakukan setiap kegiatan penelitian vertebrata
yang dilakukan. Selain itu, bagi dunia ilmu pengetahuan, banyak sekali sumbangsih dari berbagai hasil penelitian yang dilakukan sehingga
ekonomis (hasilnya tidak bisa dijual), hasil penelitian ini hanya untuk perkembangan ilmu pengetahuan (sains) saja, fosil vertebrata tidak bisa dijual.
Lain halnya dengan bidang seperti minyak bumi
dan batubara. Dengan terdapatnya kendala tersebut, kita pun harus memahami bahwa negara kita
ini tergolong dalam negara berkembang dengan
segala keterbatasan yang dimilikinya, namun
kita harus mampu bertahan dengan segala kondisi yang ada untuk kemajuan bangsa kita sendiri, khususnya dalam hal ilmu pengetahuan. Saya
sangat menyayangkan, sebetulnya Indonesia ini
kaya akan peninggalan fosil vertebrata, tinggal
bagaimana kita mensiasatinya dan memanfaatkannya sehingga dapat mengungkap tabir kehidupan pada masa lalu, serta sangat berpotensi
dalam memberikan banyak sumbangsih bagi dunia ilmu pengetahuan, yang pada akhirnya dapat
mengangkat dan mengharumkan bangsa Indonesia di dunia.
Tim WG:
Sangat jarang sekali orang mendalami ilmu paleontologi vertebrata karena alasan seperti Anda
jelaskan tadi, lalu apa yang membuat Anda tekun
dan setia dalam mempelajari serta mendalami dunia vertebrata ini?
Iwan:
Yang jelas, saya sangat mencintai dan sayang terhadap fosil, memiliki kepuasan tersendiri dalam
mempelajarinya, dan dapat lebih memahami
makna kehidupan pada masa yang lampau untuk
menjalani kehidupan di masa yang akan datang
sebagai tanda kebesaran Allah SWT, disamping
itu saya berfikir jika bukan saya maka siapa lagi
yang melanjutkan ilmu vertebrata ini khususnya di
intitusi kita (Museum Geologi), yang Alhamdulillah saat ini mulai bermunculan kader-kader yang
tertarik pada vertebrata ini namun masih bisa dihitung oleh jari sebelah tangan. Disamping itu, jika
kita perhatikan pengunjung Museum Geologi ini,
lebih tertarik untuk melihat fosil-fosil vertebrata
Profil 43
PROFIL
tidak hanya orang yang berlatar belakang pendidikan formal yang mencintai dunia fosil namun
dari masyarakat luas pun sudah memiliki kecintaan terhadap kekayaan negara tersebut, sehingga
para ahli fosil vertebrata di negara-negara maju
tidak begitu kesulitan untuk mencari pendanaan
seandainya akan melakukan penelitian (research)
atau pun penggalian fosil, banyak para pengusaha
atau sponsor yang ingin terlibat dalam ekskavasi
tersebut, nah hal tersebut diakibatkan tingginya
kesadaraan dan kecintaan masyarakat di negara
maju akan pentingnya fosil tersebut. Di Indonesia
belum tercipta suatu iklim seperti itu, bahkan terkesan bahwa pemerintah menutup sebelah mata
pada bidang fosil vertebrata.
Tim WG:
Terkait dengan penemuan spektakuler di tahun
2009 ini berupa penemuan fosil gajah purba yang
tergolong utuh (80 %) di Blora, bisa diceritakan
sedikit pengalaman dan asal mulanya sehingga
dapat menemukan fosil gajah tersebut di Blora?
Iwan:
Awalnya waktu itu saya masih berada di Puslitbang Geologi (P3G) dan melakukan pekerjaan
penjajakan paleontologi yang bekerjasama dengan UNE (University of New England) Australia
pada tahun 1996 di Flores. Lalu setelah Paleontologi Vertebrata pindah ke Museum Geologi, kerjasama tersebut masih berlanjut. Selama 10 tahun
kerjasama tersebut, lokasi penelitian terjadi penggabungan tidak hanya di Flores, namun meluas ke
Kepala Badan Geologi (Dr.R. Sukyar) melakukan penjauan langsung ke lokasi ditemukannya Fosil gajah purba di Blora yang didampingi oleh Kepala Pusat Survei Geologi
dan Kepala Museum Geologi.
Kegiatan penggalian Fosil gajah purba yang ditemukan di Blora, oleh tim vertebrata Museum Geologi yang diketuai oleh Iwan Kurniawan.
Profil 45
PROFIL
Fosil gajah purba yang ditemukan di Blora, dipamerkan untuk pertama kali kepada masyarakat luas di Hall Museum Geologi. Gajah Purba ini diperkirakan memiliki tinggi
3,75 4 m, panjang 5 m, berat 10 ton, dan panjang gading hingga 2 m.
Tim WG:
Terkait dengan diatas, apakah kurang kepeduliannya Pemda terhadap keberadaan fosil ini disebabkan dengan kurangnya sosialisasi dan informasi
yang dimiliki oleh pemda tentang plot lokasi tersebut atau ada hal lain?
Tim WG:
Mengenai tantangan kedepan, setelah menemukan fosil gajah yang spektakuler di Blora, rencananya akan research dimana lagi yang kiranya
sudah terdapat titik terang mengenai keberadaan
fosil vertebrata di Indonesia ini?
Iwan:
Sebetulnya kalo informasi, sebelum kita melakukan penelitan kan sudah lapor ke pemda setempat
dengan menyerahkan proposal dan setelah melakukan aktivitas penelitian tersebut kita pun memberikan hasil laporan penelitian yang sudah dilakukan,
namun kurang diperhatikan dengan baik. Minimal, pemda dapat memberikan sosialisasi terhadap masyarakat tentang keberadaan fosil tersebut
sehingga kawasan tersebut dapat terjaga dengan
baik. Jika masyarakat sudah mengetahui informasi
tersebut, minimal masyarakat jika menemukan
fosil dapat dengan segera melaporkan ke instansi
terkait untuk ditindak lanjuti dengan baik dan
benar.
Iwan:
Yang jelas kita tidak akan berhenti melakukan
penelitian karena penelitian dan ilmu pengetahuan itu bersifat dinamis dalam arti tidak akan
berhenti melakukan beberapa penelitian khususnya dalam bidang fosil vertebrata mengingat
kayanya Indonesia akan keberadaan fosil vertebrata tersebut. Pada saat ini, kita dari tim vertebrata lebih memfokuskan dalam bidang hominit
(fosil manusia), yang mana pada bulan ini pun
kita akan melakukan penelitian lapangan di daerah Sopeng, Pulau Sulawesi yang merupakan
suatu situs artefak yang sangat kaya. Lalu kita pun
pada tahun ini akan melakukan penelitian di Pulau
Jawa dan Atambua (Timor). Hal ini terkait dengan
penemuan fosil Homo Floresiensis di Pulau Flores
dengan tujuan untuk mengetahui pola penyebaran manusia tersebut.
Tim WG:
Apa harapan Anda dalam mendalami vertebrata ini baik terhadap institusi maupun generasi
penerus bangsa?
Iwan:
Harapan saya terhadap pemerintah, jangan menutup atau memandang sebelah mata (dalam arti
memang dunia vertebrata ini tidak ekonomis namun sangat penting bagi ilmu pengetahuan) terhadap vertebrata karena fosil itu kan merupakan
salah satu kekayaan Negara yang tak ternilai. Dan
bagi geologist muda, harapannya akan banyak
bermunculan para ahli vertebrata yang mencintai
dunia fosil, karena ilmu ini tidak kalah pentingnya
dengan ilmu-ilmu yang lainnya.
Profil 47
Seputar Geologi
Kepala Badan Geologi Dr. Ir. R. Sukhyar (sebelah kanan) menyerahkan dokumen geologi kepada Ir. Washington Tambunan (Kepala Dinas Pertambangan Provinsi
S umatera Utara)
48 W a r t a
Sekretaris Badan Geologi Dr. Ir. Djadjang Sukarna dan Kepala Pusat Survei Geologi Dr. Ir. A. Djumarma Wirakusumah
didampingi Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Sumatera Utara, Ir. Washington Tambunan
Seputar Geologi 49
Kepala Badan Geologi Dr. Ir. R. Sukhyar didampingi Jajaran Manajemen Badan Geologi saat melakukan kunjungan kerja ke Kmp. Caringin Desa Cikangkareng Kecamatan
Cibinong Kab Cianjur yang terkena Bencana Longsor 2 September 2009.
Kepala Badan Geologi Dr. Ir. R. Sukhyar, Sekretaris Badan Geologi Dr.Ir. Djadjang Sukarna dan Kepala Pusat Survei Geologi Dr.Ir. A. Djumarma Wirakusumah saat ber
koordinasi dengan petuhas Posko di Kmp. Caringin Desa Cikangkareng Kecamatan Cibinong Kab Cianjur yang terkena Bencana Longsor 2 September 2009.
50 W a r t a
Peneliti, Ahli Gempa Bumi Pusat Survei Geologi .Ir. Asdani Soehaimi saat
melakukan kunjungan kerja ke Desa Margamukti Kecamatan Pangalengan yang
terkena bencana Gempabumi, 2 September 2009.
Kepala Badan didampingi para Kepala Pusat melantik sejumlah Pegawai Badan Geologi.
No.
NAMA
JABATAN LAMA
JABATAN BARU
1.
Fungsional Perekayasa
2.
3.
Fungsional Perekayasa
4.
5.
6.
Dedi Budiman , SH
7.
8.
9.
Seputar Geologi 53
Ir. Anton Saboe (Mantan Pemain Badan Geologi)berpasangan dengan Ir. Rasdan Siregar, MSc. pasangan andalan IKAPEDE.
Seputar Geologi 55
Seiring dengan terbentuknya Badan Geologi pada tahun 2006 yang membawahi empat unit organisasi berbasis penelitian dan penyelidikan, maka salah satu syarat utama yang mutlak dipenuhi adalah menyediakan
wadah bagi para pejabat fungsional untuk menuangkan hasil karya mereka berupa tulisan ilmiah. Penerbitan sebuah majalah, jurnal, dan buletin bagi Badan Geologi yang mempunyai tugas pelayanan bidang
geologi menjadi sangat penting dengan meningkatnya kebutuhan ilmu pengetahuan dan teknologi, data,
dan informasi. Untuk maksud tersebut, Badan Geologi telah menyediakan suatu penerbitan ilmiah yang
diberi judul Jurnal Geologi Indonesia disingkat JGI. Jurnal Geologi Indonesia pada kenyataannya selain
dimanfaatkan oleh para pejabat fungsional di lingkungan Badan Geologi juga banyak ahli kebumian dari
luar seperti dari LIPI, Perguruan Tinggi, mahasiswa dan lain-lain yang ikut berperan serta.
FORKOM ejb
Dalam perkembangannya, pengelola jurnal ini
menggagas suatu ide yaitu membentuk suatu
forum komunikasi bagi semua dewan redaksi dan
pengelola penerbitan ilmiah kebumian. Ide awal
yang selenggarakan di Bandung tahun 2008 kini
berkembang menjadi menasional. Forum tersebut
diberi nama Forum Komunikasi Editor Jurnal
Kebumian yang disingkat Forkom ejb.
56 W a r t a
Sekretariat Jurnal Geologi Gd. E Lt. 2 Badan Geologi Jl. Diponegoro 57 Bandung.
62 W a r t a