You are on page 1of 17

IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB ANEMIA DEFISIENSI

ZAT BESI PADA ANAK


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Anemia defisiensi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan satu atau beberapa
bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit, anemia defisiensi yang paling sering adalah
defisiensi besi. Anak-anak memerlukan besi lebih banyak dari pada orang dewasa untuk
pertumbuhannya. (Ngastiyah, 1995). Banyak faktor yang dapat menyebabkan anemia
defisiensi antara lain pemberian makanan yang tidak cukup mengandung besi, komposisi
makanan yang tidak baik untuk menyerapan zat besi. Keterlambatan pemberian makanan
tambahan selain ASI setelah bayi berumur 4 bulan ke atas, bayi yang lahir prematur dan yang
terlahir ibu yang anemia. Perjalanan penyakit yang menahun membuat para orang tua tidak
mengetahui gejala anemia karena anak tidak tampak sakit, selain itu anemia defisiensi pada
umumnya tidak menunjukkan gejala-gejala khusus seperti pucat, lemah.
Secara global data menunjukkan 20 % penduduk dunia atau 1500 juta prang menderita
anemia. Penelitian anemia di Jawa Tengah tahun 1999 prevalensi anemia defisiensi tinggi
sekitar 40 % terdapat pada anak dibawah lima tahun (Suara Merdeka, 14 September 2001).
Survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1995 mengungkapkan bahwa prevalensi anemia
defisiensi pada anak di negara kita cukup tinggi yaitu sebesar 40,6%. (Trubus Agriwidya). Data
pada bulan Mei tahun 2004 di Puskesmas Pegirian sebanyak 20 anak yang mengidap anemia
defisiensi zat besi.
Anemia defisiensi terjadi akibat zat besi untuk pembuatan hemoglobin yang diperlukan
untuk pematangan eritrosit kurang, kekurangan zat besi ini dapat terjadi bila makanan tidak
cukup mengandung zat besi, bayi lahir prematur. Dampak kekurangan zat besi dapat
menurunkan ketahanan tubuh menghadapi penyakit infeksi. Dalam keadaan kekurangan zat
besi kekebalan tubuh tidak bisa berfungsi dengan baik. Ini yang menyebabkan anak yang
kekurangan zat besi mudah sekali terserang penyakit infeksi seperti bronkitis dan
gastroenteritis. Selain itu kekurangan zat besi akan mengganggu pertumbuhan dan
perkembangannya. Dalam, kegiatan sehari-hari anak menjadi tidak aktif, malas, cepat telah

serta cepat mengantuk. Akibat lebih lanjutnya akan mempengaruhi kecerdasan dan daya
tangkap anak. (Dra. Emma S. Wirakusumah, M.Sc.).
Untuk menghindari penderita lebih banyak dan mencegah terjadinya anemia defisiensi
kronik dibutuhkan tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan tentang faktor penyebab,
tanda gejala sedini mungkin, pemberian makanan tambahan dan tablet besi gratis Dalam
Meningkatkan derajat kesehatan anak diperlukan pemberian makanan yang bergizi untuk
pertumbuhan dan perkembangannya.
Dari uraian diatas dan fakta-fakta yang terjadi, maka penulis merasa perlu untuk
mengadakan

penelitian

tentang

IDENTIFIKASI

FAKTOR

PENYEBAB ANEMIA

DEFISIENSI ZAT BESI PADA ANAK.


1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut : Faktor apakah yang menyebabkan anemia defisiensi zat besi pada anak di Puskesmas
Pegirian Surabaya?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi faktor penyebab anemia defisiensi zat besi pada anak di Puskesmas
Pegirian Surabaya.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian in] adalah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi karakteristik responder yang mempunyai anak mengidap anemia defisiensi
zat besi pada anak di Puskesmas Pegirian Surabaya
2) Mengidentifikasi asupan makanan yang tidak cukup mengandung zat besi di Puskesmas
Pegirian Surabaya
3) Mengidentifikasi komposisi makanan yang tidak baik untuk penyerapan zat besi di
Puskesmas Pegirian Surabaya.

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Akademik
Bagi pihak akademik hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan acuan
dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
1.4.2 Bagi Peneliti
Memberikan gambaran atau informasi bagi peneliti selanjutnya.
1.4.3 Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan perhatian akan pentingnya kesehatan dan
hidup sehat.
1.4.4 Bagi Keperawatan
Informasi yang dihasilkan dapat digunakan sebagai masukan kepada perawat
pentingnya memberikan informasi kepada masyarakat tentang penyebab anemia defisiensi zat
besi.
1.5. Relevansi
Pada kenyataannya di lapangan banyak anak yang terkena anemia defisiensi zat besi.
banyak faktor yang dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi antara lain pemberian
makanan yang tidak cukup mengandung zat besi, komposisi makanan yang tidak baik untuk
penyerapan zat besi .
Anak membutuhkan lebih banyak makanan yang mengandung zat besi untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan pemberian
makanan yang mengandung zat besi. Bila makanan yang diberikan tidak mengandung zat besi
yang dibutuhkan oleh anak maka lambat laun akan terkena anemia defisiensi zat besi.
Dalam meningkatkan derajat kesehatan anak diperlukan pemberian makanan yang bergizi
untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan
untuk mengurangi masalah yang seharusnya ditangani lebih dini untuk menghindari penderita
lebih banyak

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar
2.1.1 Pengertian Anemia
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 1 mm 3 darah
atau berkurangnya volume sel yang dipadatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah.
(Ngastiyah, 1997)
2.1.2 Jenis Anemia
Ada beberapa jenis anemia sesuai dengan penyebabnya :
1) Anemia pasca perdarahan
Anemia yang terkadi akibat perdarahan yang masih seperti kecelakaan, operasi dan
persalinan dengan perdarahan atau perdarahan yang menahun seperti pada penyakit
cacingan.
2) Anemia Hemolitik
Anemia yang terjadi akibat penghancuran (hemolisis) eritrosit yang berlebihan karena:
a. Faktor intro sel
Misalnya talasemia, hemoglobinopatia (talasemia HbE, sickle cell anemia), sferositas
kongenital, defisiensi enzim eritrosit (G-6PD, piruvat kinase, glutation reduktase).
b. Faktor ekstra sel
Karena intoksikasi, infeksi (malaria), imunologis (inkompatibilitas golongan darah,
reaksi hemolitik pada transfuse darah).
3) Anemia Aplastik
Anemia yang disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sum-sum tulang (kerusakan
stun sum tulang).

4) Anemia Defisiensi
Anemia yang disebabkan oleh kekurangan satu atau beberapa bahan yang diperlukan untuk
pematangan eritrosit. Anemia defisiensi yang paling sering adalah defisiensi zat besi
(Ngastiyah , 1997).
2.1.3 KIasifikasi
Secara morfologis dan etiologi anemia defisiensi dapat dibedakan dalam 2 bentuk,
sebagai berikut:
1) Mikrositik Hirokromik
Terjadi akibat kekurangan besi, Piridoksin, tembaga.
2) Mikrositik normokromik (megaloblastik)
Terjadi akibat kekurangan asam folat dan vitamin B 12
Di samping kedua bentuk tersebut di atas, sering pula didapatkan bentuk campuran
yang disebabkan anemia dimorfik. (Ngastiyah, 1995)
2.1.4 Etiologi dan Patogenesis
Zat besi (fe) diperlukan untuk pembuatan hemoglobin, kekurangan zat besi
mengakibatkan kekurangan Hb, walaupun pembuatan eritrosit jugs menurun, tiap eritrosit
mengandung Hb lebih sedikit dari pada biasanya sehingga timbul anemia hipokromik
makrositik.
Menurut potogenessisnya, etiologi anemia defisiensi zat besi dibagi :
1) Asupan makanan tidak cukup mengandung besi
Anak membutuhkan lebih banyak makanan yang mengandung zat besi untuk pertumbuhan
Kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan pemberian makanan yang mengandung cukup rat
besi, diantaranya hati, ginjal, daging, telur, buah dan sayur yang mengandung klorofil.
Bila makanan yang diberikan tidak mengandung zat besi yang dibutuhkan oleh anak maka
lambat laun anak tersebut akan terkena anemia defisiensi zat besi. Kebutuhan zat besi

pada anak umur 0-5 tahun adalah 8 mg/hari, misalnya dengan komposisi says bayam 1
mangkok kecil, 1 telur ayam, dan 1 potong tempe goreng.
2) Sintesis Kurang (ridirs-ferin Kurang)
Kekurangan zat besi menyebabkan gangguan pengangkutan besi dari rongga usus hingga
menjadi transferin, yaitu strata ikatan besi dan protein didalam darah. Transferin ini
diperlukan untuk sintesis hemoglobin.
3) Kebutuhan yang bertambah
Kebutuhan zat best bagi bayi dan anak relatif tinggi yaitu karera pertumbuhan yang cepat
dari jaringan yang baru.
4) Komposisi makanan tidak baik untuk penyerapan zat besi
Pola konsumsi bahan makanan yang banyak mengandung penghambat absorpsi zat besi
seperti menu makanan yang hanya terdiri dari sumber karbohidrat seperti nasi, umbiumbian atau kacang-kacangan seperti kedelai dan teh yang mengandung tannin, jika
dikonsumsi bersama- sama pada saat makan akan mengurangi penyerapan zat besi sampai
50%. Pada umumnya zat besi pada sayur-sayuran, kacang-kacangan, umbi-umbian dan
buah-buahan penyerapan. zat besinya termasuk rendah hanya 5%. Pola konsumsi yang
hanya dari sumber karbohidrat sangat tergantung pada jenis makanan lain atau menu yang
bervariasi. Menu makanan yang merupakan kombinasi dari sumber karbohidrat dengan
daging atau ikan dam sayur akan meningkatkan penyerapan zat besi.
5) Pengeluaran bertambah
Kehilangan darah karena investasi parasit ankilostomiosis, amubiasis, kecelakaan,
operant, perdarahan usus (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak UI,1985)
Ditinjau dari segi umur penderita etiologi anemia defisiensi dapat digolongkan menjadi
:
1) Bayi dibawah usia 1 tahun
a. Kekurangan zat besi dan asam folat dan lahir misalnya prematurisasi, bayi prematur
lebih cepat menjadi anemis dibandingkan dengan bayi yang kurang bulan tersebut,

umumnya lebih kecil sehingga dengan sendirinya juga mengandung lebih sedikit
darah. Oleh karena itu jumlah besi yang dapat disimpan juga tidak banyak.
Pertumbuhan bayi prematur yang cepat akan menghabiskan persediaan besi dan asam
folat dengan cepat pula sehingga lebih cepat pula menjadi anemis. Bayi yang
dilahirkan oleh ibu yang anemia juga bisa menyebabkan anak terkena anemia
defisiensi.
b. Pemberian makanan tambahan yang terlambat.
ASI, susu kambing, maupun susu sapi tidak cukup besi dan folat untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari, sehingga makanan tambahan berupa buah dan sayur harus
diberikan dalam makanan bayi
2) Anak umur 1 2 tahun
a. Infeksi yang berulang seperti enteristis, bronchopemoni
Kebutuhan besi pada anak normal rata-rata 5 .g/hari, tetapi bila terdapat infeksi dapat
meningkat sampai 10 mg/hari.
b. Diet yang tidak adekuat
Komposisi makanan yang tidak cukup Mengandung besi dan asam folat dapat
menyebabkan anemia defisiensi.
3) Anak umur lebih dari 5 tahun
a. Kehilangan darah kronis karena infestasi parasit, misalnya ankilostomiasis, amubiasis,
seekor cacing ankylostoma duodenale akan menghisap darah 0,2- 0,3 ml darah setiap
hari.
b. Diet yang tidak adekuat
Komposisi makanan yang tidak cukup mengandung besi dan asam folat dapat
menyebabkan anemia defisiensi (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, 1995).
2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurangnya Zat Besi
1) Ekonomi

Tingkat ekonomi yang rendah berdampak pada tidak mampunya tenaga menyediakan makanan
sumber zat besi seperti daging, ikan, atau ayam
2) Budaya
Faktor budaya banyak berperan seperti seandainya tersedia pakan hewani dalam menu keluarga
biasanya diprioritaskan untuk kepala keluarga (ayah) sementara anak-anak dan istri tidak
dipertimbangkan.
3) Kebersihan diri
Anak rawan serangan infeksi cacing terutama cacing tambang. lni karena kebiasaan anak yang
tidak memakai alas kaki jika bepergian. (Emma S. Wirakusumah, 1999).
2.1.6 Dampak Dari Anemia Defisiensi Zat Besi
Anemia defisiensi zat besi dapat berakibat fatal bagi ibu hamil dan mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan anak.
1) Ibu hamil
Ibu hamil yang menderita anemia defisiensi zat besi tidak akan mampu memenuhi
kebutuhan zat-zat gizi bagi dirinya dan janin dalam kandungannya. Oleh karena itu
keguguran, kematian bayi dalam kandungan, berat bayi lahir rendah atau kelahiran
prematur rawan terjadi pada ibu hami1 yang menderita anemia defisiensi zat besi. Pada
saat melahirkan biasanya darah dalam jumlah banyak sehingga kondisi anemia akan
memperburuk keadaan ibu hamil.
2) Anak
Anemia defisiensi zat besi yang terjadi pada anak-anak, baik balita maupun usia sekolah akan
mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya. Anak menjadi lemah karena sering
terkena infeksi akibat pertahanan tubuhnya menurun. Dalam kegiatan sehari-hari anak
menjadi tidak aktif, malas, cepat lelah dan di sekolah sulit berkonsentrasi dalam belajar,
serta cepat mengantuk. Akibat lebih lanjutnya akan mempengaruhi kecerdasan dan daya
tangkap anak (Emma S. Wirakusumah, 1999).
2.1.7 Gejala Minis

Anak tampak lemas, sering berdebar-debar, lekas lelah, pucat, sakit kepala, iritable dan
sebagainya. Mereka tidak tampak sakit karena perjalanan penyakitnya menahun, tampak pucat
terutama pada mukosa bibir dan faring, telapak tangan dan dasar kuku, konjungtiva okular
berwarna kebiruan atau putih mutiara (pearly white). Papil lidah tampak atrofi, jantung agak
membesar dan terdengar murmur sistolik yang fungsionil. Pada anak dengan infestasi
ankylostoma akan memperlihatkan perut buncit yang disebut pot belly dan dapat terjadi edema,
tidak ada pembesaran limpa dan hepar dan tidak terdapat diatesis hemoragik. Pada MEP yang
berat dapat ditemukan hopatomegali dan diatesis hemoragik. Pemeriksaan radiologis tulang
tengkorak akan menunjukkan pelebaran diploe dan penipisan terbula eksterna sehingga mirip
dengan perubahan tengkorak dari talasemia (Ngastiyah, 1995).
2.1.8 Penatalaksanaan
Diberikan makanan lunak dengan lauk pauk yang lunak pula tetapi harus mengandung
sayuran yang berserat. Karena nafsu makannya buruk maka makanan harus sering diubah
jenisnya misalnya diberi kentang, roti atau apa yang diinginkan. Perlu diperhatikan agar
makanan tersebut adekuat susunan gizinya. Makanan yang banyak mengandung zat besi dan
asam folat ialah hati, ginjal, daging, telur, buah, dan sayur yang mengandung klorofil.
Mengingat perawatan pasien anemia memerlukan istirahat yang cukup atau istirahat di tempat
tidur selama kadar Hb belum normal, dan pengawasan tanda vital secara rutin (paling sedikit 3
kali sehari). Bila terjadi gejala takikardi, telapak tangan hangat dan basah, tekanan darah
sistolik meninggi segera hubungi dokter. Jika anemia akibat cacingan, jelaskan bagaimana
mencegah agar anak tidak mendapat infeksi cacing, misalnya anak harus selalu memakai
sandal jika bermain di halaman, mencuci tangan sebelum makan (Ngastiyah, 1995).
2.1.9 Pengobatan
Pemberian makanan yang adekuat pada anak dengan defisiensi besi diberikan sulfas
ferosus 3 x 10 mg/KgBB/hari (waspada terhadap terjadinya enteristis). Dapat diberikan
preperat besi parenteral secara intramuskular atau intravena bila pemberian peroral tidak dapat.
Transfuse darah diberikan hanya bila kadar Hb kurang dari 5 g/dl disertai keadaan
umum buruk misalnya gagal jantung, bronkopnemoni dan sebagainya. Obat cacing diberikan
jika ternyata anak menderita cacingan, antibiotika perlu (bila terdapat trifeksi).
Pengobatan pasien dengan defisiensi asam folat dengan memberikan asam folat 3 x 5
mg/gram dan pada bayi 3 x 2,5 mg/hari. (Ngastiyah, 1995).

2.2 Kerangka Konsep

- Sintesis kurang
- Kebutuhan yang bertambah
- Pengeluaran bertambah
Faktor penyebab anemia
- Makanan tidak cukup mengandung zat besi
- Komposisi makanan tidak baik untuk penyerapan zat besi
Anak
Timbul anemia defisiensi zat besi
- Baik
- Cukup
- Kurang

Keterangan :

: Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Anemia defisiensi zat besi pada anak dapat disebabkan oleh sintesis kurang, kebutuhan yang
bertambah, pengeluaran bertambah, makanan tidak cukup mengandung zat besi, komposisi
makanan tidak baik untuk penyerapan zat besi. Peneliti perlu menjelaskan tentang makanan
tidak cukup mengandung zat besi, komposisi makanan tidak baik untuk penyerapan besi
terhadap terjadinya anemia defisiensi zat besi pada anak.

BAB 3
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini meliputi desain penelitian, kerangka kerja, identifikasi variabel,
definisi operasional, populasi, sampel dan teknik sampling, pengumpulan data, analisa data, etika
penulisan dan keterbatasan.
3.1 Desain Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian metode deskriptif dengan
pendekatan cross sectional. Metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan
terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan peristiwa sebagaimana
adanya, sehingga bersifat sekedar mengungkapkan fakta ditekankan pada pemberian gambaran
serta obyek keadaan sebenarnya dari obyek penelitian (Sukidjo, 2002). Sedangkan cross
sectional adalah desain penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat
bersamaan (sekali waktu) (A. Aziz Alimul, 2003).
3.2 Kerangka Kerja

Populasi 20
(orang tua yang mempunyai anak mengidap anemia defisiensi zat besi)
Sampel 20
Faktor penyebab :

- Makanan tidak cukup mengandung zat besi


- Komposisi makanan tidak baik untuk penyerapan zat besi
Anak
anemia defisiensi zat besi
Independent

Gambar 3.1 Kerangka Kerja


Peneliti akan, melakukan penelitian pada orang tua ,yang mempunyai anak mengidap anemia
defisiensi zat besi berjumlah 20 orang dan yang akan diambil sebagai sampel penelitian adalah
seluruh populasi yakni 20 orang. Sedangkan variabel yang akan diteliti antara lain makanan
tidak cukup mengandung zat besi, komposisi makanan tidak baik untuk penyerapan zat besi.
3.3 Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan bagian penelitian dengan cara menentukan variabelvariabel yang ada dalam penelitian (A. Aziz Alimul H, 2003). Yang menjadi variabel dalam
penelitian ini adalah identifikasi faktor internal, yaitu penyebab anemia defisiensi yang berasal
dari dalam antara lain asupan makanan yang tidak cukup mengandung zat besi dan komposisi
makanan yang tidak baik untuk penyerapan zat besi.

3.4 Definisi Operasional


Anemia defisiensi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan satu atau beberapa
bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak UI,
1985).
Faktor penyebab anemia defisiensi zat besi adalah faktor-faktor yang menyebabkan
anemia defisiensi zat besi antara lain asupan makanan tidak cukup mengandung zat besi,
komposisi makanan yang tidak baik untuk penyerapan zat besi.
3.5 Sampling Desain
3.5.1 Popu1asi
Populasi merupakan seluruh subyek atau obyek dengan karakteristik tertentu yang
akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua yang mempunyai anak mengidap
anemia defisiensi zat besi sesuai data yang ada di Puskesmas Pegirian Surabaya.
3.5.2 Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik
yang dimiliki oleh populasi (A. Azis Alimul H, 2003), yang menjadi sampel dalam penelitian
ini adalah orang tua yang mempunyai anak mengidap anemia defisiensi zat besi. Adapun besar
sample sebanyak 20 responden. Sampel dalam penelitian ini adalah yang memenuhi kriteria
inklusi.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini.
a. Bersedia menjadi responden.
b. Sehat jiwa.
c. Orang tua yang mempunyai anak mengidap anemia defisiensi.
d. Anak penderita anemia defisiensi zat besi umur 1-5 tahun
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini.
a. Tidak bersedia menjadi responden

b. Sakit jiwa
c. Bukan orang tua yang mempunyai anak mengidap anemia defisiensi.
d. Bukan anak penderita anemia defisiensi zat besi umur 1-5 tahun
3.5.3 Teknik Sampling
Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi dari populasi untuk mewakilinya.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling jenuh yaitu
pengambilan sampel dengan mengambil anggota populasi semua menjadi sampel. (A Aziz
Alimul H, 2003)
3.6 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Pegirian Surabaya tanggal 30-31 Juli 2004.
3.7 Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yaitu
pendidikan suatu masalah yaitu berkaitan tentang faktor penyebab, anemia defisiensi pada
anak.
Dengan mengedarkan formulir daftar pertanyaan yang digunakan secara tertulis
kepada responder untuk mendapatkan jawaban data, kuesioner diolah dengan cara pemberian
score dan penilaian dimana tiap jawaban diberi bobot.
3.8 Metode Analisa Data
Setelah data terkumpul melalui kuesioner kemudian ditabulasikan dan dikelompokkan
sesuai dengan sub variabel yang diteliti, jawaban responden dijumlahkan dan dibandingkan
dengan jumlah jawaban yang diharapkan kemudian. dikalikan 100 % dan hasilnya berupa
prosentase (Arikunto, 1998)

Keterangan :

P = Prosentase
F = Frekuensi jawaban
n = Jawaban responden
Kemudian hasilnya dimasukkan dalam kriteria standart penilaian dapat dikategorikan
sebagai persepsi yang baik, cukup dan kurang.
Penggolongan ini berdasarkan acuan.
(76 100 %) baik
(56 75%) cukup
(< 55%) kurang
Keterangan jawaban:
Selalu jika dilakukan atau diberikan setiap hari
Kadang-kadang jika dilakukan atau diberikan dua kali sampai tiga kali dalam seminggu.
Tidak pernah jika sama sekali tidak pernah melakukan atau diberikan. Keterangan nilai untuk
nomor 1-8, jika jawaban selalu dinilai 3, kadang-Kadang dinilai 2, tidak pernah dinilai 1.
Untuk nomor 9-12 jika jawaban selalu dinilai 1, kadang-kadang dinilai 2, tidak pernah dinilai
3.
3.9 Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapat perlu adanya rekomendasi dari
institusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan ijin kepada institusi atau lembaga
tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan barulah melakukan penelitian dengan
menekankan masalah etika yang meliputi:
1) Informed Consent.

Sebelum pengambilan data, peneliti memperkenalkan diri dan memberikan lembar persetujuan
kepada, responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi disertai judul
penelitian dan manfaat penelitian. Bila subyek menolak maka peneliti tidak memaksa dan
tetap menghormati hak-hak subyek.
2) Anonymity (tanpa nama)
Peneliti melindungi akan hak dan privasi responden, nama responden tidak akan digunakan
secara langsung kepada setiap bahan materi hanya nomor kode yang digunakan.
3) Confidentiality
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan sebagai hasil penelitian.
3.10 Keterbatasan
3.10.1 Instrumen dan Alat Ukur
Alat yang digunakan adalah kuesioner dengan jawaban selalu, kadang-kadang, tidak
pernah. Pengumpulan data dengan questioners memungkinkan responden menjawab .
pertanyaan dengan tidak jujur atau pertanyaannya tidak dimengerti sehingga hasilnya tidak
mewakili secara kualitatif.
3.10.2 Keterbatasan waktu
Dari alokasi waktu yang tersedia sangat terbatas sehingga pengambilan sampel dm
pengolahan data menjadi terbatas.
DAFTAR PUSTAKA
A. Aziz Alimul H., (2003), Riset Keperawatan. Salemba Medika, Jakarta.
Arikunto Suharsimi. (2002), Prosedur Penelitian, Edisi Revisi V. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Notoatniodjo, Sockidjo, (2002), Metode Penelitian Kesehatan, PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Ngastiyah, (1995), Keperawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

Ngastiyah, (1997), Keperawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta


Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Ul, (1985), Ilmu Kesehatan Anak, Universitas Indonesia, Jakarta.
Wirakusumah, Emma, S, (1999), Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi, Trubus Agriwidya, Jakarta.
Sastroadmadjo, dr, (2001), Anemia, Suara Merdeka, 14 September.

You might also like