Professional Documents
Culture Documents
literatur warna yang harusnya terlihat saat pemanasan sampel setelah ditambahkan
HNO3 pekat adalah warna kuning karena reaksi nitrasi yang terjadi dimana telah
disebutkan sebelumnya. Perubahan warna yang tidak menjadi kuning mungkin
diakibatkan oleh suhu saat pemanasan yang terlalu tinggi, sedangkan menurut
literatur suhu pemanasan untuk proses nitrasi adalah sekitar 30
hingga 40
. Maka dari itu warna yang dinginkan dikarenakan proses nitrasi yaitu
aquades lalu diaduk lalu diambil dan diletakkan pada microplate selanjutnya, dan
seterusnya. Pengenceran bertingkat ini dilakukan untuk mengurangi atau
memperkecil kontaminan jumlah dalam sampel kubis. Setelah dilakukan
pengeceran bertingkat barulah ditambahkan indikator protein yaitu biuret
kurva menjadi lurus adalah nilai absorbansi 0,126 dengan konsentrasi 1000ppm,
0,0925 dengan konsentrasi 250ppm, dan 0,0905 dengan konsentrasi 125. Karena
nilai absorbansinya mengalami penurunan seiring dengan konsentrasinya maka
data ini dapat digunakan sebagai kurva baku kasein. Setelah kurva baku kasein
terbentuk maka akan didapatkan persamaan untuk menghitung konsentrasi
protein, Y = 0,00004x
didapat pada sampel 1 adalah -1282,5; lalu pada sampel 2 adalah -1557,5; dan
pada sampel 3 adalah -1857,5; sehingga rata-rata dari ketiganya adalah -1565,83
ppm.
Dengan semua data tersebut dapat dibandingkan nilai konsentrasi dari
setiap sampel, ternyata nilai konsentrasi protein pada sampel kubis berada pada
urutan kedua dari akhir setelah nilai konsentrasi pepaya. Hasil perhitungan
konsentrasi yang didapatkan dari ketiga sampel tersebut bernilai negatif (seperti
halnya pada sampel pepaya), hal tersebut kemungkinan dapat disebabkan oleh
pada saat preparasi sampel penambahan pelarut yang terlalu banyak sehingga
menjadikan sampel terlalu encer. Menurut literatur nilai absorbansi dipengaruhi
oleh konsentrasi sampel itu sendiri, misalnya adalah apabila sampel terlalu encer
dikarenakan terlalu banyak menambahkan pelarut yang nantinya akan mengurangi
konsentrasi larutan sampel dan akan membuat nilai absorbansinya menurun. Hal
ini terbukti ketika pembacaan nilai absorbansi, didapatkan nilai hasil absorbansi
pada sampel 1 adalah 0,122; sedangkan pada sampel 2 adalah 0,140; dan pada
sampel 3 adalah 0,145. Menurut literatur kandungan kubis dalam 100 gram adalah
1,28 gram hingga 1,4 gram. Hasil negatif dari uji kuantitatif dengan pereksi biuret
juga dapat disebabkan karena alat-alat pada saat preparasi sampel telah
terkontaminasi oleh zat lain sehingga protein yang ada didalamnya rusak.
Biasanya protein dapat rusak dalam suhu tinggi, dan penambahan larutan asambasa. Saat suhu dinaikkan energi kinetik akan membuat perubahan entalpi sistem
naik yang juga membuat energi kinetik molekul bertambah sehingga dapat
mengacaukan ikatan hidrogen, juga kemampuan protein untuk mengikat air pun
akan menurun sehingga menyebabkan terjadinya koagulasi. Penambahan larutan
asam-basa akan merusak protein karena protein akan dapat membentuk struktur
zwitter ion, dan protein juga memiliki titik isoelektrik dimana jumlah muatan
positifnya sama dengan jumlah muatan negatif, intinya adalah penambahan asambasa akan mengacaukan jembatan garam yang terdapat pada protein.