You are on page 1of 6

Agnia Vibriani / 10614067

Tugas Biomaterial
Soal
1. Bagaimana rute, barrier dan cara mengatasi barrier dari drug delivery system?
2. Bagaimana respon terhadap polimer (termoresponsif, responsif pH,) dan apa contoh
polimer yang menggunakan sistem tersebut?
Jawab
1. Obat dapat masuk ke dalam tubuh melalui berbagai rute. Penentuan rute masuknya
obat, berdasarkan oleh tiga faktor, yaitu efek yang diinginkan, tipe penyakit, dan tipe
obat tersebut. Obat harus dapat sampai langsng ke target atau akan diedarkan secara
sistemik, sehingga sampai pada target. Berikut adalah beberapa rute dari drug delivery
sistem =
Oral
Merupakan rute yang banyak digunakan sejak dahulu. Rute ini banyak
digunakan karena mudah, dan nyaman bagi pasien. Namun, terdapat beberapa
faktor yang harus diperhatikan, salah satunya waktu transit obat tersebut di
saluran pencernaan (gastrointestinal tract). Waktu transit dapat bervariasi pada
sisi :
o Waktu obat tersebut tinggal di lambung berbeda antar pasien.
o Bentuk obat bentuk cair akan cepat dikeluarkan dari lambung
daripada bentuk padat.
o Pada pasien yang dalam keadaan berpuasa dan tidak.
Selain itu, pH pada saluran pencernaan juga berbeda, mulai dari yang terendah
( 1,5 2 saat berpuasa dan 5 saat tidak puasa) hingga pH dengan nilai tinggi
pada usus besar dan halus.

Hal ini mempengaruhi stabilitas dan akan

meningkatkan derajat ionisasi dari ion pada obat dan akan meningkatkan
penyerapan obat (bentuk yang tidak terionisasi . Ph juga mempengaruhi
solubility (bentuk yang tidak terionisasi biasanya tidak soluble daripada bentu
yang terionisasi

Parenteral
Obat yang melalui rute ini, memiliki bentuk cair atau seperti minyak. Rute ini
melalui injeksi secara :

o Intramuscular = volume obat yang diinjeksikan dapat mencapai 5 ml,


dan akan langsung diinjeksikan ke dalam otot.
o Intravena = jarum suntik akan dimasukkan hingga vena. Rute ini akan
memberikan efek yang cepat terhadap obat yang diinjeksikan. Untuk
volume obat yang sedikit dapat diberikan secara injeksi, sedangkan
untuk volume yang lebih besar dapat dilakukan dengan infus.
o Intra-arterial
o Subkutan = injeksi denga memasukkan jarum suntik ke bagian jaringan
lemak di bawah kulit. Volume nya tidak lebih besar dari 2,5 ml per satu
kali injeksi, contohnya adalah insulin.
o Intradermal = injeksi akan diberikan pada kulit, dan digunakan dalam
menangani tes alergi pada kulit.
o Intraperitoneal = injeksi yang dilakukan melalui peritoneum (lapisan

tipis dan transparant yang meliputi perut).


Inhalation
Rute ini akan langsung mencapai paru paru, sehingga dapat mencegah efek
sistemik yaitu peningkatkan bioavailability obat pada sistem. Rute ini biasanya

digunakan untuk mengobati penyakit pernafasan.


Transdermal
Pada rute ini, obat akan langsung dipaparkan terhadap kulit atau membran
mukus. Rute ini memberikan efek lokal. Dengan rute ini, bahan aktif obat
akan

langsung

ditransfer

ke

sirkulasi

sistemik

tanpa

metabolisme

gastrointestinal atau hati.


Namun, drug delivery sistem dapat mengalami gangguan karena adanya barrier pada
tubuh. Barrier yang terdapat pada tubuh adalah adanya BBB (Blood Brain Barrier)
yang terdapat pada otak, sehingga untuk obat penyakit CNS (central nervous
sysytem), harus mampu melewati barrier tersebut. Pada CNS, transfer obat akan
ditolak oleh berbagai fisiologis, seperti BBB, Blood cerebrospinal fluid barrier, dan
blood tumor barrier. Saat ini, barrier tersebut dapat diatasi dengan mentransfer obat
langsung ke interstitium otak melalui polimer yang telah didesain sedemikian rupa.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Jain et al, melakukan pengembangan terhadap
dopamine hydrochloride, dan hasilnya menunjukkan bahwa dopamine dapat secara
efektif ditarnsfer ke otak dan degradasi dopamine pada sirkulasi dapat dicegah dengan
menggunakan liposome. Berikut adalah beberapa strategi yang digunakan untuk
mentransfer obat ke CNS :

Mengganggu BBB

Untuk dapat mengganggu barrier tersebut secara periodik dapat dilakukan


dengan menyuntikkan larutan mannitol ke arteri yang ada di leher. Hasilnya
akan menyebabkan adanya konsentrasi tinggi terhadap gula, sehingga kapiler
otak akan mengeluarkan air dari sel endotel, dan sel akan mengkerut, sehingga
tight junction akan terbuka. Efek tersebut hanya akan berlangsung 20 30
menit, sehingga saat itu, obat akan berdifusi secara bebas. Strategi ini dapat
digunakan bagi pasien yang menderita cerebral lymphoma, malignant glioma

dan disseminated CNS germ cells tumours.


Intraventrikular / intrathecaldelivery
Strategi ini menggunakan plastic reservoir yang diimplantasikan secara

subkutan pada scalp dan terkoneksi dengan ventrikel dan otak dengan kateter.
Intranasal drug delivery
Saat obat mencapi hidung bagian dalam, hingga mukosa olfaktori, obat akan

ditransportasikan ke otak atau CSF via reseptor saraf olfaktori.


Colloidal Drug Carrier
Micelles
Micelles terbentuk dari self assembly dari amphiphilic block kopolimer (5-50
nm) dalam larutan aqueous. Obat akan terperangkap didalam block kopolimer
micelles dan akan ditransportasikan pada konsentrasi yang mencapai intrinsinc
water solubility. Block hidrofilik juga dapat membentuk ikatan hidrogen
dengan larutan sekitarnya dan membentuk seperti cangkang kuat disekitar inti
micelles. Sehingga inti bagian hidrofobik dilindungi secara efektif dari

hidrolisis dan degradasi enzimatik.


Liposomes
Liposom memiliki dua kutub, yang satu water soluble dan yang satunya lagi
water insoluble. Obat yang larut dalam air akan ditambahkan ke dalam air dan
terperangkap ke dalam agregasi dari ujung hidrofobik, sedangkan obat obat
yang larut dalam lemak, akan terperangkap ke bagian lapisan fosfolipid. Pada
beberapa kasus, liposome terdapat di membran sel dan akan berfusi untuk
mengeluarkan obat yang ada didalamnya.

Nanotechnology

2. Thermoresponsive
Thermoresponsive polimer merupakan smart polimer yang akan berubah
volumenya atau fisiknya pada temperatur tertentu, sehingga menyebabkan perubahan
solvasi. Polimer yang menjadi insoluble saat dipanaskan disebut LCST (lower critical
solution temperature) dan polimer yang menjadi soluble ketika dipanaskan disebut
UCST (Upper critical solution temperature). Berikut adalah skema ilustrasi dari fase
polimer antara LCST dan UCST :

LCST dan UCST tidak terbatas oleh lingkungan berair. Perubahan pada fase hidrasi
menyebabkan transisi fase volume, dan mencerminkan sifat kompetisi dari ikatan
hidrogen, dimana antara intra dan intermolekular ikatan hidrogen dari molekul
polimer dibandingkan dengan solubilitas dengan air.
Solubilitas polimer di larutan tergantung dengan beberapa faktor, yaitu berat
molekular, temperatur, dan tambahan zat co-solvent. Polimer LCST berbasis NIPAM,
DEAM, MVE, dan NVCI sebagai monomernya. Sedangkan UCST berbasis
kombinasi dari Aam dan AAc. Berikut adalah contoh polimer dari LCST dan UCST:
Polymer

Phase transition temperature in aqueous


solution
LCST

Poly(N-isopropylacrylamide)
Poly(N,N-diethylacrylamide)
Poly(methyl vinyl ether)
Poly(N-vinylcaprolactam)
Block copolymer of poly(ethylene oxide)
and poly(propylene oxide)s
Poly(pentapeptide) of elastin
UCST
Polyacrylamide and polyacrylic acid IPN

3034 C
32 34 C
37C
30 50 C
20 85 C
28 30 C
25 C

pH responsive
pH sensitif polimer adalah polielektrolit yang dalam strukturnya terdapat
gugus asam dan basa lemah yang mampu menerima atau melepaskan proton sebagai
respons terhadap perubahan lingkungan. Solubilitas dan konformasi dari pH sensitive
polimer dapat berubah dalam larutan. Perubahan tersebut diakibatkan oleh
polielektrolit yang memiliki gugus terionisasi pada struktur backbone, side group, end
group, dan menunjukkan sifat fisika kimia yang bergantung terhadap pH. Sensitivitas
pH dari polimer ditentukan dengan karakterisasi struktur dari gugu terionisasi dan
faktor lingkungan. Secara kimia dan fisika, struktur crosslink dari pH responsive
polimer juga menggambarkan sifat larutan, yaitu swelling dan deswelling sebagai
respons terhadap pH. Berikut adalah fase transisi dari pH responsive polimer
kelompok anion dan kation :

Berikut adalah contoh polimer pH sensitif :

Daftar Pustaka :
Gandhi, Arijit; Paul, Abhijit; Sen, Suma Oommen; dan Sen, Kalyan Kumar.
2015. Studies on thermoresponsive polymers: Phase behaviour,
drug delivery and biomedical applications. Asian Journal of
Pharmaceutical Sciences, 10 (2) : 99 107.
Hassan, Bassam Abdul Rasool. 2012. Overview on Drug Delivery System. Pharmaceutica
analtica Acta, 3 (10) : 2153 2453.
Huh, Kang Moo; Kang, Han Chang; Lee, Young Ju; dan Bae, You Han. 2012. pH-Sensitive
Polymer for Drug Delivery. Macromolecular research, 20 (3) : 224 233.
Tiwari, Gaurav; Tiwari, Ruchi; Sriwastawa, Birendra; Bhati, L; Pandey, S;
Pandey, P; dan Bannerjee, Saurabh K. 2012. Drug Delivery System :
An Update Review. Int J Pharm Investiq, 2 (1) : 2 -11.

You might also like