You are on page 1of 16

Kelompok 2

Sri Areyeni
Atwinda Nika H
Rini Novianti Permata
Ita Novayanti
Hatriano

AMFIBI
A. Definisi dan karakteristik Amphibi
Kata amphibi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu
Amphi (rangkap) dan bios (hidup). Atau dapat diartikan sebagai hewan bertulang
belakang (vertebrata) dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh rambut
yang hidup di dua alam; yakni di air dan di daratan. Karena itu amphibi diartikan
sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air. Pada
umumnya, amphibia mempunyai siklus hidup awal di perairan dan siklus hidup kedua
adalah di daratan.
Pada fase berudu amphibi hidup di perairan dan bernafas dengan insang. Pada
fase ini berudu bergerak menggunakan ekor. Pada fase dewasa hidup di darat dan
bernafas dengan paru-paru. Pada fase dewasa ini amphibi bergerak dengan kaki.
Perubahan cara bernafas yang seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan ke
daratan menyebabkan hilangnya insang dan rangka insang lama kelamaan menghilang.
Pada anura, tidak ditemukan leher sebagai mekanisme adaptasi terhadap hidup di dalam
liang dan bergerak dengan cara melompat.
Amphibia memiliki kelopak mata dan kelenjar air mata yang berkembang baik.
Pada mata terdapat membrana nictitans yang berfungsi untuk melindungi mata dari
debu, kekeringan dan kondisi lain yang menyebabkan kerusakan pada mata. Sistem
syaraf mengalami modifikasi seiring dengan perubahan fase hidup. Otak depan menjadi
lebih besar dan hemisphaerium cerebri terbagi sempurna. Pada cerebellum konvulasi
hampir tidak berkembang. Pada fase dewasa mulai terbentuk kelenjar ludah yang
menghasilkan bahan pelembab atau perekat. Walaupun demikian, tidak semua amphibi

melalui siklus hidup dari kehidupan perairan ke daratan. Pada beberapa amphibi,
misalnya anggota Plethodontidae, tetap tinggal dalam perairan dan tidak menjadi
dewasa. Selama hidup tetap dalam fase berudu, bernafas dengan insang dan
berkembang biak secara neotoni. Ada beberapa jenis amphibi lain yang sebagian
hidupnya berada di daratan, tetapi pada waktu tertentu kembali ke air untuk berkembang
biak. Tapi ada juga beberapa jenis yang hanya hidup di darat selama hidupnya. Pada
kelompok ini tidak terdapat stadium larva dalam air.
Amfibia mempunyai ciri-ciri umum sebagai berikut:
Penutup tubuh
Alat gerak

Kulit yang berlendir


Dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput renang
yang terdapat di antara jari-jari kakinya dan kakinya berfungsi

Alat pernapasan

untuk melompat dan berenang.


Pernapasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah
dewasa alat pernapasannya berupa paru-paru dan kulit dan hidung
amfibi mempunyai katup yang mencegah air masuk ke dalam

Suhu tubuh

rongga mulut ketika menyelam


tidak tetap, berubah-ubah mengikuti suhu lingkungannya (berdarah

Peredaran darah
Alat

dingin/poikiloterm)
Tertutup
Mata dan matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut

penglihatan
Berkembang

membrana niktitans yang sangat berfungsi waktu menyelam


Dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh yang jantan di

biak
Jantung

luar tubuh induknya (pembuahan eksternal


Terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu bilik

Sedangkan, ciri-ciri khusus dari amphibi yaitu:

Tubuh diselubungi kulit yang berlendir serta tidak mempunyai sisik

Merupakan hewan berdarah dingin (poikiloterm)

Mempunyai jantung yang terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu
bilik

Mempunyai dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput renang
yang terdapat di antara jari-jari kakinya dan kakinya berfungsi untuk melompat
dan berenang

Memiliki dua lubang hidung yang berhubungan dengan ruang mulut yang
mempunyai klep untuk menahan air

Umumnya pada mulut terdapat gigi dan lidah sering kali dapat dikeluarkan

Matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut membrana niktitans yang


sangat berfungsi waktu menyelam

Pernapasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat
pernapasannya berupa paru-paru dan kulit dan hidungnya mempunyai katup
yang mencegah air masuk ke dalam rongga mulut ketika menyelam

Berkembang biak dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh yang jantan
di luar tubuh induknya (pembuahan eksternal).

Otak memiliki 10 pasang sarang krainal

Fertilisasi secara internal dan ekternal dan umumnya ovivar dengan stadium
larva dalam air dan bermetamorfosis menjadi dewasa.

B.

Morfologi Kelas Amphibi


Kelompok hewan amfibi adalah binatang bertulang belakang berkulit
lembab tanpa bulu yang hidup di dua alam. Kebanyakan hewan amfibi pada
waktu berupa berudu hidup di air dan bernapas dengan insang. Selanjutnya
setelah dewasa hidup di darat dan bernapas dengan paru-paru dan kulit. Hewan
amfibi termasuk kelompok hewan berdarah dingin, artinya hewan yang
memanfaatkan suhu lingkungan untuk mengatur suhu tubuhnya.
Kepala dan badan lebar bersatu, ada dua pasang kaki atau anggota, tak
ada leher dan ekor. Bagian dalam ditutupi dengat kulit basah halus lunak. Pada

kepala mempunyai mulut yang lebar untuk mengambil makanan, 2 lubang


hidung/ nares externa yang kecil dekat ujung hidung yang berfungsi dalam
pernapasan, terdapat sepasang mata yang bulat, dibelakangnya terdapat 2 lubang
pipih tertutup oleh membrane tympani yang berfungsi sebagai telinga untuk
menerima gelombang suara. Tiap mata mempunyai kelopak mata atas dan
bawah, serta di dalamnya mempunyai selaput mata bening membrane nictitans
untuk menutupi mata apabila berada di dalam air. Di bagian ujung belakang
badan dijumpai anus, lubang kecil untuk membuang sisa-sisa makananyang tak
dicerna, urine dan sel-sel kelamin/ telur atau sperma dari alat reproduksi.
Kaki katak terdiri atas sepasang kaki depan dan sepasang kaki belakang.
Kaki depan terdiri atas lengan atas (brancium), lengan bawah (antebrancium),
tangan (manus), dan jari-jari (digiti). Pada kaki belakang terdiri atas paha
(femur), betis (crus), kaki (pes) dan jari-jari (digiti).
C. Klasifikasi dalam Kelas Amphibi
Adapun kedudukan amphibia dalam sistem klasifikasi yaitu:
Kerajaan

: Animalia

Filum

: Chordata

Upafilum : Vertebrata
Superkelas : Tetrapoda
Kelas

: Amphibia
Anggota amphibia terdiri dari 3 ordo yaitu Apoda (Caecilia), Urodela

(Salamander), dan Anura ( katak dan kodok).


1. Ordo Caecilia
Ordo ini mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak
mempunyai kaki sehingga disebut Apoda. Tubuh menyerupai cacing (gilig),
bersegmen, tidak bertungkai, dan ekor mereduksi. Hewan ini mempunyai kulit
yang kompak, mata tereduksi, tertutup oleh kulit atau tulang, retina pada
beberapa spesies berfungsi sebagai fotoreseptor.
Di bagian anterior terdapat tentakel yang fungsinya sebagai organ
sensory. Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Pada fase
larva hidup dalam air dan bernafas dengan insang. Pada fase dewasa insang

mengalami reduksi, dan biasanya ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan


akuatik. Fertilisasi pada Caecilia terjadi secara internal.
Ordo Caecilia mempunyai 5 famili yaitu Rhinatrematidae, Ichtyopiidae,
Uraeotyphilidae,

Scolecomorphiidae,

dan

Caecilidae.

Famili

Caecilidae

mempunyai 3 subfamili yaitu Dermophinae, Caecilinae dan Typhlonectinae.


Famili yang ada di indonesia adalah Ichtyopiidae. Anggota famili ini
mempunyai ciri-ciri tubuh yang bersisik, ekornya pendek, mata relatif
berkembang. Reproduksi dengan oviparous. Larva berenang bebas di air dengan
tiga pasang insang yang bercabang yang segera hilang walaupun membutuhkan
waktu yang lama di air sebelum metamorphosis. Anggota famili ini yang
ditemukan di indonesia adalah Ichtyophis sp., yaitu di propinsi DIY.
2. Ordo Urodela (Caudata)
Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang, mempunyai anggota
gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanum. Tubuh dapat dibedakan antara
kepala, leher dan badan. Beberapa spesies mempunyai insang dan yang lainnya
bernafas dengan paru-paru. Pada bagaian kepala terdapat mata yang kecil dan
pada beberapa jenis, mata mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan
fase dewasa. Anggota ordo Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas
dari air. Pola persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah,
Jepang dan Eropa.

Urodella mempunyai 3 sub ordo yaitu Sirenidea,

Cryptobranchoidea dan Salamandroidea. Sub ordo Sirenidae hanya memiliki 1


famili yaitu Sirenidae, sedangkan sub ordo Cryptobranchoidea memiliki 2 famili
yaitu Cryptobranchidae dan Hynobiidae. Sub ordo Salamandroidea memiliki 7
famili yaitu Amphiumidae, Plethodontidae, Rhyacotritoniade, Proteidae,
Ambystomatidae, Dicamptodontidae dan Salamandridae.
Salamander memiliki tubuh yang memanjang dan memiliki ekor.
Sebagian besar Salamander memiliki empat kaki, meskipun tungkai pada
beberapa spesies akuatik jelas sekali mereduksi. Ada 2 kecenderungan yang
cukup menonjol dalam proses evolusi Salamander yaitu hilangnya (mereduksi)
paru-paru serta adanya paedomorphosis (adanya karakteristik larva pada
Salamander dewasa).
Sangat mengherankan jika suatu hewan terestrial dapat bertahan hidup
tanpa adanya paru-paru akan tetapi pada family terbesar Salamander yaitu

Plethodontidae memiliki karakteristik tidak adanya paru-paru. Tidak adanya


paru-paru mungkin terjadi pada Salamander karena kulit Salamander
memungkinkan terjadinya pertukaran gas. Beberapa penjelasan telah disusun
untuk menunjukkan keuntungan dari hilangnya paru-paru pada Plethodontidae,
hipotesis yang paling mudah diterima berkaitan dengan evolusi hilangnya paruparu adalah spesialisasi dari apparatus hyoideus yang terdapat di dalam
tenggorokan sebagai suatu mekanisme dalam menjulurkan lidah untuk
menangkap mangsa. Kartilago hyoideus merupakan bagian dari alat bantu
pernapasan

pada

Salamander

yang

memiliki

paru-paru.

Jadi

pada

Plethodontidae, apparatus hyoideus yang seharusnya berperan sebagai alat bantu


pernapasan jika dia memiliki paru-paru mengalami modifikasi menjadi
mekanisme penjuluran lidah untuk menangkap mangsa dikarenakan paru-paru
mereduksi. Anggota dari Pletodhontidae yang mampu menjulurkan lidah lebih
jauh daripada panjang kepala dan tubuh dikelompokkan dalam Bolitoglossine.
Paedomorphosis adalah salah satu contoh dari fenomena evolusi yang
disebut dengan heterochrony. Herterochorny terkait dengan perubahan waktu
dan tingkat dari proses perkembangan (terutama dalam masa embryonik) yang
merubah bentuk tubuh hewan dewasanya. Hewan dewasa yang paedomorphic
biasanya memiliki habitat aquatic dan memiliki karakteristik larva seperti
adanya insang luar, hilangnya kelopak mata serta perubahan pola gigi
dewasanya. Paedomorphosis merupakan karakteristik pada beberapa Salamander
aquatic seperti Proteidae. Pada family lain, seperti Ambystomatidae, beberapa
spesies paedomorphic tetap bermetamorfosis menjadi Salamander dewasa yang
terrestrial.
3. Ordo Anura
Nama anura mempunyai arti tidak memiliki ekor. Seperti namanya,
anggota ordo ini mempunyai ciri umum tidak mempunyai ekor, kepala bersatu
dengan badan, tidak mempunyai leher dan tungkai berkembang baik. Tungkai
belakang lebih besar daripada tungkai depan. Hal ini mendukung pergerakannya
yaitu dengan melompat. Pada beberapa famili terdapat selaput diantara jarijarinya. Membrana tympanum terletak di permukaan kulit dengan ukuran yang
cukup besar dan terletak di belakang mata. Kelopak mata dapat digerakkan.

Mata berukuran besar dan berkembang dengan baik. Fertilisasi secara eksternal
dan prosesnya dilakukan di perairan yang tenang dan dangkal.
Ada 5 Famili yang terdapat di indonesia yaitu Bufonidae, Megophryidae,
Ranidae, Microhylidae dan Rachoporidae. Adapun penjelasan mengenai kelima
famili tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bufonidae
Famili ini sering disebut kodok sejati. Ciri-siri umumnya yaitu kulit kasar
dan berbintil, terdapat kelenjar paratoid di belakang tympanum dan terdapat
pematang di kepala. Mempunyai tipe gelang bahu arciferal. Sacral
diapophisis melebar. Bufo mempunyai mulut yang lebar akan tetapi tidak
memiliki gigi. Tungkai belakang lebih panjang dari pada tungkai depan dan
jari-jari tidak mempunyai selaput. Fertilisasi berlangsung secara eksternal.
Famili ini terdiri dari 18 genera dan kurang lebih 300 spesies. Beberapa
contoh famili Bufo yang ada di Indonesia antara lain: Bufo asper, Bufo
biporcatus, Bufo melanosticus dan Leptophryne borbonica.
2. Megophryidae
Ciri khas yang paling menonjol adalah terdapatnya bangunan seperti tanduk
di atas matanya, yang merupakan modifikasi dari kelopak matanya. Pada
umumnya famili ini berukuran tubuh kecil. Tungkai relatif pendek sehingga
pergerakannya lambat dan kurang lincah. Gelang bahu bertipe firmisternal.
Hidup di hutan dataran tinggi. Pada fase berudu terdapat alat mulut seperti
mangkuk untuk mencari makan di permukaan air. Adapun contoh spesies
anggota famili ini adalah Megophrys montana dan Leptobranchium hasselti.
3. Ranidae
Famili ini sering disebut juga katak sejati. Bentuk tubuhnya relatif ramping.
Tungkai relatif panjang dan diantara jari-jarinya terdapat selaput untuk
membantu berenang. Kulitnya halus, licin dan ada beberapa yang berbintil.
Gelang bahu bertipe firmisternal. Pada kepala tidak ada pematang seperti
pada Bufo. Mulutnya lebar dan terdapat gigi seperti parut di bagian
maxillanya. Sacral diapophysis gilig. Fertilisasi secara eksternal dan bersifat
ovipar. Famili ini terdiri dari 36 genus. Adapun contoh spesiesnya adalah:
Rana chalconota, Rana hosii, Rana erythraea, Rana nicobariensis,
Fejervarya cancrivora, Fejervarya limnocharis, Limnonectes kuhli,
Occidozyga sumatrana.
4. Microhylidae

Famili ini anggotanya berukuran kecil, sekitar 8-100 mm. Kaki relatif
panjang dibandingkan dengan tubuhnya. Terdapat gigi pada maxilla dan
mandibulanya, tapi beberapa genus tidak mempunyai gigi. Karena anggota
famili ini diurnal, maka pupilnya memanjang secara horizontal. Gelang
bahunya firmisternal. Contoh spesiesnya adalah: Microhyla achatina.
5. Rachoporidae
Famili ini sering ditemukan di areal sawah. Beberapa jenis mempunyai kulit
yang kasar, tapi kebanyakan halus juga berbintil. Tipe gelang bahu
firmisternal. Pada maksila terdapat gigi seperti parut. Terdapat pula gigi
palatum. Sacral diapophysis gilig. Berkembang biak dengan ovipar dan
fertilisasi secara eksternal.
D. Anatomi dan fisiologi
1. Sistem Rangka
Rangka katak tersusun atas endoskeleton yang disokong oleh bagianbagian yang lunak. Fungsi rangka adalah untuk melindungi bagian-bagian tubuh
yang vital, melekatnya otot daging berguna untuk gerak dan berjalan. Pada fase
cebong (berudu) tulang-tulang masih lunak.Kemudian pada fase dewasa
menjadi keras. Tapi pada sambungan-sambungan tulang masih tetap lunak
dengan permukaan yang licin.Tempurung kepala,vertebrae dan sternum
merupakan skeleton axiale sedang kaki merupakan skeleton appendiculare.
Tempurung kepala yang besar serta pipih terdiri atas:
1. Cranium yang sempit
2. Beberapa pasang kapsula sensoris dari hidung kapsula pendengar dan
kapsula yang besar untuk mata.
3. Tulang-tulang rahang, os hyoid dan tulang rawan dari larynx (skleton
viseral).
Sebagian besar amfibi mempunyai dua pasang tungkai dengan empat jari
kaki pada kaki depan dan lima jari kaki belakang.Jumlah jari mungkin ada yang
berkurang seperti pada salamander, dan pasangan tungkai tidak ada pada
Caecillia.Tungkai biasanya tidak mempunyai kuku, tapi ada semacam tanduk
pada jari-jarinya.
Tulang punggung yang bersambung dengan kepala dan extrimitas berfungsi
menyokong tubuh dan melindungi sumsum, terdiri atas 9 columna vertebralis

dan urostyl, yang merupkan silindris, masing-masing vertebrae merupakan satu


segmen pendek yang fleksibel seperti vertebrae lainnya. Tiap-tiap vertebrae
terdiri atas centrum atau corpus yang memiliki lengkung atas (archus neuralis)
sebagai tempat sumsum.Sebelah atasnya terdapat cuatan neuralis terdapat
sepasang processus articularis yang menyebabkan vertebrae dapat sedikit
bergerak; tidak memunyai tulang rusuk (costale).
Tempat tumpuan extemitas anterior berupa cingulum cranialis (pectoral
gridle) yang berbentuk sebagai rangka yang melingkari alat-alat dalam thorax.
cingulum cranialis melekat pada vertebrae dengan otot daging. Masing-masing
setengahnya terdiri atas tulang rawan lebar. Supra scapula sebelah dorsal,
scapula kecil sebelah lateral dan clavicula yang silindris dan coracoid yang lebar
sebelah ventral.Coracoid bergabung dengan sternum yang berupa tulang rawan
besar, tersusun atas episternum, omosternum,mesosternum,xiphisternum.Pada
sternum bertemulah os scapula dan carocoid, dan terbentuk mangkok cavitalis
glenoidalis yang merupakan sendi tempat kepala os humerus.
2. Sistem Otot
Sistem otot pada amfibi, seperti sistem-sistem organ yang lain, sebagai
transisi antara ikan dan reptil. Sistem otot paada ikan berpusat pada gerakana
tubuh ke lateral, membuka dan menutup mulut serta gill apertura (celah insang)
dan gerakan sirip yang relatif sederhana.Kebutuhan hidup di darat mengubah
susunan ini.
Sistem otot pada amfibi masih metamerik seperti pada ikan, tetapai
tampak tanda-tanda perbedaan. Sekat horizontal membagi otot dorsal dan
ventral. Bagian dari otot epeksial atau dorsal mempengaruhi gerakan kepala.
Otot ventral adalah menjadi bukti dalam pembagian otot-otot setiap segmen
tubuh amfibi.
Selanjutnya otot hipaksial terlepas atau terbagi-bagi dalam lapisanlapisan, kemudian membentuk otot-otot oblique eksternal,oblique internal dan
otot tranversus, sedangkan otot dermal sangat kurang.Berbagai macam gerakan
pada amfibi yaitu, berenang,berjalan, meloncat atau memanjat, melibatkan
perkembangan berbagai tipe otot.Beberapa diantaranya terletak dalam tungkai
itu dan berupa otot intrinsik.

Tubuh katak dan vertebrata lainnya mengandung tiga macam otot


daging, yaitu otot daging berserat halus, otot daging jantung, dan otot daging
berserat melintang. Perbedaan itu berdasar susunan secara mikroskopis dan
fisologis. Otot daging sebelah luar tediri atas otot daging skletal atau otot
daging yang melekat pada tulang-tulang.Otot daging tersebut terkendalikan oleh
kemauan pada gerakannya.Masing-masing otot daging itu terdiri atas serat-serat
yang satu sama lain digabung oleh jaringan ikat. Kedua ujung biasanya melekat
pada tulang yang berlainan.Bagian central yang sedikit gerak disebut origin
sedang bagian distal yang merupakan bagian yang banyak gerak disebut
insertion. Banyak otot daging yang memiliki perluasan dengan jaringan ikat
sehingga dapat membungkus sebelah ujung tulang yang disebut tendon.
3. Sistem Pencernaan
Di dalam mulut terdapat gerigi kecil di sepanjang rahang atas, dan ada
gigi vomerin pada langit-langit mulut. Lidah berotot dan bfurfate (cabang dua)
pada ujungnya, dan bertaut pada bagian anterior mulut. Saluran pencernaan
mulai dari esophagus (bedinding lurus dan besar) langsung bersatu dengan
lambung. Lambung memanjang dan erkelok ke samping kiri dan berotot. Usus
terdiri dari intestinum (keci, panjang, berkelok-kelok), rectum yang langsung
bersatu dengan cloaca. Hati dan pancreas mempunyai mempunyai saluransaluran menuju ke duodenum, kandung empedu, lambung intestinum. Pada
potongan melintang intestinum terdiri dari empat lapisan, yaitu: peritoneum,
lapisan otot, submukosa dan mukosa.
Alat pencernaan makanan diawali oleh cavum oris dan di akhiri oleh
anus. Pada beberapa bagian dari trackus digestoria mempunyai struktur dan
ukuran yang berbeda. Mangsa yang berupa hewan kecil yang ditangkap untuk
dimakan akan dibasahi oleh air liur. Katak tidak begitu banyak mempunyai
kelenjar ludah. Dari cavum oris makanan akan melalui pharynx, oesophagus
yang menghasilkan sekresi alkalis dan mendorong makanan masuk ke dalam
vetriculus yang berfungsi sebagai gudang pencernaan. Kontraksi dinding otot
ventriculus meremas makanan menjadi hancur dan dicampur dengan sekresi
ventriculus yang mengandung enzim, yang merupakan katalisator. Enzim yang
dihasilkan oleh ventriculus dan intestinum terdiri atas pepsin, tripsin, erepsin
untuk protein, lipase untuk lemak. Di samping itu ventrikulus menghasilkan

asam klorida untuk mengasamkan bahan makanan. Gerakan yang menyebabkan


bahan makanan berjalan dalam saluran disebut gerak peristaltik. Makanan
masuk ke dalam intestinum dari ventriculus melalui klep pyloris. Kelenjar
pencernaan yang besar ialah hepar dan pancreaticum yang memberikan
sekresinya pada intestinum. Hepar yang besar terdiri dari beberapa lobus dan
bilus (zat empedu) yang dihasilkan akan ditampung sementara dalam vesica
felea, yang kemudian akan dituangkan dalam intestinum melalui ductus
Cystecus dahulu kemudian melalui ductus cholydocus yang merupakan saluran
gabungan dengan dengan saluran yang dari pankreas. Fungsi bilus untuk
mengemulsikan zat lemak. Bahan yang merupakan sisa di dalam intestinum
mayor menjadi feses dan selanjutnya di keluarkan melalui anus.
Amfibi darat juga memiliki kelenjar intermaksilari pada dinding
mulutnya. Ada beberapa amfibi yang lidahnya tidak dapat bergerak, tetapi
sebagian besar bangsa Amfibi mempunyai lidah yang dapat dijulurkan ke luar
serta katak dan kodok lidah digulung ke lambung. Usus menunjukkan berbagai
variasi. Pada Caecillia menunjukkan ada gulungan kecil dan tidak dibedakan
antara usus kecil dan usus besar, pada katak dan kodok terdapat usus yang
relatif panjang, menggulung yang membuka kloaka.
4.

Sistem saraf
Sistem saraf pada amfibi terdiri atas sistem saraf sentral dan sistem saraf
periforium. Sistem saraf sentral terdiri dari : encephalon (otak) dan medulla
spinalis. Enchephalon terdapat pada kotak otak (cranium). Pada sebelah dorsal
akan tampak dua lobus olfactorium menuju saccus nasalis, dua haemisperium
cerebri atau cerebrum kanan kiri yang berbentuk ooid yang dihubungkan
dengan comisure anterior, sedangkan bagian anteriornya dergabung dengan
dienchepalon medialis. Dibagian belakang ini terdapat dua bulatan lobus
opticus yang ditumpuk otak tengah tengah (mesenchepalon) sebelah bawahnya
merupakan cerebreum (otak kecil). Dibelakang terdapat bagian terbuka sebelah
atas yakni medulla oblongata yang berhubungan dengan medulla spinalis dan
berakhir disebelah felium terminale .
Terdiri atas sistem nervorum central dan sistem nervorum periforium.
Dalam Sistem nervorum central terdiri dari encephalon (otak) dan medulla
spinalis (nervecord). Encephalon terdapat dalam kotak otak (Cranium). Dari

pandangan sebelah dorsal akan tampak dua lobus olfactorius menuju saccus
nasalis, dua hemispherium cerebri atau cerebrum kanan kiri yang berbentuk
ovoid yang dihubungkan oleh comissura anterior sedang bagian anteriornya
bergabung dengan diencephalon medialis. Di bagian belakang terdapat dua
bulatan lobus opticus yang ditumpu otak tengah (mesencephalon) sebelah
bawah dan selanjutnya diikuti oleh cerebellum (otak kecil) yang merupakan
bagian kecil. Di belakangnya terdapat bagian yang terbuka sebelah atas yaitu
medulla oblongata yang selanjutnya berhubungan dengan medulla spinalis,
berakhir di sebelah caudal dengan felium terminale. Diencephalon mempunyai
badan sebelah dorsal yang disebut epiphyse atau glandulae pinealis. Di bawah
diencephalon terdapat chiasma opticua, yang selanjutnya diikuti oleh
infudibulum yang tumbuh keluar sebagai segitiga tumpul dengan hypophyse
atau glandulae pituitaria pada posteriornya. Di dalam otak terdapat ronggarongga yang disebut ventriculus. Cairan cerebrospinalis mengisi ventriculusventriculus tersebut dan sekitar otak. Pertukaran zat atau metabolism pada otak
dilakukan oleh pembuluh-pembuluh darah arteri dan venulae yang meliputi
jaringan permukaan otak. Otak dan medulla spinalis dibungkus oleh dua
membran yang tebal yaitu duramater yang berbatasan dengan tulang, dan
membran halus yaitu piamater yang berbatasan dengan jaringan saraf. System
nervorum perivorum terdiri atas nervi Cranialis dan nervi spinalis. Nervi
spinalis berpusat pada otak di berbagai lobus.
5. Sistem respirasi
Respirasi adalah suatu proses penyediaan oksigen bagi tubuh. Sistem ini
terdiri atas paru-paru (pulmo) dan cutan (kulit), serta lapisan rongga kulit. Alatalat ini mempunyai permukaan yang basah (lapisan epithelium yang banyak
mengandung pembuluh darah). Oksigen yang berasal dari udara larut dalam
cairan permukaan respirasi dengan jalan difusi masuk ke pembuluh darah.
Dalam proses ini hemoglobin memegang peranan dalam oksidasi yang
selanjutnya akan dibawa ke jaringan-jaringan tubuh yang memerlukan.
Sebagian besar karbondioksida diangkut oleh plasma darah dari jaringan ke alat
respirasi. Struktur paru-paru amphibi masih sederhana. Paru-paru katak terdiri
atas dua sakus yang elastis yang berisi lipatan yang membentuk kamar-kamar

kecil yang disebut alviola, yang masing-masing diliputi oleh pembuluhpembuluh kapiler. Masing-masing sakus paru-paru dihubungkan dengan saluran
bronchi yang pendek, kemudian kedua bronchi bersatu menuju larynx (kotak
suara) dengan lubangnya yang disebut glottis.
Pada kodok, oksigen berdifusi melalui kulit, dan paru-paru. Kecuali pada
fase berudu bernapas dengan insang karena hidupnya di air. Selaput rongga
mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karena tipis dan banyak terdapat
kapiler yang bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan
faring, Iubang hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga udara berada di
rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis.
Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, katak bernapas pula dengan kulit,
ini dimungkinkan karna kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung
banyak kapiler sehingga gas pernapasan mudah berdifusi (Godknecht, 2004).
Oksigen yang masuk lewat kulit akan melewati vena kulit (vena kutanea)
kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya
karbon dioksida dari jaringan akan di bawa ke jantung, dari jantung dipompa ke
kulit dan paru-paru lewat arteri kulit pare-paru (arteri pulmo kutanea). Dengan
demikian pertukaran oksigen dan karbon dioksida dapat terjadi di kulit. Selain
bernapas dengan selaput rongga mulut dan kulit, katak bernapas juga dengan
paruparu walaupun paru-parunya belum sebaik paru-paru mamalia. Katak
mempunyai

sepasang

paru-paru

yang

berbentuk

gelembung

tempat

bermuaranya kapiler darah. Permukaan paru-paru diperbesar oleh adanya


bentuk- bentuk seperti kantung sehingga gas pernapasan dapat berdifusi. Paruparu dengan rongga mulut dihubungkan oleh bronkus yang pendek. Dalam
paru-paru terjadi mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang keduanya terjadi saat
mulut tertutup. Fase inspirasi adalah saat udara (kaya oksigen) yang masuk
lewat selaput rongga mulut dan kulit berdifusi pada gelembung-gelembung di
paru-paru.
Mekanisme

inspirasi

adalah

dimulai

dari

otot

Sternohioideus

berkonstraksi sehingga rongga mulut membesar, akibatnya oksigen masuk


melalui koane. Setelah itu koane menutup dan otot rahang bawah dan otot
geniohioideus berkontraksi sehingga rongga mulut mengecil. Mengecilnya
rongga mulut mendorong oksigen masuk ke paru-paru lewat celah-celah. Dalam

paru-paru terjadi pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah yang berada dalam
kapiler dinding paru-paru dan sebaliknya, karbon dioksida dilepaskan ke
lingkungan.
Mekanisme ekspirasi adalah sebagai berikut. Otot-otot perut dan
sternohioideus berkontraksi sehingga udara dalam paru-paru tertekan keluar dan
masuk ke dalam rongga mulut. Celah tekak menutup dan sebaliknya koane
membuka. Bersamaan dengan itu, otot rahang bawah berkontraksi yang juga
diikuti dengan berkontraksinya geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil.
Dengan mengecilnya rongga mulut maka udara yang kaya karbon dioksida
keluar.
6. Sistem Reproduksi
Reproduksi pada amphibi ada dua macam yaitu secara eksternal pada
anura pada umumnya dan internal pada Ordo Apoda. Proses perkawinan secara
eksternal dilakukan di dalam perairan yang tenang dan dangkal.
Di musim kawin, pada anura ditemukan fenomena unik yang disebut
dengan amplexus, yaitu katak jantan yang berukuran lebih kecil menempel di
punggung betina dan mendekap erat tubuh betina yang lebih besar. Perilaku
tersebut bermaksud untuk menekan tubuh betina agar mengeluarkan sel
telurnya sehingga bisa dibuahi jantannya.Amplexus bisa terjadi antara satu
betina dengan 2 sampai 4 pejantan di bagian dorsalnya dan sering terjadi
persaingan antar pejantan pada musim kawin. Siapa yang paling lama bertahan
dengan amplexusnya, dia yang mendapatkan betinanya.
Amphibi berkembang biak secara ovipar, yaitu dengan bertelur, namun
ada juga beberapa famili amphibi yang vivipar, yaitu beberapa anggota ordo
apoda. Reproduksi pada katak yaitu dengan cara fertilisasi eksternal, katak
jantan menjepit katak betina ketika perkawinan (yaitu ketika telur dilepaskan
dan sperma disemprotkan).
Ginjal amfibi, seperti pada ikan sejenis opistonefros. Amfibi berekor
ginjalnya berstruktur elongasi seperti pada Elasmobranchii tetapi pada jenis
Anura ada tendensi menjadi pendek. Banyak amphibi yang sebagian atau
seluruh hidupnya berada dalam air, korpuskel renalis nya berkembang untuk
membantu mencegah pengenceran yang berlebihan dari cairan tubuh. Pembuluh
arkinefrik amfibi jantan berupa genital ekskretori. Pembuluh arkinefrik tersebut
hanya melakukan transport sperma.

Sistem ini masih disebut sebagai suatu sistem gabungan karena masingmasing sistem masih tergabung pada kloaka sebagai muara bersama baik untuk
sistem ekskresi maupun untuk sistem reproduksi, dan kecuali untuk feses.
Sistem ekskresi sebagai sistem pembuangan zat-zat yang tidak berguna
pada amphibi dilakukan oleh kulit, paru-paru, dan beberapa zat yang tidak
berguna itu dilepaskan oleh hati berupa empedu dan yang terpenting dilakukan
oleh ren. Ren yang berbentuk bulat panjang, berwarna coklat terpisah dari
coelom di bawah vertebrae. Pemisahan ini disebut retroperitonial. Ren
merupakan alat filter selektif untuk membuang sisa-sisa zat organis dan garamgaram mineral dari pembuluh darah. Proses filtrasi terjadi pada capsula renalis.
Sebuah capsula renalis terdiri atas:
1. Pembuluh darah kecil yang berlekuk-lekuk yang disebut glomerulus
2. Dinding ganda yang berbentuk mangkokan yang disebut capsula bowman
3. Tubulus uriniferus yang merupakan pembuluh lanjutan dari capsula bowman
dililiti oleh pembuluh darah arteri. Tubulus itu akan menyalurkan isinya
pada pembuluh pengumpul yang disebut ductus Wolfian atau ureter, yang
merupakan pembuluh sepanjang dorsal menuju ke vesica urinaria sebagai
penyimpan sementara. Akhirnya urin sebagai bahan sampah dibuang ke
kloaka dan selanjutnya dikeluarkan dari tubuh.
Organon genitalis masculinus yang berupa sepasang testis berbentu oval
berwarna keputih-putihan, terletak di sebelah anterior dari ren; diikat oleh alat
penggantungnya yang kita sebut mesorchium yang terjadi dari lipatan
peritoneum. Di sebelah cranial testis melekatlah corpus adiposum, suatu zat
lemak yang berwarna kekuning-kuningan, sedang di sebelah median dataran
testis terdapat saluran-saluran halus yang disebut vasa efferentia yang bermuara
pada saluran kencing, kemudian menuju ke kloaka. Akhir dari ureter mengalami
pembesaran dan disebut vesicular seminalis, sebagai tempat penampungan
spermatozoa sementara.
Organon genitalis femimus yang terdiri atas sepasang ovarium dilekatkan
dengan bagian dorsal coelom oleh alat penggantung yang disebut mesovarium,
yang terjadi dari lipatan peritoneum. Pada hewan yang telah dewasa kadangkadang terdapat ova yang berwarna hitam dan putih berbentuk bintik-bintik.
Pada ovarium juga terdapat corpus adiposum yang berwarna kekuning-

kuningan. Pada breeding season ova yang telah masak menembus dinding
ovarium untuk masuk ke dalam oviduct, yaitu suatu saluran yang berkelok-kelok
dengan ujung terbuka sehingga tidak berhubungan dengan ovarium. Pada
sebelah posterior saluran ini melebar dengan dinding yang tipis, kadang-kadang
ada yang menyebut sebagai uterus. Selanjutnya ovum menuju ke kloaka pada
suatu papilae. Fertilisasi terjadi di luar tubuh, tapi walaupun demikian pada
breeding season katak jantan menempel di punggung katak betina untuk
memudahkan terjadinya fertilisasi.
E. Habitat dan persebaran
Amphibi muncul pada pertengahan periode Jura, pra era Paleozoik sebagai
vertebrata yang tertua. Kebanyakan Amfibi adalah hewan tropis, karena sifatnya
yang poikiloterm atau berdarah dingin. Amphibi memerlukan sinar matahari untuk
mendapatkan panas ke tubuhnya, karena tidak bisa memproduksi panas sendiri.
Oleh karena itu banyak amphibi yang ditemukan di wilatah tropis dan sub tropis,
termasuk di seluruh indonesia.Amphibi umumnya merupakan makhluk semi akuatik,
yang hidup di darat pada daerah yang terdapat air tawar yang tenang dan dangkal.
Tetapi ada juga amphibi yang hidup di pohon sejak lahir sampai mati, dan ada juga
yang hidup di air sepanjang hidupnya.Amphibi banyak ditemukan di areal sawah,
daerah sekitar sungai, rawa, kolam, bahkan di lingkungan perumahan pun bisa
ditemukan.

You might also like