Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Setiap operasi penambangan memerlukan jalan tambang sebagai sarana infrastruktur yang vital
di
dalam
lokasi
penambangan
dan
sekitar-nya. Jalan
tambang berfungsi
sebagai
penghubung lokasi-lokasi penting, antara lain lokasi tambang dengan area crushing plant,
pengolahan bahan galian, perkantoran, perumahan karyawan dan tempat-tempat lain di wilayah
penambangan.
Konstruksi jalan tambang secara garis besar sama dengan jalan angkut di kota. Perbedaan yang
khas terletak pada permukaan jalannya (road surface) yang jarang sekali dilapisi oleh
aspal atau beton seperti pada jalan angkut di kota, karena jalan tambang sering dilalui oleh
peralatan mekanis yang memakai crawler track, misalnya bulldozer, excavator, crawler rock drill
(CRD), track loader dan sebagainya. Untuk membuat jalan angkut tambang diperlukan
bermacam-macam
alat mekanis,
antara
lain:
bulldozer yang berfungsi antara lain untuk pembersihan lahan dan pembabatan,
perintisan badan jalan, potong-timbun, perataan dll;
alat garu (roater atau ripper) untuk membantu pembabatan dan meng-atasi batuan yang
agak keras;
alat angkut untuk mengangkut hasil galian tanah yang tidak diperlukan dan
membuangnya di lokasi penimbunan;
utama
jalan
angkut
secara
umum
adalah
untuk
menunjang
kelancaran
operasi penambangan terutama dalam kegiatan pengangkutan. Medan berat yang mungkin
terdapat disepanjang rute jalan tambang harus diatasi dengan mengubah rancangan jalan
untuk meningkatkan aspek manfaat dan keselamatan kerja. Apabila perlu dibuat terowongan
(tunnel) atau jembatan, maka cara pembuatan dan konstruksinya harus mengikuti aturan-aturan
teknik sipil yang berlaku. Lajur jalan di dalam terowongan atau jembatan umumnya cukup satu
dan alat angkut atau kendaraan yang akan melewatinya masuk secara bergantian. Pada kedua
pintu terowongan ditugaskan penjaga (Satpam) yang mengatur kendaraan masuk secara
bergiliran, terutama bila terowongan cukup panjang.
Geometri jalan angkut yang harus diperhatikan sama seperti jalan raya pada umumnya, yaitu:
(1) lebar jalan angkut,
(2) jari-jari tikungan dan super- elevasi,
(3) kemiringan jalan, dan
(4) cross slope.
Alat angkut atau truk-truk tambang umumnya berdimensi lebih lebar, panjang dan lebih berat
dibanding kendaraan angkut yang bergerak di jalan raya. Oleh sebab itu, geometri jalan harus
sesuai dengan dimensi alat angkut yang digunakan agar alat angkut tersebut dapat bergerak
leluasa pada kecepatan normal dan aman.
lebar
jalan
angkut
minimum,
yaitu
menggunakan
rule
of
thumb
atau
angka perkiraan, dengan pengertian bahwa lebar alat angkut sama dengan lebar lajur.
tikungan
jalan
digunakan, khususnya
angkut
jarak
berhubungan
horizontal
antara
dengan
poros
konstruksi
roda
alat
depan
angkut
dan
yang
belakang.
memperlihatkan jari-jari lingkaran yang dijalani oleh roda belakang dan roda depan berpotongan
di pusat C dengan besar sudut sama dengan sudut penyimpangan roda depan. Dengan
demikian jari-jari belokan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
di mana :
R = jari-jari belokan jalan angkut, m
lebar
jalannya
maupun
bentuk
potongan
melintangnya.
Yang
perlu
diperhatikan dalam merancang bagian jalan yang lurus adalah harus mempunyai panjang
maksimum yang dapat ditempuh dalam tempo sekitar 2,50 menit dengan pertimbangan
keselamatan pengemudi akibat kelelahan. Sedangkan pada bagian yang melengkung, biasanya
digunakan dua jenis rancangan, yaitu:
(a) Tikungan berbentuk lingkaran (FC)
Tikungan berbentuk lingkaran artinya bahwa diantara bentuk badan jalan yang lurus terdapat
tikungan yang lengkungannya dirancang cukup dengan sebuah jari-jari saja. Bentuk tikungan FC
ini biasanya dirancang untuk tikungan yang besar, sehingga tidak terjadi perubahan panjang jarijari (R ) sampai ke bentuk jalan yang lurus berikutnya.
Komponen-komponen Tikungan FC
Parameter-parameter yang ditetapkan di dalam merancang tikungan FC meliputi kecepatan
(km/jam), sudut ? diukur dari Gambar() dan jari-jari (m). Sedangkan panjang T, E dan L (lihat
Gambar 5) dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
T = R tan ?.(8)
E = T tan ?..(9)
L = 0,01744 ? R(10)
Batasan yang dipakai di Indonesia dengan menggunakan tikungan bentuk lingkaran (FC) adalah
sebagai berikut:
Batas Tikungan Bentuk FC
(b) Tikungan berbentuk SpiralLingkaranSpiral (S-C-S)
Tikungan S-C-S dirancang apabila jari-jari lingkarannya terlalu kecil dari harga pada Tabel
3, sehingga diperlukan lengkungan peralihan. Lengkungan peralihan tersebut dinamakan
spiral yang berfungsi sebagai penghubung antara bagian jalan yang lurus dengan bentuk
lingkaran. Panjang lengkung peralihan (spiral) diperhitungkan dengan mempertimbangkan
perubahan gaya sentrifugal dari nol (pada bagian lurus) sampai bentuk lingkaran yang besarnya
adalah:
Harga Ls dihitung menurut rumus Modifikasi Shortt sebagai berikut:
di mana :
Ls = panjang lengkung spiral, m
VR = kecepatan rencana, km/jam
R = jari-jari lingkaran, m
C = perubahan percepatan, 0,3 1,0 m/det disarankan 0,4 m/det
e = superelevasi, m/m
Terlihat bahwa TS-SC atau CS-ST adalah panjang lengkung spiral atau peralihan (Ls),
sedangkan SC-CS adalah lengkung lingkaran dengan jari-jari Rc (Lc). Dengan demikian panjang
tikungan adalah:
Ltot = 2 Ls + Lc(13)
Komponen-komponen Tikungan S-C-S
Xs = absis titik SC pada garis singgung jarak dari titik TS ke SC (jarak l lurus dari garis lengkung
peralihan).
Ys = ordinat titik SC pada garis tegak lurus garis singgung (jarak tegak l lurus ke titik
SC pada garis lengkung peralihan).
Ts = panjang garis singgung dari titik PI ke titik TS atau ke titik ST.
TS = titik antara garis lurus (singgung) dan spiral.
SC = titik antara spiral dan lingkaran.
Es = jarak dari PI ke busur lingkaran.
?s = sudut lengkung spiral.
Rc = jari-jari lingkaran.
p = pergeseran garis singgung terhadap spiral.
k = absis dari p pada garis singgung spiral.
Rumus-rumus yang digunakan adalah:
Superelevasi
Pada jalan yang membelok, badan jalan dimiringkan ke arah titik pusat belokan yang
disebut superelevasi. Superelevasi berhubungan erat dengan jari-jari belokan, kecepatan
kendaraan dan perubahan kecepatan (0,40 m/det) seperti terlihat pada persamaan (12).
Superelevasi
dicapai secara bertahap dari kemiringan normal pada bagian jalan yang lurus sampai
ke kemiringan penuh (superelevasi) pada bagian jalan yang lengkung
Pada tikungan tipe S-C-S, pencapaian superelevasi dilakukan secara linear dari bentuk
normal sampai titik TS kemudian awal lengkung peralihan sepanjang Ls dan akhirnya sampai
pada
superelevasi penuh sepanjang Lc. Sedangkan pada tikungan tipe FC, pencapaian superelevasi
dilakukan secara linear, diawali dari bagian lurus sepanjang 2/3 LS sampai dengan bagian
lingkaran penuh 1/3 Ls. Metoda untuk mencapai superelevasi yaitu dengan membuat diagram
superelevasi, baik untuk tikungan tipe FC maupun S-C-S.
Kemiringan melintang atau kelandaian pada penampang jalan diantara tepi perkerasan luar dan
sumbu jalan sepanjang lengkung peralihan disebut landai relatif. Harga landai relatif disesuaikan
dengan kecepatan rencana (VR) dan jumlah lajur yang tersedia. Persamaan (22) dipakai untuk
menghitung landai relatif dan Tabel 4 merupakan hasil perhitungan landai relatif dengan variasi
kecepatan.
di mana :
1/m = landai relatif, %
e = superelevasi, m/m
e n = kemiringan melintang normal, m/m
B = lebar lajur, m
Ls = panjang lengkung peralihan, m (gunakan rumus 12)
Landai Relatif Maksimum (untuk 2/2TB)
2.3. KEMIRINGAN JALAN ANGKUT
Kemiringan jalan berhubungan langsung dengan kemampuan alat angkut baik dalam
pengereman maupun dalam mengatasi tanjakan. Kemiringan jalan umumnya dinyatakan dalam
persen (%). Kemiringan jalan maksimum yang dapat dilalui dengan baik oleh alat angkut truck
berkisar antara 10% 15% atau sekitar 6 8,50. Akan tetapi untuk jalan naik atau turun pada
lereng bukit lebih aman bila kemiringan jalan maksimum sekitar 8% (= 4,50). Tabel 5
memperlihatkan kemiringan atau kelandaian maksimum pada kecepatan truck yang bermuatan
penuh di jalan raya mampu bergerak dengan kecepatan tidak kurang dari separuh kecepatan
semula tanpa harus menggunakan gigi rendah.
Kemiringan Maksimum Vs Kecepatan (data dari Bina Marga 1)
Pada jalan mendaki juga diperlukan adanya panjang kemiringan (kelandaian) kritis, yaitu
suatu jarak maksimum agar pengurangan kecepatan kendaraan tidak lebih dari separuh VR.
Lama perjalanan pada jarak kritis tidak lebih dari 1 menit.
Jarak Miring Kritis (meter), data dari Bina Marga 2)
diarahkan untuk memperoleh suatu estimasi harga atau ukuran daya dukung tanah yang
caranya dapat dilakukan di lapangan atau di laboratorium mekanika tanah. Faktor-faktor yang
harus dipertimbangkan di dalam mengestimasi ukuran kekuatan daya dukung lapisan tanah
dasar antara lain:
kadar air,
kepadatan (compaction),
ketebalan lapisan perkerasan total yang dapat diterima oleh lapisan lunak yang ada
di bawah lapisan tanah dasar.
Adapun
cara
pengukuran
daya
dukung
lapisan
sub-grade
dapat
dilakukan
dengan
pengujian California Bearing Ratio (CBR), Parameter Elastis dan Modulus Reaksi Tanah Dasar
(k). Ketiga pengujian tersebut umumnya dilaksanakan di laboratorium mekanika tanah dengan
mengikuti prodesur standardisasi yang ditetapkan oleh ASTM, AASHTO, SNI dan lain-lain.
Yang
sering
digunakan
dalam
perkerasan
jalan
tambang
adalah
pengujian
CBR
yang dikembangkan oleh California State High-way Department. Hasil pengujian CBR di
laboratorium mekanika tanah diplot ke dalam kurva CBR. Hasil yang diharapkan dari kurva CBR
adalah ketebalan lapisan-lapisan perkerasan di atas sub-grade sesuai dengan jenis-jenis tanah
atau material yang digunakan untuk perkerasan jalan tersebut. Contoh penggunaan kurva CBR
diberikan sebagai berikut:
Suatu konstruksi jalan tambang akan dibuat di atas lapisan sub-grade berjenis lempung-lanauan
dengan plastisitas sedang (silty clay of medium plasticity) dengan harga CBR 5. Truck atau
wheel loader yang melewati jalan tersebut mempunyai berat maksimum 40.000 lbs. Disekitar
jalan terdapat banyak pasir yang agak bersih dengan harga CBR 15 yang dapat digunakan
untuk lapisan diatasnya (sub-base). Diatas sub-base adalah lapisan permukaan (road surface)
yang dilapisi krakal yang baik (good gravel) dengan harga CBR 80. Berapa tebal lapisan subbase dan road surface agar daya dukung lapisan sub-grade stabil.
Jawaban:
Step A: Dari titik harga CBR lapisan sub-grade = 5 ditarik garis vertikal ke bawah hingga
memotong kurva lengkung berat kendaraan 40.000 lbs. Dari titik perpotongan tersebut ditarik
garis horizontal ke arah ordinat ketebalan sub-base dan diperoleh angka tebal 28 inci. Artinya,
bahwa ketebalan permukaan jalan akhir paling tidak harus 28 inci di atas sub-grade.
Step B: Kemudian pasir bersih dengan CBR 15 dipotongkan dengan kurva lengkung berat
kendaraan 40.000 lbs. Dari titik perpotongan tersebut ditarik garis horizontal ke arah ordinat
ketebalan sub-base dan diperoleh angka tebal 14 inci. Artinya, bahwa ketebalan material pasir
bersih harus tetap 14 inci di bawah permukaan jalan.
Step C: Perpotongan antara harga CBR krakal yang baik 80 dengan berat kendaraan 40.000 lbs
menghasilkan ketebalan lapisan 6 inci dari ordinat ketebalan sub-base. Krakal yang merupakan
material dipermukaan akhir jalan harus disebar-kan tetap 6 inci.
Dari
contoh
soal
di
atas
diperoleh
manfaat
bahwa:
(a)
harga
CBR
sub-grade
menentukan ketebalan total lapisan perkerasan, (b) jumlah lapisan perkeras-an jalan paling tidak
ada dua lapis di atas sub-grade, dan (c) berat kendaraan berpengaruh terhadap penentuan
ketebalan perkerasan. Tabel 6 memperlihatkan daya dukung beberapa material.
jalan
tambang
jarang
sekali
digunakan
material
aspal
atau
beton
semen
karena pemanfaatan jalannya tidak terlalu lama atau selalu berpindah-pindah dalam tempo yang
relatif singkat mengikuti area penambangan. Namun, di lokasi perkantoran, fasilitas kesehatan
atau perumahan karyawan tetap digunakan material perkerasan dari aspal atau beton
semen. memperlihatkan karakteristik keempat jenis material perkerasan.
Material berbutir
Material berbutir terdiri atas kerikil dari sungai atau agregat batuan hasil mesin pemecah
batu (crusher). Distribusi ukuran butir material tersebut harus mengikuti standar baku, baik
ASTM, AASHTO, NAASRA atau SNI, agardapat menghasilkan kestabilan secara mekanis dan
dapat dipadatkan. Dalam proses perkerasannya dapat pula ditambahkan aditif untuk
menambah kestabilan tanpa menambah kekakuan.
Material terikat
Material
terikat
adalah
material
perkerasan
yang
dihasilkan
dengan
menambahkan
semen, kapur, atau zat cair lainnya dalam jumlah tertentu untuk menghasilkan bahan yang
terikat. Ikatan antar butir akan menghasilkan kuat tarik yang besar, sehingga diharapkan
lapisan perkerasan dapat menahan beban kendaraan dengan baik dan berumur pakai lama.
Aspal
Aspal adalah kombinasi bitumen dengan agregat yang dicampur, dihamparkan dan
dipadatkan dalam kondisi campuran yang masih panas, sehingga terbentuk lapisan perkerasan.
Kekuatan aspal diperoleh dari gesekan antara partikel-agregat, viskositas bitumen pada saat
pelaksanaan perkerasan, kohesi dalam massa bitumen, dan adhesi antara bitumen dengan
agregat. Adapun kegagalan perkerasan aspal yang umum terjadi adalah akibat stabilitas yang
kurang sehingga terjadi deformasi permanen, atau akibat kelelahan sehingga terjadi retakanretakan.
Beton semen
Beton semen adalah agregat yang dicampur dengan semen PC secara basah. Lapisan
beton semen dapat digunakan sebagai lapisan fondasi bawah pada perkerasan lentur dan kaku
dan sebagai lapisan fondasi atas pada perkerasan kaku.
Sebagai lapisan fondasi bawah, beton semen dapat dituangkan begitu saja di atas lapisan
subgrade yang jelek (poor sub-grade) tanpa digilas., Beton semen harus memiliki kuat
tekan minimum 5 MPa setelah 28 hari jika menggunakan campuran abubatu (flyash) dan jika
tanpa abu batu kuat tekan minimumnya 7 MPa.
Pada perkerasan kaku memang selalu menggunakan beton semen sebagai lapisan
atau landasan fondasi atas. Prinsip parameter perencanaan fondasi beton didasarkan atas
kuat lentur rencana 90 hari. Setelah 90 hari diestimasi bahwa kuat lentur fondasi cukup stabil
pada ketebalan perkerasan yang telah diperhitungkan.
telah
disinggung
sebelumnya
bahwa
terdapat
tiga
jenis
konstruksi
lapisan
perkerasan, yaitu lapisan perkerasan lentur, lapisan per-kerasan kaku dan lapisan perkerasan
kombinasi lentur-kaku. Setiap jenis lapisan perkerasan umumnya terdiri dari 2 3 susunan
material di atas lapisan tanah dasar (sub-grade). Lapis paling atas adalah lapis permukaan
(surface course), dibawahnya adalah lapis fondasi atas (base course) dan diantara base-course
dengan sub-grade adalah lapis fondasi bawah (sub-base course).
Susunan lapisan perkerasan
Jenis-jenis susunan lapisan perkerasan yang terlah disebutkan di atas mempunyai fungsi
yang berbeda-beda
di
dalam
merespon
beban
yang
diterimanya.
Rancangan
konstruksinya didasarkan atas kondisi alamiah lapisan tanah dasar, intensitas lalulintas yang
akan melaluinya, faktor lingkungan dan kondisi cuaca serta air tanah. Adapun fungsi dari
masingmasing lapisan dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Lapis permukaan
Sebagai lapis perkerasan penahan beban roda yang mempunyai stabilitas tinggi
untuk menahan roda selama masa pelayanan
Lapis kedap air, sehingga air hujan yang mengalir diatasnya tidak meresap
kedalamnya dan tidak pula melemahkan lapisan tersebut.
Sebagai lapis aus (wearing course), artinya lapisan yang langsung menderita
gesekan akibat rem kendaraan, sehingga mengakibatkan keausan ban.
Sebagai lapis yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul
oleh lapisan lain yang mempunyai daya dukung lebih jelek.
b. Lapis fondasi atas
Merupakan bagian perkerasan untuk menahan gaya melintang dari beban roda
dan menyebarkannya ke lapisan dibawahnya.
Untuk mengurangi tebal lapisan diatasnya karena material atau bahan untuk
fondasi bawah umumnya lebih murah dibanding perkerasan diatasnya, sehingga dapat
Merupakan lapis pertama yang harus dikerjakan cepat agar dapat menutup lapisan
tanah dasar dari pengaruh cuaca, atau melemahkan daya dukung tanah dasar akibat
selalu menahan roda alat berat.
Lapisan perkerasan lentur terdiri dari 3 lapisan di atas tanah dasar, yaitu lapis fondasi
bawah, lapis fondasi atas dan lapisan permukaan seperti terlihat pada Gambar 10. Dengan
tiga susunan lapisan tersebut, maka jalan diharapkan memiliki karakteristik sebagai berikut:
material
dan
tebal
lapisan
masing-masing
susunan
lapisan
harus
diperhatikan. memperlihatkan batas-batas minimum tebal lapisan perkerasan dan bahan yang
digunakannya.
Kekuatan lapisan tanah dasar atau harga CBR atau angka Modulus Reaksi Tanah
Dasar (k);
dan
kondisi
lapisan
fondasi
bawah
(sub-base)
yang
diperlukan
untuk
menopang konstruksi, lalulintas, penurunan akibat air dan perubahan volume lapisan tanah
dasar serta sarana perlengkapan daya dukung permukaan yang seragam di bawah dasar
beton. Terdapat dua jenis lapisan perkerasan kaku, yaitu
(1) perkerasan beton semen dan
(2) perkerasan dengan permukaan aspal.
Perkerasan beton semen didefinisikan sebagai perkerasan yang mempunyai lapisan dasar beton
dari Portland Cement (PC); sedangkan perkerasan dengan permukaan aspal adalah salah satu
dari jenis komposit.
jalan
sesuai
yang
direncanakan,
juga
harus
memenuhi
persyaratan
Persamaan (23) untuk jalan datar dan (24) untuk jalan dengan kemiringan tertentu,
di mana:
VR = kecepatan rencana, km/jam
T = waktu tanggap, ditetapkan 2,50 detik
fp = koefisien gesek memanjang antara ban dengan perkerasan jalan, menurut AASHTO = 0,28
0,45; menurut Bina Marga = 0,35 0,55
L = kemiringan jalan, %
Tabel 8 memperlihatkan panjang Jh minimum yang dihitung berdasarkan rumus (23)
dengan pembulatan-pembulatan.
demikian,
daerah
bebas
samping
dimaksudkan
untuk
memberikan
Kenyamanan pengemudi
Ketentuan drainase
Tanda adanya perempatan, pertigaan, persilangan dengan jalan umum, misalnya rel
keret api, dsb.
Tikungan (belokan),
Jembatan,
5. PENUTUP
Ketentuan-ketentuan
yang
sudah
bahan pertimbangan
didalam
dipaparkan
merancang
jalan
pada
bab-bab
tambang.
Ada
terdahulu
merupakan
kemungkinan
pada
pelaksanaan pembuatan jalan tambang harus dirancang suatu perhitungan di luar ketentuan
tersebut. Misalnya dalam menentukan jari-jari tikungan minimum, di mana lebar truck tambang
bisa mencapai 2 3 kali lipat lebar truck tronton sementara kecepatan rata-ratanya hanya
berkisar 30 km/jam, maka kemungkinan terjadi penyimpangan dari yang telah ditentukan oleh
Bina Marga.
Artinya adalah perhitungan rancangan jalan tambang menjadi lebih sederhana, yaitu
mengutamakan jari-jari tikungan yang lebar dan aman untuk dua lajur tanpa harus
mempertimbangkan secara serius kecepatan trucknya. Berbeda dengan rancangan jalan angkut
yang menghubungkan daerah di luar konsesi tambang atau jalan yang dilalui oleh kendaraan
umum menuju lokasi penambangan. Untuk kondisi tersebut perhitungan yang telah diuraikan
sebelumnya patut dilaksanakan.
Dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya dalam merancang jalan angkut tambang
ekuivalen dengan
jalan
umum
dari
Bina
Marga.
Pengalaman
menunjukkan
bahwa
penyimpangan di dalam merancang jalan di lokasi tambang umumnya terpaksa harus dilakukan
karena:
dimensi
alat
angkut
tambang
besar, penetrasi
terhadap
badan
jalan
tinggi,
areal panambangan atau pit terbatas, sementara lalulintas alat angkut padat;
jalan tambang hanya dipadatkan oleh buldozer dengan perkerasan seadanya dan
tanpa lapisan permukaan permanen, sehingga perawatan menjadi sangat intensif;
akibat jalan yang selalu berubah, maka drainase jalan dibuat seperlunya.
Walaupun demikian, perhitungan untuk merancang jalan tambang tetap memperhatikan
aspek keselamatan kerja pengangkutan, yaitu dengan memasang rambu-rambu dan jalur
pengelak. Rambu-rambu lalulintas di jalan umum sebagian dapat diterapkan di sepanjang jalan
tambang, namun ada pula rambu-rambu yang bersifat khas lokasi tambang, misalnya
Dahulukan Alat-alat Berat, Keep Right (Jalan disebelah kanan), Gunakan Retarder,
atau rambu lain yang disesuaikan dengan situasi tambang setempat.