You are on page 1of 18

MAKALAH KIMIA ANALITIK

SPEKTROFOTOMETRI

KELOMPOK 10
Irfan Danu Rahatwan / 1506717885
Yulia Endah Permata / 1606951241

Makalah Pemciu 2
Untuk Mata Kuliah
Kimia Analitik

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2016
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..........................................................................................................1
DAFTAR ISI..........................................................................................................................2

KATA PENGANTAR.............................................................................................................3
BAB I: PENDAHULUAN.....................................................................................................4
Latar Belakang.......................................................................................................................4
Capaian Pembelajaran............................................................................................................5
BAB II: PEMBAHASAN......................................................................................................6
Topik 1: Kasus Pencemaran Merkuri.....................................................................................6
Topik 2: Kasus Penggunaan Aditif Formalin pada Bakso....................................................16
Topik 3: Analisis Hasil Penelitian Biodiesel........................................................................26
BAB II: PENUTUP................................................................................................................6
Kesimpulan.............................................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................34

KATA PENGANTAR

Puji syukur akan kehadiran Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, makalah Kimia Analitik ini dapat selesai dengan
baik. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Dr. Dianursanti S.T.,
M.T. selaku dosen mata kuliah Kimia Analitik yang telah memberi bantuan
kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan sebaikbaiknya.

Makalah Kimia Analitik ini dibuat untuk memenuhi tugas Pemicu 2,


yaitu Spektrofotometri. Makalah ini berisi mengenai rangkuman dari
definisi yang telah didapatkan di pemicu, serta jawaban atas pertanyaan
dari pemicu yang telah diberikan.
Dengan

makalah

ini,

kami

berharap

bahwa

pembaca

dapat

memahami dan menambah wawasan seputar materi spektrofotometri


yang nantinya akan berguna di kemudian hari. Kami menyadari bahwa
dalam penulisan masih terdapat kesalahan kata yang tidak sengaja. Maka
dari itu, kritik dan saran sangat kami butuhkan untuk kebaikan kami pada
masa yang akan datang.

Depok, 15 November
2016

Tim
Penyusun (Kelompok 10)

BAB II
PEMBAHASAN
Topik 1: Kasus Pencemaran Merkuri (studi pengujian dengan AAS)
1. Mengapa merkuri banyak digunakan dalam kosmetik? Bagaimana peranan
merkuri tersebut dalam kosmetik?

2. Mengapa hal ini mengkhawatirkan para aktivis di BPOM dan juga masyarakat
pada umumnya?
3. Bila anda termasuk dalam tim independen yang meneliti kasus ini, dan anda
menggunakan AAS (Atomic Absorption Sprectrometry) untuk menganalisis
kandungan merkuri, rancangan penelitian apa yang akan anda lakukan?
4. Teknik pengambilan data analisis apa yang akan Anda lakukan dengan metode
AAS ini?
Ada tiga teknik yang biasa dipakai dalam analisis secara spektrometri. Ketiga teknik
tersebut adalah:
a. Metode Standar Tunggal
Metode ini sangat praktis karena hanya menggunakan satu larutan standar
yang telah diketahui konsentrasinya (Cstd). Selanjutnya absorbsi larutan standar (A std)
dan absorbsi larutan sampel (Asmp) diukur dengan spektrometri. Dari hukum Beer
diperoleh:
Asta = b Cstd dan Asmp = b Cs ... (1)
Lalu,
A standar C sampel
=
(2)
C standar A sampel
Sehingga,
A sampel
C sampel=
C
(3)
A standar standar
b. Metode kurva kalibrasi
Dalam metode ini dibuat suatu seri larutan standar dengan berbagai
konsentrasi dan absorbansi dari larutan tersebut diukur dengan AAS. Langkah
selanjutnya adalah membuat grafik antara konsentrasi (C) dengan absorbansi (A)
yang merupakan garis lurus yang melewati titik nol dengan slope = a.b. konsentrasi
larutan sampel dapat dicari setelah absorbansi larutan sampel diukur dan diintrapolasi
ke dalam kurva kalibrasi atau dimasukkan ke dalam persamaan garis lurus yang
diperoleh dengan menggunakan program regresi linier pada kurvakalibrasi.
c. Metode adisi standar
Metode Adisi Standar adalah suatu metode di mana pada jumlah sampel yang
sama ditambahkan larutan standar dengan konsentrasi yang berbeda. Larutan standar
atau larutan baku adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti dan
biasa dinyatakan dalam satuan N (Normalitas) atau M (Molaritas). Larutan standar
ini biasa ditambahkan ke dalam larutan sampel dalam jumlah yang relatif sedikit.

Penetapan dengan metode ini biasanya dilakukan pula pada spektrofotometri serapan
atom bila matriks sampel tidak sama dengan matriks larutan standar atau konsentrasi
analit dalam sampel sangat rendah.
Metode ini dipakai secara luas karena mampu meminimalkan kesalahan yang
disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan (matriks) sampel dan standar. Dalam
metode ini, dua atau lebih sejumlah volume tertentu dari sampel dipindahkan ke
dalam labu takar. Satu larutan diencerkan sampat volume tertentu kemudian diukur
absorbansinya tanpa ditambah dengan zat standar, sedangkan larutan yang lain
sebelum diukur absorbansinya ditambah terlebih dulu dengan sejumlah tertentu
tarutan standar dan diencerkan seperti pada larutan yang pertama.
Menurut Hukum Beer akan berlaku hal-hal berikut:
A x =k .C x dan A T =k ( C s +C x ) (4)
di mana Cx = konsentrasi zat sampel (M)
Cs = konsentrasi zat standar (M)
Ax = Absorbansi zat sampel
AT = Absorbansi zat sampel + standar
Jika kedua persamaan di atas digabung maka akan diperoleh:
Ax
C x =C s
(5)
AT + Ax

Konsentrasi zat dalam sampel (Cx) dapat dihitung dengan mengukur Ax dan AT dengan
spektrofotometer. Jika dibuat suatu seri penambahan zat standar dapat pula dibuat
suatu grafik antara AT dengan Cs, garis lurus yang diperoleh diekstrapolasi ke AT = 0,
sehingga diperoleh:
C x =C s

Ax
(6)
0 A x

( )
( )

C x =C s

Ax
(7)
A x

C x =C s (8)
Metode analisis yang akan digunakan untuk mengetahui kandungan merkuri
pada krim wajah adalah Metode Adisi Standar. Metode ini kami dipilih karena akan
menghasilkan pengukuran yang lebih akurat bila dibandingkan dengan dua metode
lainnya, yaitu Metode Standar Tunggal dan Metode Kurva Kalibrasi. Selain itu
dengan Metode Adisi Standar ini, kita dapat mengetahui konsentrasi dari berbagai
logam yang terdapat di dalam limbah pabrik tersebut dengan mengubah larutan
standard dan larutan TISAB yang akan digunakan, tergantung jenis logam yang akan
ditentukan konsentrasinya.

5. Bila pihak lain meragukan kecanggihan AAS yang anda gunakan, bagaimana
meyakinkan pihak tersebut? Jelaskan lebih rinci karena orang yang anda hadapi
tidak tahu sama sekali mengenai metode AAS ini.
Spektrofotometri AAS, atau Atomic Absroption Spectrophy digunakan untuk
mengukur konsentrasi dari atom sample dalam fase gas menggunakan absorpsi dari
gelombang cahaya oleh atom tersebut. Dalam metode AAS, atom analit harus berada
dalam fase gas maka perlu diuapkan terlebih dahulu dalam pemanas. Atom dalam fase
gas ini mengabsorpsi gelombang sinar UV dan cahaya tampak dan kemudian atom
tersebut dalam keadaan tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Jadi skala
pengukuran konsentrasi dalam metode AAS dalam mencari konsentrasi sampel analit
ini adalah mengenai banyaknya gelombang cahaya yang terabsorpsi oleh atom.
Komponen pada spektrofotometri AAS terdiri dari spektrofotometer dengan
sumber gelombang cahaya, berupa hollow cathode lamps, sistem burner,
monokromator, dan detektor. Dari prinsip kerja spektrofotometri, hollow cathode
lamps mengemisikan gelombang cahaya sesuai dengan panjang gelombang atom
sampel. Sampel yang masih berupa padatan atau cairan diuapkan dengan burner,
sehingga membentuk nyala api atau nyala uap. Kemudian, atom gas pada burner akan
mengabsorpsi sejumlah sinar yang datang, yang membuatnya tereksitasi ke tingkat
energi yang lebih tinggi. Akibat beberapa sinar terabsorpsi, jumlah sinar yang lepas
setelah melewati atom pada fase gas berkurang yang kemudian akan ditangkap oleh
monokromator. Monokromator ini akan meneruskan sinar sesuai dengan panjang
gelombang yang spesifik, yaitu hanya panjang gelombang sinar yang sama dengan
atom analit saja. Monokromator ini bekerja jika pada hollow cathode lamps
menggunakan beberapa katoda, sehingga menimbulkan sinar dengan beberapa
panjang gelombang yang berbeda. Gelombang sinar ini diteruskan dan ditangkap oleh
detektor. Detektor ini mengukur intensitas gelombang yang ditangkap, lalu hasilnya
akan ditampilkan di readout berupa abdorbansi. Dari data absorbansi ini dapat
digunakan untuk mengukur konsentrasi atom analit.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumya, spektrofotometri AAS digunakan
untuk mendeteksi atom pada sampel, sehingga untuk mendeteksi konsentrasi merkuri
pada sampel kosmetik cocok menggunakan metode AAS. Dengan metode AAS,
konsentrasi merkuri yang dapat diukur sangat teliti mulai dari 1 ppt hingga 100 ppm.
Namun, dalam pendeteksian merkuri, sumber sinar yang digunakan sebaiknya adalah

EDL atau Electrodeless Discharge Lamp yang menggunakan merkuri pada tekanan
rendah, sehingga panjang gelombang sinar yang dipancarkan sesuai dengan atom Hg
analit dalam fase gas.

Merkuri dalam fase

Gambar. Skema spektrofotometri AAS untuk deteksi merkuri


(Sumber: http://www.mercury-instrumentsusa.com/Technology.html)

Dari sumber sinar EDL, sinar dengan panjang gelombang merkuri yang
dipancarkan 253 nm. Sampel merkuri dari kosmetik kemudian dipanaskan di dalam
burner dengan suhu 356,73oC agar merkuri teruapkan. Sinar yang diemisikan dari
EDL kemudian di absorpsi oleh atom merkuri dalam fasa gas, sehingga atom tersebut
tereksitasi. Sinar kemudian diserap oleh monokromator dan langsung dilanjutkan ke
detektor seperti prinsip kerja spektrofotometri AAS pada umumnya. Kemudian
detektor menyerap intensitas sinar dari monokromator dan mengolahnya sehingga
dalam readout terdapat data absorbansi merkuri. Dari absorbansi tersebut kita dapat
menemukan konsentrasi merkuri.
Topik 2: Kasus Penambahan Aditif Formalin pada Bakso (Studi Pengujian dengan
Spektrofotometri UV-Vis)
1. Mengapa banyak pedagang bakso yang menggunakan bahan-bahan aditif tersebut
untuk produk makanan mereka? Dapatkah Anda menjelaskan efek berbahaya dari
penggunaan formalin dan fosfat dalam makanan bakso bagi kesehatan?
Formaldehida atau formalin merupakan senyawa organik dengan rumus HCHO.
Zat ini adalah aldehida yang paling sederhana dan juga dikenal dengan nama sistematis
metanal. Nama umum dari zat ini berasal dari kesamaan dan hubungannya dengan asam
format. Formalin tidak berwarna, dan memiliki bau yang tajam. Mengingat zat ini
digunakan secara luas, karena sifat bercaun dan ketidakstabilannya, maka merupakan
pertimbangan yang signifikan mengenai pengaruhnya terhadap kesehatan manusia.

Tahun 2011 National Toxicology Program Amerika menggambarkan formalin


sebagai "karsinogen manusia", di mana karsinogen adalah zat yang dapat menimbulkan
kanker. Jumlah formaldehida yang masih boleh diterima manusia per hari tanpa akibat
negatif pada kesehatan (Acceptable Daily Intake/ ADI) adalah 0,2 mg per kilogram berat
badan. Formalin dapat menyebabkan kematian pada manusia bila dikonsumsi melebihi
dosis 30 ml. Setelah mengonsumsi formalin dalam dosis fatal, seseorang mungkin hanya
mampu bertahan selama 48 jam.
Pedagang bakso menggunakan bahan-bahan aditif tersebut agar bakso lebih awet
dan tahan lama serta menghemat biaya produksi (modal). Namun, penggunaan formalin
dan fosfat dalam makanan bakso tentunya berbahaya bagi kesehatan konsumen.
Beberapa gejala yang ditimbulkan adalah pusing, muntah, mencret, kejang perut, hilang
nafsu makan, dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan ginjal, gangguan
pada susunan syaraf, gangguan pencernaan, konvulsi, depresi, rambut rontok dan yang
paling berbahaya adalah bisa menyebabkan kanker dan kematian (Siregar, 2012).
Fosfat digunakan sebagai pengawet dan penstabil makanan, banyak ditemukan
pada keju, coca-cola, baking powder, dan daging olahan. Peneliti di Vienna, Austria
menemukan bahwa dalam jumlah banyak, fosfat dapat memicu produksi hormon FGF23
pada tulang. Pada konsentrasi tinggi, hormon ini dapat menyebabkan perubahan
kardiovaskuler, termasuk peningkatan kalsifikasi yang menyebabkan tulang keropos,
peregangan hati, kenaikan tekanan darah. Ilmuwan juga berspekulasi bahwa konsentrasi
fosforus darah yang tinggi dapat menyebabkan perubahan adversi secara langsung pada
fungsi sel. Fosfat juga sering diasosiasikan dengan gangguan pada ginjal (Gray, 2012).
2. Bila anda termasuk dalam anggota tim yang meniliti tentang kadar formalin dalam
daging bakso dan anda menggunakan spektrofotometri UV-Vis, rancangan
penelitian apa yang akan anda lakukan?
3. Bagaimana Anda

melakukan

analisis

kuantitatif

suatu

senyawa

dengan

menggunakan metoda spektrofotometri UV-Vis? Berikan suatu contoh pengolahan


data spektroskopi UV-Vis untuk menentukan konsentrasi suatu senyawa dalam
cuplikan?
Pengukuran

spektrofotometri

menggunakan

alat

spektrofotometer

yang

melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga
spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan
kualitatif. Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif.

Konsentrasi analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorbansi pada
panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer.
Contoh dari prosedur analisis senyawa sudah dijelaskan pada nomor (2), yaitu
penentuan kadar formalin pada daging bakso. Pengolahan data dari penentuan kadar
formalin pada daging bakso dijelaskan dengan tiga tahap berikut ini (Wulan, 2015).
1. Data absorbansi larutan standar beserta kurva standar
Tabel 1. Data absorbansi larutan standar pada berbagai konsentrasi formalin pada
panjang gelombang 518 nm
Konsentrasi (ppm)

Absorbansi

0 (blanko)

0,5549

0,7029

0,9308

1,1131

f(x) = 0.19x + 0.35

Gambar. Grafik absorbansi vs konsentrasi larutan standar formalin ada panjang


gelombang 518 nm.
2. Data absorbansi larutan sampel yang positif mengandung formalin
Tabel 2. Data absorbansi (pada panjang gelombang 518 nm) larutan sampel yang
positif berformalin

Sampel

Absorbansi

0,1985

0,1661

0,1336

0,7017

3. Penentuan konsentrasi formalin pada daging bakso


Tabel 3. Hasil analisis kuantitatif formalin pada bakso (Wulan, 2015).
Sampel

Berat sampel

Kandungan

Kandungan formalin

(gram)
16,7624

formalin (mg/L)
0,495

(g/g bb)
0,442

15,7765

0,338

0,321

49,8572

5,019

1,510

40,45

2,930

1,086

Keterangan: total distilat selama 10 menit =15 mL


a. Cara perhitungan konsentrasi formalin berdasarkan persamaan garis linier
1. Sampel 1
2.

y=bx +a

3.

y=0,2067 x +0,09604

4.

0,1985=0,2067 x +0,09604

5.

x=

6.

x=0,495 mg/ L

1,19850,09604
0,20607

7.
8. Sampel 2
9.

y=bx +a

10.

y=0,2067 x +0,09604

11.

0,1661=0,2067 x +0,09604

12.

x=

13.

x=0,338 mg/ L

0,16610,09604
0,20607

14.
15. Sampel 3
16.

y=bx +a

17.

y=0,2067 x +0,09604

18.

1,1336=0,2067 x +0,09604

19.

x=

20.

x=5,019 mg/ L

1,13360,09604
0,20607

21.
22. Sampel 4
23.

y=bx +a

24.

y=0,2067 x +0,09604

25.

0,7017=0,2067 x+ 0,09604

26.

x=

27.

x=2,930 mg/ L

0,70170,09604
0,20607

28.
b. Cara perhitungan konsentrasi formalin berdasarkan rumus (persamaan 7)
g
x Volume distilat ( mL )
29. Kadar formalin sampel g = mL
g
Bobot sampel ( g )

( )

1. Sampel 1

( )

0,495 x 15
16,7624

30.

Kadar formalin(1)=

31.

Kadar formalin ( 1 ) =0,442 g /g bb

32.
2. Sampel 2

0,338 x 15
15,7765

33.

Kadar formalin(2)=

34.

Kadar formalin ( 2 ) =0,321 g /g bb

35.
3. Sampel 3

5,019 x 15
49,8572

36.

Kadar formalin(3)=

37.

Kadar formalin ( 3 )=1,510 g /g bb

38.
4. Sampel 4

2,930 x 15
40,45

39.

Kadar formalin(4 )=

40.

Kadar formalin ( 4 ) =1,086 g /g bb

41.
4. Bagaimana anda meyakinkan teman-teman dalam tim bahwa penggunaan
spektrofotometer UV-Vis dalam menentukan kadar formalin ini sudah tepat?
Jelaskan lebih rinci mengenai metode ini.
42.
43. Topik 3: Analisis hasil penelitian biodiesel (studi pengujian dengan
spektrofotometri infra merah / IR)
44.
1. Jelaskan hubungan antara cetane number dengan biodisel!
45.
Cetane number menyatakan tingkat kualitas pembakaran dari bahan bakar,
sama dengan octane number. Perbedaan antara keduanya adalah octane number
menyatakan kemampuan untuk menolak pembakaran otomatis atau auto ignition,
dimana dalam istilah mesin dikenal dengan knocking atau pinging. Sedangkan cetane

number menyatakan delay pada pembakaran bahan bakar, yaitu waktu yang
dibutuhkan antara saat injeksi bahan bakar sampai proses pembakaran dimulai. Dalam
pembakaran bahan bakar, semakin tinggi cetane number, akan didapat kinerja
pembakaran seperti:

46.

Respon pembakaran lebih cepat

Bunyi pembakaran lebih kecil

Efisiensi lebih tinggi

Pengurangan emisi beracun

Untuk mendapatkan cetane number yang lebih tinggi, dilakukan dengan

penambahan zat kimia 2-etil-heksil-nitrat.


47.
Nilai dari cetane number tergantung dari sifat fisik dari biodiesel. Sifat
fisik yang dimaksud adalah v, viskositas kinematis (mm 2/sec), HV, heating value
(MJ/kg), FP, flash point (oC), dan densitas (kg/l). Persamaan dari hubungan antara
cetane number dan sifat fisik biodiesel ini adalah:
48.
CN = K5 + K4v + K3HV + K2FP + K1
49.
Beberapa ahli telah mencari nilai dari cetane number untuk biodiesel dari
berbagai bahan dasar, seperti contohnya untuk minyak dan biodiesel di bawah ini.

50.

51.

Sumber: Sivaramakhrisnan, K & Ravikumar, P. 2012. Determination of

Cetane Number of Biodiesel and Its Influence on Physical Properties. Tamil Nadu:
Anjalai Ammal Engineering College.
52.
53.

Dari tabel tersebut dapat terlihat bahwa cetane number untuk biodiesel dari

bahan pembuat yang berbeda memberikan nilai cetane number yang berbeda pula.
Jika dibandingkan dengan minyak, biodiesel mempunyai cetane number yang lebih
tinggi.
54.
2. Apa saja bahan bakar alternatif selain biodisel?
1. Etanol

55.

Etanol atau bioetanol adalah bahan bakar renewable yang terbuat dari tumbuh-

tumbuhan. Etanol mempunyai rumus CH3CH2OH. Di Amerika Serikat, etanol


sebagai bahan bakar dibuat dari jagung dan di Brazil terbuat dari kayu manis. Saat
ini, 97% dari bahan bakar di Amerika Serikat sudah mengandung campuran etanol.
2. Hidrogen
56.

Hidrogen merupakan bahan bakar alternatif yang paling efisien, karena

memiliki energi pembakaran tertinggi per kilogram. Hidrogen merupakan bahan


bakar yang paling bersih, karena hanya menghasilkan energi dan uap air. Di dalam
kendaraan, bahan bakar hidrogen harus memiliki sistem pembakaran khusus yang
bernama Fuel Cell Electric Vehicles (FCEV), dimana hidrogen harus dikonversi ke
listrik dulu sebelum menjaid bahan bakar.
3. Natural Gas
57.

Natural gas merupakan campuran dari gas hidrokarbon, mayoritas

campurannya adalah CH4. Natural gas terdiri dari dua fase, yaitu Compressed Natural
Gas (CNG) dan Liquified Natural Gas (LNG). CNG diproduksi dengan
mengkompresi natural gas hingga kurang dari 1% dari volume tekanan standarnya.
LNG diproduksi dengan purifikasi natural gas dan mendinginkan pada suhu sangat
rendah -260oF agar menjadi fasa cair. LNG ini harus disimpan dalam temperatur
rendah dalam tabung berdinding ganda dalam keadaan vakum.
4. Propana
58.

Propana sebagai bahan bakar biasa disebut Liquified Petroleum Gas (LPG)

atau propane autogas. Propana (C3H8) harus disimpan dalam tabung tekanan rendah.
Propana mempunyai octane number yang tinggi, sehingga menjadi pilihan cukup
ideal untuk bahan bakar alternatif. Propana diproduksi dari byproduct dari proses
natural gas dan crude oil refining. Sekitar 2% dari penggunaan energi di Amerika
Serikat menggunakan propana sebagai bahan bakarnya.
5. Apa keunggulan biodisel dibandingkan dengan petrodisel?
59. Keunggulan biodiesel dibandingkan petrodiesel:
1)

Biodiesel tidak beracun.

2)

Biodiesel adalah bahan bakar biodegradable.

3)

Produksi dan penggunaan biodiesel melepaskan lebih sedikit emisi


dibandingkan dengan diesel konvensional, sekitar 78% lebih sedikit
dibandingkan dengan diesel konvensional.

4)

Biodiesel dapat dengan mudah dicampur dengan diesel konvensional

5)

Biodiesel dapat diproduksi secara massal

6)

Biodiesel memiliki sifat pelumas yang sangat baik, secara signifikan lebih baik
daripada bahan bakar diesel konvensional, sehingga dapat memperpanjang masa
pakai mesin.

Biodiesel memiliki delay pembakaran lebih pendek dibandingkan dengan diesel


konvensional.
8) Pada umumnya biodiesel tidak memiliki kandungan sulfur, sehingga tidak
memberikan kontribusi terhadap pembentukan hujan asam.
7)

9)

Angka chetane yang tinggi pada biodiesel membantu proses pembakaran


berkaitan dengan waktu tunda penyalaan (ignition delay), sehingga bahan bakar
menjadi lebih hemat.

10)

Emisi gas buang CO, SO2, NOx dan kalorinya rendah. Kalori yang rendah ini
merupakan kelemahan biodiesel.

60.
6. Apa hasil dari analisis spektroskopi IR?
61.Salah satu jenis spektroskopi adalah spektroskopi infra merah (IR).
spektroskopi ini didasarkan pada vibrasi suatu molekul. Spektroskopi inframerah
merupakan suatu metode yang mengamati interaksi molekul dengan radiasi
elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang 0.75 - 1.000 m atau pada
bilangan gelombang 13.000 - 10 cm-1.
62.Prinsip kerja spektrofotometer infra merah sama dengan spektrofotometer
yang lainnya yakni interaksi energi dengan suatu materi. Spektroskopi inframerah
berfokus pada radiasi elektromagnetik pada rentang frekuensi 400-4000cm-1, di mana cm1

yang dikenal sebagai wavenumber (1/wavelength), yang merupakan ukuran unit untuk

frekuensi. Untuk menghasilkan spektrum inframerah, radiasi yang mengandung semua


frekuensi di wilayah IR dilewatkan melalui sampel. Frekuensi yang diserap muncul
sebagai penurunan sinyal yang terdeteksi. Informasi ini ditampilkan sebagai spektrum
radiasi dari % transmitansi terhadap wavenumber.
63.Spektroskopi inframerah sangat berguna untuk analisis kualitatif (identifikasi)
dari senyawa organik karena spektrum yang unik yang dihasilkan oleh setiap organik zat
dengan puncak struktural yang sesuai dengan fitur yang berbeda. Selain itu, masing-

masing kelompok fungsional menyerap sinar inframerah pada frekuensi yang unik.
Sebagai contoh, sebuah gugus karbonil, C=O, selalu menyerap sinar inframerah pada
1670-1 - 1780 cm-1, yang menyebabkan ikatan karbonil untuk meregangkan.
64.Analisis dari Infra Red ini berdasarkan kualitatif dan kuantitatif, yaitu:
a. Analisis Kualitatif
o Senyawa murni dapat diidentifikasi dengan menggunakan spektrum absorpsi
dibandingkan dengan spektrum senyawa acuan standar.
o Untuk analisis struktur, identifikasi frekuensi absorpsi senyawa yang tidak
diketahui dengan tabel untuk mengidentifikasi gugus fungsi atau substituen.
o Diperlukan ketebalan sampel (sel cairan) 0,01-0,02 mm. Dianjurkan untuk
menggunakan sel absorpsi cairan yang sama untuk semua pengukuran, karena
sulit sekali untuk menemukan dua sel absorpsi cairan IR yang kembar.
b. Analisis kuantitatif
o Analisis kuantitatif pada umumnya digunakan untuk senyawa yang tidak dapat
ditentukan dengan metode spektroskopi lain, karena lebih sulit dari metode lain.
o Keuntungan utama adalah spesifitas yang tinggi, karena absorbsi hanya diukur
pada satu pita spektrum.
o Cemaran yang mengabsorbsi di luar daerah ukur yang sempit, tidak akan
mengganggu penentuan kadar.
o Spektroskopi inframerah karena menunjukkan pola pita yang kompleks dan
bertumpuk sebagian kurang sesuai untuk pemeriksaan kemurnian.
o Pelarut yang digunakan sangat terbatas, harus bebas dari air, murni
(spectrochemical grade), serta tidak memberikan puncak absorpsi di daerah
panjang gelombang analisis dari analit.
65.
66.
67.
68.
69.
70. DAFTAR PUSTAKA
71.
72.
73. Anonim.

Keunggulan

dan

Kelemahan

Biodiesel.

http://www.indoenergi.com/2012/04/keunggulan-dan-kelemahan-biodiesel.html
74. Day Jr, R. & Underwood, A. 2014. Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi Keenam. Jakarta:
Penerbit Erlangga
75. Fessenden, R.J., dan Fessenden, J.S., 1998, Fundamental of organic Chemistry 6 th
edition, Erlangga, Jakarta.

76. Hikmah, Minawir, dan Nulaeli. 2011. Penentuan Keberadaan Zat Aditif pada Plastik
Kemasan dengan Metode Spektrofotometri Infra Merah. Bandung: universitas
Pendidikan Indonesia.
77. Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia.
78. Kristianingrum, Susila. Tt. Spektroskopi Infra Merah. Yogyakarta: Universitas
Yogyakarta.
79. Mudzakir, Ahmad. tt. Metode Spektroskopi Inframerah untuk Analisis Material.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
80. Munawir dan Sanda. Penambahan Bioaditif untuk Peningkatan Kualitas BBM Blending
Petrodiesel dan Biodiesel. Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir BATAN.
81. Sivaramakhrisnan, K & Ravikumar, P. 2012. Determination of Cetane Number of
Biodiesel and Its Influence on Physical Properties. Tamil Nadu: Anjalai Ammal
Engineering College.
82.

Wulan, Sri Ratna Sari, 2015, Identifikasi Formalin pada Bakso dari Pedagang Bakso di
Kecamatan Panakukkang Kota Makassar, Skripsi Sarjana pada Universitas Hasanuddin,
Makassar, Tidak diterbitkan.
83. http://www.airproducts.co.id/industries/Energy/Power/PowerGeneration/hydrogen-basics.aspx Akses: 9 November 2016 pukul 07:40
84. http://www.afdc.energy.gov/fuels/ Akses: 9 November 2016 pukul 06:25
85. http://www.indoenergi.com/2012/04/keunggulan-dan-kelemahanbiodisel.html

86.
87.

You might also like