You are on page 1of 19

MIOMA UTERI

Pendahuluan
Neoplasma jinak ini berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang
menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma,
leiomioma ataupun fibroid.1
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak.
Diperkirakan didapatkan 8 kasus per 1000 wanita setiap tahunnya. Leiomioma 2-3
kali lebih sering pada wanita berkulit hitam dibanding putih. Resiko mendapatkan
mioma berkurang seiring dengan bertambahnya paritas. Rokok menurunkan resiko
(kemungkinan dengan penurunan kadar estrogen), dan obesitas meningkatkan resiko
(kemungkinan dengan peningkatan kadar estrogen). Akan tetapi penggunaan
kontrasepsi oral tidak berhubungan dengan resiko mioma uteri. Insidens menurun
dengan lamanya penggunaan kontrasepsi oral. Mioma uteri belum pernah
(dilaporkan) terjadi sebelum menars. Setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma
yang masih bertumbuh. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-11,7% pada semua
penderita ginekologi yang dirawat.1,2,3
Patogenesis
Meyer dan De Snoo menganjurkan teori Cell nest atau teori genitoblast.
Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata
menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun tempat lain pada
abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron
atau testosteron. Puukka dan kawan-kawan menyatakan bahwa reseptor estrogen pada
mioma lebih banyak didapati daripada endometrium normal. Menurut Meyer asal
mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang matur.1

Terdapat hipotesis bahwa leiomioma berasal dari mutasi somatic sel-sel


miometrial, sehingga terjadilah kehilangan regulasi pertumbuhan. Proto-onkogen bcl2, agaknya merupakan cell survival gene, memproduksi protein yang mencegah
apoptosis dan mendukung terjadinya replikasi sel. Ekspresi protein bcl-2 meningkat
pada sel-sel leiomioma.2
Pada uterus normal, efek estrogen dan progestin pada leiomioma diperantarai
oleh growth factors. Terjadi ekspresi EGF yang berlebihan pada mioma, reseptor EGF
terdapat pada leiomioma dan terapi GnRHa menurunkan konsentrasi GF pada mioma.
IGF 1 dan IGF-II dan reseptornya terdapat dalam jumlah yang berlebihan di
miometrium dan terjadi overekspresi pada leiomioma.2
Salah satu akibat perubahan ekspresi growth factor pada mioma adalah
vaskularisasi abnormal, yang ditandai dilatasi pleksus venosus. Perubahan ini
kemungkinan berperan terhadap banyaknya perdarahan yang terjadi yang
berhubungan dengan mioma submukosa.2,3
Kelainan sitogenetik terjadi pada 50% pasien fibroid. Umumnya, terjadi
translokasi atau delesi kromosom 7, translokasi kromosom 12 dan 14, dan terjadi
penyimpangan struktur kromososm 6.3
Patologi anatomi
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uterus hanya 1-3%, sisanya
adalah dari korpus uterus. Menurut letaknya, mioma dapat kita dapati sebagai:
a) Mioma submukosum
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis
ini dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan
keluhan gangguan perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin
belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun
kecil sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Tumor jenis ini sering
mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata. Mioma
submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang mempunyai

tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan
nama mioma geburt atau mioma yang dilahirkan, yang mudah mengalami
infeksi, ulserasi dan infark. Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami
anemia dan sepsis karena proses di atas.4
b) Mioma intramural
Mioma terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Karena
pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk simpai
yang mengelilingi tumor. Bila di dalam dinding rahim dijumpai banyak mioma,
maka uterus akan mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol dengan konsistensi
yang padat. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus, dalam
pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih ke atas, sehingga
dapat menimbulkan keluhan miksi.4

c) Mioma subserosum: apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol


pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh
di antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.1,4
d) Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga
disebut wondering parasitic fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam
mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada servik dapat menonjol ke dalam
satu saluran servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit.4,5
Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari bekas otot
polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorie like pattern) dengan
pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena
pertumbuhan. 4,5
Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%), subserosa
(48%), submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%) 4
.

Gambar 1. Leiomioma uterus (Dikutip dari kepustakaan 5)

Pernah ditemukan 200 sarang mioma dalam satu uterus, namun biasanya
hanya 5-20 sarang saja. Dengan pertumbuhan mioma dapat mencapai berat lebih dari
5kg. Jarang sekali mioma ditemukan pada wanita berumur kurang dari 20 tahun,
paling banyak pada umur 35-45 tahun (kurang dari 25%). Pertumbuhan mioma
diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinju,
akan tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh cepat. Setelah menopause banyak mioma
menjadi lisut, hanya 10% saja yang masih dapat tumbuh lebih lanjut.1,6

Mioma uteri ini lebih sering didapati pada wanita nulipara atau yang kurang
subur. Factor keturunan juga memegang peran. Perubahan sekunder pada mioma uteri
yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya
pemberian darah pada sarang mioma.1
Perubahan sekunder
1. Atrofi: sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi
kecil.
2. Degenerasi hialin: perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia
lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogennya.
3. Degenerasi kistik: dapat meliputi daerah kecil maupun luas, di mana sebagian dari
mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi
seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan
limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini
tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.1
4. Degenerasi membatu (calcareous degeneration): terutama terjadi pada wanita
berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya
pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan
memberikan bayangan pada foto Rontgen.1
5. Septik: sirkulasi yang inadekuat dapat menyebabkan nekrosis pada bagian
sentraltumor yang diikuti dengan infeksi. Terdapat nyeri akut, nyeri tekan, dan
demam.6
6. Degenerasi merah (carneous degeneration): perubahan ini biasanya terjadi pada
kehamilan dan nifas. Pathogenesis: diperkirakan karena suatu nekrosis subakut
sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma
seperti daging mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan
hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda
disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan
nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor
ovarium atau mioma bertangkai.1

7. Degenerasi lemak: jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin dan


degenerasi kistik.1
Komplikasi
Degenerasi ganas
Insidens kejadian leiomiosarkoma pada pasien leiomioma sangat rendah (<
1%). Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang
telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat
membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.1,2
Torsi
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom
abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi. Hal ini
hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan di mana terdapat banyak sarang mioma
dalam rongga peritoneum.1
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan
karena gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang
dilahirkan hingga perdarahan berupa metroragi atau menoragi disertai leukore dan
gangguan-gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri.1
Gejala dan tanda
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang
dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada, besarnya tumor,
perubahan dan komplikasi yang terjadi.1,5,7
Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut

Perdarahan abnormal. Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah


hipermenore, menoragia, dan dapat juga terjadi metroragi. Beberapa faktor yang
menjadi penyebab perdarahan ini:
-

Pengaruh

adenokarsinoma endometrium.
Permukaan endometrium yang lebih luas dari biasa.
Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma di

ovarium

sehingga

terjadi

hiperplasia

endometrium

sampai

antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang
melaluinya dengan baik.1,5
Rasa nyeri. Nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan.
Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan, pula pertumbuhannya
yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore.1
Gejala dan tanda penekanan. Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma
uteri. Penekanan pada kantung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat
menyebabkan retensi urin, pada ureter dapat menyebabkan hidronefrosis dan
hidroureter, pada rektum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmus, pada pembuluh
darah dan pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri
panggul.1,5,6
Infertilitas dan abortus
Leiomioma jarang merupakan penyebab infertilitas, baik dengan cara
obstruksi mekanik ataupun distorsi. Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma
menutup atau menekan pars interstitialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga
memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Rubin (1958)
menyatakan bahwa apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma
merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk
dilakukan miomektomi.1,2

Mioma uteri dan kehamilan


Mioma uteri dapat mempengaruhi kehamilan, misalnya menyebabkan
infertilitas; risiko terjadinya abortus bertambah karena distorsi rongga uterus;
khususnya pada mioma submukosum; malpresentasi letak janin; menghalangi
kemajuan persalinan karena letaknya pada serviks uteri; menyebabkan inersia
maupun atonia uteri, sehingga menyebabkan perdarahan pasca persalinan karena
adanya gangguan mekanik dalam fungsi miometrium; menyebabkan plasenta sukar
lepas dari dasarnya; dan mengganggu proses involusi dalam nifas.1,5,8
Kehamilan sendiri dapat menimbukan perubahan dalam mioma uteri:
1. Tumor membesar terutama dalam bulan-bulan pertama karena pengaruh estrogen
yang kadarnya meningkat.
2. Dapat terjadi degenerasi merah pada waktu hamil maupun masa nifas seperti telah
diutarakan di atas, yang kadang-kadang memerlukan pembedahan segera guna
mengangkat sarang mioma.
3. Meskipun jarang mioma uteri bertangkai dapat juga mengalami torsi dengan
gejala dan tanda sindrom abdomen akut.1

Gambar 2. Mioma dalam kehamilan. (Dikutip dari kepustakaan 1)

Diagnosis
a. Anamnesis

Seringkali penderita sendiri mengeluh akan rasa berat dan adanya benjolan pada
perut bagian bawah.1
b. Pemeriksaan fisik
Mioma uteri mudah ditemukan melalui pemeriksaan bimanual rutin uterus.
Diagnosis mioma uteri menjadi jelas bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh
satu atau lebih massa yang lebih licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa
massa seperti ini adalah bagian dari uterus.4
Mioma intramural akan menyebabkan kavum uteri menjadi luas, yang ditegakkan
dengan pemeriksaan dengan uterus sonde. Mioma submukosum kadangkala dapat
teraba dengan jari yang masuk ke dalam kanalis servikalis, dan terasa benjolan
pada permukaan kavum uteri.1
c. Temuan laboratorium
Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan
perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang
mioma menghasilkan eritropoeitin yang pada beberapa kasus menyebabkan
polisitemia. Adanya hubungan antara polisitemia dengan penyakit ginjal diduga
akibat penekanan mioma terhadap ureter yang menyebabkan peninggian tekanan
balik ureter dan kemudian menginduksi pembentukan eritropoetin ginjal.
Leukositosis bisa terjadi jika sudah ada komplikasi endometritis atau degenerasi
septic atau carneous.4,5
d. Pemeriksaan penunjang
1. Ultrasonografi
Ultrasonografi transabdominal

dan

transvaginal

bermanfaat

dalam

menetapkan adanya mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama


bermanfaat pada uterus yang kecil. Uterus atau massa yang paling besar baik
diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri secara khas
menghasilkan gambaran ultrasonografi yang mendemonstrasikan irregularitas
kontur maupun pembesaran uterus. Adanya kalsifikasi ditandai oleh fokusfokus hiperekoik dengan bayangan akustik. Degenerasi kistik ditandai adanya
daerah yang hipoekoik. Sulit untuk membedakan mioma submukosa dengan
polip endometrial pada USG.2,4

Gambar 3. Ultrasound menunjukkan fibroid intra uterin (Dikutip dari kepustakaan 3)

2. Histeroskopi
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika
tumornya kecil serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat diangkat.4
3. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Sangat akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi mioma tetapi
jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap berbatas
tegas dan dapat dibedakan dari miometrium normal. MRI dapat mendeteksi
lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma
submukosa. MRI dapat membedakan adenomiosis dari leiomioma dan juga
dari leiomiosarkoma.4,5
Diagnosis banding
Diagnosis banding ialah mioma subserosum dan kehamilan; mioma
submukosum yang dilahirkn harus dibedakan dengan inversi uteri; mioma intramural
harus dibedakan dengan adenomiosis, khoriokarsinoma, karsinoma korpori uteri atau
suatu sarcoma uteri. USG abdominal dan transvaginal dapat membantu menegakkan
klinis.1
Pengobatan
A. Konservatif

10

Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua
mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apapun,
terutama apabila mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau
keluhan. Walaupun demikian mioma uteri membutuhkan pengamatan setiap 3-6
bulan. Dalam menopause dapat terhenti pertumbuhannya atau menjadi lisut.1
Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan
pengobatan, tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih
besar dari kehamilan 10-12 minggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi
pada tangkai, perlu diambil tindakan operasi. 4
B. Terapi medikamentosa
Terapi yang dapat memperkecil volume atau menghentikan pertumbuhan
mioma uteri secara menetap belum tersedia pada saat ini. Terapi medikamentosa
masih merupakan terapi tambahan atau terapi pengganti sementara dari operatif.
Preparat yang selalu digunakan untuk terapi medikamentosa adalah anal og
GnRH, danazol.4
1. GnRH analog
Penelitian multisenter yang dilakukan pada 114 penderita dengan mioma uteri
yang diberikan GnRHa leuprorelin asetat selam 6 bulan, ditemukan
pengurangan volume uterus rata-rata 67% pada 90 wanita didapatkan
pengecilan volume uterus sebesar 20% dan pada 35 wanita ditemukan
pengurangan volume mioma sebanyak 80%.4
Efek maksimal dari GnRHa baru terlihat setelah 3 bulan dimana cara kerjanya
menekan produksi estrogen dengan sangat kuat, sehingga kadarnya dalam
darah menyerupai kadar estrogen wanita usia menopause. Setiap mioma uteri
memberikan hasil yang berbeda-beda terhadap pemberian GnRHa.
Ukuran uterus berkurang 30-64% setelah 3-6 bulan pemberian GnRHa.
Respon maksimal biasanya didapatkan dalam waktu 3 bulan.2

11

Mioma submukosa dan mioma intramural merupakan mioma uteri yang


paling responsif terhadap pemberian GnRH ini. Keuntungan pemberian
pengobatan medikamentosa dengan GnRHa adalah:
1. Mengurangi volume uterus dan volume mioma uteri.
2. Mengurangi anemia akibat perdarahan.
3. Mengurangi perdarahan pada saat operasi.
4. Tidak diperlukan insisi yang luas pada uterus saat pengangkatan mioma.
5. Mempermudah tindakan histerektomi vaginal.
6. Mempermudah pengangkatan mioma submukosa dengan histeroskopi.2,4
2.

Danazol
Merupakan progesteron sintetik yang berasal dari testosteron. Dosis
substansial didapatkan hanya menyebabkan pengurangan volume uterus
sebesar 20-25% dimana diperoleh fakta bahwa danazol memiliki substansi
androgenik. Dosisnya 400mg/hari selama 4 bulan. Danazol menurunkan
konsentrasi estrogen dan memiliki efek antiprogesteron.4,5

C. Pengobatan operatif
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan
uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukosum pada
mioma geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang mioma
subserosum dapat mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Angka rekurensi
5 tahun setelah miomektomi abdominal adalah 10%, dengan diperlukan
histerektomi pada sepertiga pasien yang mengalami rekurensi.1,2
Leiomioma submukosa, bertangkai dapat dikeluarkan per vaginam dengan
histeroskopi. Leiomioma kecil, subserosa dan bertangkai dapat dikeluarkan
dengan laparoskopi. Mioma yang besar dikeluarkan dengan miomektomi
abdominal atau histerektomi.5
Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya merupakan
tindakan tepilih. Histerektomi dapat dilakukan per abdominal ataupun per
vaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan karena uerus harus lebih kecil dari telur
12

angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri akan
mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umumnya dilakukan
dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri. Histerektomi
supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesulitan teknis dalam mengangkat
uterus keseluruhannya.1
D. Embolisasi Arteri Uterina
Suatu tindakan yang menghambat aliran darah ke uterus dengan cara
memasukkan agen emboli ke arteri uterina. Di bawah pengaruh anastesi local,
kateter dimasukkan dari arteri femoral menuju arteri uterine. Arteri uterina yang
mensuplai aliran darah ke mioma dihambat secara permanen dengan agen emboli
(partikel polivynil alkohol). Keamanan dan kemudahan embolisasi arteri uterina
tidak dapat dipungkiri, karena tindakan ini efektif.2,4
Proses embolisasi menggunakan angiografi digital substraksi dan dibantu
fluoroskopi. Hal ini dibutuhkan untuk memetakan pengisian pembuluh darah atau
memperlihatkan ekstravasasi darah secara tepat. Agen emboli yang digunakan
adalah polivinyl alkohol adalah partikel plastik dengan ukuran yang bervariasi.
Katz dkk memakai gel form sebagai agen emboli untuk embolisasi arteri uterina.4
Prosedur ini tidak direkomendasikan pada fibroid yang besar. Terapi ini
juga tidak untuk wanita yang masih menginginkan fertilitas. Tingkat keberhasilan
penatalaksanaan mioma uteri dengan embolisasi adalah 85-90%.2,4

13

Gambar 4.

Embolisasi arteri uterina. Gambar kiri menunjukkan vaskularisasi arteri


uterina pada fibroid. Gambar kanan post embolisasi arteri uterine.(Dikutip
dari kepustakaan 3)

14

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

MEI 2010

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MIOMA UTERI

Oleh :
Yenny Wendy

C 111 05 077

Pembimbing :
dr. Gde Hendrawan
Supervisor:
dr. Suzanna Pakasi, Sp. OG

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN OBSSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010

15

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:


NAMA

YENNY WENDY

STAMBUK

C 111 05 077

Telah menyelesaikan tugas referat di bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas


Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, Mei 2010


Pembimbing,

(dr. Gde Hendrawan)

Supervisor

(dr. Suzanna S. Pakasi, SpOG)

Mengetahui,
Ketua Pendidikan Mahasiswa
Bagian Obstetri dan Ginekologi Universitas Hasanuddin

(dr. Deviana S. Riu, Sp. OG)

16

DAFTAR PUSTAKA

1. Joedosepoetra MS, Tumor Jinak Pada Alat-Alat Genital. In : Wiknjosastro H.,


Syaifuddin A.B., Rachimhadhi, editors. Ilmu Kandungan. 2nd ed. Jakarta : PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2005. p. 338-45.
2. Speroff, L; Fritz, Marc A. Clinical endocrinology and infertility. 7 th Ed. New
York: Lippincott Williams & Wilkins. 2005. p. 136-42.
3. Lumsden MA. Benign disease of the uterus. In: Edmonds DK, editor. Dewhursts
textbook of obstetrics & gynaecology. 7th edition. New York: Blackwell
Publishing. 2007. p. 638-44.
4. Anonymous. Biomolekuler mioma uteri [online] 2007 [cited 2010 May 25].
Available from : www.emedicine.medscape.com
5. Pernoll ML. Benson & Pernolls handbook of obstetrics and gynecology. 10 th Ed.
New York: McGraw Hill. 2001. p. 619-25.
6. Memarzadeh S et al. Benign disorders in the uterine corpus. In: DeCherney AH,
Nathan L, editors. Current diagnosis & treatment obstetrics & gynecology. 10 th Edition.
New York: McGraw-Hill. 2006. p. 258-36.
7. Berek, Jonathan S. Berek & Novaks gynecology. 14 th Ed. New York: Lippincott
Williams & Wilkins. 2007. p. 469-71.
8. Schwartz PE, Azodi M. In: Reece EA, Hobbins JC, editors. Clinical obstetrics the
fetus & mother. 3rd ed. USA: Blackwell Publishing. 2007. p. 961.

17

SURAT KETERANGAN PEMBACAAN REFERAT

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa


Nama

Yenny Wendy

Stambuk

C 111 05 077

Benar telah membacakan referat dengan judul Mioma Uteri pada


Hari/tanggal
Tempat

:
:

Pembimbing

Minggu dibacakan

Nilai

Dengan ini dibuat untuk digunakan sebaik-baiknya dan digunakan sebagaimana


mestinya.

Makassar, Mei 2010


Pembimbing,

dr. Gde Hendrawan

18

DAFTAR HADIR PEMBACAAN REFERAT


NAMA

YENNY WENDY

STAMBUK

C 111 05 077

HARI/TANGGAL

JUDUL

TEMPAT

NAMA

STAMBUK

MINGGU

TANDA TANGAN

O
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Makassar, Mei 2010
Mengetahui
Supervisor,

Pembimbing,

dr. Suzanna S. Pakasi, SpOG

dr. Gde Hendrawan

19

You might also like