You are on page 1of 16

TIM PENJAMINAN MUTU SEKOLAH

SMP NEGERI 1 DENPASAR


TAHUN PELAJARAN 2015/2016
1. Penanggung Jawab
2. Pengarah
3. Ketua
4. Sekretaris
5. Bendahara

: Drs. A.A. Gd. A. Rimbya Temaja, M.Ag. (Kepsek.)


I Wayan Sugita, SH. (Komite Sekolah)
: Dra. Ni. Nyoman Kartiniasih (Pengawas)
: Drs. I Nyoman Ardana, M.Pd.
: I Gede Deddy Mahendra S.Kom.
: I Made Darmajaya, SE
Ni Nyoman Sudani
Ni Wayan Mertini

6. Anggota
6.1. Tim Pengembang SKL : Indrawati Abdullah, S.Pd., M.Pd.
I Made Muliarta, S.Ag
6.2. Tim Pengembang
: I Ketut Budiartha, S.Pd
Sarana
dan Prasarana
Ni Made Susiani, S.Pd.
6.3. Tim Pengembang
: Ketut Sri Dewi, S.Pd.
Ketenagaan
Drs. Gede Erawan
6.4. Tim Pengembang
: Ni Nyoman Miniasih, S.Pd., M.Pd.
Manajemen
Ni Ketut Ariani, S.Pd
6.5. Tim Pengembang
: I Gst.Ag.Ngr. Alit Bali Putra, S.Pd.
Pembiayaan
dan Penggalian
Dra. Ni Ketut Setiawati, M.Psi.
Sumber Dana
6.6. Tim Pengembang PBM : Drs. I Gst Putu Arya, M.Pd.
Desak Ketut Hartani, S.Pd
6.7. Tim Pengembang
: Ni Nyoman Nerti, S.Pd
Penilaian
Desak Nyoman Sulianti, S.Pd
6.8. Tim Pengembang
: Ni Wayan Sudani, S.Pd., M.Pd
Kurikulum
GM. Sukawidana, SS., M.Hum
6.9 Administrasi Tata Usaha: Drs. I Gusti Made Widiada
I Dewa Gde Dwi Martha Yoga
I Made Gde Ary Suwastika
Agus Sucista, S.Kom

Rincian Tugas:
1
Menyusun EDS
2
Menyusun laporan EDS
3
Menyusun dan melaksanakan program RPS, RKAS
4
Membuat laporan kegiatan
5
Komitmen Manajemen
6
Pengendalian Dokumen
7
Pengendalian Catatan Mutu/Records
8
Tinjauan Manajemen
9
Internal Audit

KENDALA IMPLEMENTASI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN


Implementasi penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan hingga saat ini masih
menghadapi berbagai macam permasalahan antara lain:
(1) sekolah belum memiliki persepsi yang sama terhadap berbagai aspek dan
indikator penilaian Standar Nasional Pendidikan sebagai acuan mutu pendidikan;
(2) pelaksanaan penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan masih terbatas
pada pemantauan komponen mutu di satuan pendidikan;
(3) pemetaan mutu masih dalam bentuk pendataan pencapaian mutu pendidikan
yang belum terpadu dari berbagai penyelenggara pendidikan; dan
(4) tindak lanjut hasil pendataan mutu pendidikan yang belum dimanfaatkan
untuk keperluan peningkatan mutu berkelanjutan,
(5) pelaksanaan penilaian Evaluasi Diri Sekolah (EDS) dan instrumen penilaiannya
belum dipahami secara utuh sebagai kebutuhan sekolah.

Berdasarkan hal tersebut, diperlukan aspek legal tentang penjaminan dan peningkatan
mutu pendidikan meliputi:
(1) tujuan dan manfaat EDS;
(2) landasan filosofi, konseptual, hukum, dan landasan praksis penjaminan dan
peningkatan mutu,
(3) tujuan dan manfaat pembagian tugas dan tanggungjawab yang proporsional
dalam penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan,
(4) pencapaian Standar Nasional Pendidikan, dan
(5) pengembangan sistem informasi mutu pendidikan yang efektif untuk
pengelolaan,

pengambilan

keputusan

dalam

penjaminan

dan

peningkatan

mutu

pendidikan.

Proses penjaminan mutu seharusnya bukan hanya menjadi tanggung


jawab pimpinan melainkan menjadi tanggung jawab semua orang dalam

organisasi. Semua komponen sekolah seharusnya melakukan tindakan


yang benar sesuai standar yang ditentukan dapat menuju keberhasilan
tindakan. Pemahaman tentang pembelajaran yang baik sesuai dan upaya
pemenuhannya seharusnya dilakukan secara sadar oleh setiap pemangku
kepentingan.Keberhasilan melaksanakan manajemen pada suatu proses
sangat ditentukan oleh iklim organisasi, yakni komunikasi dan tim kerja
yang harmonis dan kompak.

Sistem Penjaminan Mutu Internal untuk


Sekolah Model Penjaminan Mutu Pendidikan dan
Bahan Bacaan
Sistem Penjaminan Mutu Internal untuk Sekolah Model Penjaminan
Mutu Pendidikan.
Bahan ini ditulis untuk persiapan Workshop Sistem Penjaminan mutu Internal untuk
sekolah Model Penjaminan Mutu Pendidikan yang akan dilaksanakan mulai tanggal 19
September 2016 di kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sulawesi Utara.

Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah adalah suatu kesatuan unsur
yang terdiri atas organisasi, kebijakan, dan proses terpadu yang mengatur segala
kegiatan untuk meningkatkan mutu Pendidikan Dasar dan Menengah secara sistematis,
terencana dan berkelanjutan.

Sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah bertujuan menjamin pemenuhan
standar pada satuan pendidikan dasar dan menengah secara sistemik, holistik, dan
berkelanjutan, sehingga tumbuh dan berkembang budaya mutu pada satuan pendidikan
secara mandiri.

Sistem penjaminan mutu pendidikan berfungsi sebagai pengendali penyelenggaraan


pendidikan oleh satuan pendidikan untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu.

Komponen Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah


Sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah terdiri atas dua komponen
yaitu Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dan Sistem Penjaminan Mutu Eksternal
(SPME).

1. Sistem Penjaminan Mutu Internal adalah sistem penjaminan mutu yang dilaksanakan
dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen
satuan pendidikan;
2. Sistem Penjaminan Mutu Eksternal yaitu sistem penjaminan mutu yang dilaksanakan
oleh pemerintah, pemerintah daerah, lembaga akreditasi dan lembaga standarisasi
pendidikan;

Dalam implementasinya sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah


ditunjang oleh Sistem Informasi Penjaminan Mutu pendidikan dasar dan menengah,
seperti terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah

Siklus Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan


Dalam implementasinya, sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah
mengikuti siklus kegiatan sesuai dengan komponen masing masing. Siklus sistem
penjaminan mutu internal terdiri atas :
1) Pemetaan mutu pendidikan yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan berdasarkan
Standar Nasional Pendidikan;
2) Pembuatan rencana peningkatan mutu yang dituangkan dalam Rencana Kerja Sekolah;
3) Pelaksanaan pemenuhan mutu baik dalam pengelolaan satuan pendidikan maupun proses
pembelajaran;
4) Monitoring dan evaluasi proses pelaksanaan pemenuhan mutu yang telah dilakukan;
5) Penetapan standar baru dan penyusunan strategi peningkatan mutu berdasarkan hasil
monitoring dan evaluasi.
Sistem Penjaminan Mutu Internal

1. Siklus SPMI di Sekolah


Sistem Penjaminan Mutu Internal seperti digambarkan pada Gambar 2., merupakan suatu siklus
yang kontinu yang dilaksanakan oleh Satuan Pendidikan dalam menjamin peningkatan mutu
pendidikan berkelanjutan serta terbangunnya budaya mutu pendidikan di sekolah. Dalam
menjalankan penjaminan mutu pendidikan di setiap satuan pendidikan merupakan upaya terpadu
dan sistematis antara seluruh pemangku kepentingan di sekolah yang meliputi Kepala Sekolah,
Guru, dan Tenaga Kependidikan/Tata Usaha, dan bekerja sama dengan komite sekolah.

Sistem penjaminan mutu pendidikan di sekolah dibagi menjadi lima tahapan yaitu: i)
pemetaan mutu; penyusunan rencana peningkatan mutu; ii) implementasi rencana
peningkatan mutu; iii) evaluasi/audit internal; dan v) penetapan standar mutu pendidikan.
Guna mengetahui capaian sekolah dalam hal mutu pendidikan pada saat akan menjalankan
SPMI yang pertama kali, langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan pemetaan
mutu dengan menggunakan dokumen evaluasi diri yang di dalamnya termasuk instrumen
evaluasi diri dengan mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan (SNP) sebagai standar
minimal dalam penyelenggaraan pendidikan. Hasil pemetaan mutu selanjutnya dapat
dijadikan acuan di dalam menetapkan visi, misi dan kebijakan sekolah dalam melakukan
peningkatan mutu pendidikan.

Gambar 2.Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI)


Berdasarkan hasil pemetaan mutu pendidikan yang telah dicapai (sebagai baseline)
selanjutnya dilakukan langkah kedua yaitu penyusunan rencana peningkatan mutu
pendidikan yang dituangkan dalam dokumen perencanaan, pengembangan sekolah dan
rencana aksi. Selanjutnya rencana pemenuhan tersebut dilanjutkan dengan langkah
ketiga yaitu implementasi rencana peningkatan mutu selama periode tertentu (semester
atau tahun ajaran). Setelah perencanaan dan pengembangan sekolah tersebut
diimplementasikan selama periode tertentu, dilakukan langkah keempat yaitu evaluasi/
audit secara internal untuk memastikan bahwa pelaksanaan peningkatan mutu berjalan
sesuai dengan rencana yang telah disusun. Laporan dari hasil evaluasi adalah; (i)
pemenuhan 8 SNP, dan (ii) hasil implementasi dari rencana aksi. Dari hasil evaluasi/audit
kemudian dilakukan langkah kelima yaitu penetapan standar mutu baru yang lebih tinggi
apabila capaian sekolah telah memenuhi minimal sesuai SNP. Dengan demikian penerapan
sistem penjaminan mutu bukanlah hanya ditujukan untuk meningkatkan mutu sesuai pada
SNP namun mendorong terciptanya budaya mutu pendidikan dimana semua komponen di
sekolah memiliki jiwa pembelajar dan selalu mengembangkan diri sesuai dengan

perkembangan jaman. Siklus pemenuhan mutu pada setiap sekolah adalah seperti
disajikan pada Gambar.3.

Gambar 3. Siklus Pemenuhan Mutu Secara Berkelanjutan di Satuan Pendidikan

2. Pembagian Peranan dalam Pengembangan SPMI di Sekolah

Guna melaksanakan sistem penjaminan mutu internal, sekolah membentuk Tim


Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah. Secara organisasi, posisi dari Tim Penjaminan
Mutu Pendidikan Sekolah adalah seperti disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Bagan Organisasi Sistem Penjaminan Mutu Internal

Agar tidak terjadi tumpang-tindih peranan antara kelembagaan sekolah yang dipimpin
oleh Kepala Sekolah dengan kelembagaan Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah,
dilakukan pembagian peranan sebagai berikut:
Tugas Sekolah :

a. Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, dan mengembangkan SPMI


b. Menyusun dokumen SPMI
c. Membuat perencanaan peningkatan mutu yang dituangkan dalam Rencana Kerja Sekolah
d. Melaksanakan pemenuhan mutu baik dalam pengelolaan satuan pendidikan maupun proses
pembelajaran
e. Menetapkan standar baru dan menyusun strategi peningkatan mutu berdasarkan hasil
monitoring dan evaluasi
f. Membentuk unit penjaminan mutu pada satuan pendidikan; dan
g. Mengelola data mutu pendidikan di tingkat satuan pendidikan

Tugas Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah :


a. Mengkoordinasikan pelaksanaan penjaminan mutu di tingkat satuan pendidikan
b. Melakukan pembinaan, pembimbingan, pendampingan, dan supervisi terhadap pelaku pendidikan di
satuan pendidikan dalam pengembangan penjaminan mutu pendidikan;
c. Melaksanakan pemetaan mutu pendidikan berdasarkan data mutu pendidikan di satuan pendidikan;
d. Melakukan monitoring dan evaluasi proses pelaksanaan pemenuhan mutu yang telah dilakukan; dan
e. Memberikan rekomendasi strategi peningkatan mutu berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi.

3. Hasil Sistem Penjaminan Mutu Internal


Hasil dari Sistem Penjaminan Mutu Internal adalah terjadinya peningkatan mutu pendidikan pada
level sekolah dari waktu ke waktu seperti yang terlihat pada Gambar 5. Skor tersebut adalah
untuk setiap standar dari 8 SNP yang telah ditetapkan. Keberhasilan SPMI di setiap satuan
pendidikan ditunjukkan oleh peningkatan skor dari setiap standar setiap kali dilakukan penilaian.
Namun demikian, dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah, tidak harus dipaksakan
menaikkan skor seluruh 8 standar pada periode yang sama.

Gambar 5. Hasil Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) di Setiap


Satuan Pendidikan

Untuk melakukan Sistem Penjaminan mutu Pendidikan internal Sekolah bisa melakukan
workshop dengan mengkaji
A. Standar Nasional Pendidikan
Tujuan pengkajian Standar Nasional Pendidikan adalah:
1) Menjelaskan tujan pendidikan nasional Indonesia sebagai akar dari standar nasional pendidikan
2) menemukenali prinsip-prinsip dari penyelenggaraan pendidikan dari peraturan perundangundangan yang ada.
3) menggali mutu pendidikan sesuai standar nasional pendidikan.
4) menyepakati untuk mencapai pendidikan Indonesia yang bermutu diperlukan acuan yang tepat
5) menguraikan komponen dan indikator standar nasional pendidikan di Indonesia

Bahan Bacaan Untuk Membahas Standar Nasional Pendidikan


1.

Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 yang telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah No. 32 tahun 2013 dan diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 13 tahun
2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Standar
Nasional Pendidikan
2.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi
untuk Pendidikan Dasar dan Menengah
3.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 tahun 2006 tentang tentang


Standar Kompetensi Lulusan untuk Pendidikan Dasar dan Menengah
4.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 19 tahun 2007 tentang Standar


Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;
5.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 19 tahun 2007 tentang Standar


Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;
6.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 54 tahun 2013 tentang


Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;
7.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 67 tahun 2013 tentang


Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
8.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 68 tahun 2013 tentang


Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah
9.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 69 tahun 2013 tentang


Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
10.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 70 tahun 2013 tentang


Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah
Kejuruan
11.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 81 A tahun 2013 tentang


Implementasi Kurikulum
12.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 65 tahun 2013 tentang


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada Pendidikan Dasar dan Menengah
13.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 57 tahun 2014 tentang


Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
14.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 58 tahun 2014 tentang


Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
15.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 59 tahun 2014 tentang


Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas
16.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 60 tahun 2014 tentang


Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Kejuruan
17.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 61 tahun 2014 tentang


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada Pendidikan Dasar dan Menengah
18.

Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan


Dasar dan Menengah, Badan Standar Nasional Pendidikan 2006
19.

Pedoman Umum Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah Bab 2
Angka
2.4
Acuan
Mutu
Pendidikan
Dasar
dan
Menengah
( https://drive.google.com/open?id=0ByCijv4pdvZRVURYakc1dURDSG8)link Pedoman
Umum Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan
20.

B. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah

Tujuan pengkajian Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah adalah;

1) Menjelaskan cara untuk memenuhi standar nasional pendidikan melalui PMP.


2) Menjelaskan tentang pengertian, tujuan, fungsi, dan komponen PMP.
3) Menyebutkan pihak-pihak yang berperan dalam pemenuhan SNP.
4) Menyusun daftar peran para pihak dalam penjaminan mutu pendidikan
Bahan Bacaan Untuk Pembahasan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan
Menengah adalah Pedoman Umum Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan
Menengah Bab 2 Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dan Bab 5 Sistem Informasi
Penjaminan Mutu Pendidikan
C. Sistem Penjaminan Mutu Internal Satuan Pendidikan
Dalam mengkaji Sistem Penjaminan Mutu Internal Satuan Pendidikan ada lima hal pokok
yang perlu dipelajari, yaitu:
Konsep Sistem Penjaminan Mutu Internal ; bertujuan menggambarkan siklus
penjaminan mutu internal, menjelaskan tahapan dalam siklus SPMI dan menjelaskan
definisi dan tujuan masing-masing tahapan dalam siklus dengan benar. Bahan Bacaannya
adalah:
1.

Pedoman Umum Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah Bab 3 Sistem
Penjaminan Mutu Internal Pendidikan Dasar dan Menengah

Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Mutu oleh Satuan Pendidikan Bab 2 Angka 2.2 Sistem
Penjaminan Mutu oleh Satuan Pendidikan dan Angka 2.4 Ukuran Keberhasilan Penjaminan
Mutu pada Satuan Pendidikan
Pemetaan Mutu Satuan Pendidikan; tujuan agar terampil melakukan Pemetaan
mutu/EDS. Bahan Bacaanya adalah: Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Mutu oleh Satuan
Pendidikan Bab 4 Pemetaan Mutu Pendidikan
2.

Penyusunan Rencana Pemenuhan Mutu; tujuan agar mampu menyusun rencana


pemenuhan mutu berdasarkan hasil EDS. bahan Bacaanya adalah: Petunjuk Pelaksanaan
Penjaminan Mutu oleh Satuan Pendidikan Bab 5 Penyusunan Rencana Pemenuhan Mutu
3.

Pelaksanaan Pemenuhan MutuBahan ; Tujuannya adalah menjelaskan mekanisme


pemenuhan mutu satuan pendidikan dan menggambarkan teknik dalam membangun
partisipasi dalam menyusun dokumen implementasi. Bahan Bacaannya adalah
4.

Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Mutu oleh Satuan Pendidikan Bab 2 Angka 2.3 Tim
Penjaminan Mutu pada Satuan Pendidikan.
Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Mutu oleh Satuan Pendidikan Bab 6 Implementasi
Pemenuhan Mutu
Pedoman Umum Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah Bab 3 Angka
3.6 Organisasi Sistem Penjaminan Mutu Internal
5. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Pemenuhan Mutu/Audit Mutu; Tujuannya
adalah membuat dokumen rencana evaluasi dan menjelaskan mekanisme monitoring dan
evaluasi/audit pemenuhan dan peningkatan mutu sesuai rencana.Bahan bacaannya adalah:
Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Mutu oleh Satuan Pendidikan Bab 7 Evaluasi/Audit
Mutu
Tulisan ini saya sarikan dari bahan Workhsop Sitem Penjaminan Mutu Internal Untuk
Sekolah Model Penjaminan Mutu Pendidikan. Semoga Bermanfaat.

IDENTIFIKASI MASALAH PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN


Identifikasi Masalah Penjaminan Mutu Pendidikan
Dalam konteks mutu dan penjaminan mutu, permasalahanpermasalahan yang masih dihadapi adalah seperti berikut ini:
1. Masalah yang terkait dengan makna penjaminan mutu:
o banyak terjadi kesalahpahaman di tingkat satuan pendidikan
mengenai penjaminan mutu. Misalnya, sertifikat ISO yang
diperoleh satuan pendidikan berbagai tingkatan dipandang
sebagai legitimasi yang tinggi bahwa satuan pendidikan
bersangkutan telah mendapat jaminan dan pengakuan
internasional mengenai mutu pendidikan yang dimilikinya.
Padahal ISO merupakan standar layanan, bukan lembaga

penjaminan mutu pendidikan, terutama yang terkait dengan


praktik akademik satuan pendidikan;
o delapan Standar Nasional Pendidikan (SNP) belum dipahami
secara utuh dan belum mampu diterapkan dengan baik dan
luas oleh setiap program dan/atau satuan pendidikan;
o visi, misi, dan program yang dirumuskan serta dimiliki oleh
setiap satuan pendidikan seringkali bersifat abstrak dan kurang
berkorelasi dengan kegiatan peningkatan dan penjaminan mutu
program dan/atau satuan pendidikan.
2. Masalah yang terkait dengan regulasi:
o adanya berbagai peraturan pendidikan yang kurang progresif,
konsisten dan terintegrasi sehingga relatif menyulitkan bagi
pihak-pihak berkepentingan dalam pelaksanaan penjaminan
mutu;
o belum adanya standar mutu internal, key performance
indicators, dan sasaran mutu akademik dan non-akademik di
setiap jenjang, jalur, dan jenis pendidikan yang siap memacu
mutu pendidikan;
o belum adanya pengembangan sistem penilaian kinerja secara
berjenjang, mulai dari kinerja institusi, unit, dan individu;
o BSNP belum menyiapkan penjabaran standar secara
menyeluruh untuk semua jenis, jenjang, dan jalur pendidikan
yang akan menjadi dasar penyelenggaraan penjaminan mutu.
3. Masalah yang terkait dengan penentuan dan implementasi
kebijakan penjaminan mutu:
o peningkatan mutu pendidikan belum berjalan dengan baik
dan terpadu terutama di tingkat satuan pendidikan;
o keberadaan satuan pendidikan bertaraf internasional belum
jelas tolok ukurnya dan belum melalui assessment oleh badan
akreditasi nasional/internasional;
o praktik program dan/atau satuan pendidikan dan/atau kelas
internasional di Indonesia selama ini lebih bersandar pada
rezim perizinan yang dikeluarkan oleh birokrasi pendidikan,
bukan berdasarkan akreditasi. Di negara-negara maju, hal itu
dilakukan berdasarkan hasil akreditasi oleh badan akreditasi
independen dan profesional.

4. Masalah yang terkait dengan esensi data:


o data mutu pendidikan yang terjamin akurasi, kelengkapan,
dan updating-nya belum dikelola dengan baik oleh program dan
satuan pendidikan, unit kerja di lingkungan Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Kota/Kabupaten, dan unit-unit utama di
lingkungan Pemerintah;
o data mutu pendidikan belum dianalisis oleh pemangku
kepentingan, walaupun seringkali digunakan untuk perumusan
serta implementasi kebijakan, program, dan penganggaran
pendidikan. Penggunaan data yang mentah sifatnya dan belum
bunyi dalam pengambilan kebijakan berdampak pada
rendahnya mutu serta tidak tepatnya kebijakan yang
dirumuskan dan dilaksanakan saat ini.
o belum terbangunnya budaya proses pengambilan keputusan
berdasarkan data. Di tingkat satuan pendidikan, pengambilan
keputusan lebih berdasarkan keinginan, otoritas, dan apa yang
menjadi bayangan pemimpin satuan pendidikan serta
berdasarkan tuntutan dari birokrasi pendidikan (pusat dan
daerah) dan tidak banyak mengacu pada realitas obyektif;
o hasil pemetaan mutu pendidikan belum dimanfaatkan secara
optimal untuk penentuan kebijakan, penyusunan program dan
alokasi anggaran pendidikan;
o monitoring dan evaluasi internal di setiap satuan pendidikan
belum berjalan optimal sehingga menghasilkan data dasar
untuk perbaikan mutu berkelanjutan.

5. Masalah yang terkait dengan kejujuran/obyektivitas:


o Program dan/atau satuan pendidikan kurang jujur dalam
mengevaluasi dirinya, sehingga peringkat mutu yang ada dan
dipublikasikan selama ini belumlah sepenuhnya terpercaya;

o hasil akreditasi yang dilakukan oleh badan akreditasi


terhadap satuan pendidikan, baik di tingkat program studi,
jurusan maupun institusi, belum mencerminkan kenyataan
yang sesungguhnya. Sikap kompromi dan pertimbanganpertimbangan subyektif (tetapi merasa perlu ditempuh) masih
turut berbicara dalam kegiatan akreditasi;
o kegiatan penjaminan mutu kurang ditopang aspek
pembiayaan yang memadai, sehingga mengganggu tingkat
kejujuran, obyektivitas, profesionalitas, dan kesungguhan kerja
unit penjaminan mutu dan badan akreditasi.
6. Masalah yang terkait dengan kelembagaan:
o belum terlalu jelasnya pembagian peran dan fungsi antar
lembaga terkait serta antara pemerintah pusat dan daerah
dalam penyelenggaraan pendidikian;
o kapasitas pemerintah daerah masih sangat bervariasi dan
belum terstandardisasi prosedur dan operasionalnya dalam
menjalankan penjaminan mutu pendidikan;
o penjaminan mutu cenderung ditekankan pada tingkat
program dan/atau satuan pendidikan semata, tetapi kurang
menekankan peran pemerintah dan pemerintah daerah di
dalamnya. Padahal program dan/atau satuan pendidikan,
terutama swasta, masih membutukan fasilitasi dan peran
pemerintah dalam proses penjaminan mutu;
o siklus penjaminan mutu (internal dan eksternal) masih
terpisah dan belum berjalan secara sinergis untuk penjaminan
dan peningkatan mutu berkelanjutan melalui RKS dan RKAS;
o sangat banyak untuk tidak mengatakan semua program
dan/atau satuan pendidikan yang tidak memiliki sistem dan
organisasi penjaminan mutu internal;
o belum melembaganya tim pengembang pada program
dan/atau setiap satuan pendidikan. Kalaupun ada program
dan/atau satuan pendidikan yang memiliki tim pengembang,
pada umumnya masih pada tataran formalitas dan belum
berfungsi sebagaimana diharapkan;
o fungsi pemetaan dan fasilitasi oleh lembaga pembinaan
penjaminan mutu seperti LPMP belum terintegrasi dan berjalan
efektif;

o lembaga akreditasi seperti BAN-S/M belum mampu


berkoordinasi dalam mengakreditasi program dan satuan
pendidikan secara menyeluruh dan berkelanjutan dan
melakukan kolaborasi dalam menjamin pelayanan akses
terhadap data mutu pendidikan kepada publik untuk penelitian
dan pengembangan mutu pendidikan;
o lembaga evaluasi eksternal atau akreditasi selain BAN seperti
ABET, ACCB, Cambridge Examination Syndicate dan lain-lain
belum diatur secara baik dalam bentuk prosedur operasional
standar dan dikembangkan untuk percepatan dan perluasan
akreditasi mutu setiap satuan pendidikan;
o RSBI, SBI, dan kelas-kelas internasional belum memiliki
standar
keinternasionalannya
(terakreditasi
secara
internasional) dan belum menegakkan akuntabilitasnya.
7. Masalah yang terkait dengan budaya mutu:
o budaya mutu belum tumbuh dan berkembang secara optimal
dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan;
o kurangnya kesadaran (awereness) dan komitmen pemimpin
satuan pendidikan dan penyelenggara pendidikan di daerah
maupun pengelola pendidikan di pusat terhadap pentingnya
penjaminan mutu.
8. Masalah yang terkait dengan layanan khusus:
o penjabaran standar untuk Pendidikan Khusus dan Layanan
Khusus (PKLK) belum diatur penjaminan mutunya;
o penjaminan mutu untuk pendidikan jarak jauh dalam
berbagai bentuk misalnya berbasis modul dan e-learning belum
berjalan secara efektif;
o penjaminan mutu untuk pendidikan keagamaan sesuai
dengan PP No. 55/2007 belum berjalan secara efektif;
o penjaminan mutu pendidikan informal belum ditegaskan
dalam peraturan perundang-undangan yang ada;
9. Masalah yang berkait dengan standar mandiri:
o belum dikembangkannya standar mandiri dalam sistem
penjaminan mutu pendidikan. Standar mandiri sesungguhnya
penting dikembangkan, mengingat selain ada program dan
satuan pendidikan negeri juga terdapat program dan satuan

pendidikan swasta, dan dalam praktik standar mandiri itu


dikembangkan program dan satuan pendidikan tertentu;
o program dan satuan pendidikan kebanyakan belum mampu
merumuskan dan menentukan standar mutu pendidikan
(akademiknya)
sendiri,
sehingga
proses
pembelajaran
berlangsung tanpa target yang pasti dan titik ukuran yang
konsisten untuk memantau kemajuan yang sedang dilakukan
sekarang dan akan dicapai secara berkelanjutan di masa
mendatang.
10. Masalah yang berkait dengan akuntabilitas publik:
o penjaminan mutu yang ada dan berlangsung selama ini
belum memasukkan dan mempertimbangkan akuntabilitas
publik di dalamnya, sehingga masyarakat seperti kehilangan
hak, kesempatan, proporsi, dan kurang terlindungi dalam
penjaminan mutu pendidikan;
o program dan/atau satuan pendidikan kurang terbuka dalam
menjelaskan dan memublikasikan hasil evaluasi dirinya;
o
badan-badan
akreditasi
kurang
terbuka
dalam
mengumumkan secara rinci ke publik mengenai proses,
metode, ukuran, indikator, dan hasil akreditasi yang dilakukan.
11. Masalah yang terkait dengan keengganan melakukan
penjaminan mutu:
o ada kecenderungan program dan/atau satuan pendidikan
seperti tidak memiliki waktu untuk melakukan penjaminan
mutu internal dan/atau evaluasi diri karena sudah terlalu
disibukkan oleh rutinitas yang cukup padat. Mereka umumnya
juga kurang memiliki motivasi dalam melakukan evaluasi diri;
o kegiatan penjaminan mutu seringkali dipandang sebagai
beban yang memberatkan dan merepotkan program dan/atau
satuan pendidikan dan belum menerapkan sanksi dan
penghargaan terhadap kinerja setiap program dan/atau satuan
pendidikan;
o kegiatan penjaminan mutu tidak jarang dilakukan karena
merasa ada semacam ancaman internasional, termasuk
semakin banyaknya peserta didik berbakat dari keluarga kaya
yang lebih memilih belajar di luar negeri daripada di dalam
negeri. Ada pula yang melakukannya hanya dalam rangka

mendapatkan bantuan Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau


lembaga internasional dalam
melaksanakan RSBI, SBI atau program dan satuan pendidikan
berkeunggulan lokal lainnya
12. Masalah yang terkait dengan kepentingan dan pragmatisme
elite:
o di daerah-daerah, program dan/atau satuan pendidikan
terutama di tingkat pendidikan dasar dan menengah
seringkali diintervensi oleh birokrasi pendidikan (Dinas
Pendidikan), dan tak jarang pula pendidik dan tenaga
kependidikan yang menjadi alat politik dari elite kekuasaan
lokal; intervensi elite kekuasaan dan birokrasi dapat dan telah
mengganggu konsentrasi program dan satuan pendidikan
dalam mencapai dan memelihara pendidikan yang bermutu
tertentu.

You might also like