Professional Documents
Culture Documents
: Tn. MAN
Umur
: 47 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Suku bangsa
: Lampung
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Rajabasa, Bandarlampunng
Anamnesis
Anamnesis pada pasien dilakukan secara Autoanamnesa pada tanggal 16
September 2016
Keluhan Utama:
Nyeri pada telinga kanan dan kiri sejak 2 hari yang lalu.
Keluhan Tambahan :
Pendengaran telinga kanan menurun, keluar cairan bening dan gatal pada
telinga kanan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poli THT RSUD Abdul Moeloek dengan keluhan nyeri
telinga kanan sejak 2 hari yang lalu. Nyeri telinga kiri dirasakan terusmenerus dan semakin berat bila tertekan di bagian cuping telinga dan
belakang telinga. Pasien juga mengeluhkan pendengaran pada telinga kanan
terasa menurun dan liang telinga kanan gatal. Pasien mengatakan, 2 hari
sebelum keluhan ini telinga kanan pasien kemasukan semut sehingga pasien
mengorek telinganya menggunakan cotton bud terus menerus agar semut bisa
keluar. selain itu juga pasien masukkan air pada bagian telinganya untuk
mengeluarkan semut tersebut.
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Pernafasan
: 20 x/menit
Suhu
: 36,70C
Status Generalis
Kepala
Mata
Thorak
Abdomen
Ekstremitas
TELINGA LUAR
KIRI
Normotia
Normotia
Deformitas (-),nyeri
tarik (+),warna kulit
sama dengan sekitarnya,
edema (-)
Daun telinga
Preaurikular
Hiperemis (-),nyeri
tekan (-), benjolan (-),
fistula (-)
Retroaurikular
Tidak ada
Tumor
Tidak ada
KANAN
LIANG TELINGA
KIRI
Sempit
Lapang / Sempit
Lapang
Hiperemis
Warna Epidermis
Gambaran massa
putih keabu-abuan
dengan bintik hitam
dan filamen halus
(Debris (+), hifa (+),
spora (+)
Sekret
Tidak Ada
Ada
Serumen
Ada
Tidak ada
Tumor
Tidak ada
Ada
Edema
Tidak ada
KANAN
MEMBRAN TIMPANI
KIRI
Sulit dinilai
Warna
Putih Mutiara
Sulit dinilai
Reflek Cahaya
Sulit dinilai
Perforasi
(-)
Sulit dinilai
Bulging/Retraksi
Kesan :
- Telinga Kanan terdapat nyeri tekan, nyeri tragus (+), canalis
auricularis eksternus sempit, edema (+), hiperemis (+), hifa (+),
spora (+), membran timpani sulit dinilai
-
Hidung
KANAN
HIDUNG LUAR
KIRI
Kulit
Normal
Normal
Tidak ditemukan
Deformitas
Tidak ditemukan
Tidak ada
Tidak ada
Nyeri Tekan
Dahi
Tidak ada
Tidak ada
Pipi
Tidak ditemukan
Krepitasi
Tidak ditemukan
Tidak ditemukan
Tumor , Fistel
Tidak ditemukan
Rhinoskopi Anterior
Kanan
Kiri
4
Hiperemis (-)
Tidak ada
Tidak berbau
Mukosa hiperemis (-),
eutrofi
Sulit dinilai
Tidak ada
Hiperemis (-)
Tidak ada
Tidak berbau
Mukosa hiperemis (-),
Konka media
Ada deviasi septum nasi
Krista, abses, massa
eutrofi
Sulit dinilai
Tidak ada
Hasil Pemeriksaan
Mukosa
Tidak hiperemis
Gingiva
Gigi
Karies (-)
Lidah
Palatum durum
Permukaan licin
Palatum mole
Permukaan licin
Uvula
Posisi ditengah
Tumor
Tidak ada
FARING
Hasil Pemeriksaan
Dinding Faring
Mukosa
Tidak hiperemis
Uvula
Ditengah
Arkus Faring
Sekret
Tidak ada
TONSIL
Hasil Pemeriksaan
Pembesaran
T1-T1
Kripta
Tidak melebar
Destritus
Tidak ada
Faring
Tonsil
Perlekatan
Sikatrik
Pemeriksaan Laring
Tidak ada
Tidak ada
Resume
Dari anamnesis didapatkan seorang pasien laki-laki, berusia 47 tahun dengan
keluhan Nyeri pada telinga kanan sejak 2 hari yang lalu. Pasien juga
mengeluhkan pendengaran pada telinga kanan terasa menurun dan liang
telinga kanan gatal. riwayat dikorek-korek dengan cotton bud (+), riwayat
dimasukan air ke dalam telinga kanan (+) untuk mengeluarkan semut.
riwayat berenang (-), riwayat alergi (-), riwayat DM (-) riwayat HT (-).
Pemeriksaan fisik telinga kanan ditemukan nyeri tekan (+), Nyeri tekan
Tragus (+), CAE hiperemis (+), edema (+), debris hifa (+), spora (+).
Pemeriksaan Anjuran
Pemeriksaan KOH
Diagnosa Kerja
Otitis Eksterna Difusa Auris Dextra + Otomikosis auris dextra
Diagnosa Banding
-
Penatalaksanaan
Medikamentosa
Lokal :
ditutup.
- Jika pasien merasa ada cairan yang keluar dari telinga, atau telinga
kemasukan air, gunakan tisu yang telah dipotong dan dibentuk meruncing
ujungnya, dimasukkan ke dalam liang telinga untuk menyerap cairan.
- Istirahat yang cukup.
: Ad bonam
Quo ad Functionam
: Ad bonam
Quo ad Sanationam
: Ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Otitis eksterna difus dikenal dengan swimmer ear (telinga perenang)
atautelingacuaca panas(hot weather ear)adalah infeksi pada 2/3 dalam liang
telinga akibat infeksi bakteri yangmenyebabkan pembengkakan stratum
korneum kulit sehingga menyumbat saluran folikel.1
2.1.2 Epidemiologi
Berdasarkan data yang dikumpulkan mulai tanggal Januari 2000
s/dDesember 2000 di Poliklinik THT RS H.Adam Malik Medan didapati
10746 kunjungan barudimana, dijumpai 867 kasus (8,07%) otitis eksterna,
282 kasus (2,62%) otitis eksterna difusadan 585 kasus (5,44%) otitis eksterna
sirkumskripta. Penyakit ini sering diumpai pada daerah-daerah yang panas
dan lembab dan jarang pada iklim- iklim sejuk dan kering. Nan Sati
CNdalam penelitiannya di RSSumber Waras / FK UNTAR Jakarta mulai 1
Januari 1980 sampai dengan30 Desember 1980 mendapatkan 1.370
penderitabaru dengan diagnosis otitis eksterna yangterdiri dari 633 pria dan
737 wanita.1
2.1.3 Etiologi
Organisme yang paling sering ditemukan pada pasien dengan otitis
eksterna difusa adalah bakteri gram negatif Pseudomonas aeruginosa
(Bacillus pyocaneus) dan staphylococci. Yang lebih jarang ditemukan adalah
bakteri streptococci dan Proteus vulgaris.Selain itu, jamur dapat terlibat
dalam infeksi pada telinga luar, yaitu jamur Candida albicans dan Aspergillus
niger.Otitis eksternadifusa dapat juga terjadi sekunder pada otitis media
supuratif kronis. 2,3
Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya otitis eksterna, yaitu :4
Udara
Udara yang hangat dan lembab lebih memudahkan kuman dan jamur
mudah tumbuh.
Trauma
Trauma ringan misalnya mengorek-ngorek telinga dengan benda tumpul
seperti cotton bud merupakan faktor predisposisi terjadinya otitis
eksterna.
Berenang
Terutama jika berenang pada air yang tercemar. Air kolam renang
menyebabkan maserasi kulit dan merupakan sumber kontaminasi yang
sering dari bakteri
2.1.4 Patofisiologi
Saluran telinga dapat membersihkan dirinya sendiri dengan cara
membuang sel-sel kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran
telinga. Membersihkan saluran telinga dengan cotton bud bisa mengganggu
mekanisme pembersihan ini dan bisa mendorongsel-sel kulit yang mati ke
arah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana.1
Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan
penimbunan air yang masuk ke dalam liang telinga ketika mandi atau
berenang.Terjadinya kelembaban yang berlebihan karena berenang atau
mandi menambah maserasikulit liang telinga dan menciptakan kondisi yang
cocok bagi pertumbuhan bakteri. Perubahan inidapat juga menyebabkan rasa
gatal di liang telinga sehingga menambah kemungkinan traumakarena
garukan.4
INCLUDEPICTURE
"http://htmlimg3.scribdassets.com/7pzoesxfcwym91c/images/95fbc8f5cdb.jpg" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE
"http://htmlimg3.scribdassets.com/7pzoesxfcwym91c/images/95fbc8f5cdb.jpg" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE
"http://htmlimg3.scribdassets.com/7pzoesxfcwym91c/images/95fbc8f5cdb.jpg" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE
"http://htmlimg3.scribdassets.com/7pzoesxfcwym91c/images/95fbc8f5cdb.jpg" \* MERGEFORMATINET
10
b. Penyebab infeksi
- Bakteri gram (+) : furunkulosis, impetigo, pioderma, ektima,
-
sellulitis, erisipelas
Bakteri gram (-) : Otitis eksterna diffusa, otitis eksterna bullosa,
simpek,
neurodermatitis
Subklasifikasi
Idhiopatik
Trauma
Iritan
Alergi
Bakteri, fungal
Iklim dan lingkungan
Dermatitis Seboroika
Dermatitis Alergi
Dermatitis Atopik
Psoriasis
Invasif(Granula/Nekrotizing Maligna)
lainnya (Keratosis Obturan)
Tabel 1. Klasifikasi otitis eksterna
Penatalaksanaan
Otitis eksterna difusa harus diobati dalam keadaan dini sehingga dapat
menghilangkanedema yang menyumbat liang telinga. Dengan demikian,
11
terjadi
pada pasien,
terutama
setelah
berenang.
Untuk
Perikondritis
Selulitis
Dermatitis aurikularis 4
Prognosis
Otitis eksterna adalah suatu kondisi yang dapat diobati biasanya sembuh
dengan cepat dengan pengobatan yang tepat. Paling sering, otitis ekserna
dapat dengan mudah diobati dengan tetes telinga antibiotik. Otitis eksterna
kronis yang mungkin memerlukan perawatan lebih intensif. Otitis eksterna
biasanya tidak memiliki komplikasi jangka panjang atau serius. 5
12
2.2
OTOMIKOSIS
Otomikosis adalah infeksi akut, subakut, dan kronik pada epitel skuamosa
dari pinna dan kanalis akustikus eksterna oleh ragi dan filamen jamur.
Jamur adalah penyebab utamanya, namun penyakit ini juga dapat terjadi
akibat infeksi bakteri kronis pada kanalis auditorius eksternus atau telinga
tengah yang menyebabkan menurunnya
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi otitis eksterna fungi bervariasi sesuai dengan keadaan geografis
dan faktor predisposisi pasien dan merupakan 9-50% dari seluruh kasus
otitis eksterna. Umumnya ototitis eksterna fungi lebih sering dijumpai
pada daerah tropis dan sub tropis seperti Mesir, India, Birma, Pakistan,
Bahrain, Israel dan Indonesia berhubungan dengan faktor lingkungan
yakni suhu dan kelembaban di daerah-daerah tersebut.8,12
Lingkungan yang lembab dengan iklim tropis meningkatkan insiden otitis
eksterna fungi karena kontribusinya dalam meningkatkan produksi
keringat dan mengubah permukaan epitel kanalis akustikus eksterna
sehingga menjadi media yang baik bagi pertumbuhan dan proliferasi
jamur. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa otitis eksterna fungi lebih
sering didapati pada wanita dan lebih sering terjadi pada orang dewasa
dibandingkan anak-anak. Otitis eksterna fungi unilateral dilaporkan pada
13
90% dari kasus dan tidak menunjukkan sisi mana yang lebih sering
terjadi.8
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa otitis eksterna fungi lebih sering
ditemukan pada pasien dengan penyakit penyerta dibetes melitus tipe 2.
Hal ini dikarenakan pada diabetes melitus tipe 2 terjadi penurunan
imunitas seluler yang berdampak pada mudahnya infeksi dan proliferasi
jamur, keadaan hiperglikemia juga dapat membentuk lingkungan yang
baik bagi pertumbahan jamur. Otitis eksterna fungi pada pasien dengan
diabetes melitus tipe 2 membutuhkan pengobatan dan pemantauan dalam
jangka panjang karena mudah mengalami rekurensi dan resisten oleh
karena pada diabetes melitus tipe 2 terjadi gangguan mikrovaskular yang
dapat memperburuk perfusi aliran darah perifer.13
2.2.3
FAKTOR PREDISPOSISI9
a.
Kelembaban
Saluran telinga mudah terinfeksi karena gelap dan hangat, sehingga
pada keadaan kelembaban yang tinggi dan cuaca yang panas dapat
memudahkan terjadinya pertumbuhan dan proliferasi bakteri dan
jamur dalam saluran telinga. Hal ini terutama terjadi di daerah tropis
b.
dan subtropis.
Pasien imunokompromis
Pada pasien dengan imunokompromis, infeksi jamur menjadi lebih
mudah terjadi karena sistem imun pasien tidak mampu melindungi
c.
tubuhnya.
Penggunaan jangka panjang tetes telinga antibiotik
Keadaan normal telinga dan sel epitel mukosa saluran telinga dapat
mengalami perubahan akibat penggunaan jangka panjang tetes telinga
antibotik, sehingga memudahkan terjadi pertumbuhan dan proliferasi
jamur. Perubahan tersebut juga dapat mengakibatkan flora normal
dalam saluran telinga berubah menjadi patologis.
d.
Perenang
Jika terlalu banyak air masuk ke dalam saluran telinga, misalnya saat
berenang,
terutama
di
air
yang
mengandung
klorin
atau
14
membersihkan
telinga
dengan
air
pada
saat
mandi
akan
normal
sebenarnya
berfungsi
melindungi
dan
2.2.4
ETIOLOGI
Sebagian besar Otomikosis disebabkan oleh jamur Aspergillus spp. dan
Candida. Aspergillus niger adalah yang paling sering ditemui pada
pemeriksaan kultur karena jumlahnya yang mendominasi kanalis auditoris
eksterna, jenis jamur lain yang dapat menyebabkan otomikosis adalah A.
flavus, A. fumigatus, A. terreus (jamur filamentosa), Candida albicans dan
C. parapsilosis (jamur ragi). Selain itu beberapa jamur lain yang juga dapat
menyebabkan otitis eksterna fungi namun jarang ditemukan ialah jamur
jenis Phycomycetes, Rhizopus, dan Penicillium.8
Pada penelitian yang dilakukan Kumar (2005) pada pasien otitis eksterna
fungi menunjukkan bahwa jenis jamur yang paling sering ditemui, yakni
Aspergillus niger (52,43%), Aspergillus fumigates (34,14%), Candida
albicans (11%), Candida pseudotropicalis (1,21%). Beberapa peneliti juga
melaporkan jamur kausatif yang lain, yakni jenis Penicillium sp. dan jenis
Candida yang lain dalam berbagai persentase. Umumnya penelitianpenelitian tersebut menunjukkan bahwa persentase jenis jamur Aspergillus
lebih banyak dibandingankan Candida. Meskipun demikian, pada keadaan
imunokompromis atau dengan penyakit penyerta tertentu, misalnya
15
PATOFISIOLOGI8
Patofisiologi otitis eksterna fungi berkaitan dengan anatomi, fisiologi dan
histologi kanalis akustikus eksterna. Kanalis akustikus eksterna adalah
sebuah saluran atau kanal dengan panjang rata-rata 2,5 cm dan lebar ratarata 7,9 mm pada orang dewasa. Saluran atau kanal ini berbentuk silinder
dan dilapisi dengan epitel berlapis gepeng bertanduk hingga ke bagian luar
membrana timpani. Bagian depan dari resesus membrana timpani, hingga
isthmus sering menjadi tempat akumulasi debris keratin dan serumen dan
sulit dibersihkan.
Serumen memiliki suatu zat antimikotik, bakteriostatik dan insect
repellent. Serumen terdiri dari lipid (46-73%), protein, asam amino bebas,
mineral, lisosim, imunoglobulin, dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak
tak jenuh rantai panjang yang terdapat pada kanalis akustikus eksterna
yang normal dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Komposisi
hidrofobik ini memungkinkan serumen berperan dalam mengeluarkan air
dari kanalis akustikus eksterna, serta membuat permukaan kanalis tidak
permeabel, dan mencegah maserasi dan kerusakan epitel.
Flora normal atau komensal yang terdapat di dalam kanalis akustikus
eksterna diantaranya, Staphylococcus epirdemidis, Corynebacterium sp,
Bacillus sp, Gram positive cocci (Staphylococcus aureus, Streptococcus
sp, non-pathogenic micrococci), Gram negative bacilli (Pseudomonas
aeruginosa, Escherichia coli, Hemophilus influenza, Morazella catarrhalis,
etc) dan jenis jamur miselia dari genus Aspergillus dan Candida sp. Flora
normal atau komensal ini tidak bersifat patogen apabila lingkungan kanalis
aksutikus eksterna dan keseimbangan antara bakteri dan jamur tetap
terjaga.
16
Diagnosis Otomikosis
Otomikosis bisa terjadi dengan atau tanpa gejala. Gejala yang paling
sering terjadi adalah rasa gatal atau pruritus. Penderita mengeluh rasa
penuh dan sangat gatal di dalam telinga. Liang telinga merah sembab dan
banyak krusta. Inflamasi disertai eksfoliasi permukaan kulit atau
pendengaran dapat terganggu oleh karena liang telinga tertutup oleh massa
kotoran kulit dan jamur. Infeksi jamur dan invasi pada jaringan di bawah
kulit menyebabkan nyeri dan supurasi. Bila infeksi berlanjut, eksema dan
likenifikasi dapat jelas terlihat dan kelainan ini dapat meluas ke telinga
bagian luar hingga bawah kuduk. Tulang rawan telinga dapat juga
terserang.6,16 Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan umum pada
tahap awal dan sering mengawali terjadinya rasa nyeri. Rasa sakit pada
telinga bisa bervariasi mulai dari hanya berupa perasaan tidak enak pada
telinga, perasaan penuh dalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga
berdenyut diikuti nyeri yang hebat. Keluhan rasa sakit yang dikeluhkan
sering menjadi gejala yang mengelirukan, walaupun rasa sakit tersebut
merupakan gejala yang dominan. Derajat rasa sakit belum bisa
menggambarkan derajat peradangan yang terjadi. Hal ini dijelaskan
bahwasanya kulit dari liang telinga luar langsung berhubungan dengan
periosteum dan perikondrium, sehingga edema dermis akan menekan
serabut saraf yang mengakibatkan rasa nyeri. Selain itu, kulit dan tulang
rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan
daun telinga, sehingga gerakan dari daun telinga akan mengakibatkan rasa
sakit yang hebat pada kulit dan tulang rawan di liang telinga luar.
17
17
18
19
20
TERAPI
Meskipun berbagai penelitian telah menunjukkan beberapa obat baik
topikal maupun per oral yang dapat digunakan dalam penanganan otitis
eksterna fungi, namun belum ada konsesus yang memuat mengenai obat
dan cara yang paling efektif diantara yang lain. Penanganan yang sering
dilakukan saat ini adalah dengan pemberian antifungi topikal dan
pembersihan liang telinga dari debris dan sekret jamur yang terbukti dapat
memberikan hasil yang baik, walaupun membutuhkan waktu yang cukup
lama.8
Banyak peneliti meyakini bahwa hal terpenting dalam penanganan otitis
eksterna fungi adalah dengan mengidentifikasi jamur penyebab untuk
memberikan terapi medikamentosa yang adekuat. Untuk saat ini, belum
ada terapi khusus yang direkomendasikan untuk otitis eksterna fungi
karena banyaknya antifungi yang dapat digunakan klinisi secara luas yang
membuktikan bahwa terapi ini juga tergantung pada pasien sebagai
individu.8
Sediaan antifungi dapat dibagi menjadi dua bagian, yakni antifungi
spesifik dan non spesifik. Antifungi non spesifik diantaranya adalah
larutan asam dan pembersih:8
21
Candida albicans.
Gentian Violet yang disediakan dalam bentuk larutan konsentrasi
rendah. Misalnya 1% dalam air. Gentian violet bersifat antibakteri,
antifungi,
antiinflamasi
dan
antiseptik.
Beberapa
penelitian
dan alkohol)
Merchurochrome yang merupakan antiseptik topikal dan antifungi.
Penelitian menunjukkan efektivitasnya hingga 93, 4%.
luas.
22
23
KOMPLIKASI
Perforasi membran dapat terjadi sebagai komplikasi dari otomikosis yang
bermula pada telinga dengan membran timpani intak. Insidens perforasi
timpani pada mikosis ditemukan menjadi 11%. Perforasi lebih sering
terjadi pada otomikosis yang disebabkan oleh Candida albicans.
Kebanyakan perforasi terjadi bagian malleus yang melekat pada membran
timpani. Mekanisme dari perforasi dihubungkan dengan trombosis mikotik
dari pembuluh darah membran timpani, menyebabkan nekrosis avaskuler
dari membran timpani. Enam pasien pada grup immunocompromised
mengalami perforasi timpani. Perforasi kecil dan terjadi pada kuadran
posterior dari membran timpani. Biasanya akan sembuh secara spontan
dengan pengobatan medis. Jarang namun jamur dapat menyebabkan otitis
eksterna invasif , terutama pada pasien immunocompromised. Terapi
antifungal sistemik yang adekuat sangat diperlukan pada pasien ini.8
BAB III
PEMBAHASAN
24
Seorang laki-laki usia 47 tahun datang ke poli THT luar di diagnosis otititis
eksterna difusa auris dextra dan otomikosis auris dextra pada kasus ini ditegakkan
berdasarkan anamnesis gejala klinis dan pemeriksaan fisik pasien. Dari anamnesis
didapatkan bahwa pasien mengeluh nyeri yang terus-menerus pada telinga kanan
dan semakin berat bila tertekan di bagian cuping telinga selama 2 hari. Pasien juga
mengeluhkan demam sejak 1 hari yang lalu. Sebelumnya pasien kemasukan semut
pada telinga kanannya sehingga pasien membersihkan telinganya dengan cotton
bud dan memasukan air ke dalam liang telinga kann untuk membantu
mengeluarkan semut dari dalam telinganya keluhan gatal yang terjadi
kemungkinan akibat trauma ringan yang disebabkan perubahan kulit liang telinga.
Selain itu keluhan juga disertai pendengaran yang berkurang pada telinga kanan .
Pada pemeriksaan telinga kanan pasien didapatkan nyeri tekan tragus dan adanya
tanda-tanda perandangan canalis akustikus eksternus kanan, yaitu adanya edema
dan hiperemis liang telinga. Gambaran massa putih keabu-abuan dengan bintik
hitam dan filamen halus (Debris (+), hifa (+), spora (+) namun membran timpani
sulit dinilai karena liang telinga yang sempit akibat terjadi edema. Hal ini sesuai
dengan gejala otitis eksterna Difus , yaitu nyeri pada liang telinga dan gangguan
pendengaran pada liang telinga dan ditemukannya nyeri tekan tragus, liang telinga
yang sempit, CAE hiperemis dan edema.1
Gejala yang paling sering ditemui pada Otomikosis adalah rasa gatal atau pruritus.
Penderita mengeluh rasa penuh dan sangat gatal di dalam telinga. Liang telinga
merah sembab dan banyak krusta. Inflamasi disertai eksfoliasi permukaan kulit
atau pendengaran dapat terganggu oleh karena liang telinga tertutup oleh massa
kotoran kulit dan jamur. Menurut penelitian yang dilakukann Bayati dkk di Iran
didapatkan gejala dari otomikosis adalah pruritus (65%), otalgia (55%), rasa
penuh ditelinga (46%), otorrhea (40%) and kehilangan pendengaran (33%).1 Ho
mencatat bahwa pruritus ditemukan 23% kasus, otalgia dan otorrhea adalah 48%,
gangguan pendengaran ditemukan pada 45% kasus. Mirip dengan penelitian yang
dilakuakn Ozcan yang ditemukan sebagian besar kasus memiliki gejala aural
seperti gatal, otalgia, gangguan pendengaran, discharge telinga dan tinnitus.
Otomycosis ditemukan pada semua kelompok usia.21,22
25
Kebiasaan membersihkan telinga dengan bulu, batang korek api dan ujung jari
yang terkontaminasi dapat mendorong inokulasi dan pertumbuhan spora jamur
pada CAE terutama pada pasien dengan hygiene pribadi yang buruk. 3 Saluran
telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang sel-sel kulit
yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga. Membersihkan saluran
telinga dengan cotton buds (kapas pembersih) dapat mengganggu mekanisme
pembersihan ini dan dapat mendorong sel-sel kulit yang mati beserta serumen ke
arah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana. Penimbunan sel-sel
kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan penimbunan air yang masuk ke
dalam saluran ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah dan lembab pada
saluran telinga akan lebih mudah terinfeksi oleh bakteri atau jamur. 15
Temuan massa putih keabu-abuan dengan bintik hitam dan filamen halus yang
khas untuk otomikosis. Diagnosis pasti dapat dibantu dengan pemeriksaan KOH
untuk mengidentifikasi elemen jamur atau melalui kultur jamur. Kumar
menemukan jamur dari isolat pasien otomikosis sebanyak 43 kasus (52,43%).
Kumar juga mengisolasi Aspergillus niger (52.43%), Aspergillus fumigates
(34.14%), C.albicans (11%), C.pseudotropicalis (1.21%) and Mucor sp (1.21%).
Ahmad et al (1989) yang mempublikasi sebuah karya prospective study pada 53
pasien di poli THT FK UI juga membuktikan bahwa spesies yang sering terisolasi
adalah Aspergillus sp. dari pada Candida sp. 7
Pada otitis eksterna, pengobatannya amat sederhana tetapi membutuhkan
kepatuhan penderita terutama dalam menjaga kebersihan liang telinga.
Pembersihan liang telinga dengan mengorek-ngorek telinga dengan benda asing
seperti cotton bud tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan trauma atau iritasi
yang menjadi tempat masuknya kuman dan merusak barrier proteksi pada liang
telinga. Penatalaksanaannya dapat diberikan obat tetes telinga yang mengandung
neomisin, polimiksin B, anestesi topikal, dan korikosteroid. Kadang- kadang
diperlukan obat antibiotik sistematik.1
Pada kasus ini diberikan terapi berupa obat tetes clotrimazole salep 2x1
obat oral cefixime 100 mg 2 kali sehari 1 tablet serta paracetamol 500 mg 3 kali
26
sehari dan kalium dicklofenac 500mg 3 kali sehari. Antibiotika sistemik diberikan
pada otitis eksterna difusa berdasarkan pertimbangan infeksi yang berat dimana
lapisan yang terkena lebih dalam sehingga tidak dapat dijangkau dengan antibiotik
topikal saja. Selain itu juga diberi Paracetamol untuk menurunkan panas dan
natrium diclofenac untuk menghilangkan nyerinya.
Terdapat 4 fundamental terapi otitis eksterna yaitu pembersihan, pemberian
antibiotik yang tepat, terapi terhadap nyeri dan inflamasi, dan pemberian edukasi
untuk mencegah terjadinya penyakit berulang. Antibiotik tetes telinga yang
diberikan adalah untuk infeksi Pseudomonas, dalam hal ini polymixin B dengan
cara meneteskan ke bagian telinga lalu kepala dimiringkan ke sisi yang tidak
nyeri. Selain itu juga dapat diberi antibiotik oral broad-spectrum.6
pengobatan Otomikosis itu sendiri dapat diberikan salep clotrimazole 2x
sehari. Golongan azole merupakan agen sintetik yang dapat mengurangi
konsentrasi ergosterol, yaitu sterol esensial yang terdapat pada membran
sitoplasma normal. Clotrimazole adalah golongan azole yang paling sering
digunakan karena efektifitasnya yang tinggi dalam mengobati otomikosis.
Clotrimazole juga memiliki efek antibakteri sehingga sering digunakan untuk
pengobatan infeksi bakteri-jamur, dan ia tidak memiliki efek ototoksisitas.
Ketokonazole dan flukonazole merupakan antifungal spektrum luas dan
komponen kimianya efektif mengobati penyebab umum otomikosis seperti
Aspergillus dan Candida albicans.
Klotrimazole merupakan anti jamur spektrum luas yang umum digunakan.
Klotrimazol bekerja dengan meningkatkan permeabilitas membran fungi sehingga
menyebabkan kematian pada jamur. Penanganan ditujukan untuk mengeradikasi
jamur penyebab dan mengembalikan kanalis akustikus eksterna dalam kondisi
normalnya serta mengurangi keluhan pasien.
BAB IV
KESIMPULAN
27
1. Diagnosis kasus adalah Otitis Eksterna Difus Auris Dextra Dan otomikosis
Auris dextra sesuai dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
2. Faktor predisosisi yang menyebabkan penyakit pada kasus ini adalah
trauma ringan seperti mengorek telinga. Penyebab terbanyak kasus otitis
eskterna difus adalah bakteri gram negatif Pseudomonas aeruginosa
(Bacillus pyocaneus) dan staphylococci sedangkan pada otomikosis adalah
Aspergillus sp. dan Candida sp.
3. Terapi yang digunakan adalah pembersihan liang telinga, pemberian
tampon berisi obat antibiotik dan pemberian antifungal salep.Obat
sistemik diberikan antipiretik,analgetik dan antibiotik.
4. Perlu kepatuhan dan edukasi yang adekuat untuk mencegah kekambuhan
kasus.
DAFTAR PUSTAKA
28
29