Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 3.1 Lokasi keterdapatan nikel laterit utama (Glesson et al., 2003).
Pada batuan ultrabasa misalnya peridotit sebagian besar terdiri dari mineral olivin
dan piroksen, yang mengandung kurang dari 45 % berat silika dan mengandung
magnesium yang tinggi dengan kadar besi yang cukup besar. Adapun pada batuan
beku peridotit merupakan kelompok batuan yang paling banyak mengandung
nikel jika dibandingkan dengan gabro, diorit, dan granit (tabel 3.1).
Tabel 3.1 Unsur yang terkandung dalam batuan beku (Joseph. R. Bold, 1979)
Batuan
Peridotit
Gabro
Diorit
Granit
Ni (%)
0.200
0.016
0.004
0.002
Persentase Kadar
Fe-O + Mg (%)
Al + Si (%)
43.5
45.9
16.6
66.1
11.7
33.4
4.4
78.7
26
sehingga
memungkinkan
terbentuknya
mineral
baru
melalui
urat-urat ini
dikenal sebagai batas petunjuk antara zona pelapukan dengan zona batuan
segar yang disebut dengan akar pelapukan (root of weathering). Fluktuasi
27
muka air tanah yang berlangsung secara kontinu akan melarutkan unsur-unsur
Mg dan Si yang terdapat pada bongkah-bongkah batuan asal di zone saprolit,
sehingga memungkinkan penetrasi air tanah yang lebih dalam. Zone saprolit
dalam hal ini semakin bertambah ke dalam demikian pula ikatan-ikatan yang
mengandung oksida MgO sekitar 30-50 % berat dan SiO2 antara 35-40 %-berat
yang masih terkandung pada bongkah-bongkah di zone saprolit akan terlindi
dan ikut bersama-sama dengan aliran air tanah, sehingga sedikit demi sedikit
zone saprolit atas akan berubah porositasnya dan akhirnya menjadi zone
limonit (Friedrich et.al., 1984).
ZONE LIMONIT
BATUAN ASAL
ZONE
SAPROLIT
Pengurangan
larutan pembawa Ni,
Mg, Si
Konsentrasi residu
dari Fe dan khromit
Fe-hidroksida (+Ni,Al)
Al-hidroksida
mineral lempung
Mn-hidroksida (+Co)
Cr-spinel
ZONE PELINDIAN
silikat yang mengandung nikel terurai
Mg, Si, dan Ni larut
Penambahan
larutan pembawa Ni,
Mg, Si
Sebagian Mg mengendap
kembali pada rekahan
di batuan asal
mis. : - gel magnesit
PERIDOTIT-SERPENTINIT
- serpentin
Serpentinisasi
BATUAN ULTRAMAFIK
Gambar 3.2 Skema Pembentukan Endapan Nikel Laterit (Totok Darijanto, 1986)
28
Untuk bahan-bahan yang sukar atau tidak mudah larut akan tinggal pada
tempatnya dan sebagian turun ke bawah bersama larutan sebagai larutan
koloid. Bahan-bahan seperti Fe, Ni, dan Co akan membentuk konsentrasi
residu dan konsentrasi celah pada zona yang disebut dengan zona saprolit,
berwarna coklat kuning kemerahan. Batuan asal ultramafik pada zone ini
selanjutnya diimpregnasi oleh Ni melalui larutan yang mengandung Ni,
sehingga kadar Ni dapat naik hingga mencapai 7 %-berat. Dalam hal ini, Ni
dapat mensubstitusi Mg dalam Serpentin atau juga mengendap pada rekahan
bersama dengan larutan yang mengandung Mg dan Si sebagai Garnierit dan
Krisopras.
Dan untuk Fe yang berada di dalam larutan akan teroksidasi dan
mengendap sebagai Ferri-Hidroksida, membentuk mineral-mineral seperti
Goethit, Limonit, dan Hematit yang dekat permukaan. Bersama mineralmineral ini selalu ikut serta unsur Co dalam jumlah kecil. Semakin ke bawah,
menuju bed rock maka Fe dan Co akan mengalami penurunan kadar. Pada zona
saprolit Ni akan terakumulasi di dalam mineral Garnierit. Akumulasi Ni ini
terjadi akibat sifat Ni yang berupa larutan pada kondisi oksidasi dan berupa
padatan pada kondisi silika.
3.1.2 Klasifikasi Endapan
Berdasarkan fase mineralogi pembawa bijih dan proses pembentukannya, nikel
laterit dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe, yaitu:
a)
29
Gambar 3.3: Profil nikel tipe hydrous silicate, (Freyssnet et al, 2005)
sebelum terendapkan kembali sebagai hydrous silicate mineral atau
menggantikan Mg dalam ubahan serpentinit. Pengkayaan Ni melalui proses
supergen ini sangat penting untuk pembentukan endapan hydrous silicate pada
kadar yang ekonomis.
Pada endapan tipe hydrous silikat, posisi muka airtanah relatif dalam, kondisi
ini menyebabkan infiltrasi air yang dalam sehingga nikel lebih banyak
terakumulasi pada zone saprolit bagian bawah.
30
Gambar 3.4 Profil nikel laterit tipe Clay silicate deposit, (Freyssnet et al, 2005)
Pada endapan tipe hydrous silikat, posisi muka airtanah awal relatif dangkal
dan drainase terhambat, kondisi ini menyebabkan lapisan zone limonit lebih
sering terendam air sehingga terbentuk lapisan lempung dan akumulasi Ni pada
lapisan lempung tersebut.
c)
Oxides deposite
Oxide deposite dikenal juga dengan nama endapan limonit, dimana nikel
berasosiasi dengan Fe-oxyhidroxide, dengan mineral utama goethite. Kadangkadang juga kaya dengan oksida Mn yang kaya dengan Co. Kadar Ni rata-rata
pada tipe endapan ini lebih rendah 1.2%, sehingga memiliki nilai ekonomis
yang kurang baik dibandingkan dengan dua tipe endapan nikel laterit
sebelumnya.
31
Gambar 3.5 Profil nikel laterit tipe oxide deposit, (Freyssnet et al, 2005)
Pada endapan tipe oxide deposite posisi muka airtanah awal relatif dangkal dan
drainasenya tidak terhambat (infiltasi air lancar) sehingga Ni lebih banyak
terakumulasi pada zone limonit sampai saprolit bagian atas.
32
33
34
curah hujan akan mempengaruhi jumlah air yang melewati tanah, yang
mempengaruhi intensitas pelarutan dan perpindahan komponen yang dapat
dilarutkan. Sebagai tambahan, keefektifan curah hujan juga penting. Suhu
tanah (suhu permukaan udara) yang lebih tinggi menambah energi kinetik
proses pelapukan (Butt and Zeegers, 1992).
Dengan iklim dan curah hujan yang yang mendukung maka vegetasi yang
tumbuh pada kawasan ini sangat beragam dan lebat. Dimana vegetasi ini
akan membantu proses penetrasi sebagian air menuju lebih dalam dengan
mengikuti jalur akar pepohonan, selain membantu proses pelapukan
vegetasi juga menjaga suatu batuan dari erosi (pelapukan mekanis).
2. Topografi
Kondisi relief dan lereng akan mempengaruhi proses penetrasi dan sirkulasi
air serta reagen-reagen lain. Secara teoritis, relief yang baik untuk
pengendapan bijih nikel adalah punggung-punggung bukit yang landai
dengan kemiringan antara 10-30. Adapun pada daerah yang curam, air
hujan yang jatuh ke permukaan lebih banyak yang mengalir sebagai run-off
dibandingkankan air yang meresap kedalam tanah, sehingga pelindian dan
transportasi unsur-unsur oleh air tanah tidak banyak terjadi. Pada daerah ini
sedikit terjadi pelapukan kimia sehingga menghasilkan endapan nikel yang
tipis. Sedangkan pada daerah yang landai, air mempunyai kesempatan untuk
mengadakan penetrasi lebih dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori
batuan dan mengakibatkan terjadinya pelapukan kimiawi secara intensif.
Akumulasi endapan umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai
sampai kemiringan sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan
mengikuti bentuk topografi.
3. Batuan asal
Komposisi dan stuktur dari batuan asal, akan mempengaruhi kandungan
yang terendapkan serta tingkat pelapukan yang terjadi pada batuan.
Batuan asal merupakan jenis batuan ultra basa dengan kadar Ni 0.2-0.3 %,
35
4. Kontrol Struktur
Adanya kontrol struktur dalam pembentukan endapan nikel laterit
memungkinkan terjadinya pelapukan lebih lanjut akibat adanya pelarutan
oleh air dan unsur unsur hasil pelindian. Akibatnya untuk suatu lokasi
dimana terdapat rekahan ataupun kekar pada batuan asalnya akan
menghasilkan endapat nikel laterit yang lebih tebal pada kondisi topografi
yang sama atau akan terjadi pengkayaan kandungan Ni didalam rekahan.
5. Waktu
Pelapukan yang berlangsung dalam waktu lama pada umumnya akan
menghasilkan endapan yang relatif lebih tebal, sedangkan pelapukan yang
berlangsung dalam waktu singkat akan membentuk endapan yang tipis.
Adapun waktu yang diperlukan dalam pembentukan nikel laterit
dipengaruhi oleh kontrol pembentukan lainnya misalnya adanya struktur
akan membantu dalam proses pelindian dan pelapukan, adanya vegetasi
yang lebat juga akan mempercepat proses penetrasi air hujan yang
mengandung CO2 dari atmosfer dan juga asam humus yang membantu
pelapukan dalam proses kimia.
36
3.2 Sampling
Merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan suatu nilai
kadar yang dapat mewakili atau mempresentasikan kadar suatu blok yang
diwakilinya.
Tipe-tipe sampel dapat berupa:
1.
Point (titik)
Berupa specimen yang diambil untuk mengetahui karakteristik geologi
atau mineralogi, disebut juga dengan grab sampel (kecil dan bersifat
lokal), digunakan untuk mempelajari kontinuitas secara geologi. Pada
umumnya (0,1 s/d 0,2 kg).
Secara umum, metode grab sampling ini merupakan teknik sampling
dengan cara mengambil bagian (fragmen) yang berukuran besar dari
suatu material (baik di alam maupun dari suatu tumpukan) yang
mengandung mineralisasi secara acak (tanpa seleksi yang khusus).
Tingkat ketelitian sampling pada metode ini relatif mempunyai bias yang
cukup besar.
37
2.
Linear (garis)
Termasuk di dalamanya drill core dan channel sampling, dapat berupa
suatu deretan chip sampling lintasan tertentu yang memotong suatu
endapan. Individual sampel dapat berukuran 0,5 s/d beberapa kilogram.
Channel sampling adalah suatu metode (cara) pengambilan conto dengan
membuat alur (channel) sepanjang permukaan yang memperlihatkan
jejak bijih (mineralisasi). Alur tersebut dibuat secara teratur dan seragam
(lebar 3-10 cm, kedalaman 3-5 cm) secara horizontal, vertikal, atau tegak
lurus kemiringan lapisan. Gambaran secara umum mengenai kegiatan
channel sampling dapat digambarkan pada gambar 3.7 di bawah ini:
3.
Panel (bidang)
Umumnya berupa susunan chip sampling pada suatu bidang bukaan bijih
atau face atau wall pada underground. Ukuran sampel umumnya berkisar
1-5 kg.
Chip sampling (conto tatahan) adalah salah satu metode sampling dengan
cara mengumpulkan pecahan batuan (rock chip) yang dipecahkan melalui
suatu jalur (dengan lebar
38
terutama pada urat-urat yang keras dan brittle (seperti urat kuarsa),
sehingga dapat menimbulkan kesalahan seperti oversampling (salting)
jika ukuran fragmen dengan kadar tinggi relatif lebih banyak daripada
fragmen yang low grade.
4.
Broken Ground
Sampel dalam jumlah yang besar, dapat bersal dari trenching (paritan uji)
atau pada bukaan underground, sampling ini dapat berasal dari beberapa
tempat untuk uji mixing dan optimalisasi metode processing.
5.
Bulk
Bulk sampling (conto ruah) ini merupakan metode sampling dengan cara
mengambil material dalam jumlah (volume) yang besar, dan umum
dilakukan pada semua fase kegiatan (eksplorasi sampai dengan
pengolahan). Pada fase sebelum operasi penambangan, bulk sampling ini
dilakukan untuk mengetahui kadar pada suatu blok atau bidang kerja.
Metode bulk sampling ini juga umum dilakukan untuk uji metalurgi
dengan tujuan mengetahui recovery (perolehan) suatu proses pengolahan.
Sedangkan pada kegiatan eksplorasi, salah satu penerapan metode bulk
sampling ini adalah dalam pengambilan conto dengan sumur uji. Dalam
hal khusus, jumlah sampel dapat mencapai 100-an ton.
3.2.1
39
Dari front tambang akan ditemukan berbagai macam boulder baik dari
ukuran maupun jenisnya (dunit dan peridotit). Adapun boulder merupakan
suatu material hard yang terdapat diantara material soft, dalam hal ini
material soft dapat berupa limonit maupun hasil lapukan dari boulder.
Pelapukan yang terjadi pada boulder berupa spheroidal wethering,
sehingga kenampakan boulder boulder yang terdapat pada front dilapisi
oleh bagian lapuknya. Dalam kegiatan penelitian ini tebal lapuk yang
diukur bukan merupakan tebal pelapukan yang masih terdapat pada front
tambang, melainkan tebal lapuk yang masih menempel setelah dilakukan
pengambilan boulder dari front. Karena bagian yang dianggap sebagai
waste pada kegiatan produksi penambangan adalah boulder yang memiliki
ukuran lebih besar daripada 20 cm, dimana untuk lapukan yang terdapat
disekitar boulder pada front akan terkikis dan dikategorikan sebagai ore.
Maka dari itu dilakukan pengukuran terhadap tebal lapuk yang masih
menempel pada boulder setelah diambil dari front.
front tambang
BIII/C1 27/28
panjang
a
Keterangan:
: bagian fresh
d
: bagian lapuk
a,b,c, d : ukuran lapuk (cm)
c
lebar
Tiap fraksi dicari kadarnya (analisa x-ray)
Pengolahan Data
40
Dari tiap fraksi ini akan didapat hasil pengukuran berupa tebal lapuk
(lapukan yang masih menempel pada boulder setelah diambil dari front),
dimensi (panjang dan lebar) boulder. Untuk kriteria lapuk ditunjukkan
dengan warna cokelat kemerahan, dan saat dipegang agak lunak, adapun
sebelumnya boulder tersebut dibersihkan agar dapat diklasifikasikan
apakah lunak ataupun segar. Setelah dilakukan perhitungan tebal
pelapukan sampel dipisahkan kurang lebih 3 kg untuk tiap fraksi boulder
tersebut dan kemudian dilakukan perhitungan kadar, dimana untuk tiap
fraksi didapatkan satu nilai kadar. Sehingga dalam penelitian ini
didapatkan 7 hasil analisis kadar.
41