Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Drainase
Drainase yang berasal dari kata kerja 'to drain' yang berarti
mengeringkan atau mengalirkan air, adalah terminologi yang digunakan
untuk menyatakan sistem-sistem yang berkaitan dengan penanganan masalah
kelebihan air, baik diatas maupun dibawah permukaan tanah.
Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di
bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia.
Drainase perkotaan adalah sistem drainase dalam wilayah administrasi
kota dan daerah perkotaan (urban) yang berfungsi untuk mengendalikan atau
meringankan kelebihan air permukaan didaerah pemukiman yang berasal dari
hujan lokal, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan
manfat bagi kehidupan manusia.
Dalam bahasa Indonesia, drainase bisa merujuk pada parit di
permukaan tanah atau gorong-gorong di bawah tanah. Drainase berperan
penting untuk mengatur suplai air demi pencegahan banjir. Pengertian
drainase perkotaan tidak terbatas pada teknik pembuangan air yang
berlebihan namun lebih luas lagi menyangkut keterkaitannya dengan aspek
kehidupan yang berada di dalam kawasan perkotaan.
Semua hal yang menyangkut kelebihan air yang berada di kawasan kota
sudah pasti dapat menimbulkan permasalahan drainase yang cukup komplek.
Dengan semakin kompleknya permasalahan drainase di perkotaan, maka di
dalam perencanaan dan pembangunan bangunan air untuk drainase perkotaan,
keberhasilannya tergantung pada kemampuan masing-masing perencana.
Dengan demikian di dalam proses pekerjaan memerlukan kerjasama dengan
beberapa ahli di bidang lain yang terkait.
2.2 Fungsi Drainase
Pemahaman secara umum mengenai drainase perkotaan adalah suatu
ilmu dari drainase yang mengkhususkan pengkajian pada kawasan perkotaan,
yaitu merupakan suatu sistem pengeringan dan pengaliran air dari wilayah
perkotaan yang meliputi pemukiman, kawasan industri dan perdagangan,
sekolah, rumah sakit, lapangan olahraga, lapangan parkir, instalasi militer,
instalasi listrik dan telekomunikasi, pelabuhan udara, pelabuhan laut, serta
Drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat bangunanbangunan penunjang seperti bangunan pelimpah, pasangan
batu/beton, gorong-gorong dan lain-lain. Saluran ini terbentuk oleh
gerusan air yang bergerak karena grafitasi yang lambat laun
membentuk jalan air yang permanen seperti sungai.
Saluran drainase dibuat secara parallel, kadang kala jarak antara saluran
tidak sama. Hal ini tergantung dari panjang dari barisan saluran
drainase untuk jenis tanah pada lahan tersebut, jarak dan jumlah dari
tanah yang harus dipindahkan dalam pembuatan barisan saluran
drainase, dan panjang maksimum kemiringan lahan terhadap saluran
(200 meter). Keuntungan dari system saluran drainase parallel, pada
lahan terdapat cukup banyak saluran drainase. Tanaman dilahan dalam
alur, tegak lurus terhadap saluran drainase paralel. Jumlah populasi
tanaman pada lahan akan berkurang dikarenakan adanya saluran
paralel. Sehingga bila dibandingkan dengan land grading dan
smoothing, hasil produksi akan lebih sedikit. Penambahan jarak antara
saluran paralel, akan menimbulkan kerugian pada sistem bedding,
karena jarak yang lebar menimbulkan kerugian pada sistem bedding,
karena jarak yang lebar membutuhkan saluran drainase yang lebih besar
dan dalam. Bila lebar bedding 400 m, maka aliran akan dibagi dua agar
lebar bedding tidak lebih dari 200 m. Pada bedding yang lebar, harus
dibarengi dengan land grading dan smoothing. Pada tanah gambut,
saluran drainase paralel dengan side slope yang curam digunakan
adalah 1 meter. Pada daerah ini biasa dilengkapi dengan bangunan
pengambilan dan pompa, bangunan
2.5.2 Paralel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran
cabang (sekunder) yang cukup banyak dan pendek-pendek, apabila
2.5.4 Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih
besar
2.5.5 Radial
Pada daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala arah.
sistem
pengaliran
dan
ketersediaan
air
penggelontor.
2) Kestabilan tanah: pembangunan di daerah lereng pegunungan harus
memperhatikan masalah longsor yang disebabkan oleh kandungan
air tanah.
2.7.4 Rencana Induk
Rencana Induk sistem drainase perkotaan adalah perencanaan
menyeluruh sistem drainase pada suatu wilayah perkotaan, untuk
perencanaan 25 tahun. Lingkupnya adalah sistem drainase utama saja
yang berada dalam suatu daerah administrasi
2.7.5 Studi Kelayakan
1) Perencanaan sistem drainase perkotaan satu atau lebih daerah
pengaliran air untuk waktu 5 atau 10 tahun.
2) Lingkupnya diarahkan pada daerah prioritas yang telah ditentukan
dalam rencana induk.
3) Kajian meliputi kelayakan teknik, kelayakan keuangan/sosial
ekonomi, kelayaan kelembagan serta kelayakan lingkungan.
2.7.6 Perencanaan Teknik
1) Perencanaan teknis dibuat untuk daerah prioritas yang telah
mempunyai studi kelayakan atau rencana kerangka (outline plan).
Jangka waktu perencanaan untuk 2 sampai 5 tahun.
2) Rencana teknis harus membuat persyaratan teknis dan gambar
teknis, kriteria perencanaan dan langkah-langkah konstruksi.
2.9 Bowplank
Bowplank ialah penanda sementara yang digunakan untuk menentukan titiktitik as pada area kerja di dalam proyek pembangunan sesuai dengan hasil