Professional Documents
Culture Documents
Komatsu
SA6D114E-2
155 hp
116 kw
157 hp
116 kw
504.7 cu in
8.3 L
Turbo charged, after-cooled Diesel
40697.3 lb
18460 kg
102 gal
390 L
5 gal
19 L
18.2 gal
69 L
14.5 gal
55 L
Standard Lubricated Track rollers
Planetary Gear, Gearshift
3
3
3.3 mph
9.4 km/h
4.3 mph
11.2 km/h
497 yd3
ft in
ft in
380 m3
3.9 mm
1.2 mm
17.8 ft in
1.9 ft in
5440 mm
565 mm
1.1.2
Jenis Alat
1). Berdasarkan Alat Geraknya
a) Crawler Tractor Dozer dibutuhkan jika antara roda dan
permukaan tanah dikehendaki gesekan yang besar, serta
mendapatkan tenaga maksimum pada waktu kerja, sebab
Crawler Tractor tidak bisa selip, tetapi kecepatannya sangat
rendah; kecepatan maksimum Crawler Tractor hanya sekitar 4,5
km/ jam. Umumnya Crawler Tractor digunakan untuk
menggusur tanah, dan lain-lain.
a) Cable controlled
b) Hydraulic controlled
Hydraulic Controlled
pemakaian
Pemeliharaan mudah
keras
Posisi blade pada bulldozer ada 2(dua), yaitu posisi tegak lurus dan
posisimiring. Posisi blade tegak lurus hanya dapat bergerak maju, dan
posisi miring dapat bergerak-gerak sesuai dengan jarak kemiringannya
(kedepan dan kesamping).
Jenis blade yang digunakan pada bulldozer adalah :
a) Universal Blade (U Blade)
Blade ini dilengkapi dengan sayap yang bertujuan meningkatkan
produktivitas. Sayap ini akan membuat bulldozer
mendorong/membawa muatan lebih banyak, karena
memungkinkan kehilangan muatan lebih kecil. Kebanyakan blade
tipe ini dipakai untuk pekerjaan reklamasi tanah, pekerjaan
kurang dari 10 cm, cukup langsung didorong. Kalau diameternya agak besar (10
cm < < 25 cm) dan akarnya kokoh, ada dua cara untuk merobohkannya.
1). Didorong bebarapa kali dengan perlahan supaya bagian pohon yang kering
gugur, lalu didorong secara mendadak dengan sedikit mengangkat sudunya
sampai pohon roboh.
2). Pohon dilingkari dengan rantai lalu ditarik oleh dia buah Buldoser. Jika
diameter pohon itu lebih besar dari 25 cm, ada tiga cara yang dapat
dilakukan.
3). Tanah disekeliling pohon digali supaya akar-akarnya putus, lalu pohon
didorong.
4). Bila pohon tidak roboh, pohon dililit dengan rantai lalu ditarik Buldoser,
tetapi jika di lokasi terdapat dua atau tiga Buldoser, lebih baik jika ditarik
dengan Buldoser pada arah masing-masing mendorong agar supaya lebih
aman.
5). Jika dengan cara-cara di atas pohon itu tetap tidak roboh, batang digergaji,
kemudian tunggulnya diangkat dengan peledakan.
6). Jika di lokasi proyek terdapat bongkahan batu besar yang mengganggu
pekerjaan, maka batu harus dicongkel dan didorong dari sebelah luar
sedikit demi sedikit, sehingga akhirnya sampai pada batas luar daerah kerja.
Jika batu tersebut ada disebuah lembah, maka lerengnya harus digali dulu
agar tidak terlalu curam, sebab ada kemungkinan Buldoser akan terbalik.
1.2.2
Merintis (Pioneering) Jalan Proyek.
Pekerjaan
perintisan
merupakan
kelanjutan
dari
pekerjaan
pembabatan/penabasan. Pekerjaan merintis meliputi: pekerjaan perataan tanah,
pembuatan jalan darurat untuk transportasi alat mekanis, dan jika perlu adalah
pembuatan saluran air untuk drainase tempat kerja.
1.2.3
Gali/angkut jarak pendek.
Menggali lalu mendorong tanah galian itu ke suatu tempat tertentu, misalnya
pada pembuatan jalan raya, kanal, dan sebagainya. Bila kondisi jalan tidak licin,
penggunaan Buldoser roda karet akan lebih efisien. Jika dibandingkan dengan
cara pemindahan tanah yang lain, pada tahap-tahap tertentu cara gali/ angkut
menggunakan Buldoser tidak selalu ekonomis, penggunaan Buldoser untuk gali
angkut sangat efisien jika:
a) Jarak dorong Buldoser roda besi < 200 ft, dan untuk roda karet < 400 ft,
pemakaian lebih dari itu sangat tidak efisien
b) Volume material yang akan dipindahkan tak lebih dari 500 m3; jika lebih dari
itu penggunaan Buldoser perlu dipertimbangkan lagi.
1.2.4
Pusher Loading.
Membantu Power Scrapper konvensional (standar) dalam mengisi muatan.
Bantuan
Buldoser itu diperlukan untuk menambah tenaga agar diperoleh
kecepatan pengisian yang lebih tinggi.
1.2.5
Menyebarkan Material.
Menyebarkan tanah ke tempat-tempat tertentu denganketebalan yang
dikehendaki; misalnya material yang ditumpuk disuatu tempat oleh truck atau
alat angkut lainnya.
1.2.6
Penimbunan Kembali
Pekerjaan penimbunan kembali terhadap bekas lubang-lubang galian seperti
menutup kembali gorong-gorong di bawah tanah, penimbunan lubang fondasi
atau tiang penyangga bangunan besar (jembatan, menara beton, dan lain-lain),
dan menutup kembali pipa minyak, pipa gas alam, atau pipa air minum bila sudah
terpasang.
1.2.7
Trimming dan Sloping
Pekerjaan pembuatan kemiringan tertentu pada suatu tempat; misalnya tanggul,
dam, kanal besar, tepi jalan raya, dan sebagainya. Pekerjaan ini hanya dapat
dilakukan oleh operator yang sudah berpengalaman, lebih-lebih jika sudut
kemiringannya besar, sebab ada kemungkinan Buldoser tergelincir ke bawah.
1.2.8
Ditching
Kegiatan menggali saluran/ selokan/ kanal yang penampangnya berbentuk U atau
V.
1.2.9
Menarik
Pekerjaan untuk menarik benda-benda berat atau peralatan mekanis yang sedang
rusak, agar dapat dipindahkan ke tempat yang diinginkan.
1.2.10
Memuat.
Memuat menggunakan Buldoser diperlukan pada kondisi-kondisi tertentu,
misalnya medan dengan topografi tertentu truck tak dapat langsung dikendarai
menuju lokasi. Buldoser dapat digunakan untuk memuat truck tersebut.
1.3 Bagian-bagian Alat
Banyak komponen-komponen yang melengkapi sebuah bulldozer
1.3.1
Blade (pisau) adalah komponen yang berfungsi untuk mendorong,
meratakan tanah.
1.3.2
Lift cylinder digunakan untuk menggerakkan blade.
1.3.3
Work lamp digunakan untuk penerangan saat melakukan operasi.
1.3.4
Muffler digunakan untuk meredam suara dari proses pembuangan sisa
gas buang pada mesin.
1.3.5
Precleaner digunakan untuk mengurangi jumlah debu atau puing yang
masuk ke sistem asupan udara.
1.3.6
Cabin digunakan untuk pengoperasian unit oleh operator.
1.3.7
ROPS Canopy digunakan untuk melindungi operator pada saat unit
mengalami insiden terguling.
1.3.8
Fuel tank digunakan untuk wadah yang aman untuk bahan bakar dan
mendorong/membebaskan tekanan gas ke dalam mesin.
1.3.9
Ripper tilt cylinder digunakan untuk mengangkat pada posisi naik dan
turun hingga posisi miring.
1.3.10
Shank ripper merupakan pangkal pada pengeruk.
1.3.11
Ripper lift cylinder digunakan untuk mengangkat pada posisi ke
samping.
1.3.12
Ripper digunakan untuk memecah batu dan tanah keras, untuk
memudahkan proses penggusuran, pengeruk.
1.3.13
Shank protector merupakan bagian yang antara pengeruk dan
pangkalnya.
1.3.14
Point ripper merupakan bagian titik ujung untuk mengeruk.
1.3.15
Arm ripper merupakan bagian seperti engsel pengeruk agar mudah
seperti gerakan mengayun.
1.3.16
Final drive merupakan penggerak untuk mempermudah memutar rantai.
1.3.17
Teeth sprocket merupakan gerigi pada roda pemutaran rantai.
1.3.18
Carrier roller merupakan penahan main frame.
1.3.19
Track shoe merupakan roda yang digunakan pada medan berlumpur.
1.3.20
Track roller merupakan bagian seperti roda untuk memutarkan rantai.
1.3.21
Straight frame merupakan batang penyanggah blade.
1.3.22
Brace merupakan penyangga untuk penggerak roda.
1.3.23
Cutting edge untuk memotong/mendorong puing-puing terletak di bagian
terbawah
1.5.5 Ripping
a) Posisi saat sebelum menurunkan shank, shank harus berada pada posisi
keluar penuh, untuk menghujamkan shank ripper kedalam material,
miringkan sudut shank ripper tersebut sehingga ujung tip pada posisi
yang tepat untuk bisa masuk kedalam material dengan mudah, besarnya
sudut disesuaikan dengan jenis material yang harus dibongkar.
b) Setelah shank diturunkan, operator harus mengatur kecepatan putaran
engine (rpm) untuk mengantisipasi kekerasan material yang akan di
ripping. sambil bergerak maju, masukkan shank ripper kedalam material.
Setelah mencapai kedalaman yang diinginkan, gerakkan shank ripper
kedepan agar besarnya sudut pada posisi yang paling efektif. Sudut tersebut
biasanya terletak diantara posisi tegak lurus dan maju.
c) Atur kecepatan putaran engine (rpm) bersamaan dengan mengatur
posisi shank mengarah kedalam material. gerakkan shank ripper kedepan
atau posisi shank in bila menghadapi material yang sulit diangkat.
d) Setelah posisi shank diarahkan kedalam, disesuaikan dengan jenis
kekerasan material, operator diharuskan tetap mengatur kecepatan putaran
engine (rpm) untuk menjaga agar tidak terjadi slip pada track shoe.
gerakkan shank ripper kebelakang atau posisi shank out bila diperlukan
jarak yang lebih lebar antara shank ripper dan track.
e) Pada saat melakukan ripping, operator harus tetap mempergunakan gigi
transmisi satu, dan tidak dibenarkan mempergunakan gigi transmisi tinggi.