You are on page 1of 20

LAPORAN KASUS

NEURODERMATITIS

Disusun oleh:
Vivy Desyanti
030.11.303

Pembimbing :

dr. Sri Primawati Indraswari, Sp.KK, MM, MH

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


PERIODE 1 FEBRUARI 5 MARET 2016
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARDINAH TEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

LAPORAN KASUS

NEURODERMATITIS
Oleh : Vivy Desyanti (030.11.303)
I. PENDAHULUAN
Neurodermatitis adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip ditandai dengan
kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol menyerupai batang kayu, akibat garukan
atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai rangsangan pruritogenik. Pruritus
memainkan peran sentral dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa likenifikasi dan prurigo
nodularis. Hipotesis mengenai pruritus dapat oleh karena adanya penyakit yang mendasari,
misalnya gagal ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, diabetes melitus, penyakit kulit yang
mendasari seperti dermatitis atopik, dermatitis kontak alergi, gigitan serangga dan aspek
psikologik dengan tekanan emosi.(1)
Neurodermatitis jarang terjadi pada anak, tetapi lebih sering terjadi pada dewasa ke
atas, terutama pada usia 30 50 tahun. Kasus neurodermatitis pada wanita lebih banyak
dibanding pada pria. Keluhan penderita biasanya adalah rasa gatal yang amat sangat dan
dapat mengganggu tidur. Rasa gatal tidak terus menerus, biasanya pada saat tidak sibuk dan
bila muncul sangat sulit untuk menahan keinginan untuk menggaruk. Penderita merasa enak
setelah digaruk hingga luka setelah rasa gatal hilang digantikan dengan rasa nyeri.(1)
Gambaran klinis lesi biasanya tunggal, dapat pula lebih dari satu. (2) Awalnya berupa
plak eritematosa dan edema atau kelompok papul. Selanjutnya karena garukan yang terus
menerus maka bagian tengah akan menebal, kering dan berskuama. (1) Tepi hiperpigmentasi
serta batas tegas. Ukuran lesi lentikular sampai plakat, umumnya lonjong. Letak lesi dapat
dimana saja, asal mudah dicapai dengan tangan. Tetapi yang biasa menjadi predileksi dari
neurodermatitis adalah skalp, tengkuk, sisi leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva,
skrotum, perianal, paha bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian
depan dan punggung kaki.(2)
Prevalensi neurodermatitis di dunia dalam angka pasti belum diketahui. Dalam suatu
penelitan dari kelompok yang merasa kulitnya gatal, 12% dari golongan tersebut termasuk
kedalam neurodermatitis.(3)

Di Indonesia belum terdapat data yang menerangkan prevalensi neurodermatitis. Di


RSUD Kardinah Tegal tahun 2014 terdapat 80 kasus neurodermatitis baru. Dari 76 kasus
baru, 30 kasus baru terdiri dari laki-laki dan 46 kasus baru terdiri atas perempuan. Jumlah
kasus neurodermatitis berdasarkan kelompok usia yaitu 0 untuk usia <4 tahun,2 kasus untuk
usia 5-14 tahun, 8 kasus untuk usia 15-24 tahun, 35 kasus untuk usia 25-44 tahun, 28 kasus
untuk usia 45-64 tahun dan 7 kasus untuk usia > 65 tahun.
Gambar 1. Prevalensi Neurodermatitis Berdasarkan Jenis Kelamin di
RSUD Kardinah Tahun 2014

Laki-laki
Perempuan

Gambar 2. Prevalensi Neurodermatitis Berdasarkan Kelompok Usia di


RSUD Kardinah Tahun 2014

KELOMPOK USIA
40
35
30
25
20
15
10
5
0

Di RSUD Kardinah Tegal tahun 2015 terdapat 117 kasus neurodermatitis baru. Dari
117 kasus baru, 47 kasus baru terdiri dari laki-laki dan 70 kasus baru terdiri atas perempuan.
Jumlah kasus neurodermatitis berdasarkan kelompok usia yaitu 0 untuk usia <4 tahun, 6
kasus untuk usia 5-14 tahun, 19 kasus untuk usia 15-24 tahun, 38 kasus untuk usia 25-44
tahun, 40 kasus untuk usia 45-64 tahun dan 14 kasus untuk usia > 65 tahun.
Gambar 3. Prevalensi Neurodermatitis Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD
Kardinah Tahun 2015

40%
60%

laki-laki
perempuan

Gambar 4. Prevalensi Neurodermatitis Berdasarkan Kelompok Usia di RSUD


Kardinah Tahun 2015

Kelompok Usia
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

Kelompok Usia

Prevalensi dermatitis numularis di RSUD Kardinah Tegal tahun 2015 terdapat 115
kasus baru. 41 kasus baru terdiri dari laki-laki dan 74 kasus baru terdiri atas perempuan.
Jumlah kasus dermatitis numulairs berdasarkan kelompok usia yaitu 0 untuk usia <4 tahun,
10 kasus untuk usia 1-4 tahun, 20 kasus untuk usia 5-14 tahun, 22 kasus untuk usia 15-24
tahun, 34 kasus untuk usia 25-44 tahun, 25 kasus untuk usia 45-64 tahun dan 4 kasus untuk
usia > 65 tahun.
Gambar 5. Prevalensi Dermatitis Numularis Berdasarkan Jenis Kelamin di
RSUD Kardinah Tahun 2015

36%
laki-laki
perempuan
64%

Gambar 6. Prevalensi Dermatitis Numularis Berdasarkan Kelompok Usia di


RSUD Kardinah Tahun 2015

Kelompok Usia
30
25
20
15
10
5
0

Kelompok Usia

Prevalensi dermatitis kontak alergika di RSUD Kardinah Tegal tahun 2015 terdapat
141 kasus baru. 43 kasus baru terdiri dari laki-laki dan 98 kasus baru terdiri atas perempuan.
Jumlah kasus dermatitis kontak alergika berdasarkan kelompok usia yaitu 0 untuk usia <4
tahun, 7 kasus untuk usia 1-4 tahun, 14 kasus untuk usia 5-14 tahun, 33 kasus untuk usia 1524 tahun, 46 kasus untuk usia 25-44 tahun, 34 kasus untuk usia 45-64 tahun dan 6 kasus
untuk usia > 65 tahun.
Gambar 7. Prevalensi Dermatitis Kontak Alergika Berdasarkan Jenis Kelamin
di RSUD Kardinah Tahun 2015

30%
laki-laki
perempuan
70%

Gambar 8. Prevalensi Dermatitis Kontak Alergika Berdasarkan Kelompok Usia


di RSUD Kardinah Tahun 2015

Kelompok Usia
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

Kelompok Usia

Prevalensi dermatitis kontak iritan di RSUD Kardinah Tegal tahun 2015 terdapat 64
kasus baru. 16 kasus baru terdiri dari laki-laki dan 48 kasus baru terdiri atas perempuan.
Jumlah kasus dermatitis kontak iritan berdasarkan kelompok usia yaitu 0 untuk usia <4
tahun, 4 kasus untuk usia 1-4 tahun, 7 kasus untuk usia 5-14 tahun, 19 kasus untuk usia 15-24
tahun, 16 kasus untuk usia 25-44 tahun, 15 kasus untuk usia 45-64 tahun dan 2 kasus untuk
usia > 65 tahun.
Gambar 9. Prevalensi Dermatitis Kontak Iritan Berdasarkan Jenis Kelamin di
RSUD Kardinah Tahun 2015

25%
laki-laki
perempuan
75%

Gambar 10. Prevalensi Dermatitis Kontak Iritan Berdasarkan Kelompok Usia


di RSUD Kardinah Tahun 2015

Kelompok Usia
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

Kelompok Usia

Prevalensi dermatitis atopik di RSUD Kardinah Tegal tahun 2015 terdapat 88 kasus
baru. 39 kasus baru terdiri dari laki-laki dan 49 kasus baru terdiri atas perempuan. Jumlah
kasus dermatitis atopik berdasarkan kelompok usia yaitu 0 untuk usia <4 tahun, 25 kasus
untuk usia 1-4 tahun, 14 kasus untuk usia 5-14 tahun, 14 kasus untuk usia 15-24 tahun, 18
kasus untuk usia 25-44 tahun, 10 kasus untuk usia 45-64 tahun dan 7 kasus untuk usia > 65
tahun.
Gambar 11. Prevalensi Dermatitis Atopik Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD
Kardinah Tahun 2015

44%

laki-laki
perempuan

56%

Gambar 12. Prevalensi Dermatitis Atopik Berdasarkan Kelompok Usia di


RSUD Kardinah Tahun 2015

Kelompok Usia
30
20
10
0

Kelomp
ok Usia

Berikut akan dilaporkan sebuah kasus neurodermatitis pada seorang wanita berusia 62
tahun.
II. KASUS
Seorang wanita berusia 62 tahun, pendidikan terakhir SMP, pekerjaan ibu rumah
tangga, menikah, dan beragama Islam, datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD

Kardinah Tegal pada tanggal 25 Februari 2016 pukul 10.30 WIB dengan keluhan utama
bruntus-bruntus merah, bersisik, disertai penebalan kulit pada punggung kaki kanan yang
terasa gatal.
A. Anamnesis Khusus
(Autoanamnesis pada tanggal 25 Februari 2016 pukul 10.30 WIB di Poliklinik Kulit
dan Kelamin RSUD Kardinah Tegal)
Pasien mengeluh terdapat bruntus-bruntus merah, bersisik, disertai penebalan kulit
yang terasa gatal pada punggung kaki kanan sejak satu tahun yang lalu. Satu tahun yang lalu,
bruntus-bruntus merah tersebut awalnya berupa penonjolan kulit yang merah, sedikit
bengkak, lambat laun merah dan bengkak mengilang. Saat itu pasien mengatakan bruntusbruntus merah sebesar kepala jarum pentul. Pasien mengeluh gatal sekali yang dirasakan
terutama saat sedang beristirahat sehingga bila timbul malam hari dapat mengganggu tidur.
Karena gatal, pasien jadi sering menggaruk dan merasa lebih enak setelah digaruk. Pada
tempat yang sering digaruk terdapat luka dan terasa perih. Pasien mengatakan bahwa gejala
gatal tersebut muncul jika pasien sedang banyak pikiran.
Lima bulan yang lalu pasien sudah berobat ke puskesmas untuk mengatasi keluhannya.
Dokter di puskesmas memberikan obat berupa tablet kecil berwarna putih yang diminum dua
kali sehari selama hampir satu minggu. Pasien juga diberikan salep berwarna putih yang
dioleskan dua kali sehari selama hampir satu minggu, tetapi pasien mengatakan lupa nama
salep tersebut. Pasien mengatakan gejala bruntus-bruntus merah yang disertai gatal
menghilang setelah diberikan obat dari puskesmas tersebut. Tetapi, setelah obat dan salep
habis bruntus-bruntus merah tersebut muncul kembali ditempat yang sama yaitu punggung
kaki kanan berukuran sebesar biji jagung dan terasa gatal. Bruntus-bruntus merah tersebut
menonjol dari permukaan kulit, berwarna merah, bagian tengah mengelupas dan menebal.
Karena gatal, pasien sering menggaruk kembali dan merasa lebih enak setelah digaruk. Pada
tempat yang digaruk terdapat luka baru dan terasa perih. Pasien mengatakan bruntus-bruntus
merah yang disertai gatal tersebut muncul kembali saat pasien banyak pikiran. Saat itu pasien
mengatakan sedang banyak pikiran karena harus membiayai keluarganya sedangkan
suaminya sudah pensiun dari pekerjaan.
Satu bulan yang lalu, bruntus-bruntus merah tersebut mengelupas, menebal, dan
terdapat luka akibat garukan. Saat ini bruntus-bruntus merah yang disertai penebalan tersebut
menjadi membesar dengan ukuran 4 cm x 5 cm pada punggung kaki kanan. Pada bagian

tengah mengelupas dan menebal. Kulit sekitarnya mengalami perubahan warna, dan batas
dengan kulit normal jelas.
Pasien menyangkal pernah mendapati sisik yang menyertai bruntus-bruntus berwarna
merah-biru dan disertai kulit yang mengelupas. Pasien menyangkal muncul adanya
penonjolan kulit, berkilat, kadang-kadang ada cekungan ditengah, dan garis-garis anyaman
berwarna putih pada kulit. Pasien juga menyangkal adanya kelainan lain yang muncul
didaerah bukal, lidah dan bibir.
Pasien mengatakan pada waktu kecil pasien tidak pernah mengalami penyakit kulit
berupa bruntus-bruntus merah yang disertai gatal pada wajah, kelopak mata, leher,
pergelangan tangan, lengan, lipat siku, lipat lutut dan kaki. Pasien menyangkal adanya alergi
terhadap wol, bulu kucing dan anjing, juga bulu ayam, burung, dan sejenisnya. Pasien juga
menyangkal memiliki riwayat rinitis alergi, dermatitis atopik, dan asma bronkial pada
keluarga dan dirinya.
Pasien menyangkal pernah mendapati sisik yang menyertai bruntus-bruntus merah
tersebut terasa tebal, kasar, dan berlapis. Pasien juga menyangkal pernah mendapati bercak
tersebut pada bagian seperti siku dan lutut. Pasien juga menyangkal jika saat menggaruk
bagian bercak tersebut akan terlihat perdarahan berupa titik-titik kecil ataupun pada kulit
yang sehat jika digaruk akan terbentuk lesi yang mirip dengan lesi yang sudah ada
sebelumnya. Pasien juga menyangkal adanya riwayat penyakit kencing manis, gagal ginjal
kronis, dan riwayat pembesaran kelenjar tiroid. Tidak ada anggota keluarga yang tinggal satu
rumah yang memiliki keluhan sama seperti pasien. Karena keadaan pasien belum membaik
akhirnya pasien dirujuk ke poli kulit dan kelamin RSUD Kardinah.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis

Keadaan Umum

: Baik, tampak sakit ringan

Kesadaran

: Compos Mentis

Tanda Vital

Tekanan darah

: 170/90 mmHG

Nadi

: 88x/menit

Suhu

: 36,8o C

Pernafasan

: 18x/menit

Berat badan

: 75 kg

Tinggi

: 160 cm

Status gizi

: Overwight (BMI = 29,29)

Kepala

: Bentuk normocephali

Kulit kepala

: Kelainan kulit (-)

Mata

: Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

Hidung

: Tidak ada septum deviasi, sekret (-)

Mulut

: Bibir sianosis (-), karies gigi (-), geographic tongue (-),


tonsil T1-T1 tenang, faring tidak hiperemis

Telinga

: Normotia, serumen -/-

Leher

: Tidak terdapat pembesaran KGB dan tiroid

Toraks

Paru
Inspeksi

: Kedua lapang paru tampak simetris saat statis dan dinamis

Auskultasi : Suara napas vesikuler pada kedua lapang paru, ronki (-/-),
wheezing (-/-)
-

Jantung
Inspeksi

: Tidak tampak pulsasi iktus kordis

Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi

: Cembung

Auskultasi

: Bising usus (+)

Genitalia

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas

Superior

: Oedem (-), deformitas (-), kelainan sendi (-), kelainan

kulit (-), kelainan kuku : pitting nail (-), onikolisis (-), diskolorasi (-)
-

Inferior

: Oedem (-), deformitas (-), kelainan sendi (-), kelainan

kulit (-), kelainan kuku : pitting nail (-), onikolisis (-), diskolorasi (-)
2. Status Dermatologikus

Distribusi : Regional

Ad Regio

: Punggung kaki kanan

Lesi

: Soliter, diskret, bentuk bulat, batas tegas, menonjol dari

permukaan kulit, ukuran plakat, kering

Efloresensi : Papul, hipopigmentasi, skuama, erosi, likenifikasi

Gambar 13. Daerah punggung kaki kanan

Gambar 14. Daerah punggung kaki kanan (diperbesar)


Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
C. Resume
Seorang wanita berusia 62 tahun, pendidikan terakhir SMP, pekerjaan ibu rumah
tangga, menikah, dan beragama Islam, datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD
Kardinah Tegal pada tanggal 25 Februari 2016 pukul 10.30 WIB dengan keluhan utama
bruntus-bruntus merah, bersisik, disertai penebalan kulit pada punggung kaki kanan yang
terasa gatal.
Dari anamnesis didapatkan, keluhan berupa bruntus-bruntus merah, bersisik, disertai
penebalan kulit yang terasa gatal pada punggung kaki kanan sejak satu tahun yang lalu.
Bruntus-bruntus merah awalnya berupa penonjolan kulit yang merah, sedikit bengkak, lambat
laun merah dan bengkak mengilang. Bruntus-bruntus merah sebesar kepala jarum pentul
disertai rasa gatal sekali yang dirasakan terutama saat sedang beristirahat sehingga bila timbul
malam hari dapat mengganggu tidur. Karena gatal, pasien jadi sering menggaruk dan merasa
lebih enak setelah digaruk. Pada tempat yang sering digaruk terdapat luka dan terasa perih.
Pasien mengatakan bahwa gejala gatal tersebut muncul jika pasien sedang banyak pikiran.
Saat itu pasien mengatakan sedang banyak pikiran karena harus membiayai keluarganya
sedangkan suaminya sudah pensiun dari pekerjaan. Saat ini bruntus-bruntus merah yang
disertai penebalan tersebut menjadi membesar dengan ukuran 4 cm x 5 cm pada punggung

kaki kanan. Pada bagian tengah mengelupas dan menebal. Kulit sekitarnya mengalami
perubahan warna, dan batas dengan kulit normal jelas.
Pasien menyangkal pernah mendapati sisik yang menyertai bruntus-bruntus berwarna
merah-biru dan disertai kulit yang mengelupas. Pasien menyangkal muncul adanya
penonjolan kulit, berkilat, kadang-kadang ada cekungan ditengah, dan garis-garis anyaman
berwarna putih pada kulit. Pasien juga menyangkal adanya kelainan lain yang muncul
didaerah bukal, lidah dan bibir. Pasien mengatakan pada waktu kecil pasien tidak pernah
mengalami penyakit kulit berupa bruntus-bruntus merah yang disertai gatal pada wajah,
kelopak mata, leher, pergelangan tangan, lengan, lipat siku, lipat lutut dan kaki. Pasien
menyangkal adanya alergi terhadap wol, bulu kucing dan anjing, juga bulu ayam, burung, dan
sejenisnya. Pasien juga menyangkal memiliki riwayat rinitis alergi, dermatitis atopik, dan
asma bronkial pada keluarga dan dirinya. Pasien menyangkal pernah mendapati sisik yang
menyertai bruntus-bruntus merah tersebut terasa tebal, kasar, dan berlapis. Pasien juga
menyangkal pernah mendapati bercak tersebut pada bagian seperti siku dan lutut. Pasien juga
menyangkal jika saat menggaruk bagian bercak tersebut akan terlihat perdarahan berupa titiktitik kecil ataupun pada kulit yang sehat jika digaruk akan terbentuk lesi yang mirip dengan
lesi yang sudah ada sebelumnya. Pasien juga menyangkal adanya riwayat penyakit kencing
manis, gagal ginjal kronis, dan riwayat pembesaran kelenjar tiroid. Tidak ada anggota
keluarga yang tinggal satu rumah yang memiliki keluhan sama seperti pasien
Dari pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dalam batas normal. Status
dermatologikus didapatkan distribusi regional pada punggung kaki kanan. Lesi pada
punggung kanan adalah soliter, diskret, bentuk bulat, berbatas tegas, menonjol dari
permukaan, ukuran plakat, dan kering. Efloresensinya adalah makula-eritematous,
hipopigmentasi, papul, skuama, erosi, dan likenifikasi.
D. Diagnosis Banding
Neurodermatitis
Liken planus
Psoriasis
Dermatitis atopi
E. Diagnosis Kerja
Neurodermatitis

F. Usulan Pemeriksaan
a. Neurodermatitis
Histopatologi (gambaran histopatologi neurodermatitis berupa ortokeratosis,
hipergranulosis, akantosis dengan rate ridges memanjang teratu. Bersebukan sel
radang limfosit dan histiosit di sekitar pembuluh darah dermis bagian atas,
fibroblas bertambah, kolagen menebal. Pada prorigo nodularis akantosis pada
bagian tengah lebih tebal, menonjol lebih tinggi dari permukaan, sel Schwan
berproliferasi, dan terlihat hiperplasi neural. Kadang terlihat krusta yang menutup
sebagian epidermis).
b. Liken planus
Pemeriksaan laboratorium (jumlah leukosit dan limfosit menurun)
Histopatologi (papul menunjukkan penebalan lapisan granuloma, degenerasi
mencair membran basalis dan sel basal. Terdapat pula infiltrat seperti pita terdiri
atas limfosit dan histiosit pada dermis bagian atas. Infiltrat tersebut padat dan
mempunyai batas bawah yang tajam. Strie Wickham mungkin ada hubungan
dengan bertambahnya aktivitas fokal liken planus dan tidak karena penebalan
lapisan granular. IgM dan fibrin terdapat pada dermis papilar pada lesi yang
aktif).
c. Psoriasis
Histopatologi (gambaran parakeratosis dan akantosis)
Fenomena tetesan lilin : Skuama berubah menjadi warna putih ketika digores

dengan pinggiran kaca objek


Fenomena Auspitz : skuama putih akan meninggalkan bintik-bintik perdarahan

ketika digores dengan pinggiran kaca objek.


Fenomena Kobner : trauma pada kulit yang sehat (garukan) akan menimbulkan

kelainan yang sama seperti pada psoriasis kira-kira setelah 3 minggu.


d. Dermatitis atopik
Imunohistologi (lesi akut dan ditandai dengan spongiosis, eksositosis limfosit T,
jumlah sel SL meningkat. Pada dermis : edema, bersebukan sel radang terutama
limfosit T, dan makrofag. Pembuluh darah kulit pada dermatitis atopik
menunjukkan peningkatan ekspresi molekul adesi E-selektin, VCAM-1 (vascular
cell adhesion molecule-1) dan ICAM-1 (intercellular adhesion molecule-1) pada
sel endotel. Lesi kronis menunjukkan hiperkeratosis dan akantosis. Dermis
bersebukan sel radang, terutama makrofag dan eosinofil).
G. Penatalaksanaan

1. Umum

Memberikan edukasi kepada pasien mengenai penyakit yang diderita serta


pengobatannya.

Memotivasi pasien untuk rutin kontrol dan tidak menghentikan pengobatan


tanpa seizin dokter.

Memberikan edukasi kepada pasien agar tidak menggaruk kulit yang terasa
gatal.

2. Khusus

Sistemik
-

Anti histamine

: Cetirizine 1x10 mg

Topikal
-

Kortikosteroid topikal : Bethametasone dipropionate 0,05% dioleskan


pagi hari dan Clobetasol propionate 0,05% dioleskan pada sore dan
malam hari pada punggung kaki kanan.

H. Prognosis

Quo ad vitam

Quo ad functionam : ad bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam

: ad bonam

III. PEMBAHASAN
Neurodermatitis adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip ditandai dengan
kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol menyerupai batang kayu, akibat garukan
atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai rangsangan pruritogenik. Pruritus
memainkan peran sentral dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa likenifikasi dan prurigo
nodularis.(1) Hipotesis mengenai pruritus dapat karena adanya penyakit yang mendasari,
misalnya gagal ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, diabetes melitus, penyakit kulit yang
mendasari seperti dermatitis atopik, dermatitis kontak alergi, gigitan serangga dan aspek
psikologik dengan tekanan emosi. Neurodermatitis sering terjadi pada dewasa ke atas,
terutama pada usia 30 50 tahun. Kasus neurodermatitis pada wanita lebih banyak dibanding
pada pria. Keluhan penderita biasanya adalah rasa gatal yang amat sangat dan dapat
mengganggu tidur. Rasa gatal tidak terus menerus bila muncul sangat sulit untuk menahan

keinginan untuk menggaruk. Penderita merasa enak setelah digaruk hingga luka setelah rasa
gatal hilang digantikan dengan rasa nyeri.(2)
Gambaran klinis lesi biasanya tunggal, dapat pula lebih dari satu. Awalnya berupa plak
eritematosa dan edema atau kelompok papul. Selanjutnya karena garukan yang terus menerus
maka bagian tengah akan menebal, kering dan berskuama. Tepi hiperpigmentasi serta batas
tegas. Ukuran lesi lentikular sampai plakat, umumnya lonjong. Letak lesi dapat dimana saja,
asal mudah dicapai dengan tangan. Tetapi yang biasa menjadi predileksi dari neurodermatitis
adalah skalp, tengkuk, sisi leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal,
paha bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian depan dan
punggung kaki. (1)
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaaan fisik lesi pada punggung kaki kanan pasien
adalah neurodermatitis. Diagnosis banding pada kasus ini adalah liken planus, psoriasis dan
dermatitis atopik.
Liken planus ditandai dengan timbulnya papul-papul yang mempunyai warna dan
konfigurasi yang khas. Papul-paul berwarna merah biru dan polygonal, berskuama berbentuk
siku-siku. Kadang-kadang ada cekungan di sentral (delle). Garis-garis anyaman berwarna
putih (strie Wickham) dapat dilihat pada permukaan papul. Tempat predileksi kelainan utama
adalah pada ekstremitas bawah dan lebih sering di fleksor bagian pergelangan tangan atau
lengan bawah, distribusinya simetrik. Sangat gatal umumnya membaik dalam 1-2 tahun.
Pada pasien tidak terdapat tanda-tanda liken planus yang khas.(4)

Gambar 3. Liken Planus (5,6)


Diagnosis banding lainnya yaitu Dermatitis Atopik. Berdasarkan literatur, dermatitis
atopik adalah dermatitis kronis dan residif, disertai gatal, yang umumnya sering terjadi pada
masa bayi dan anak-anak, berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan
riwayat atopi pada keluarga atau penderita (dermatitis atopic, rhinitis alergika dan atau asma
bronkial).(9) Pada dewasa distribusi dermatitis atopik kurang karakteristik sering mengenai
tangan dan pergelangan tangan dapat pula ditemukan setempat misalnya di bibir, vulvva dan

skalp. Lesi kering agak menimbul papul datar dan cenderung bergabung menjadi plak
likenifikasi dengan sedikit skuama dan sering terjadi ekskoriasi dan eksudasi karena garukan.
Pada remaja dan dewasa dermatitis atopik berlangsung lama kemudian cendurung membaik
setelah usia 30 tahun jarang sampai usia pertengahan hanya sebagian kecil berlangsung
sampai tua.(10) Pada pasien keluhan di punggung kaki baru pertama kali dirasakan. Selain itu
tidak terdapat trias atopik pada pasien ataupun pada keluarga pasien.

Gambar 5. Dermatitis Atopik (8,11)


Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif.
Ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar.
Jika skuama digores menunjukkan tanda tetesan lilin. Pada psoriasis terdapat 2 fenomena,
yaitu Koebner dan Auspitz. Predileksi penyakit ini biasanya pada perbatasan daerah scalp
,perbatasan saerah scalp denggan wajah, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku dan
lutut, serta daerah lumbosakral.(12) Pada pasien ini tidak ditemukan tanda tetesan lilin yang
khas pada psoriasis.

Plak Psoriasis (13)

Gambar 6.
Terapi
kasus

ini

yang

diberikan

yaitu

kortikosteroid

pada

topikal Bethametason dipropionate 0,05%, cara kerja obat ini yaitu mengurangi
peradangan dengan menstabilkan membran leukosit lisosom, mencegah pelepasan
hidrolase asam yang merusak dari leukosit, menghambat akumulasi makrofag di daerah
yang

meradang, mengurangi adhesi leukosit ke kapiler endotelium, mengurangi

permeabilitas dinding kapiler dan pembentukan edema, penurunan komponen pelengkap,


antagonis aktivitas histamin dan pelepasan kinin dari substrat dan mengurangi proliferasi
fibroblast, deposisi kolagen, dan pembentukan jaringan parut berikutnya. Selain itu,
diberikan Clobetasol propionate 0,05%, cara kerja obat ini yaitu menekan mitosis dan
menambah

sintesis

protein

yang

mengurangi

peradangan

dan

menyebabkan

vasokonstriksi. Selain itu juga diberikan antihistamin cetirizine untuk simptomatis


mengurangi keluhan gatal. (3)

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda S,.Sularsito SA. Dermatitis.Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Editors.


Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6. Jakarta:FKUI. 2010. p.147-8

2. Siregar

RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi kedua. EGC. Jakarta
2005.p. 129-130

3. Hogan DJ,Et al.Lichen simplex chronicus. Available at:


http://emedicine.medscape.com/article/1123423-overview#a6 .Accesed on 25
February 2016
4. Natahusada EC. Liken Planus. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Editors. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6. Jakarta:FKUI. 2010. p.282-3
5. Chuang Ty Et Al. Lichen Planus. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/1123213-overview , Accesed on: 25 February
2016
6. Mayo Fondation. Lichen Planus. Available at : http://www.mayoclinic.org/lichenplanus/img-20007672-overview , Accesed on: 25 February 2016
7. Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit.
Jakarta : EGC
8. Djuanda S,.Sularsito SA. Lembaran Foto Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6.
Jakarta:FKUI. 2010. p. 450
9. Kim BS Et Al. Available at : http://emedicine.medscape.com/article/1049085overview. Accesed on: 25 February 2016
10. Djuanda S,.Sularsito SA. Dermatitis.Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Editors.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6. Jakarta:FKUI. 2010. p.138-147
11. Kim BS Et al. Atopic Dermatitis. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/1049085-overview . Accesed on 25 February
2016
12. Djuanda A. Dermatosis Eritroskuamosa. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S.
Editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6. Jakarta:FKUI. 2010. p.189-202
13.
Meffert J. Psoriasis. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/1943419-overview .Accesed on 25 February
2016

You might also like