You are on page 1of 11

Minggu, 29 Maret 2015

Makalah Luka Bakar

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis

yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi
dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan juga cukup
mahal untuk penanganannnya. Penyebab luka bakar selain karena api ( secara
langsung ataupun tidak langsung ), juga karena pajanan suhu tinggi dari matahari,
listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api
( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga
(Sjamsuhidajat, 2005 ). Dengan memperhatikan prinsip- prinsip dasar resusitasi pada
trauma dan penerapannya pada saat yang tepat diharapkan akan dapat menurunkan
sekecil mungkin angka- angka tersebut diatas. Prinsip- prinsip dasar tersebut meliputi
kewaspadaan akan terjadinya gangguan jalan nafas pada penderita yang mengalami
trauma inhalasi, mempertahankan hemodinamik dalam batas normal dengan resusitasi
cairan, mengetahui dan mengobati penyulit- penyulit yangmungkin terjadi akibat
trauma listrik, misalnya rabdomiolisis dan disritmia jantung. Mengendalikan suhu
tubuh dan menjuhkan / mengeluarkan penderita dari lingkungan trauma panas juga
merupakan prinsip utama dari penanganan trauma termal ( American College
of Surgeon Committee on Trauma, 1997). Kulit adalah organ kompleks yang
memberikan pertahanan tubuh pertama terhadap kemungkinan lingkungan yang
merugikan. Kulit melindungi tubuh terhadap infeksi, mencegah kehilangan cairan
tubuh, membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ eksretoridan
sensori, membantu dalam proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi citra tubuh.
Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera kulit yang
sebagian besar dapat dicegah ( Horne dan Swearingen, 2000 ).
1.2
Rumusan Masalah

1.2.1 Apa Definisi, Etiologi dan Patofisiologi Luka Bakar ?


1.2.2 Bagaimana pengkajian pada klien Luka Bakar ?
1.2.3 Diagnosa Keperawatan apa yang muncul pada Klien Luka Bakar dan
Intervensinya ?
1.3

Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui gambaran secara umum tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan Luka Bakar.
1.3.2 Tujuan Khusus
a.
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan
Luka Bakar.
b.
Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada
klien dengan Luka Bakar.
c.
Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan pada
klien dengan Luka Bakar.
d.
Mahasiswa mampu menerapkan implementasi keperawatan pada
klien dengan Luka Bakar.

BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP MEDIS
2.1

Definisi
Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak

langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat
kimia (chemycal), atau radiasi (radiation).
Luka bakar adalah injury pada jaringan yang disebabkan oleh suhu panas,
kimia, elektrik, radiasi dan thermal. (Djohansjah, M, dkk, 1991: 365)

Luka bakar adalah luka yang terjadi bila sumber panas bersentuhan dengan tubuh atau
jaringan dan besarnya luka ditentukan oleh tingkat panas atau suhu dan lamanya
terkena. (Doengoes, Marilynn E.2000 )
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh karena kontak lansung atau
bersentuhan langsung atau tidak langsung dengan panas, kimia dan sumber lain yang
menyebabkan terbakar. (Hudak & Gallo, 1996 : 927)
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan
kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna
Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).
Luka bakar adaalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang
disebabkan oleh trauma benda tajam ataau tumpul, perubahan suhu, zat kimia,
ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan (buku Ilmu Ajar bedah Syamsu hidayat)

2.2

Etiologi
2.2.1 Disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh melalui
konduksi atau radiasi elektromagnetik.
a.
b.
c.
d.
e.

Luka Bakar Suhu Tinggi (Thermal Burn)


Seperti Gas,cairan, bahan padat (solid)
Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn)
Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)

2.2.2 Berdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar dibagi menjadi 3 fase,


yaitu :
a.

Fase akut
Pada fase ini problema yang ada berkisar pada gangguan saluran

napas karena adanya cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase
ini terjadi gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat
cedera termis bersifat sistemik.
b.

Fase sub akut


Fase ini berlangsung setelah shock berakhir. Luka terbuka akibat

kerusakan jaringan (kulit dan jaringan dibawahnya) menimbulkan

masalah inflamasi, sepsis dan penguapan cairan tubuh disertai


panas/energi.
c.

Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi

maturasi. Masalah pada fase ini adalah timbulnya penyulit dari luka
bakar berupa parut hipertrofik, kontraktur, dan deformitas lainnya.
2.3

Tanda dan Gejala

2.3.1 Derajat I (superficial)


a. Lapisan luar epidermis terbakar
b. Edema Kulit kering
c. Pucat saat ditekan
d. Eritema ringan hebat
2.3.2 Derajat II (parsial)
a. Mengenai epidermis
b. Bila dibersihkan tampak homogeny
c. Pucat bila ditekan
d. Kemerahan dan kulit melepuh
e. Sensitif terhadap dingin
2.3.3 Derajat III
a. Mengenai seluruh lapisan kulit
b. Warna merah tua, hitam, putih atau cokelat
c. Permukaan kering dan edema
d. Kerusakan jaringan lemak terlihat
2.3.4 Derajat IV
a. Mengenai seluruh jaringan dibawah kulit
b. Kerusakan jaringan seluruh lapisan kulit
c. Mengenai muskulus dan tulang (Hudak & Gallo : 1996)
2.4

Patofisiologi
Luka bakar mengakibatkan peningkatan permebilitas pembuluh darah sehingga

air, klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan edema
yang dapat berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi. Burn shock
( shock Hipovolemik ) merupakan komplikasi yang sering terjadi, manisfestasi
sistemik tubuh trhadap kondisi ini adalah :
2.4.1 Respon kardiovaskuler
Perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler melelui
kebocoran kapiler mengakibatkan kehilangan Na, air dan protein plasma serta

edema jaringan yang diikuti dengan penurunan curah jantung Hemokonsentrasi


sel darah merah, penurunan perfusi pada organ mayor edema menyeluruh.
2.4.2 Respon Renalis
Dengan menurunnya volume inravaskuler maka aliran ke ginjal dan
GFR menurun mengakibatkan keluaran urin menurun dan bisa berakibat gagal
ginjal.
2.4.3 Respon Gastro Intestinal
Respon umum pada luka bakar > 20 % adalah penurunan aktivitas
gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek respon hipovolemik
dan neurologik serta respon endokrin terhadap adanya perlukaan luas.
Pemasangan NGT mencegah terjadinya distensi abdomen, muntah dan aspirasi.
2.4.4 Respon Imonologi
Sebagian basis mekanik, kulit sebgai mekanisme pertahanan dari
organisme yang masuk. Terjadinya gangguan integritas kulit akan
memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam luka.

2.5

Klasifikasi
American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori,

yaitu:
2.5.1 Luka bakar mayor
a.

Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan

lebih dari 20% pada anak-anak.


b.
Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
c.
Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan
perineum.
d.
Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa
memperhitungkan derajat dan luasnya luka.
e.
Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
2.5.2 Luka bakar moderat

a.

Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20%

pada anak-anak.
b.
Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
c.
Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga,
kaki, dan perineum.
2.5.3 Luka bakar minor
Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan
Griglak (1992) adalah :
a.

Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan

kurang dari 10 % pada anak-anak.


b.
Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
c.
Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
d.
Luka tidak sirkumfer.
e.
Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.
2.6

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan dignostik
2.6.1 Laboratorium : Hb, Ht, Leucosit, Thrombosit, Gula darah, Elektrolit,
Ureum, Kreatinin, Protein, Albumin, Hapusan luka, Urine lengkap, Analisa gas
darah (bila diperlukan), dan lain lain.
2.6.2 Rontgen : Foto Thorax, dan lain-lain.
2.6.3 EKG
2.6.4 CVP : untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka
bakar lebih dari 30 % dewasa dan lebih dari 20 % pada anak.

KONSEP KEPERAWATAN
2.7

Pengkajian

2.7.1 Data Subyektif


a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Umur
Penyebab
Lamanya kontak
Ada tidaknya asap, gangguan jalan nafas
Lokasi terjadi : tertutup keracunan CO
Pengobatan yang diberikan
Riwayat penyakit yang diderita (DM, Jantung, Epilepsi, dll)

2.7.2 Data Obyektif


a.
b.
c.
d.
e.
f.

2.8

Tanda-tanda vital
Luas luka bakar
Kedalaman luka bakar
Kotoran
Daerah yang terbakar
Gejala hypovolemik syok

Diagnosa Keperawatan
2.8.1

Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan ujung-ujung saraf karena luka

bakar
2.8.2 Pola napas tidak efektif berhubungan dengan edema dan efek dari inhalasi
asap
2.8.3
2.8.4

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan


Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer,

kerusakkan kulit, rauma jaringan prosedur invasif


2.8.5 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan ketahanan dan kekuatan
otot.
2.8.6

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit

2.9
No

Rencana Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri Akut
berhubungan dengan
Kerusakan ujung
ujung saraf karena
luka bakar.

Kriteria Hasil NOC

- Level Nyeri
- Kotrol Nyeri
- Comfort level
Kriteria Hasil :
- Pasien mampu mengontrol
nyeri (atahu penyebab nyeri,
mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri).
- Pasien melaporkan bahwa
nyeri berkurang dengan
menggunakan manajemen
nyeri.
- Pasien mengenali skala nyeri,
frekuensi dan tanda-tanda
nyeri)

Intervensi NIC

- lakukan pengkajian nyeri


secara komprehensif .
- Atur posisi tidur senyaman
mungkin
- Bantu Pasien untuk berfokus
pada aktivitas, bukan pada
nyeri dan rasa tidak nyaman
dengan melakukan pengalihan
melalui televise, radio dan
interaksi dengan pengunjung.
- Ajarkan Pasien tentang
Relaksasi untuk mengatasi
nyeri.
- Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri.

- pasien menyatakan rasa


nyaman setelah nyeri
berkurang.
2

Pola nafas tidak

- Status respirasi

- Buka jalan nafas, gunakan

efektif berhubungan

- Airway patency

tekhnik chin lift atau jaw

dengan edema dan

- Vital sign status

thrust bila perlu

efek dari inhalasi

Kriteria hasil :

- Auskultasi suara nafas, catat

asap.

- Pasien mampu batuk efektif

adanya suara tambahan.

- Suara nafas bersih, tidak ada


sianosis dan dyspneu
Pasien dapat mempelihatkan
jalan nafas yang paten (tidak
merasa tercekik, irama nafas
normal, frekuensi nafas dalam
rentang normal.
3.

Kekurangan volume

Kriteria Hasil :

- Monitor status cairan

cairan berhubungan

- Mempertahankan urine

termasuk intake dan output

dengan output yang

output 30 ml/jam.

cairan.

berlebihan

- Tekanan darah, nadi, suhu

- Monitor respon pasien

tubuh dalam batas normal.

terhadap penambahan cairan.

Tidak ada tanda tanda

- Dorong pasien untuk

dehidrasi, elastisitas kulit baik

menambah intake oral.


- Monitor tanda vital.

Resiko Infeksi b/d

Infeksi tidak terjadi

- Kaji tanda tanda infeksi

tidak adekuatnya

Kriteria Hasil :

- Meminimalkan penyebaran

pertahanan primer,

- Jumlah Leukosit DBN

agens infeksius.

kerusakan kulit,

- Pasien terbebas dari tanda

- Pantau penampilan Luka

trauma jaringan

dan gejala infeksi.Pasien.

bakar dan area luka bakar.

prosedur invasif.

- Memperlihatkan hygiene

- Bersihkan area luka bakar

personal yang ade kuat

setiap hari dan lepaskan

- Pembentukan jaringan

jaringan nekrotik.

granulasi baik.

Intoleransi aktivitas

Toleransi aktivitas

- Bantu pasien untuk

b/d penurunan

Kriteria Hasil :

mengidentifikasi pilihan

ketahanan dan

- Pasien dapat mengidentifikasi aktivitas.

kelkuatan otot

aktivitas atau situasi yang

- Fasilitasi latihan otot resistif

menimbulkan nyeri yang dapat

secara rutin untuk untuk

mengakibatkan intoleransi

mempertahankan atau

aktivitas.

meningkatkan kekuatan otot

- Pasien memperlihatkan

- Bantu dan arahkan pasien

aktivitas sehargi hari dengan

untuk mengenali aktivitas

beberapa bantuan.

kehidupan sehari hari yang


dapat dilakukan.

Kerusakan Integritas

Kriteria Hasil :

- Anjurkan Pasien untuk

Kulit berhubungan

- Menunjukkan regenerasi

memakai pakaian yang

dengan kerusakan

yang telah dicapai oleh sel dan

longgar

permukaan kulit.

jaringan setelah penutupan

- Hindari kerutan pada tempat

yang diharapkan.

tidur.

- Mencapai penyembuhan tepat - Kumpulkan dan analisa data


waktu pada area luka bakar.

pasien untuk mempertahankan


integritas kulit dan membrane
mukosa.
- Lakukan perawatan luka atau
perawatan kulit secara rutin.
- Ubah dan atur posisi pasien
sesering mungkin.

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama terhadap

kemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit yang melindungi tubuh dari infeksi,
mencegah kehilangan cairan tubuh, membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai
organ eksretoridan sensori, membantu dalam proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi
citra tubuh.
Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera kulit yang
sebagian besar dapat dicegah.
Luka bakar adalah kerusakan atau keghilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.

Luka Bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.
3.2

Saran
Agar pembaca memahami dan mengerti tentang Luka bakar, tingkat luka bakar,

tindakan pada luka bakar agar dapat bermanfaat serta berguna bagi pembaca dan masyarakat
umum.

DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T. Heather.2012.Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 20122014.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Nurarif, Amin Huda dan Hardri Kusuma.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC_NOC.Yogyakarta : Penerbit Media Action Publising.
Smeltzer & Bare.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8 volume 3. Jakarta :
Penerbit Buku Kedoktean EGC.
Wilkinson, Judith M dan nancy R. Ahern.2011.Buku saku diagnosis keperawatan : Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, criteria hasil NOC.Edisi 9. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Diposkan oleh HamsahPK4 di 16.43
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Gaya...

You might also like