You are on page 1of 23

PRAKTIKUM PERPETAAN

LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
WATERPASS

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Ilmu ukur tanah adalah bagian rendah dari ilmu Geodesi, yang merupakan

suatu ilmu yang mempelajari ukuran dan bentuk bumi dan menyajikannya dalam
bentuk tertentu. Ilmu Geodesi ini berguna bagi pekerjaan perencanaan yang
membutuhkan data-data koordinat dan ketinggian titik lapangan Berdasarkan
ketelitian pengukurannya, ilmu Geodesi terbagi atas dua macam, yaitu :
1. Geodetic Surveying, yaitu suatu survey yang memperhitungkan kelengkungan bumi
atau kondisi sebenarnya. Geodetic Surveying ini digunakan dalam pengukuran
daerah yang luas dengan menggunakan bidang hitung yaitu bidang lengkung
(bola/ellipsoid).
2. Plane Surveying, yaitu suatu survey yang mengabaikan kelengkungan bumi dan
mengasumsikan bumi adalah bidang datar. Plane Surveying ini digunakan untuk
pengukuran daerah yang tidak luas dengan menggunakan bidang hitung yaitu bidang
datar.
Dalam praktikum ini kita memakai Ilmu Ukur Tanah (Plane Surveying) . Ilmu Ukur
tanah dianggap sebagai disiplin ilmu, teknik dan seni yang meliputi semua metoda
untuk pengumpulan dan pemrosesan informasi tentang permukaan bumi dan
lingkungan fisik bumi yang menganggap bumi sebagai bidang datar, sehingga dapat
ditentukan posisi titik-titik di permukaan bumi. Dari titik yang telah didapatkan
tersebut dapat disajikan dalam bentuk peta.
Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah ini mahasiswa akan berlatih melakukan
pekerjaan-pekerjaan survey, dengan tujuan agar Ilmu Ukur Tanah yang didapat
dibangku kuliah dapat diterapkan di lapangan, dengan demikian diharapkan
mahasiswa dapat memahami dengan baik aspek diatas.
Dengan praktikum ini diharapkan dapat melatih mahasiswa melakukan pemetaan
situasi teritris. Hal ini ditempuh mengingat bahwa peta situasi pada umumnya
diperlukan untuk berbagai keperluan perencanaan teknis atau keperluan-keperluan
lainnya yang menggunakan peta sebagai acuan. Pengukuran sipat datar profil banyak
digunakan dalam perencanaan suatu wilayah. Pengukuran ini terbagi menjadi dua
MUH.IDHAM FARID
093 2015 0059

AKRAL MAULANA KABIRAN


093 2014 0210

PRAKTIKUM PERPETAAN
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
WATERPASS

macam, yaitu profil memanjang dan profil melintang. Dengan pengukuran profil ini,
banyak manfaat yang bisa diperoleh dari data yang dihasilkan karena beda tinggi di
setiap bagian di wilayah tersebut dapat diketahui. Informasi mengenai beda tinggi
sangat berguna dalam cut dan fill suatu permukaan tanah yang tidak rata,

1.2 Maksud Dan Tujuan Praktikum


1.2.1 Maksud Praktikum
Praktikum Ilmu Ukur Tanah ini dimaksudkan sebagai aplikasi lapangan dari
teori-teori dasar Ilmu Ukur Tanah yang didapatkan oleh praktikan di bangku kuliah
seperti poligon, alat dan penggunaannya, sampai pada pembuatan peta.
1.2.2 Tujuan Praktikum
Tujuan yang ingin dicapai dari praktikum Ilmu Ukur Tanah ini adalah sbb:
1. Praktikan dapat memahami cara menentukan jarak optis patok utama dan detail,
2. Memahami cara menentukan beda tinggi,
3. Memahami cara menentukan koreksi kesalahan,
4. Memahami cara menentukan tinggi patok, dan
5. Memahami cara mentukan kemiringan patok
1.3

ALAT DAN BAHAN

1.3.1 ALAT
Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum waterpass adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Penyipat datar
Statip (kaki tiga)
Unting-unting
Rambu ukur
Payung
Kompas
Roll meter
Patok
Alat penunjang lain, seperti kertas A4, papan standar, kalkulator, alat tulis
menulis.

MUH.IDHAM FARID
093 2015 0059

AKRAL MAULANA KABIRAN


093 2014 0210

PRAKTIKUM PERPETAAN
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
WATERPASS

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Teori Pengukuran
Pengukuran waterpass adalah pengukuran untuk menentukan beda tinggi

antara dua titik atau lebih. Pengukuran waterpass ini sangat penting gunanya untuk
mendapatkan data sebagai keperluan pemetaan, perencanaan ataupun untuk
pekerjaan konstruksi.
Hasil-hasil dari pengukuran waterpass di antaranya digunakan untuk perencanaan
jalan, jalan kereta api, saluran, penentuan letak bangunan gedung yang didasarkan
atas elevasi tanah yang ada, perhitungan urugan dan galian tanah, penelitian terhadap
saluran-saluran yang sudah ada, dan lain-lain.
Dalam pengukuran tinggi ada beberapa istilah yang sering digunakan, yaitu:
A.

Garis vertikal adalah garis yang menuju ke pusat bumi, yang umum dianggap sama
dengan garis unting-unting.

B.

Bidang mendatar adalah bidang yang tegak lurus garis vertikal pada setiap titik.
Bidang horisontal berbentuk melengkung mengikuti permukaan laut.

C.

Datum adalah bidang yang digunakan sebagai bidang referensi untuk ketinggian,
misalnya permukaan laut rata-rata.

D.

Elevasi adalah jarak vertikal (ketinggian) yang diukur terhadap bidang datum.

E.

Banch Mark (BM) adalah titik yang tetap yang telah diketahui elevasinya terhadap
datum yang dipakai, untuk pedoman pengukuran elevasi daerah sekelilingnya.
Prinsip cara kerja dari alat ukur waterpass adalah membuat garis sumbu teropong
horisontal. Bagian yang membuat kedudukan menjadi horisontal adalah nivo, yang
berbentuk tabung berisi cairan dengan gelembung di dalamnya.
Dalam menggunakan alat ukur waterpass harus dipenuhi syarat-syarat sbb
1. Garis sumbu teropong harus sejajar dengan garis arah nivo.
Garis

arah nivo harus tegak lurus sumbu I.

Benang

silang horisontal harus tegak lurus sumbu I.

MUH.IDHAM FARID
093 2015 0059

AKRAL MAULANA KABIRAN


093 2014 0210

PRAKTIKUM PERPETAAN
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
WATERPASS

2.2 Kegunaan alat.


2.2.1

Fungsi utama.

a. Memperoleh pandangan mendatar atau mendapat garis bidikan yang sama tinggi,
sehingga titik titik yang tepat garis bidikan/ bidik memiliki ketinggian yang sama.
b. Dengan pandangan mendatar ini dan diketahui jarak dari garis bidik yang dapat
dinyatakan sebagai ketinggian garis bidik terhadap titik-titik tertentu, maka akan
diketahui atau ditentukan beda tinggi atau ketinggian dari titik-titik tersebut.
Tambahan alat.
Alat ini dapat ditambah fungsi atau kegunaannya dengan menambah bagian alat
lainnya. Umumnya alat ukur waterpass ditambah bagian alat lain, seperti :
a. Benang stadia, yaitu dua buah benag yang berada di atas dan dibawah serta sejajar
dan dengan jarak yang sama dari benang diafragma mendatar. Dengan adanya
benang stadia dan bantuan alat ukur waterpass berupa rambu atau bak ukur alat ini
dapat digunakan sebagai alat ukur jarak horizontal atau mendatar. Pengukuran jarak
dengan cara seperti ini dikenal dengan jarak optik.
b. Lingkaran berskala, yaitu lingkaran di badan alat yang dilengkapi dengan skala
ukuran sudut. Dengan adanya lingkaran berskala ini arah yang dinyatakan dengan
bacaan sudut dari bidikan yang ditunjukkan oleh benang diafragma tegak dapat
diketahui, sehingga bila dibidikkan ke dua buah titik, sudut antara ke dua titik
tersebut dengan alat dapat ditentukan atau dengan kata lain dapat difungsikan sebagai
alat pengukur sudut horizontal.
2.3 Teori poligon
Poligon adalah serangkaian garis lurus yang menghubungkan titik-titik yang terletak
di permukaan bumi. Garis-garis lurus membentuk sudut-sudut pada titik-titik
perpotongannya. Dengan menggunakan poligon dapat ditentukan secara sekaligus
koordinat beberapa titik yang letaknya berurutan dan memanjang.
Pada ujung awal poligon diperlukan satu titik yang telah diketahui koordinat dan
sudut jurusannya. Karena untuk menentukan koordinat titik yang lain diperlukan
sudut mendatar dan jarak mendatar, maka pada pengukuran di lapangan data yang
diambil adalah data sudut mendatar dan jarak mendatar di samping itu diperlukan
juga penentuan sudut jurusan dan satu titik yang telah diketahui koordinatnya.
Pengukuran poligon sebagai barikut :
A. Pengukuran jarak mendatar
Pengukuran jarak mendatar pada poligon dapat ditentukan dengan cara :
mekanis (dengan menggunakan pita ukur) dan optis (seperti pada pengukuran sipat

MUH.IDHAM FARID
093 2015 0059

AKRAL MAULANA KABIRAN


093 2014 0210

PRAKTIKUM PERPETAAN
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
WATERPASS

datar). pada bagian ini dijelaskan metode pengukuran jarak dengan menggunakan
pita

ukur.

Pengukuran

jarak

dengan

menggunakan

pita

ukur

harus

memperhatikanpermukaan tanah yang akan diukur.


pengukuran jarak pada tanah mendatar, seperti pada gambar

Gambar 2.1 Pengukuran jarak


Pengukuran jarak
Caranya :

skala nol pita ukur diletakkan tepat berimpit di atas pusat anda titik A
pita ukur ditarik dengan kuat agar keadaannya benar-benar lurus, tidak melengkung
himpitkan skala pita ukur lainnya di atas pusat tanda titik B, maka bacaan skala

inilah yang merupakan jarak antara titik A dan titik B


B. Pengukuran jarak pada tanah miring, seperti pada gambar 2.2

Gambar 2.2 tanah miring


pengukuran jarak pada tanah miring
caranya :

jika permukaan tanahnya relatif miring, maka pengukuran jarak dibagi dalam

beberapa selang (pada gambar di atas bagi dua selang)


skala nol diimpitkan di atas titik A (biasa dengan menggunakan bantuan untingunting), tarik agar pita dalam keadaan datar sampai berimpit dengan titik 1, maka

diperoleh d1
dengan cara yang sama, jarak diukur dari titik 1 sampai titik B, hingga didapat d2
maka : dAB = d1 + d2
MUH.IDHAM FARID
093 2015 0059

AKRAL MAULANA KABIRAN


093 2014 0210

PRAKTIKUM PERPETAAN
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
WATERPASS

C. Penentuan sudut jurusan awal dan koordinat awal


1. sudut jurusan awal dapat ditentukan sebagai berikut
bila di sekitar titik-titik kerangka dasar terdapat 2 titik triangulasi, sudut jurusan
dihitung dari titik-titik triangulasi. Bila menggunakan sudut jurusan awal ini, maka

jaring titik-titik kerangka dasar harus disambungkan ke titik-titik triangulasi tersebut.


Bila tidak terdapt titik-titik triangulasi, sudut jurusan awal dapat ditentukan dari
pengamatan astronomi (pengamatan matahari atau bintang) dari pengukuran
menggunakan giro-theodolit yang berorientasi terhadap utara geografi atau dari

pengukuran menggunakan theodolit kompas atau ditentukan sembarang.


2. koordinat awal dapat ditentukan dalam sistem umum sebagai berikut :
bila dikehendaki koordinat dalam sistem umum (sistem yang berlaku di wilayah
negara) digunakan titik triangulasi (cukup satu titik saja). Dengan demikian kerangka

dasar harus diikatkan ke titik triangulasi tersebut.


Bila diketahui koordinat dalam sistem umum tetapi tidak terdapat titik triangulasi,
maka di salah satu titik kerangka dasar dilakukan pengukuran astronomis untuk
menentukan lintang bujurnya. Dari lintang da bujur geografi ini dapat ditentukan

koordinat (x,y) dalam sistem


Bila tidak terdapat titik triangulasi dan tidak dikehendaki koordinat dalam sistem
umum, maka salah satu titik kerangka dasar dapat dipilih sebagai titik awal dengan
koordinat sembarang (diusahakan pemilihan koordinat ini mempertimbangkan
koordinat titik-titik yang lain agar bernilai positif). Sistem demikian sesitem

koordinat setempat (lokal).


2.4 Prinsip hitungan poligon

Gambar 2.4 Prinsip hitungan poligon

MUH.IDHAM FARID
093 2015 0059

AKRAL MAULANA KABIRAN


093 2014 0210

PRAKTIKUM PERPETAAN
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
WATERPASS

Prinsip hitungan poligon


Diketahui :
koordinat titik A
sudut jurusan A1
diukur dilapangan :
jarak datar dA1
sudut mendatar 1
dihitung :
koordinat titik 1 (X1, Y1)
koordinat titik 2 (X2, Y2)
Tahapan hitungan :
Menghitung koordinat titik 1 :
X1 = XA + XA1
X1 = XA + dA1 Sin A1

Y1 = YA + YA1
Y1 = YA + dA1 Cos A1

Jika koordinat titik 1 diketahui, maka koordinat titik 2 dapat dihitung menggunakan
koordinat titik 1, apabila d12 dan A1diketahui. d12 dapat diukur dan biasanya sudut
yang diukur dilapangan adalah sudut mendatar 1. 12 dapat dihitung dari A1 dan 1
12

= {( A1+ 180) + 1 } 360


= A1 + 1 - 180

maka koordinat titik 2 :


X2 = X1 + X12
Y2 = Y1 + Y12
X2 = X1 + d12 Sin 12
Y2 = Y2 + d12 Cos 12
Demikian pula untuk menghitung titik-titik selanjutnya dapat dilakukan secara
brtahap dan berurutan menggunakan data koordinat titik sebelumnya. Sudut jurusan
titik selanjutnya, dapat dihitung menggunakan 12 dan sudut mendatar yang diukur di
titik tersebut.

MUH.IDHAM FARID
093 2015 0059

AKRAL MAULANA KABIRAN


093 2014 0210

PRAKTIKUM PERPETAAN
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
WATERPASS

BAB III
PROSEDUR KERJA
pada tahap praktikum ini ada beberapa tahap yang akan di lakukan dalam
praktikum ini pertama pengenalan alat apa dasar teoripada alat yang akan di gunakan
apa saja jeis jenis-jenis alat yang akan di gunakan praktikan menuentukan titik
kordiana dan menetukan kemiringan lereng. Tahap kedua persiapan alat dan bahan
yang telah di sediakan kemudian menyiapkan kertas A4 tabel pengamatan lalu
memulai pengukuran dengan mengunakan waterpas setelah data terkumpul selanjut
nya data di olah dan di sajaiakn dalam bentuk laporan dan gambar peta topografi

MUH.IDHAM FARID
093 2015 0059

AKRAL MAULANA KABIRAN


093 2014 0210

PRAKTIKUM PERPETAAN
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
WATERPASS

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL

Patok

Jarak

BA

BT

BB

TA

lapanga

(cm)

(cm)

(cm)

(cm) H

1-2

n (cm)
1193

71

65

59

1-6

1357

209

202,

45

5
39

2-3

12,65

MUH.IDHAM FARID
093 2015 0059

ARA

SUDUT
DALA

140

N....E
N 350

M
0

195,

140

N 250

130

5
32,5

135

N 360

AKRAL MAULANA KABIRAN


093 2014 0210

PRAKTIKUM PERPETAAN
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
WATERPASS

2-A
2-1
3-4
3-2
3-A
4-5
4-B
4-3
5-6

820

151,

147,

143,

135

N 71

67

1193

5
213,

5
207,

5
207,

135

N 30

28

1592

5
210

5
201

5
193,

135

N 76

135

N 176

105

1265

232,

226

5
220

1210

5
245,

239,

234,

135

N 143

39

1150

5
252

5
240,

5
240,

135

N 130

183

5
177,

5
172,

135

N 200

71

210

5
201,

5
193,

135

N 268

134

189

5
184,

5
175,

132

N 210

5
55,5

132

N 250

53

1042
1592
1208

5-B

1235

60,5

5
61,5

5-A

1150

24,5

17,5

12

132

N 310

166

6-1

1350

63,5

56,5

122

N 240

6-C

857

61,5

57

53,5

12,2 N

6-B

1093

27

17

10

138

12,2
N 138

34
73

4.2 PEMBAHASAN

Menentukan Beda Tinggi (T)

MUH.IDHAM FARID
093 2015 0059

AKRAL MAULANA KABIRAN


093 2014 0210

PRAKTIKUM PERPETAAN
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
WATERPASS

Tn = TAn BTn
T1 = 140 65 =75 cm
T2 = 135 - 39 = 96 cm
T3 = 135 201 = - 66 cm
T4 = 135 240,5 = - 105,5 cm
T5 = 132 184,5 = -52,5 cm
T6 = 122 56,5 = 65,5 cm
Tn = T1 + T2 + T3 + T4 + T5 + T6
= 75 + (96) + (- 66 ) + (- 105,5 ) + (-52,5 ) + 65,5 = 12,5 cm
|Tn| = 75 + (96) + (- 66 ) + (- 105,5 ) + (-52,5 ) + 65,5 = 460,5 cm

Koreksi Beda Tinggi ( KTn)


| T n|
T n
KTn = | T n|
KT1 =

75
12,5=2.0358 cm
460,5

KT2 =

96
12,5=2.6058 cm
460,5

KT3 =

66
12,5=1.7915 cm
460,5

KT4 =

105.5
12,5=2.8637 cm
460,5

525
12,5=1.4250 cm
KT5 = 460,5
KT6 =

65.5
12,5=1.7775 cm
460,5

KTn = KT1 +KT2 +KT3 +KT4+ KT5 +KT6


= 2.0358+2.6058+1.7915+2.8637+1.4250+1.7775=12.4997 cm

Beda Tinggi Terkoreksi


TTn = Tn - KTn
TT1 = 75 2.0358 =72,9642 cm
TT2 = 96 2.0358 = 93.3942 cm
TT3 = - 66 2.0358 = - 67.7915 cm
TT4 = - 105.5 2.0358 = - 108.3637 cm
TT5 = 52.5 1.4250 = - 53.925 cm
TT6 = 65.5 1.7779 = 63.7221 cm
TTn = TT1 + TT2 + TT3 + TT4 + TT5 + TT6
= 72,9642 +93.3942 + (- 67.7915) + (- 108.3637 ) + (- 53.925 )+
63.7221 = 0,003 cm

MUH.IDHAM FARID
093 2015 0059

AKRAL MAULANA KABIRAN


093 2014 0210

PRAKTIKUM PERPETAAN
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
WATERPASS

Menentukan Jarak Horizontal


2
2
JH = JL ( TT n)
JH1 =

(193 ) ( 72,9642 ) =1190.7666 cm

JH2 =

(12.65) ( 2.6058 ) =1261.5476 cm

67.7915

2
JH3 =
cm
2
( 1592 )

108.3637

2
JH4 =
2
( 1150 )

cm

53.925

2
JH5 =
2
( 1705 )

63.7221

2
JH6 =
cm
2
( 1350 )

Menentukan Koordinat

Xn = Xn-1 ( JHn sin/cos AZ )


X1 = 0
X2 = 0 - (1190.1666 sin 10 ) = -206.7170
X3 = 206.7170 + ( 1261.5476 sin 42 ) = 637.3844
X4 = 637.3844 + ( 1144.8830 sin 64 ) = 2066.8169
X5 = 2066.8169 + (1144.8830 sin 46 ) = 2420.5857
X6 = 2420.5857 (1206.7957 sin 46 ) = 1432.0994

MUH.IDHAM FARID
093 2015 0059

AKRAL MAULANA KABIRAN


093 2014 0210

PRAKTIKUM PERPETAAN
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
WATERPASS

X7 = 1432.0994 (1348.4952 sin 73 ) = 118.2606

Koreksi Koordinat

X1-2 =206.7170 0 = 206.7170


X2-3 =206.7170 637.3844 = 844.101
X3-4 = 2066.8169 637.3844 = 1429.4325
X4-5 =2420.58572066.816= 353.7688
X5-6 =1432.09942420.5857 = -988.485
X6-7 = 118.2606 1432.0994 = -1313.8389
KKXn = X1-2 + X2-3 + X3-4 + X4-5 + X5-6 + X6-7
= 206.7170 + (844.101) + (1429.4325) + (353.7688) + 988.485
+ 1313.8389=1181.2614
|KKXn| 206.7170 + (844.101) + (1429.4325) + (353.7688) + 988.485
+ 1313.8389| = 5136.3432 yy

Faktor Koreksi Koordinat x


KKX n KKX n
KKXn
FKXn =

FKX1 =

206.7170
1181.2614 =4.7595
5136.3432

FKX2 =

844.101
1181.2614=19.4349
5136.3432

FKX3 =

1429.4325
1181.2614=32.9118
5136.3432

FKX4 =

353.7688
1181.2614=8.1453
5136.3432

FKX5 =

988.485
1181.2614=22.7593
5136.3432

FKX6 =

1313.8389
1181.2614=30.2503
5136.3432

Koordinat

x Terkoreksi

KXTn = KKXn - FKXn


KXT1 = 206.7170 4.7595 = - 211.4765
KXT2 = 844.101 19.4349 = 842.6661
KXT = 1429.4325 32.9118 = 1396.5207
3

MUH.IDHAM FARID
093 2015 0059

AKRAL MAULANA KABIRAN


093 2014 0210

PRAKTIKUM PERPETAAN
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
WATERPASS

KXT4 = 353.7688 8.1453 = 345.6235


KXT5 = 988.485 22.7593 = -1011.2443
KXT = 22.7593 30.2503 = -1344.0892
6

KXTn = KXT1+KXT2+KXT3 +KXT4 +KXT5 +KXT6


= 211.4765+ (842.6661) + (1396.5207 ) + (345.6235) +1011.2443 +
1344.0892 = 0,003

Menentukan Koordinat

Yn = Yn-1 ( JHn sin/cos AZ )


Y1 = 0
Y2 = 0 (1190.7666 cos 10 ) = 1172.6669
Y3 = 1172.6669 (1261.5476 cos 32) = 2110.1229
Y4 =2110.1229 (1590.5559 sin 20 ) = -1412.9823
Y5 = 1412.9823 + ( 1144.8830 cos 20 ) = 324.1992
Y6 324.1992 + 1206.7957 sin 46 ) = -367.8981
Y7 = -367.8981+ (1348.4952 cos 37 ) = - 64.6215

Koreksi Koordinat

Y1-2 = - 1172.6669
Y2-3 = 2110.1229 1172.6669= 937.4539
Y3-4 = 1412.9823 (2110.1229) = - 695.1406
Y4-5 = 324.1992 (1412.9823 ) = -1088.7831
Y5-6 = = 324.1992 1412.9823 = -692.0972
Y6-7 = 64.6215 -367.8981 = 303.2765
KKYn= Y1-2 + Y2-3 +Y3-4+ Y4-5 +Y5-6 +Y6-7
= 1172.6669 + 937.4539 + (- 695.1406 ) + (-1088.7831 ) + (692.0972 ) + (303.2765 ) + = -62.6236
|KKY| == 1172.6669 + 937.4539 + (- 695.1406 ) + (-1088.7831 ) + (692.0972 ) + (303.2765 | = 4889.3182

Faktor Koreksi Koordinat y


KKY KKYn
KKYn
FKKYn =

FKKY1 =

1172.6669
62.6236=15.0195
4889.3182

MUH.IDHAM FARID
093 2015 0059

AKRAL MAULANA KABIRAN


093 2014 0210

PRAKTIKUM PERPETAAN
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
WATERPASS

FKKY2 =

937.4539
62.6236=12.0068
4889.3182

FKKY3 =

695.1406
119,989=89033
7387,229

FKKY4 =

1088.7831
119,989=62.6236
7387,229

FKKY5 =

692.0972
62.6236=8.86.43
4889.3182

303.2765
119,989=3.8843
FKKY6 = 7387,229

Koordinat

Terkoreksi

KYTn = KKYn + FKYn

KYT1 = - 1172.6669 + 15.0195 = 1187.6864


KYT = 937.4539+ 12.0068 = 949.4607
2

KYT3 = - 695.1406 + 8.9033 = - 686.2373


KYT = - 1088 + 13.9451 = -1074.838
4

KYT5 = -692.0972 + 8.8643 = -683.2329


KYT =303.2765 + 3.8843 = 307.1608
6

KYTn = KYT1 +KYT2 +KYT3 +KYT4 +KYT5 +KYT6


= 1187.6864 + 949.4607 + (- 686.2373) +(-1074.838) + -683.2329
+ 307.1608 = 0,003

Patok Detail A
Beda Tinggi
Jarak Horizontal

TA = TAA - BTA = 42 + 67 = 109 cm


2
2
JHA = JLa + TA

(820)2(12.5)2

Koordinat

Koordinat

= 819.9047 cm
XA = JHA sin/cos
= 819.9047 0.9455 = 775.1298
YA = JHA sin/cos
= - 819.9047 0.3255 = -266.8789

MUH.IDHAM FARID
093 2015 0059

AKRAL MAULANA KABIRAN


093 2014 0210

PRAKTIKUM PERPETAAN
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
WATERPASS

Patok Detail B
Beda Tinggi
Jarak Horizontal

TB = TAB BTB = 135 177.5 = -42.5 cm


2
2
JHB = JLb + TB

(1042)2 (14.5)2
Koordinat

Koordinat

= 1041.7329 cm
XB = JHB sin/cos
= 1014.1329 0.7986 = -831.4487
YB = JHB sin/cos
= 1014.1329 0.6018 =-626.5694

Patok Detail C
Beda Tinggi
Jarak Horizontal
Koordinat

Koordinat

TC = TAC BTC =122 57 = 65


2
2
2
2
JHC = JLc + Tc = ( 857) (57)
=854.5314 cm
XC = JHC sin/cos
= 854.5314 0.6819 = -582.7049
YC = JHC sin/cos
= 854.5314 0.7313 = 624.6947

Koordinat ( x , y
( X1 , Y1 ) = (0,0)
( X2 , Y2 ) = ( 238,41 ; -1729,375 )
( X3 , Y3 ) = ( -628,939 ; -3130,823 )
( X4 , Y4 ) = ( -2306,945 ; -3692,641 )
( X5 , Y5 ) = ( -2993,01 ; -1841,822 )
( X6 , Y6 ) = ( -1850,347 ; -595,71 )

Penggambaran Poligon
Skala 1 : 100
Koordinat patok utama
(X1, Y1)= (0, 0)
(X2, Y2)= (2,38 ; -17,29 )
(X3, Y3)= (-6,82 ; 31,30 )
(X4, Y4)= (-23,06 ; -36,92 )

MUH.IDHAM FARID
093 2015 0059

AKRAL MAULANA KABIRAN


093 2014 0210

PRAKTIKUM PERPETAAN
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
WATERPASS

(X5, Y5)= (-29,93 ; -18,41 )


(X6, Y6)= (-18,50 ; -5, 95 )
Koordinat Patok Detail
(XA, YA)

= (14,93 ; 0,26 )

(X\B, YB)

= (21,68 ; 7,89 )

(XC, YC)

= (-13,67 ; -6,37 )

Beda Tinggi Patok Utama


Patok 1= 174 cm
Patok 2= 227,128 cm
Patok 3= 164,782 cm
Patok 4 = 136,958 cm
Patok 5= 50,394 cm
Patok 6 = 86,754 cm
Beda Tinggi (Patok Detail)
Patok Detail A = 267cm
Patok Detail B = 277 cm
Patok Detail C = 182,128 cm

Penggabaran Kontur
Kontur (1 2)
Dik ; DTOT = 24.1 cm
BTTOT = BT2 - BT1
= 188,9642 116 = 72.9642 cm
BT1 = 120 116 = 4 cm
BT2 = 188,9642 180 = 8.9642 cm
D tot . BT 1
24,1 4
d1
=
= 72.9642
BTtot
d2

D tot . BT 2
BT tot

JTK

180120
=
1K

JAK

MUH.IDHAM FARID
093 2015 0059

19.8
6

60
10

= 1.3 cm

24.1 8.9642
72.6942

= 2.96 cm

= 6 cm

= 3.3 cm

AKRAL MAULANA KABIRAN


093 2014 0210

PRAKTIKUM PERPETAAN
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
WATERPASS

Kontur (2 3)
Dik ; DTOT = 25.1 cm
BTTOT = BT2 - BT3
= 282.3584 188.9642 = 93.3946 cm
BT1 = 190 188.962 = 1 cm
BT2 = 282.3584 280 = 2.3584 cm
D tot . BT 1
25.1 x 1
d1
=
= 93.3946
BTtot
D TOT . BT 2
BT TOT

d2

JTK

280190
1K

JAK

19.6
= 9

90
10

= 0.3 cm

2.3584 25.1
93.3946

= 6.3 cm

= 9 cm

= 2.17 cm

Kontur( 3 4 )
Dik ; DTOT = 31.2 cm
BTTOT = BT3 - BT4
= 214.5669 282.3584 = 67.7888 cm
BT1 = 280 282.3584 = 2.3584 cm
BT2 =214.5669 220 = 4.5669 cm
D TOT . BT 1
31.2 2.3584
d1
=
=
= 1.085 cm
BT TOT
67.7888
d2

D TOT . BT 2
BT TOT

JTK

280220
1K

JAK

27.1
= 6

=
60
10

31.2 4.5669
67.7888

= 2.10 cm

=6 cm

= 4.51 cm

Kontur( 4 5 )
Dik ; DTOT =22.7 cm
BTTOT = BT4 - BT5
= 214.5669 106.2032 = 108.3637 cm
BT1

= 210 214.5669 = 4.5669 cm

BT2
d1

=106.2032 110 = 3.7986 cm


D TOT . BT 1
22.7 4.5669
=
=
BT TOT
108.3637

d2

MUH.IDHAM FARID
093 2015 0059

D TOT . BT 2
BT TOT

22.7 3.7986
108.3637

= 0.9 cm
= 07.95cm

AKRAL MAULANA KABIRAN


093 2014 0210

PRAKTIKUM PERPETAAN
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
WATERPASS

210110
1K

JTK

JAK

21.1
= 10

100
10

= 10 cm

= 2.11 cm

Kontur (5 6)
Dik ; DTOT = 25.1 cm
BTTOT = BT6 - BT5
= 106.2032 52.7782 = 52.4249 cm
BT1 = 100 106.2032 = 6.2032 cm
BT2 =52.7782 60 = 7.2218 cm
D TOT . BT 1
25.1 6.2032
d1
=
=
BT TOT
52.4249
D TOT . IK
BT TOT

d3

JTK

11060
=
1K

JAK

20.2
10

25.1 7.2218
52.4249

=
=

60
10

= 1.67 cm

= 6 cm

= 5.05 cm

Kontur( 6 1 )
Dik DTOT = 27.1 cm
IBTTOT = BT1- BT6
= 60 52.3782 = 63.6218 cm
BT1 = 116 - 52.3782 = 76.218 cm
BT2 = 116-110 = 4 cm
D TOT . BT 1
27.1 76.218
d1
=
=
BT TOT
63.6218
D TOT . BT 2
BT TOT

d2

JTK

11060
=
1K

JAK

22.1
5

= 2.9 cm

27.1 4
63.6218

50
10

= 5 cm

= 3.2 cm

=1.7 cm

= 4.21 cm

Kontur( 1-A )
Dik DTOT = 21.1 cm
BTTOT = BTB - BT 1
=201.2642 116 = 85.4542 cm
BT1 = 120 116 = 4 cm
BT2 = 200 - 201.2642 = 1.4642 cm

MUH.IDHAM FARID
093 2015 0059

AKRAL MAULANA KABIRAN


093 2014 0210

PRAKTIKUM PERPETAAN
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
WATERPASS

D TOT . BT 1
BT TOT

21.1 4
85.4542 = 0.98 cm

D TOT . BT 2
BT TOT

21.1 1.4642
= 1.3 cm
85.4542

d2
JTK

200120
1K

80
10

JAK

18.7
8

d1

= 8 cm

= 2.33 cm

Kontur( 2 A )
Dik DTOT = 16.5 cm
BTTOT = BTB - BT2
= 201.2642 188.9642 = 12.5 cm
BT1 = 190 201.2642= 1.0358 cm
BT2 = 188.9642 200 = 1.4642 cm
D TOT . BT 1
12,6 1.0358
d1
=
=
BT TOT
12.5
d2

D TOT . BT 2
=
BT TOT

JTK

200190
1K

JAK

13.1
1

=
10
10

12,6 1.4642
12.5

= 1.367 cm
= 1.932 cm

= 1 cm

= 13.1 cm

Kontur( 3 A)
Dik DTOT = 29.1 cm
BTTOT = BTB - BT6
= 257.0669 282.3584 = 25.2915 cm
BT1 = 280 282.3584 = 2.3584 cm
BT2 = 257.0669 260 =2.9331 cm
D TOT . BT 1
29.1 2.3584
d1
=
=
= 2.71 cm
BT TOT
25.2915
d2

D TOT . BT 2
=
BT TOT

JTK

280260
1K

JAK

23.1
1

=
20
10

29.1 2.9331
25.2915

= 2.9331 cm

= 2 cm

= 11.1 cm

Kontur(4 B)
Dik ; DTOT = 20.1 cm
MUH.IDHAM FARID
093 2015 0059

AKRAL MAULANA KABIRAN


093 2014 0210

PRAKTIKUM PERPETAAN
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
WATERPASS

BTTOT = BTB - BT5


= 257.0669 214.5669 = 42.5 cm
BT1 = 210 214.5669 = 4,5669 cm
BT2 = 257.0669 260 = 2.9331 cm
D TOT . BT 1
20.1 4,5669
d1
=
=
BT TOT
42.5
d2

D TOT . BT 2
=
BT TOT

JTK

JAK

14.4
= 5

260210
1K

20.1 2.9331
42.5

50
10

= 2.15 cm
= 3.38 cm

= 5 cm

= 2.8 cm

Kontur( 5 - B )
Dik DTOT = 24.4 cm
BTTOT = BT2 - BT1
= 257.0669 106.2032 = 151 cm
BT1 = 110 106.2032 = 24.4 cm
BT2 = 257.0669 250 = 7.0669 cm
D TOT . BT 1
24.4 24.4
d1
=
=
= 0.64 cm
BT TOT
151
d2

D TOT . BT 2
=
BT TOT

JTK

JAK

22.1
= 14

250110
1K

24.4 7.0669
= 1.14 cm
151

140
10

= 14 cm

= 1.6 cm

Kontur( 6 - B)
Dik ; DTOT = 22.6 cm
BTTOT = BT2 - BT1
= 257.0669 52.7752 = 204 cm
BT1

= 60 52.7752 = 7.2282cm

BT2

= 257.0669 250 = 7.0669 cm

d1

MUH.IDHAM FARID
093 2015 0059

D TOT . BT 1
BT TOT

22.6 7.2282
204

= 0.8 cm

AKRAL MAULANA KABIRAN


093 2014 0210

PRAKTIKUM PERPETAAN
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
WATERPASS

d2

D TOT . BT 2
BT TOT

22.6 7.0669
204

JTK

25060
1K

190
10

= 19 cm

JAK

23.1
19

= 0.8 cm

= 1.21 cm

Kontur( 6 - C )
Dik ; DTOT = 17,1 cm
BTTOT = BT2 - BT1
= 117.3792 52.7752 = 64 cm
BT1 = 60 52.7752 = 1.1 cm
BT2 = 117.3792 110 = 7.37 cm
D TOT . BT 1
1 7,1 1.1
d1
=
=
BT TOT
64
d2

D TOT . BT 2
BT TOT

JTK

11060
1K

50
10

JAK

14.6
5

1 7,1 7.37
64

= 0.2 cm
= 1.96 cm

= 5 cm

= 2.9 cm

Kontur( C - A )
Dik DTOT = 12.1 cm
BTTOT = BT2 - BT1
= 201.4642 117.7551 = 83.7 cm
BT1 = 120 117.7551 = 2.2248 cm
BT2 = 201.4642 200 = 1.4642 cm
D TOT . BT 1
12.1 2.2248
d1
=
=
BT TOT
83.7
d2

D TOT . BT 2
BT TOT

JTK

200120
1K

80
10

JAK

11.2
8

MUH.IDHAM FARID
093 2015 0059

= 0.3 cm

12.1 1.4642
= 0.2 cm
83.7
= 8 cm

=1.4 cm

AKRAL MAULANA KABIRAN


093 2014 0210

PRAKTIKUM PERPETAAN
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
WATERPASS

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat di kutipkan pada praktikum ialah pada peta topografi
adalah peta yang menerangkan tempat permukaan yang ketinggian sama dengan
mengunakan titik bantu dan garis kontursedatngkan peta geologi berbentuk
lingkaran
5.2 SARAN
Saran praktikan kusus nya untuk asisten ialah tetap semangat dalam membina
praktikan karena praktikan mempunyai sifat dan ego yang berbeda- beda

MUH.IDHAM FARID
093 2015 0059

AKRAL MAULANA KABIRAN


093 2014 0210

You might also like