You are on page 1of 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GASTROENTERITIS AKUT


A. PENGERTIAN
Gastroenteritis merupakan suatu peradangan yang biasanya disebabkan
baik oleh virus maupun bakteri pada traktus intestinal (Guyton & Hall,
2006).
Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau
bentuk tinja yang encer dengan frekwensi yang lebih banyak dari biasanya
(Mansjoer, 2006).
Gastroentritis ( GE) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan
usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah
(Capernito,2007).
Diare adalah dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari
3x per hari) serta perubahan dalam isi (lebih dari 200gr/hari) dan konsistensi
feses cair. (Smeltzer,2001).
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang
disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang
patogen (Whaley & Wongs,2007).
Dapat disimpulkan gastroentritis adalah peradangan yang terjadi pada
lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih
banyak (lebih dari 3x perhari) serta perubahan dalam isi (lebih dari
200gr/hari) dan konsistensi feses cair dari biasanya yang disebabkan oleh
bakteri,virus dan parasit yang patogen.

B. ETIOLOGI
1. Faktor infeksi
Infeksi bakteri :
Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigelia Compylobacter, Yersina,
Aeromonas, dan sebagainya.
Infeksi virus :
Eterovirus (virus ECHO, Coxsackie Poliofelitis), Adenovirus, Rotavirus,

Astrovirus, dan lain-lain.


Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Triguris, Oxyyuris, Strongyloides),

2.
3.
4.
5.
6.

protozoa (Entamoeba Hstolitica, Glardialambia, Trichomonas Hominis).


Faktor malabsorbsi: Malabsorbsi karbohidrat, lemak, atau protein.
Faktor makanan, Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.
Factor psikologis, Rasa takut dan cemas.
Imunodefisiensi, Dapat mengakibatkan terjadinya pertumbuhan bakteri.
Infeksi terhadap organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang

tenggorokan.
C. KLASIFIKASI
Gastroenteritis (diare) dapat di klasifikasi berdasarkan beberapa faktor :
1. Berdasarkan lama waktu :
a. Akut : berlangsung < 5 hari
b. Persisten : berlangsung 15-30 hari
c. Kronik : berlangsung > 30 hari
2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik
a. Osmotik, peningkatan osmolaritas intraluminer
b. Sekretorik, peningkatan sekresi cairan dan elektrolit
3. Berdasarkan derajatnya
a. Diare tanpa dihindrasi
b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang
c. Diare dengan dehidrasi berat
4. Berdasarkan penyebab infeksi atau tidak
a. Infektif
b. Non infeksif
D. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang
terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat
menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan
akibat

dehidrasi,gangguan

keseimbangan

elektrolit

dan

gangguan

keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke
lamina propia serta kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan
maldigesti dan malabsorbsi,dan apabila tidak mendapatkan penanganan yang
adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus,
Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter,
Salmonella, Escherichia coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia,
Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi
pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau sitotoksin dimana merusak selsel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut. Penularan
Gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya.
Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan
minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare
adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan
sehingga timbul diare).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,
sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.
Gangguan

moltilitas

usus

yang

mengakibatkan

hiperperistaltik

dan

hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit
(Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan
Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia
dangangguan sirkulasi darah.
E. TANDA DAN GEJALA
1. Diare.
2. Muntah.
3. Demam.

4. Nyeri Abdomen
5. Membran mukosa mulut dan bibir kering
6. Fontanel Cekung
7. Kehilangan berat badan
8. Tidak nafsu makan
9. Lemah
F. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi
2. Renjatan hipovolemik
3. Kejang
4. Bakterimia
5. Malnutrisi
6. Hipoglikemia
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus

G. PATHWAY
Factor makanan (makanan
basi, beracun, alergi
makanan)

Factor infeksi
(bakteri dan virus)

Makanan tidak
diserap oleh villi usus

Masuk kedalam tubuh


Mencapai usus halus
Menstimulus dinding
usus halus

Factor malabsorpsi
(karbohidrat, protein,
lemak)

Infeksi usus halus

Malabsorpsi
makanan dan
cairan

Peningkatan tekanan
osmotic dalam lumen
usus

Peningkatan isi
(rongga) lumen usus
Hiperperistaltik
Peningkatan percepatan kontak makanan dan air dengan mukosa usus
Penyerapan makanan, air,elektrolit terganggu
GEA
Output cairan dan
elektrolit berlebihan

Muntah dan
sering defekasi

Dehidrasi
Sirkulasi darah
menurun
Hipertermihipotalamus
Merangsang

Intake tidak
adekuat

Refleks spasme otot


dinding perut

Nyeri akut

Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh

Resiko tinggi
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
kekurangan volume
cairan
1. Pemeriksaan laboratorium.
a. Pemeriksaan tinja.
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah
astrup,bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan
analisa gas darah atau astrup,bila memungkinkan.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi
ginjal.

2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik


atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare
kronik.
I. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita
diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL
(Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang
hilang melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water
Losses).
b. Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus
berlangsung CWL (Concomitant water losses) (Suharyono dkk., 1994
dalam Wicaksono, 2011)
Ada 2 jenis cairan yaitu:
1. Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh
WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L,
Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi
sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L,
bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005). Ada beberapa cairan
rehidrasi oral:
a.

Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan


glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.

b. Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen


di atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia
di rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.

2. Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan


rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini,
setiap jam perlu dilakukan evaluasi:
a. Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
b. Perubahan tanda-tanda dehidrasi.
2.

Obat-obatan (Antibiotik)
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien
dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,,
leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan,
persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong,
dan

pasien

immunocompromised.

Contoh

antibiotic

untuk

diare

Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 5 hari), Tetrasiklin 500 mg (oral


4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin
500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral
atauIV).
Obat Anti Diare : loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin
sulfat (lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid
2-4 mg/ 3 4x sehari dan lomotil 5mg 3 4 x sehari. Efek kelompok obat
tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan
sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi
diare.Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat
mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala
demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.
3. Diatetik (pemberian makanan)
Pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan tujuan
penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan:
memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin,
mineral dan makanan yang bersih.

J. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas klien : Meliputi

nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,

alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
register, diagnose medis
b. Keluhan utama : Feses semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air
dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Turgor kulit
berkurang,selaput lendir mulut dan bibir kering,frekwensi BAB lebih
dari 4 kali dengan konsistensi encer.
c. Riwayat penyakit saat ini : buang air besar lebih dari 3 hari disertai
nyeri perut.
d. Riwayat penyakit sebelumnya : alergi akibat penggunaan obat dan
makanan seperti obat pencahar, antibiotik dan atau mengkonsumsi
makanan yang mengandung sorbitol dan fruktosa.
e. Riwayat penyakit keluarga. : adanya riwayat keluarga yang menderita
penyakit serius seperti diabetes mellitus, hipertensi.
2. Pengkajian Pola Gordon (Pola Fungsi Kesehatan).
a. Persepsi Kesehatan : pasien tidak mengetahui penyebab penyakitnya,
higienitas pasien sehari-sehari kurang baik.
b. Nutrisi metabolic : diawali dengan mual, muntah, anoreksia,
menyebabkan penurunan berat badan pasien.
c. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali
sehari,BAK sedikit atau jarang.
d. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan
adanya nyeri akibat distensi abdomen yakni dibantu oleh orang lain.
e. Tidur/istirahat : akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang
akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
f. Kognitif/perceptual : pasien masih dapat menerima informasi namun
kurang berkonsentrasi karena nyeri abdomen.

g. Persepsi diri/konsep diri : pasien mengalami gangguan konsep diri


karena kebutuhan fisiologis nya terganggu sehingga aktualisasi diri
tidak tercapai pada fase sakit.
h. Seksual/reproduksi : mengalami penurunan libido akibat terfokus pada
penyakit.
i. Peran hubungan : pasien memiliki hubungan yang baik dengan
keluarga dan peran pasien pada kehidupan sehari-hari mengalami
gangguan.
j. Manajemen koping/stress : pasien mengalami kecemasan yang
berangsur-angsur dapat menjadi pencetus stress. Pasien memiliki
koping yang adekuat.
k. Keyakinan/nilai : pasien memiliki kepercayaan, pasien jarang
sembahyang karena gejala penyakit.
3. Pemerikasaan fisik.

Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan bibir


kering,berat badan menurun,anus kemerahan.

Perkusi : adanya distensi abdomen.

Palpasi : Turgor kulit kurang elastic

Auskultasi : terdengarnya bising usus.

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Defisit volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan
intake makanan
3. Risiko kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering

4. Cemas b/d perubahan status kesehatan

L. RENCANA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan Reflek spasme otot pada dinding perut
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan nyeri pasien berkurang/terkontrol
Kriteria hasil :

Pasien melaporkan hilang atau terkontrol.

Pasien tampak rileks/mampu istirahat dengan tepat

Pasien tidak gelisah.

Intervensi
1. Dorong pasien untuk melaporkan nyeri.
R/ : mencoba untuk mentoleransi nyeri, dari pada meminta analgesic.
2. Kaji laporan keram abdomen atau nyeri, catat lokasi, lamanya,. Selidiki
dan laporkan perubahan karakteristik nyeri.
R/ : nyeri kulit hilang timbul pada penyakit crohn. Nyeri sebelum
defekasi sering terjadi pada KU dengan tiba-tiba, dimana dapat berat
dan terus menerus. Perubahan pada karakteristik nyeri dapat
menunjukan penyebaran penyakit/terjadinya komplikasi, misalya
pistula kandung kemih, perporasi, toksik megakolon.
3. Catat petunjuk non verbal misalnya gelisah, menolak untuk bergerak,
berhati-hati dengan abdomen, menarik diri dan depresi. Selidiki
perbedaan penunjuk verbal dan non verbal.
R/ : bahasa tubuh/petunjuk non verbal dapat secara psikologis dan
visiologis dan dapat digunakan pada hubungan petunjuk verbal untuk
mengidentifikasi luas dari beratnya masalah.

4. Kaji ulang factor-faktor yang meningkatkan atau menghilangkan nyeri.


R/ : dapat menunjukan dengan tepat pencetus factor-factor pemberat
(seperti kejadian stress, tidak toleran terhadap makanan) atau
mengidentifikasi terjadinya komplikasi.
5. Atur posisi klien senyaman mungkin
R/ : menurunkan tegangan abdomen dan meningkatkan rasa control.
6. Kolaborasi dalam pemberikan obat analgetik sesuai indikasi.
R/ : nyeri bervariasi dari ringan sampai berat dan perlu penanganan
untuk memudahkan istirahat ade kuat dan penyembuhan. Catatan :
kopiat harus digunakan dengan hati-hati karena dapat menimbulkan
toksik megakolon.

2. Hipertemi berhubungan dengan sirkulasi darah yang menurun


Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x30 menit
diharapkan suhu tubuh pasien kembali normal
Kriteria hasil :

Tanda-tanda vital stabil (TD : 100-120/70-90mmHg, N : 60100x/menit, S : 36,5-37,50C, RR : 12-24x/menit)

Membran mukosa lembab.

Turgor kulit baik, kulit tidak kemerahan.

Intervensi
1. Kaji tanda gejala hipertemi
R/: Dapat didentifikasi pola/ tingkat demam
2. Ajarkan klien dan keluarga pentingnya mempertahankan masukan yang
adekuat sedikitnya 2000 ml/ hari
R/: Untuk memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh klien
3. Monitor intake dan output dehidrasi
R/: Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan cairan tubuh
meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang
banyak
4. Monitor suhu dan tanda vital
R/: Suhu 38,9-41,1 C menunjukkan proses penyakit infeksius akut

5. Kolaborasi dengan TIM Medis (dokter) pemberian obat antipiretik


R/: Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi centralnya pada
hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam
membatasi pertumbuhan organism, dan meningkatkan autodekstruksi
dari sel-sel yang terinfeksi.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake


tidak adekuat.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x30 menit
diharapkan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi
Kriteria hasil : Intake nutrisi klien meningkat, diet habis 1 porsi yang
disediakan, mual,muntah tidak ada.
Intervensi
1. Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi.
R/: Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi
2. Timbang berat badan klien.
R/: Penimbangan BB harian adalah pengawasan status cairan terbaik.
3. Kaji faktor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi.
R/: Meminimalkan anoreksia dan mual
4. Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.
R/: Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan
pemasukan juga mencegah distensi gaster
5. Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.
R/: untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan output
cairan dan elektrolit berlebihan
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x30 menit
diharapkan

pasien mampu mempertahankan volume cairan

adekuat
Kriteria hasil :

Tanda-tanda vital stabil (TD : 100-120/70-90mmHg, N : 60100x/menit, S : 36,5-37,50C, RR : 12-24x/menit).

Membran mukosa lembab.

Turgor kulit membaik.

Keseimbangan masukan dan haluaran dengan urin normal dalam


konsentrasi/jumlah (0,5-1cc/kg BB/jam).

Mata tidak cowong.

Intervensi :
1. Kaji tanda vital (TD, nadi, suhu).
R/ : hipotensi (termasuk postural), takikardial, demam dapat
menunjukan respon terhadap dan/ atau efek kehilangan cairan.
2. Awasi masukan haluaran, karakter, dan jumlah feses ; perkirakan
kehilangan yang tak terlihat misalnya berkeringat. Ukur berat jenis
urine; observasi oliguria.
R/ : memberikan informasi tentang keseimbangan cairan. Fungsi ginjal
dan control penyakit usus juga merupakan pedoman untuk penggantian
cairan.
3. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan
turgor kulit, pengisian kapiler lambat.
R/ : menunjukan kehilangan cairan berlebih atau dehidrasi.
4. Kolaborasi

Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.


R/ : mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggantian
cairan

untuk

memperbaiki

kehilangan.

Catatan

cairan

mengandung natrium dapat dibatasi pada adanya enteritis regional.

Berikan obat sesuai indikasi anti diare.


R/ : menurunkan kehilangan cairan dari usus.

Berikan obat antiemetic misalnya trimetobenzamida (tigan) ;


hidroksin (pistaril) ; proklorperasin (kompazine).
R/ : digunakan untuk mengontrol mual/muntah pada heksaserbasi
akut.

Berikan cairan Elektrolit misalnya tambahan kalium

R/ : elektrolit hilang dalam jumlah besar, khususnya pada usus


yang gundul, area ulkus, dan diare dapat juga menimbulkan
asedosis metabolit karena kehilangan bikarbonat (HCO3).

DAFTAR PUSTAKA
Capernito. 2007. Diagnosa Keperawatan edisi 8. Jakarta : EGC.

Mansjoer Arif. 2006. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI.


Mayers,2008. Buku saku keperawatan. Edisi 2. Jakarta, EGC
Nanda Nic-Noc. 2012. Aplikasi pembelajaran.
Prasetyo.

2008.

Askep

pada

gastroenteritis.

http://smartnet-

q.blogspot.com/2008/09/asuhan-keperawatan-medikalbedah
dengan_8181.html.
Whaley & Wongs,2007. Fisiologo manusia dan mekanisme penyakit
.Ed.3. Jakarta. EGC

LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DENGAN GASTROENTERITIS
AKUT
DI RUANG MAWAR 2 RSUD KARANGANYAR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Klinik Profesi Mata Keperawatan


Medikal Bedah

Disusun Oleh :
ROSITA ERFINA SARI, S.Kep
NIM. 2013131101

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SAHID
SURAKARTA
2014

LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Pendahuluan ini telah disetujui untuk diajukan sebagai Tinjauan
teoritis kasus kelolaan individu Stase Keperawatan Medical Bedah di ruang
Mawar 2 RSUD Karanganyar untuk memenuhi tugas individu Program Studi
Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sahid Surakarta
Disetujui
Hari/Tanggal

Tim Pembimbing
Pembimbing Akademi,

Lia Erawati Rahayu, S.Kep, Ns

Pembimbing Ruangan

Edi Tarwoko, S.Kep, Ns

LAPORAN KASUS
PADA NY.

DENGAN GASTROENTERITIS AKUT

DI RUANG MAWAR 2 RSUD KARANGANYAR


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Klinik Profesi Mata Keperawatan
Medikal Bedah

Disusun Oleh :
ROSITA ERFINA SARI, S.Kep
NIM. 2013131101

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SAHID
SURAKARTA
2014
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Kasus

ini telah disetujui untuk diajukan sebagai Tinjauan

teoritis kasus kelolaan individu Stase Keperawatan Medical Bedah di ruang


Mawar 2 RSUD Karanganyar untuk memenuhi tugas individu Program Studi
Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sahid Surakarta
Disetujui
Hari/Tanggal

Tim Pembimbing
Pembimbing Akademi,

Lia Erawati Rahayu, S.Kep, Ns

Pembimbing Ruangan

Edi Tarwoko, S.Kep, Ns

You might also like