You are on page 1of 2

Islam di tengah Feminisme

(Catatan diskusi mingguan yang disampaikan oleh Solahudin)

Gender merupakan isu seksi yang terus diperbincangkan dalam diskusi-diskusi maupun
gerakan, seperti dalam diskusi mingguan Dulur Institute, Kamis (30/10). Pemahaman yang mesti
ditumbuhkan terlebih dahulu dengan membedakan antara konsep seks (jenis kelamin) dengan
konsep gender. Pertama, konsep seks adalah pensifatan
atau pembagian dua jenis kelamin
manusia yang ditentukan secara biologis, misalnya laki-laki memilki penis, jakun dan
memproduksi sperma. Sedangkan perempuan memiliki alat reproduksi (rahim, indung telur) juga
vagina dan payudara. Secara permanen tidak berubah atau disebut dengan kodrat.
Kedua, konsep gender adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun
perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya bahwa perempuan itu
dikenal memiliki sifat yang lemah lembut, paras cantik dan keibuan, sementara laki-laki identik
dengan sifat yang kuat, rasional, perkasa. Ciri dari sifat tersebut dapat dipertukarkan. Jangan
heran jika ada perempuan yang bersifat perkasa dan laki-laki yang lemah lembut.
Segala hal yang dapat dipertukarkan antara sifat perempuan dan laki-laki, yang bisa
berubah dari waktu ke waktu serta dari satu tempat ke tempat lainnya. Juga dari kelas tertentu ke
kelas lainnya, itulah yang disebut dengan konsep gender.
Sejarah bicara, Gerakan feminisme ini berkembang pada abad pertengahan Eropa, yaitu
pada abad 16-18 M.Pada saat itu para perempuan juga secara diam-diam memulai gerakangerakan kecil untuk menentang dominasi laki-laki. Namun tuntutan akan kesetaraan derajat
antara perempuan dan laki-laki baru bisa mereka wujudkan pada awal abad ke 17 di Inggris.
Tokoh-tokoh macam Susan B. Anthony dan Elizabeth Cady Staton mempelopori gerakan-gerakan
kebangkitan perempuan melalui surat kabar The Revolution. Gerakan feminis merupakan sebuah
gerakan eksistensialisme yang memerangi ketiadakadilan sosial terhadap kaum perempuan.
Ketidakadilan yang rentan menghampiri perempuan sebagai berikut.
a.
b.
c.
d.
e.

Violence (Kekerasan)
Double Burden (Fungsi Ganda dan beban kerja lebih banyak/panjang)
Subordinasi (Di nomer dua-kan/ tidak penting dalam keputusan politik)
Marginalisasi (terpinggirkan)
Steorotyp (pelabelan negatif )

Namun perlu diketahui bersama bahwa gerakan feminis dalam islam jauh sebelum Revolusi
Prancis meletus telah ada dan diprakarsai oleh nabi Muhammad SAW. Mendiskusikan koherensi
feminisme dan Islam takkan terlepas dari sumber ajaran Islam yaitu al-Quran dan Sunnah, yang
secara komprehensif telah memaparkan kesamaan hak asasi antara perempuan dan laki-laki
meliputi hak beribadah, keyakinan, potensi dan pendidikan tanpa mengingkari adanya tamayyuz
secara fitrah antara keduanya.
Bahkan Al-Quran memuliakan perempuan dengan kehadiran satu surat khusus di antara
114 surat yang ada di dalamnya yaitu surat Annisa. Surat ini memuat aturan bagaimana
seharusnya perempuan berlaku dalam pernikahan, keluarga dan sektor kehidupan lainnya.
Quran Surat Annisa Ayat 1

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah
kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama
lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu.
Pada akhirnya ketidakadilan sosial yang dirasakan kaum perempuan berkaitan dengan
ketidakadilan sosial. Kesetaraan dan keadilan bukan membicarakan soal kesamaan perilaku, tetapi
membicarakan tentang mendapatkan hak sesuai
atau dengan kebutuhan masing-masing.
Perbedaan gender sesungguhnya tidaklah menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan
ketidakadilan gender (gender inequalities). [] Ratu AWS

Rekomendasi Buku :
Tafsir Misoginis (Membahas Ayat-ayat AL-Quran dalam feminisme )
Analisis Gender & Transformasi Sosial, DR. Mansour Fakih, Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2013.

You might also like