Professional Documents
Culture Documents
Oleh
M. Feri Barkah
03121002039
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya maka tugas gas metana batubara ini dapat diselesaikan. Tugas ini berjudul
Metode Hydraulic Fracturing pada Produksi Gas Metana Batubara.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Prof.Dr. Ir. Eddy
Ibrahim, M.S. sebagai pembimbing pada tugas mata kuliah Gas Metana Batubara, penulis
juga menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ir. H. Maulana Yusuf, M.S., M.T. sebagai dosen mata kuliah Gas Metana Batubara.
2. Rekan-rekan yang membantu dalam penyelesaian tugas mata kuliah Gas Metana Batubara
ini.
Dalam pembuatan tugas ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kesalahan dan kekurangan baik dalam segi materi maupun penyusunan kata-kata, hal ini
disebabkan karena terbatasnya kemampuan yang dimiliki penulis. Akhir kata penulis
mengharapkan agar tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
Hydraulic fracture suatu metode yang digunakan pada produksi CBM dengan cara
memompakan material galon air, pasir, dan campuran bahan kimia, mulai dari garam dan
asam sitrat hingga racun dan zat karsinogenik, termasuk benzena, formaldehida, dan timah
dengan tekanan sampai 15.000 pon per inci persegi melalui sumur yang dibor horisontal ke
lapisan batubara hingga lebih dari 3.500 meter di bawah permukaan tanah. Tekanan yang
tinggi ini menyebabkan terjadinya retakan-retakan dan celah pada lapisan batubara,
selanjutnya dilakukan produksi air (dewatering) dari lapisan batubara, agar terjadi perubahan
kesetimbangan mekanika. Setelah tekanan turun, gas batubara akan keluar dari matriks
batubaranya. Gas metana kemudian akan mengalir melalui rekahan batubara (cleat) dan
akhirnya keluar menuju lobang sumur. Puncak produksi CBM bervariasi antara 2 sampai 7
tahun. Sedangkan periode penurunan produksi (decline) lebih lambat dari gas alam
konvensional.
Pada penerapan metode ini dalam produksi gas metana pada reservoir CBM harus
disesuaikan dengan karakteristik reservoir batubara itu sendiri, misalnya pada grade batubara
sub-bituminus, bituminus dan antrasit. Hal ini dikarenakan pada masing-masing grade
batubara mempunyai karakteristik masing masing sehingga perlu penyesuaian dengan
teknologi yang digunakan. Misalnya pada reservoir batubara antrasit sifatnya keras dan
kandungan airnya sedikit sehingga ketika melakukan pengeboran secara horizontal resiko
batubara untuk hancur lebih kecil.
Untuk melakukan produksi dengan metode ini perlu dilakukan tahapan yang penuh dengan
pertimbangan terkait aspek ekonomi, teknis dan lingkungan. Tahapan tersebut meliputi :
A. Pengeboran
Pengeboran adalah suatu proses pengerjaan pemotongan menggunakan mata bor (twist
drill) untuk menghasilkan lubang yang bulat pada material logam maupun non logam yang
masih pejal atau material yang sudah berlubang. Langkah pertama sebelum dilakukan
pengeboran sumur CBM yaitu pengumpulan data meliputi:
1.
2.
Drilling histories
3.
Pertimbangan lingkungan
Badan terkait
2.
3.
4.
Setelah data ini dikumpulkan dan dianalisis, pengeboran awal dapat dirancang dengan
masukan-masukan yang diberikan oleh personil operasi lapangan.
Kedalam sumur CBM berkisar dari ratusan meter hingga lebih dari 3000 m. Sehingga,
berbagai jenis dan ukuran rig mungkin akan digunakan dalam sekali pengeboran. Jenis rig
yang paling umum digunakan adalah conventional rotary drilling rig. yaitu rig yang
digunakan dengan sistem pengeboran berputar untuk memotong formasi batuan. Dalam
beberapa kasus, sebuah rig pengeboran hanya digunakan untuk mengebor sampai pada
bagain atas lapisan batubara saja, lalu dilanjutkan dengan pengeboran pada lapisan
batubara dengan rig yang telah dimodifikasi. Rig yang digunakan sebelumnya dipindahkan
untuk proses pengeboran sumur berikutnya.
B. Coring
Coring adalah pemboran khusus untuk mendapatkan besaran-besaran fisik dari reservoir
CBM dalam hal ini untuk mengetahui distribusi gas methane pada reservoir batubara
tersebut. Pemboran khusus ini sangat mahal biayanya karena membutuhkan peralatan
khusus dan memakan waktu lebih lama dari pemboran biasa ( pemboran sumur
keseluruhan). Coring dilakukan pada interval tertentu yang diperlukan data-data
petrofisiknya terutama pada zone produktif. Hasil dari coring diharapkan merupakan data
yang valid sehingga perlu penanganan yang cermat. Banyak factor yang dapat
mempengaruhi kualitas maupun kuantitas coring antara lain :
1.
2.
3.
terbaik pada pressure coring yaitu pada kasus-kasus di mana terdapat perbedaan besar
antara data kandungan gas yang ada dan kondisi lapangan. Sebagai contoh, pressure
coring di beberapa cekungan San Juan menunjukkan bahwa tingkat produksi gas dua kali
lebih tinggi dari coring konvensional.
Untuk mendapatkan nilai kandungan gas yang representatif, maka kualitas recovery core
harus tinggi. Sayangnya, recovery cenderung rendah karena batubara berkualitas tinggi
biasanya mempunyai banyak rekahan (cleat) dan biasanya rapuh, sehingga menyebabkan
lapisan batubara mudah hancur. Apabila lapisan batubara tersebut hancur dan
menyebabkan tebal lapisan menurun hingga terlalu tipis, maka kemungkinan gas methane
tidak dapat di produksi lagi.
C. Completion
Well Completion adalah pekerjaan tahap akhir atau pekerjaan penyempurnaan untuk
mempersiapkan suatu sumur pemboran menjadi sumur produksi. Untuk mendapatkan hasil
produksi yang optimum dan mengatasi efek negatif dari setiap lapisan produktif maka
harus dilakukan pemilihan metode well completion yang tepat dan ukuran peralatan yang
sesuai untuk setiap sumur. Tidak ada dua jenis well completion yang sama persis antara
sumur satu dengan yang lainnya, tetapi selalu bervariasi tergantung dari faktor yang
dipertimbangkan. Tujuan dari well completion adalah mengatur aliran fluida dari formasi
produktif dasar sumur ke permukaan sebaik mungkin. Jenis-jenis well completion yang
biasa digunakan adalah:
D. Hydrolic fracturing
Setelah analisa data pada tahap sebelumnya sehingga diketahui distribusi gas methane
pada reservoir batubara maka dapat dilakukan persiapan hydrolic fracturing. Terdapat
beberapa tahapan pada proses ini yaitu :
1. Pengeboran horizontal
Yaitu proses pengeboran secara horizontal pada lapisan batubara. Sebelum melakukan
ini telah dilakukan pengeboran secara vertikal pada lapisan tanah diatasnya.
2. Pemasangan casing
Yaitu setelah dilakukan pengeboran maka dilakukan pemasangan casing pada lubang
bor tersebut, kemudian dilapisi dengan semen pada sepanjang lubang bor.
3. Pembuatan lubang kecil pada sisi horizontal drilled
Yaitu dengan cara memasang detonator kecil pada bagian tertentu lubang bor untuk
menghasilkan lubang-lubang kecil pada sisi horizontal drilled yang diinginkan pada
reservoir batubara tersebut.
4. Injeksi air, pasir dan bahan kimia
Yaitu pemompaan campuran air, pasir dan bahan kimia yang telah disiapkan
sebelumnya pada lubang bor horizontal agar mengisi lubang-lubang kecil pada sisi
horizontal drilled yang telah dibuat sebelumnya.
5. Pembuatan fissure
Campuran air, pasir dan bahan kimia yang telah terakumulasi pada masing-masing
lubang kecil pada sisi horizontal drilled akan membentuk fissure pada lapisan batubara
sehingga pada saat diperoleh keseimbangan mekanika setelah proses dewatering maka
gas methane dapat ter-desorbsi melalui fissure yang telah dibuat tersebut.
Metode hydraulic secara umum telah digunakan di Amerika serikat untuk memproduksi
gas methane pada reservoir batubara. Sejak tahu 1980-an, amerika telah mengembangkan
teknologi untuk merintis CBM menjadi alternatif sumber energi. Dan pada tahun 1990-an di
Amerika telah banyak sumur-sumur yang aktif memproduksi gas methana dari reservoir
batubara. Keberhasilan ini memicu negara-negara lain untuk mengembangkan hal serupa
demi memenuhi kebutuhan energi negaranya. Berikut merupakan daerah-daerah yang
menggunakan teknologi hydrolic fracturing untuk memproduksi CBM :
1. the Arkoma basin of Oklahoma, USA