You are on page 1of 50

201

KriukBoned
Proposal Bisnis
LEZAT

INOVASI PENGOLAHAN KERUPUK TULANG LELE

BERGI
ZI
PRAKTI
S
MURA
H

Pendiri Usaha :
Nielam Vioni
(230110130061)
Nawang Nila Ririsanti
(230110130109)
Moch Iqbal Fernanda
(230110130132)

Industri NNI Sejahtera


Alamat : Komplek Cibiru Indah 1 No. 19 C
Kabupaten Bandung Jawa Barat
Contact Person : 08970669073
E
,

2.1

Sejarah Berdirinya Usaha


Produk kerupuk tulang ini terinspirasi dari limbah ikan yang belum

dimanfaatkan secara maksimal. Pengolahan kerupuk tulang ikan ini dilakukan


sebagai upaya peningkatan nilai tambah dalam pengolahan ikan lele. Sehingga limbah
yang biasanya tidak dimanfaatkan atau dibuang langsung, dapat diolah menjadi suatu
produk yang memiliki nilai ekonomi. Ide ini muncul dari tiga mahasiswa kreatif yang
melihat limbah ikan dari hasil pengolahan ikan lele di daerah Bandung sekaligus
penggagas produk kriukBoned, mereka ialah Nielam Vioni, Nawang Ririsanti, dan
Moch. Iqbal. Ketiganya merupakan mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran dan mengambil studi Perikanan.
November 2016, ketiga mahasiswa ini mimulai kerjasama dengan produsen
pengolahan ikan lele di daerah Bandung untuk mengambil limbah hasil produksi
pengolahannya. Kegiatan produksi kerupuk tulang yang memiliki beberapa varian
rasa yaitu asin (original), pedas, sambal hijau, dan balado. Pemasaran dari produk
kriukboned ini dilakukan dengan penjualan secara langsung dari produsen ke
konsumen, namun dalam waktu dekat produk akan dijual juga secara online dan
langsung.
2.2

Visi Misi Usaha

Visi
Membantu masyarakat yang ada di wilayah Kota Bandung dan Jatinangor
untuk memenuhi kebutuhan (cemilan) serta memberi manfaat lain (lowongan kerja)
bagi masyarakat sekitar
Misi

Membuat produk yang bergizi, aman dan lezat dikonsumsi

Membuat produk dengan harga terjangkau dan praktis

3.

ASPEK PEMASARAN

3.1

Gambaran Umum Pasar ( STP )


A. Segmentasi Pasar
Segmentasi pasar menurut Kotler (2012) pasar yang terdiri dari sekelompok

pelanggan yang memiliki sekumpulan kebutuhan dan keinginan yang serupa.


Menurut Kasali (1998). Segmentasi pada dasarnya adalah suatu strategi untuk
memahami struktur pasar. Pada tahap ini perlu adanya pengindentifikasian dan
pemanfaatan peluang yang muncul dipasar. Pertama, peran segmentasi dapat
memungkinkan pemasar untuk lebih fokus. Kedua, segmentasi memungkinkan
pemasar mendapatkan insight mengenai peta kompetisi dan sisi pasar. Ketiga,
segmentasi merupakan basis untuk memudahkan pemasar mempersiapkan tahap
berikutnya. Keempat, segmentasi merupakan faktor kunci mengalahkan pesaing
dengan memandang pasar dari sudut yang unik dan cara yang berbeda. (Kartajaya
2006).
Dalam upayanya memberikan kepuasan pada konsumen dengan apa yang
diinginkan oleh konsumen, perusahaan perlu mengelompokan konsumen atau
pembeli ini sesuai kebutuhan dan keinginannya. Kelompok konsumen yang
dikelompokan tersebut disebut segmen pasar, sedangkan usaha pengelompokannya
dikenal dengan segmentasi pasar (Assauri 2012).
Salah satu ragam dari olahan siap saji adalah kerupuk. Kerupuk merupakan
suatu makanan pelengkap. Kerupuk dapat dibuat dari limbah ikan seperti tulang ikan,
sirip ikan, serta kepala ikan. Kegiatan pengolahan kerupuk tulang ikan merupakan
salah satu bentuk kegiatan pengolahan yang dapat dilakukan dalam skala kecil
maupun besar. Kegiatan pengolahan namun tulang ikan, sirip ikan, kepala ikan dapat
dimanfaatkan menjadi kegiatan pengolahan kerupuk tulang ikan ini merupakan suatu
kegiatan zero waste yang merupakan kegiatan pemanfaatan limbah hasil olahan
perikanan yang dapat bernilai ekonomis dan dapat dimanfaatkan.

1.
a)

Segmentasi Geografis
Daerah

: Di wilayah Kota bandung, juga dipasarkan

diwilayah jatinangor dan sekitarnya. Jika pemasaran telah


banyak digemari oleh masyarakat maka pemasaran kerupuk
1.

tulang lele dapat dipasarkan diseluruh wilayah Indonesia.


Segmentasi Demografis
a)
Usia
: Makanan pelengkap yang cocok untuk semua
jenis usia dari anak-anak hingga dewasa sebab memiliki
kandungan gizi yang baik karena mengandung kalsium yang

berasal dari tulang ikan.


b) Gender
: Laki-laki dan perempuan
2.
Segmentasi Psikologis
a)
Motivasi kebutuhan

: Kesehatan dan pemenuhan gizi

dalam pemenuhan kebutuhan untuk kesehatan membuat


b)

kerupuk tulang lele akan sangat digemari masyarakat.


Kepribadian : Kerupuk sangat digemari oleh
masyarakat luas, sehingga pemasarannya

c)

bersifat

terbuka dan loyal.


Sikap : Kerupuk tulang ikan yang memiliki kandungan
gizi

yang baik tentunya akan menumbuhkan sikap

positif bagi pelanggannya, selain itu juga kerupuk


sangat
3.

4.

digemari

masyarakat.
Segmentasi psikografis
a)
Gaya hidup

sebagai

makanan

pelengkap

: kerupuk tulang lele bersifat

praktis dan instan untuk konsumsi.


Segmentasi Sosial Budaya
a)
Kelas sosial
: Kerupuk tulang lele dipasarkan

5.
a)
b)
6.
a)
b)

untuk semua kalangan masyarakat.


Segmentasi Terkait Pemakaian
Tingkat pemakaian : Pemakaian sedang sampai tinggi
Kesetiaan pada jasa : Sedang sampai tinggi
Segmentasi Situasi Pemakaian
Waktu
: Semua segmen waktu, senggang sampai sempit.
Tujuan
: Pemakaian produk

c) Lokasi

: Kost, rumah, restoran atau rumah makan

B. Targeting
Setelah memetakan pasar (segmentation), tahap targeting seperti namanya
adalah membidik kelompok konsumen mana yang akan kita sasar. Targeting
merupakan tindakan untuk memilih satu atau lebih Segmentasi Pasar yang telah
ditetapkan yang akan digarap/dimasuki sesuai dengan kemampuan, potensi dan
sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan (Kotler 2000).
Teknik-teknik yang dipergunakan ini sangat bermanfaat dalam memilih pasar
sasaran, sehingga pemasar dapat menghindarkan kesalahan-kesalahan yang bakal
terjadi, atau paling tidak menguranginya sekecil mungkin dalam prakteknya. Maka
untuk tujuan tersebut perusahaan harus membagi-bagi pasar menjadi segmen-segmen
pasar utama, setiap segmen pasar kemudian dievaluasi, dipilih dan diterapkan segmen
tertentu sebagai sasaran. Dalam kenyataannya perusahaan dapat mengikuti salah satu
diantara lima strategi peliputan pasar, yaitu:
a. Konsentrasi pasar tunggal, ialah sebuah perusahaan dapat memusatkan
kegiatannya dalam satu bagian daripada pasar.
b. Spesialisasi pasar, misalnya sebuah perusahaan memutuskan untuk membuat
segala macam mesin tik, tetapi diarahkan untuk kelompok pelanggan yang kecil.
c. Spesialisasi selektif, sebuah perusahaan bergerak dalam berbagai kegiatan usaha
yang tidak ada hubungan dengan yang lainnya, kecuali bahwa setiap kegiatan
usaha itu mengandung peluang yang menarik.
d. Peliputan keseluruhan, yang lazim dilaksanakan oleh industri yang lebih besar
untuk mengungguli pasar.
Pada dasarnya, Kerupuk tulang lele dapat dikonsumsi oleh semua kalangan usia
tanpa batasan tertentu. Hal ini dikarenakan kerupuk tulang merupakan makanan
pelengkap serta bersifat siap saji yang sudah dikenal di masyarakat. Bahan utama
yang digunakan dalam pembuatan Kerupuk tulang lele, yakni tulang lele, sirip dan
kepala lele yang merupakan limbah yang dibuat dengan menyampurkan bahan baku

pembuatan kerupuk, sehingga memiliki nilai gizi yang tinggi, hal tersebut
mengakibatkan kerupuk tulang lele banyak disukai oleh masyarakat.
Target pasar Kerupuk tulang lele KriukBoned terlihat dari visual seperti
brosur yang menarik serta kemasan yang menarik sehingga dapat menarik hati
konsumen. Berdasarkan pendidikan ataupun pekerjaan, targetnya adalah semua
golongan masyarakat baik yang berpendidikan tinggi maupun yang berpendidikan
rendah, baik yang memiliki pekerjaan yang tetap maupun tidak tetap. Begitu juga dari
segi lifestyle, targetnya adalah semua kalangan masyarakat baik yang aktif, dinamis,
dan memiliki mobilitas yang tinggi dan membutuhkan kepraktisan dalam
mengkonsumsi makanan yang baik dan sehat untuk tubuh ataupun sebaliknya, sebab
produk ini dapat bersifat sebagai cemilan yang sehat.
Meskipun semua kalangan berpotensi sebagai konsumen Kerupuk tulang lele
KriukBoned, target pasarnya adalah ibu rumah tangga, anak-anak dan remaja yang
sering mengkonsumsi sebagai camilan.
C. Positioning
Positioning merupakan suatu bentuk tindakan perusahaan untuk merancang
produk dan bauran pemasaran agar dapat tercipta kesan tertentu diingatan konsumen.
Sehingga dengan demikian konsumen segmen memahami dan menghargai apa yang
dilakukan perusahaan dalam kaitannya dengan para pesaingnya. Bagi perusahaan
tindakan untuk meneliti atau mengindentifikasi posisi pesaing dan memutuskan untuk
mengambil posisi setaraf dengan posisi pesaing atau mencari kesempatan dalam
pasar. Jika posisi perusahaan itu sendiri dekat dengan pesaing lainnya, perusahaan itu
harus menyeleksi dan kemudian mencari perbedaan lebih lanjut melalui perbedaanperbedaan tersendiri.
Menurut Kotler (1997: 262): Positioning is the act of designing the companys
offer so that it occupies a distinct and value placed in the target customer mind.
Maknanya, mencari posisi di dalam pasar, langkah ini dilakukan setelah
menentukan strategi segmentasi yang dipakai. Dengan kata lain positioning adalah

suatu tindakan atau langkah-langkah dari produsen untuk mendesain citra perusahaan
dan penawaran nilai dimana konsumen didalam suatu segmen tertentu mengerti dan
menghargai apa yang dilakukan suatu segmen tertentu, mengerti dan menghargai apa
yang dilakukan suatu perusahaan, dibandingkan dengan pesaingnya.
Sedangkan menurut Cravens (1991:255), keputusan pemilihan target pasar
merupakan titik vokal dari strategi pemasaran itu sendiri dan menjadi dasar dalam
menentukan tujuan dan pengembangan strategi positioning. Oleh karena itu, strategi
positioning merupakan faktor utama dalam meningkatkan kekuatan posisi pasar
perusahaan di suatu pasar tertentu dibanding pesaing-pesaingnya. Dari definisi diatas
terkandung pengertian bahwa positioning berorientasi pada pikiran atau persepsi
konsumen. Jadi positioning merupakan sutu bentu usaha untuk menemukan suatu
celah di benak konsumen agar konsumen mempunyai image yang khusus terhadap
produk atau merk produk atau bahkan terhadap perusahaan.
Menurut Craven (1991:270) bahwa positioning memegang peran yang sangat
besar dalam strategi pemasaran, setelah melakukan analisis pasar dan analisis pesaing
dalam suatu analisis internal perusahaan (total situation analysis). Alasannya dunia
sekarang ini dilanda over komunikasi, terjadi ledakan barang, media, maupun iklan.
Akibatnya pikiran para prospek menjadi ajang pertempuran.
Dalam proses positioning selalu dimulai product positioning. Pendapat ini
dikemukakan oleh Regis Mc Kenna (1985: 37), yang juga mengemukakan definisi
product positioning sebagai berikut: The positioning process should begin with the
product themselves. To gain a strong product positioning, a company must
differentiate its product from all other products on the market. The goal is to give
theproduct a unique position in the market place. Dari definisi diatas mengandung
pengertian bahwa proses positioning harus dimulai dengan produk itu sendiri. Untuk
mencapai product positioning yang kuat suatu perusahaan perlu melakukan
diferensiasi dalam banyak faktor yaitu: teknologi, harga, kualitas, saluran distribusi
atau sasaran konsumennya.

Positioning yang dapat dilakukan pemasar dalam memasarkan produk kerupuk


tulang lele KriukBoned kepada konsumen, antara lain:
1.

Penentuan posisi menurut atribut


Hal ini terjadi bila suatu perusahaan memposisikan dengan menonjolkan atribut

produk yang lebih unggul dibanding pesaingnya, seperti ukuran, lama keberadaannya,
dan seterusnya. Misalnya

produk kerupuk tulang lele KriukBoned memiliki

inovasi bentuk yang menarik seperti berbentuk ikan, sehingga cocok untuk
dikonsumsi dan dipasarkan kepada anak-anak. Selain bentuknya yang unik, juga
menyajikan ukuran yang pas bagi porsi anak-anak. Selain itu juga terdapat beragam
bentuk lainnya seperti bentuk kerupuk seperti pada umumnya sehingga bukan hanya
untuk anak-anak, pemasarn juga dapat dilakukan kepada orang dewasa.
2.

Penentuan posisi menurut manfaat


Dalam pengertian ini produk diposisikan sebagai pemimpin dalam suatu

manfaat tertentu. Misalnya bahan baku kerupuk tulang lele KriukBoned merupakan
tulang lele, kepala lele sirip lele yang banayk mengandung kalsium, sehingga
memiliki nilai gizi yang baik, hal tersebut menjadi salah satu point utama dalam segi
pemasaran.
3.

Penentuan posisi menurut penggunaan atau penerapan


Seperangkat nilai-nilai penggunaan atau penerapan inilah yang digunakan

sebagai unsur yang ditonjolkan dibandingkan pesaingnya, misal: kerupuk tulang lele
KriukBoned ditargetkan pemasarannya kepada anak-aseluruh kalangan masyarakat
sebab kerupuk sangat digemari selain itu juga kerupuk tulang ini mengandung gizi
yang baik. Hal yang membedakan dengan produk lainnya lebih ditojolkan pada
inovasi bahan baku. Desain produk yang bagus juga merupakan salah satu
keunggulan utama dalam penjualan kerupuk tulang lele ini.
4.

Penentuan posisi menurut pemakai


Ini berarti memposisikan produk sebagai yang terbaik untuk sejumlah

kelompok pemakai. Dengan kata lain pasar sasaran lebih ditujukan pada sebuah atau

lebih komunitas, baik dalam arti sempit maupun dalam arti luas. Misalnya kerupuk
tulang lele KriukBoned lebih ditargetkan pemasarannya kepada seluruh komponen
masyarakat sebab memiliki gizi yang baik.
5.
Penentuan posisi menurut pesaing
Disini produk secara keseluruhan menonjolkan inovasi bahan bakunya yang
merupakan limbah ikan berupa tulang ikan yang memiliki kandungan kalsiun yang
tinggi, sehingga produk ini secara utuh dan diposisiskan lebih baik daripada pesaing.
Misalnya: kerupuk tulang lele KriukBoned sangat digemari dikalangan masyarakat
dibanding produk kerupuk lainnya dikarenakan kandungan gizinya yang baik,
sehingga hal tersebut dapat menjadi salah satu keuntungan dalam kegiatan pemasaran
kerupuk tulang lele tersebut.
6.
Penentuan posisi menurut kategori produk
Disini produk diposisikan sebagai pemimpin dalam suatu kategori produk.
Misalnya: Kerupuk tulang lele KriukBoned selain dapat dikonsumsi bagi semua
kalangan masyarakat, kandungan giziny yang baik akan menjadikan produk ini lebih
digemari bibandingkan produk lainnya.
7.
Penentuan posisi harga atau kualitas
Disini produk diposisikan sebagai menawarkan nilai terbaik. Misalnya kerupuk
tulang lele KriukBoned memiliki harga cukup terjangkau bagi masyarakat namun
memiliki kualitas yang sangat baik dalam segi gizi maupun inovasi.
3.2

Permintaan
Prediksi jumlah permintaan konsumen terhadap produk adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Prediksi Jumlah Permintaan Konsumen
Tahun
2016
2017
2018
2019
Jumlah

3.3

Perkiraan Permintaan (dalam Unit)


130.000
132.600
135.200
137.800
535.600

Penawaran
Penawaran dari produk pesaing sejenis di pasar adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Penawaran Produk Pesaing Sejenis

Nama Perusahaan Pesaing


Kerupuk Ucu
Kerupuk Cap Jangkar
Hurip Mukti
Priharja
Jumlah

Kapasitas Produksi / Tahun (dalam Unit)


12000
7200
9700
6000
34.900

Proyeksi penawaran dalam beberapa periode / tahun mendatang adalah sebagai


berikut:
Tabel 3. Proyeksi Penawaran Tahun 2016-2019
Tahun
2016
2017
2018
2019
Jumlah

3.4

Perkiraan Penawaran (dalam Unit)


34.900
35.598
36.296
36.994
143.788

Rencana Penjualan dan Pangsa Pasar

Rencana Penjualan adalah rencana produk yang akan dijual dalam waktu 1
tahun disesuaikan dengan kondisi permintaan dan penawaran.

Pangsa Pasar adalah bagian dari penjualan produk kita dibandingkan dengan
penjualan total produk sejenis dalam industri
Tabel 4. Rencana Penjualan dan Pangsa Pasar

Tahun
2016

Permintaan
(A)
130.000

Penawaran
(B)
34.900

Peluang
(C=A-B)
95.100

Rencana
Penjualan (D)
96410

Pangsa Pasar
(E = DX100% / C)
1,013775

2017

132.600

35.598

97.002

98488

1,015319

2018

135.200

36.296

98.904

100349

1,01461

2019

137.800

36.994

100.806

102430

1,01611

Jumlah

535.600

143.788

391.812

397.677

4,059815

3.5

Strategi Pemasaran Perusahaan dan Pesaing


Strategi Pemasaran Perusahaan dilakukan berdasarkan analisa 4 P dengan alat

analisis SWOT menurut Kottler yang terdiri atas:

3.5.1 Product
Salah satu komponen bauran pemasaran yang penting adalah produk. Dimana
produk ini merupakan hasil dari produksi sebuah perusahaan. Produk adalah segala
sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli,
dipergunakan atau dikonsumsi dan yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan.
Produk yang kami jual adalah kerupuk berbahan dasar tulang ikan lele.
Kerupuk yang ditawarkan terdiri dari 4 varian rasa dan dua varian bentuk. Varian
rasa yang ditawarkan terdiri Kerupuk Tulang Lele KriukBoned rasa pedas, asin,
sambal ijo dan balado. Sedangkan untuk varian bentuk, Kerupuk tulang lele
KriukBoned terdiri dari bentuk ikan dan bentuk biasa.
3.5.2 Price
Dalam bauran pemasaran (marketing mix) harga merupakan faktor penting
dalalm menentukan ranah pemasaran yang dialokasikan oleh sebuah perusahaan. Dari
keempat faktor yang menentukan marketing mix, harga merupakan satu-satunya
unsur yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan.
Untuk harga yang ditawarkan didasarkan pada ukuran dari Kerupuk Tulang
Lele KriukBoned adalah Rp 5 000,00 per kemasan dan ada yang dijual curah
dengan harga 25 000 per kg dimana satu kemasan memiliki bobot 100 gram.
Penetapan harga didasarkan pada besarnya biaya operasional produksi, harga yang
ditetapkan pun cukup terjangkau dengan harga kerupuk di pasaran. Sehingga
Kerupuk tulang lele KriukBoned yang kami tawarkan berani untuk bersaing di
pasar.
3.5.3 Promotion
Promosi merupakan salah satu variabel marketing mix yang sangat penting
yang dilakukan untuk membuka pangsa pasar yang baru atau memperluas jaringan
pemasaran. Promosi yang dilakukan dalam pemasaran kerupuk tulang lele
KriukBoned bertujuan untuk memperkenalkan kepada konsumen mengenai produk
yang kami tawarkan. Promosi dilakukan melalui media promosi lisan, media cetak,

dan media sosial. Promosi lisan dilakukan melalui word of mouth sedangakan untuk
media cetak melalui pembuatan pamflet, x-banner, kartu nama. Sedangkan media
sosial penjualan melalui online melalui facebook, instagram, dan line. Upaya
pengenalan produk pun dilakukan melalui kegiatan bazar di kampus UNPAD.
3.5.4 Placement
Placement merupakan cara untuk mendistribusikan produk kita untuk sampai ke
tangan konsumen. Sistem distribusi yang dilakukan dapat secara langsung ke
konsumen atau melalui pedagang perantara seperti wholesaler (pedagang besar) atau
retailer (pedagang kecil).
Dalam melaksanakan kegiatan produksi dan pemasaran saat ini masih
dilakukan secara langsung oleh tim kepada konsumen ataupun secara online. Untuk
tempat produksi dilakukan di salah satu kediaman tim di wilayah Bandung,
sedangkan untuk pemasaran dilakukan secara langsung kepada konsumen ataupun
secara online di wilayah Jatinangor. Sistem pemasaran yang dilakukan adalah direct
selling serta penerimaan terhadap pesanan yang diminta konsumen. Saat ini kami
belum memiliki tempat yang menetap untuk melakukan pemasaran kepada
konsumen. Namun kita mencoba untuk memasukan produk-produk yang kami
ciptakan ke tempat potensial, seperti warung, kantin, dan toko yang kami lakukan
kerjasama.

4.

ASPEK ORGANISASI DAN MANAJEMEN

4.1

Aspek Organisasi
Dibawah ini merupakan struktur organisasi perusahaan KriukBoned, pada

Ketua

bagan tersebbut jumlah staf yang dibutuhkan untuk tiap jobdesknya hanya satu
orang, karena ukuran kedai yang masih kecil dan bisa di handle oleh satu orang tiap

Sekretaris
pekerjaannya.

Staff
Produksi

Staff Desain
dan
Kemasan

Bendahara

Staff Humas

Staff
Marketing

Gambar 1. Struktur Organisasi KriukBoned


Dapat dilihat pula pada Tabel 5dibawah ini yang menyajikan mengenai jobdesk
tiap jabatan beserta gajinya.
Tabel 5. Uraian Tugas Tiap Staff dan Gaji per Bulan
Jabatan
Ketua

Sekretaris

Bendahara

Staff

Uraian Tugas (A)

Jumlah (B)

Gaji / Bulan
(C)

Total
(BxC)

Bertanggung
jawab
dalam
kegiatan
pengolahan
kerupuk
tulang lele.
Mencatat
seluruh
kegiatan
administrasi
serta membuat laporan
selama kegiatan produksi
dan pemasaran kerupuk
tulang lele serta menulis
laporan
pertanggungjawaban.
Bertugas dalam mencatat
kas, pengeluaran dan
pendapatan
selama
kegiatan produksi dan
pemasaran
kerupuk
tulang lele berlangsung.

900.000

900.000

700.000

700.000

700.000

700.000

bertugas dalam kegiatan

600.000

1.200.000

Jabatan

Jumlah (B)

Gaji / Bulan
(C)

Total
(BxC)

Staff desain Bertugas


dalam
dan
mendesain kemasan serta
pengemasan bertugas dalam kegiatan
pengemasan
produk
kerupuk
tulang
lele
tersebut.

600.000

600.000

Staff humas

Bertugas untuk mengurus


keperluan eksternal dari
perusahaan
tersbut
misalkan
melakukan
pertemuan
dengan
penyuluh atau kelompok
usaha lain.

600.000

600.000

Staff
Marketing

Bertugas dalam kegiatan


pemasaran
produk
kerupuk tulang lele

600.000

600.000

produksi

4.2

Uraian Tugas (A)


pengolahan
tulang lele.

kerupuk

Perijinan

Kota Bandung, Desember 2016

Nomor

: ____________

Lampiran : 1 (satu) jepitan


Perihal

: Permohonan untuk mendapatkan Surat Izin Tempat Usaha

Kepada
Yth. Bupati Bandung Barat
cq. Kepala Kantor Pelayanan Perizinan
Terpadu Satu Pintu Kabupaten Bandung

Di Kantor PTSP Kabupaten Bandung

Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama

: Moch. Iqbal Fernanda

Alamat

: Komplek Cibiru Indah 1 No. 19 C Kabupaten Bandung

Pekerjaan : Wiraswasta

Dengan ini mengajukan permohonan untuk mendapatkan Izin Tempat Usaha dengan
identitas usaha sebagai berikut :
Jenis Usaha

: Kuliner (Makanan Ringan)

Nama Perusahaan

: KriukBoned

Alamat tempat Usaha

: Komplek Cibiru Indah 1 No. 19 C Kabupaten Bandung

Kelurahan

: ________

Kecamatan

: ________

Sebagai kelengkapan persyaratan saya lampirkan:


1. Surat Permohonan SITU
2. Pas foto berwarna 3 x 4 cm (2 lembar)
3. Foto copy KTP terbaru 1 (satu) lembar
4. Surat Keterangan dari Desa/Lurah
5. Rekomendasi dari Camat
6. Foto copy pelunasan PBB tahun terakhir 1 (satu) lembar

7. Map snalhacter plastic warna merah 1 (satu) buah.

Demikian permohonan kami, atas perhatian dan izin yang diberikan kami ucapkan
terima kasih.
Pemohon,

Moch. Iqbal
4.3

Kegiatan Pra Operasi dan Jadwal Pelaksanaan


Kegiatan sebelum usaha dimulai disertai dengan jadwal pelaksanaan yang

diatur berdasarkan periode tertentu (mingguan atau bulanan) adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Kegiatan Pra Operasi dan Jadwal Pelaksanaan
Kegiatan
1

September
2
3

Oktober
2
3

Survey Pasar
Menyusun Rencana Usaha
Perijinanan
Survey Tempat Usaha
Survey Mesin/Peralatan
Pemasangan Sarana Penunjang
Mencari Tempat Kerja
Uji Coba Produksi
Operasional

4.4

Inventaris Kantor dan Supply Kantor


Inventaris kantor untuk barang yang umur produknya lebih dari 1 tahun adalah

sebagai berikut:
Tabel 7. Inventaris Kantor dan Supply Kantor
Inventaris /
Perangkat Kerja
Laptop
Meja

Merk
Toshiba
Olimpic

Jumlah Unit

Harga

Jumlah Harga

1
1

4.570.000
700.000

4.570.000
700.000

Printer
Kursi

Epson L220
Olimpic
Jumlah

1
2

1.950.000
300.000

1.950.000
600.000
7.820.000

Supply Kantor merupakan biaya untuk menunjang kegiatan administrasi seperti


ATK (Alat Tulis Kantor) adalah sebagai berikut:
Tabel 8. Alat Tulis Kantor sebagai Biaya Supply Kantor
Jenis Biaya Supply Kantor
Buku
Kertas HVS
Pulpen
Map kertas dan plastik
Tinta
Pensil
Spidol
Correction pen
Penggaris
Penghapus
Klip chart
Strepless
Lakban
Jumlah

5.

ASPEK PRODUKSI

5.1

Produk

Total Biaya per Tahun (Rp)


24.000
12.000
21.000
20.000
100.000
20.000
30.000
10.000
5000
5000
5000
20.000
5000
277.000

5.1.1 Dimensi Produk


Dimensi dari produk kerupuk tulang ikan lele ini dari segi kenampakan padat,
homogen dan berwarna putih kekuningan, memiliki testur renyah. Bentuk ikan dan
bentuk biasa dengan 4 varian rasa rasa pedas, asin, sambal ijo dan balado.

5.1.2 Nilai/Manfaat Produk


Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pemanfaatan limbah
tulang ikan lele yang dapat menambah nilai ekonomi dengan menjadikan tulang ikan

lele menjadi tepung yang memiliki kandungan kalsium sebagai bahan pengsubsitusi
pada pembuatan kerupuk.
5.2

Proses Produksi
Proses produksi Kerupuk Tulang Lele KriukBoned dilakukan 4 kali dalam

satu bulan. Produksi Kerupuk Tulang Lele meliputi beberapa tahapan. Tahapantahapan berikut terdiri dari persiapan alat dan bahan, penanganan bahan baku, serta
pembuatan kerupuk tulang lele (Clarias sp.)
5.2.1 Persiapan Alat dan Bahan
Kegiatan yang paling awal dilakukan dalam proses pengolahan kerupuk tulang
lele adalah persiapan alat dan bahan. Proses juga diartikan sebagai cara, metode
ataupun teknik bagaimana produksi itu dilaksanakan. Produksi adalah kegiatan untuk
menciptakan danan menambah kegunaan (Utility) suatu barang dan jasa. Proses
produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah keguanaan suatu
barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada. Tahapan persiapan
alat dan bahan ini merupakan tahapan yang paling mendasar dalam proses
pengolahan, tahapan ini juga merupakan tahapan penentu sebab persiapan alat dan
bahan yang baik akan mempercepat produksi yang dilakukan sehingga produksi dapat
berjalan dengan baik.
Proses pelaksanaan pembuatan kerupuk tulang lele KriukBoned merupakan
suatu proses yang dilakukan dalam suatu bentuk tahapan. Tahapan- tahapan tersebut
meliputi proses persiapan, proses pembuatan, proses pencetakan, proses penjemuran,
proses penggorengan, dan proses pengemasan. Proses pembuatan kerupuk tulang lele
membutuhkan waktu untuk menghasilkan kerupuk mentah kering yang berkualitas,
waktu tersebut bersifat relatif sebab waktu tersebut dipengaruhi oleh intensitas
penyinaran cahaya matahari.
5.2.2 Peralatan yang Digunakan
Peralatan yang digunakan merupakan peralatan yang umumnya digunakan
dalam produksi pembuatan kerupuk pada umumnya, namun yang membedakan

pembuatan kerupuk tulang lele KriukBoned adalah adanya panci presto yang
digunakan untuk melunakan tulang, sirip dan kepala lele (Clarias sp.). Peralatan yang
digunakan dalam proses pembuatan kerupuk tulang lele dapat dilihat pada Gambar 2.

cba
d

hgef

jk
li
Gambar 2. Peralatan Produksi Pengolahan : (a) Kompor Gas, (b) Panci Presto,(c)
Pisau, Gunting, tang, (d) Timbangan Jarum, (e) Continous Sealer, (f) Silent Cutter, (g)
Spinner, (h) Chest Freezer, (i) Panci Kukus, (J) Wajan atau Penggorengan, (k) Piring,
(l) Blender
Tabel 9. Alat Produksi dan Fungsinya
No
1
2
3
4
5
6
7

Nama Alat
Meja Kerja
Talenan Vinyl
Ember
Pisau
Tabung Gas
Kompor Gas
Penggorengan

Spinner

Continous Sealer

Fungsinya
Alas pada kegiatan produksi pengolahan kerupuk tulang lele.
Alas pemotongan produksi
Tempat penyimpanan air
Alat pemotong bahan baku dan bahan tambahan
Bahan bakar
Menggoreng dan memasak produk olahan
Menggoreng kerupuk tulang lele
Memisahkan minyak dari roduk pada pembuatan kerupuk
tulang lele
Menempelkan plastik pada kegiatan pengemasan produk tulang

No

Nama Alat

10

Vaccum Sealler

11

Sillent Cutter

12
13
14
15
16
17

Blender
Frezzer
Chezt Freezer
Baskom
Timbangan Digital
Timbangan Jarum

18

Panci Presto

19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
31
33

Panci Kukus
Tampah
Piring
Alat Pemotong Kerupuk
Tang
Gunting
Pompa Air
Tas
Keranjang
Toples
Rol
Spatula
Gilingan Daging
Sendok
Cobek

Fungsinya
lele
Menempelkan plastik pada kegiatan pengemasan produk tulang
lele
Melumatkan tulang yang telah dipresto dan mencampurkan
tulang lele dengan bahan pada proses pembuatan kerupuk
tulang lele
Menghaluskan bahan rempah
Alat bersuhu dingin sebagai penyimpanan produk
Menyimpan Pasta tulang lele
Wadah penyimpanan dan pencampuran bahan
Menimbang bahan-bahan produksi
Menimbang bahan-bahan produksi
Melunakan tulang dan kepala lele pada pembuatan kerupuk
tulang
Mengukus adonan kerupuk tulang
Menjemur kerupuk tulang lele
Mencampur bahan pembuatan kerupuk tulang lele
Alat untuk memotong kerupuk tulang lele
Alat untuk mencabuti sirip pada ikan
Alat untuk menggunting sirip pada ikan dan pemotong label
Alat untuk memompa air
Penyimpanan kerupuk tulang yang telah dikemas
Penyimpanan kerupuk tulang yang telah dikemas
Penyimpanan kerupuk tulang lele
Alat untuk meratakan adonan kerupuk tulang
Alat untuk meratakan adonan
Alat penggiling tulang lele
Alat untuk mengaduk adonan
Alat untuk menghaluskan bahan rempah

5.2.3 Penanganan Bahan Baku


Penanganan bahan baku dilakukan untuk membersihkan bahan utama, sehingga
dapat memperpanjang masa simpan baik saat masih berbentuk bahan baku atau juga
saat sudah menjadi prodduk olahan. Penanganan dilakukan dimulai dari proses
pencucian sampai dengan bahn tersebut akan diolah. Penanganan yang baik dapat
memberikan hasil yang baik dalam pengolahan hasil perikanan.

Gambar 3. Ikan Lele (Clarias sp.)


5.2.4 Penerimaan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan kerupuk tulang lele
KriukBoned adalah tulang lele, kepala lele, dan sirip lele yang didapatkan dari
pemisahan tulang dan ging lele, dimana daging lele yang diambil kemudian akan
diolah menjadi produk olahan laiinya seperti dendeng dan kerupuk tulang.
Klasifikasi ikan lele, yaitu:
Filum
: Chordata
Kelas
: Pisces
Subkelas
: Teleostei
Ordo
: Ostariophysi
Subordo
: Siluroidae
Famili
: Clariidae
Genus
: Clarias
Spesies
: Clarias sp
Ikan lele digunakan karena memilii kandungan gizi yang tinggi dan berperan
dalam pemeliharaan fungsi tubuh. Bahan baku ikan lele yang akan digunakan harus
sesuai persyaratan yang ditetapkan. Mutu bahan baku yang harus dipenuhi harus
sesuai berdasarkan SNI yaitu bahan baku harus bersih, bebas dari bau yang
merupakan dari tanda pembusukan, bebas dari dekomposisi dan pemalsuan, bebas
dari sifat-sifat alamiah lain penurunan mutu serta tidak berbahaya bagi kesehatan.
Ikan yang telah didapatkan, kemudian diberi perlakuan cold Shock yaitu
pendinginan pada suhu 4-5o C dengan es batu selama 30 menit sebelum di fillet dan
diolah, hal tersebut bertujuan agar aktivitas lele berkurang sehingg mudah untuk

ditangani (Mahyudin 2010). Ikan juga diberi jeruk nipis sebanyak tiga buah per 10 kg
ian. Pemberian jeruk nipis bertujuan agar bau amis pada ikan akan hilang. Bau amis
yang hilang tersebut dikarenakan adanya kandungan asam yang dimiliki jeruk nipis.

Gambar 4. Pembiusan Ikan Menggunakan Es Batu


5.2.5 Penyiangan Ikan Lele
Pemfilletan dilakukan pada saat ikan lele pingsan. Pemfilletan dilakukan
dengan cara memisahkan bagian kepala, pemotongan sirip, pembuangan isi perut, dan
pemisahan kulit dari daging lele. Bagian kepala dipotong menggunakan pisau, sirip
pectorial atau sirip dada dipotong menggunakan tang, sedangkan sirip ventral, sirip
anal, sirip caudal, dan sirip dorsal dipotong menggunakan gunting. Kemudian jeroan
dibuang , kemudian kulit dipisahkan dengan dagingnya dengan cara ditarik dengan
menggunakan bantuan tang. Penyiangan harus dilakukan dengan cepat dan harus
berhati-hati, hal tersebut dimaksudkan agar dapat mencegah pertumbuhan
mikrobakteri pembusukan pada lele.
Pemotongan bagian sirip akan memudahkan pemisahan antara daging dan kulit.
Isi perut dan insang merupakan tempat berkumpulnya bakteri pembusuk yang dengan
cepat pertumbuhannya jika ikan telah mati, dalam keadaan hidup ikan dianggap tidak
mengandung bakteri yang bersifat merusak atau ikan itu dianggap steril, meskipun
terdapat lendir yang melapisi badan dan insang. Suhu ikan berangsur-angsur akan
naik setelah ikan mati dan memungkinkan bagi pertumbuhan bakteri pembusuk.

Perlakuan untuk menghindari kontaminasi bakteri terhadap daging ikan adalah


membuang isi perut atau jeroan (Saputra 2013).
Bagian kulit yang telah terpisah kemudian dicuci dan disimpa pada chest
freezer sebelum diolah menjadi kerupuk kulit. Kepala dicuci sampaibersih yang
nantinya akan dilunakan untuk menjadi kerupuk tulang lele. Daging lele kemudian
dicuci dan direndam pada campuran laruta air jeruk nipis selama 30 menit,
perendaman tersebut bertujuan untuk menghilangkan bau amis dari daging lele
(Suryaningrum et al. 2012).
Daging lele kemudian difillet sehingga terpisah dari tulangnya. Kegiatan fillet
ini dilakukan menggunakan pisau fillet dan harus menggunakan sarung tangan agar
meminimalisir adanya kecelakan dalam bekerja. Daging yang telah terpisah akan
digunakan sebagai ahan baku pembuatau kerupuk tulang dan dendeng lele, sedangkan
tulangnya akan digunakan sebagai bahan baku pebuatan kerupuk tulang. Daging lele
digunakan sebagai bahan baku pengolahan ikan lainnya seperti pembuatan dendeng
lele, abon lele, cuanki, serta fish cookies. Tulang yang telah didapatkan kemudian
dicuci lalu dipresto bersamaan dengan kepala dan sirip sehingga dapat menjadi
adonan lunak. Penyiangan adalah memisahkan/menghilangkan isi perut dan insang
dari badan ikan, sebagai sumber bakteri pembusuk, Dengan hilangnya sumber bakteri
pembusuk, maka kesegaran ikan dapat dipertahankan lebih lama.
Penyiangan yang dilakukan sebagai tahapan pengolahan sebelum proses
pengalengan, penggaraman, pengeringan, pembekuan dan sebaginya tidak hanya isi
perut dan insang yang dihilangkan tetapi kadangkala bagian-bagian dari tubuh ikan
yang tidak dibutuhkan seperti kepala, sisik, ekor juga dihilangkan. Kegiatan
penyiangan ikan lele dimaksudkan untuk memperpanjang masa simpan sebab dengan
perlakuan penyiangan yang baik maka akan mencegah tumbuhnya mikroba
merugikan yang dapat menyebabkan pembusukan pada ikan. Kegiatan penyiangan
meliputi beberapa proses, kegiatan penyiangan dapat dilihat pada Gambar 5.

cd

fe

hg
Gambar 5. Proses Penyiangan : (a) Pengguntungan sirip, (b) Pengulitan, (c) Kepala
lele, (d) Kulit lele, (e) Pemfilletan, (f) Pemfilletan, (g) Daging lele, (h) Tulang lele
5.2.6 Pengolahan Kerupuk Tulang Lele
Pengolahan kerupuk tulang lele merupakan suatu kegiatan pengolahan zero
waste dengan memanfaatkan limbah pengolahan lele dalam bentuk tulang, kepala,
dan sirip untuk dijadikan produk yang dapat bernilai ekonomi. Tulang, kepala, dan

sirip lele yang telah dipresto sehingga menjadi lunak, kemudian perlakuan dilanjutkan
dengan pelumatam, pencampuran bengan rempah-rempah, pengadoan, pencetakan,
pengukusan, pengulenan, pemotongan, penggorengan, pengemasan, dan terakhir
yaitu pemberian label serta penyimpanan yang kemudian akan dipasarkan.
5.2.6.1 Pelumatan Tulang Lele
Tulang, kepala, dan sirip lele yang telah dipresto menjadi lunak kemudian
dilumatkan menggunakan bantuan alat yang berupa silent cutter sehingga
dihasilkannya pasta tulang lele. Pelumatan harus dilakukan secara homogen, hal
tersebut dilakukan agar perlakuan selanjutnya dapat dilakukan lebih mudah. Jumlah
pasta tulang lele yang digunakan adalah sebanyak 2 kg. Pasta tulang lele yang
digunakan bobotnya tidak boleh lebih dari 10% dari jumlah keseluruhan bahan baku.
Kegiatan pengadonan ini merupakan suatu bentuk kegiatan dasar pembuatan kerupuk
tulang lele. Kegiatan pengadonan kerupuk tulang lele ini dilakukan sebagai bahan
dasar yang mencampurkan pasta tulang lele dengan bumbu dasar, kemudian akan
dicampurkan dengan tepung tapioka.
5.2.6.2 Pencampuran Pasta Tulang Lele
Pencampuran pasta tulang lele deengan bumbu dilakukan untuk membuat
bahan dasar pembuatan kerupuk tulang lele. Pencampuran diartikan sebagai suatu
proses

menghimpun

memerlukan

gaya

dan
mekanik

membaurkan
untuk

bahan-bahan.

menggerakkan

alat

Proses

pencampuran

pencampur

supaya

pencampuran dapat berlangsung dengan baik.


Tujuan pencampuran adalah untuk menghasilkan campuran bahan dengan
komposisi tertentu dan homogen, mempertahankan kondisi campuran selama proses
kimia dan fisika agar tetap homogen, mempunyai luas permukaan kontak antar
komponen yang besar, menghilangkan perbedaan konsentrasi dan perbedaan suu,
mempertukarkan panas, mengeluarkan secara merata gas-gas dan uap-uap yang
timbul, serta menghasilkan bahan setengah jadi agar mudah diolah pada proses
selanjutnya atau menghasilkan produk akhir yang baik.

Bumbu yang disiapkan per 200 gram pasta tulang lele terdiri dari 20 gram
ketumbar, 10 gram lada bubuk, 30 gram bubuk bawang putih, 300 gram garam dapur,
5 butir telur, dan 10 kg tepung tapioka. Pencampuran pasta tersebut dapat dilihat pada
Gambar 6.

Gambar 6. Pencampuran Adonan Pasta Tulang Ikan


5.2.6.3 Pengadonan Kerupuk Tulang Ikan
Pengadonan dilakukan dengan menyiapkan tepung taioka terlebih dahulu.
Pertama-tama dibuat tajin yang dibuat dari tepung tapioka yang diberi air panas
hingga membentuk seperti lem. Jumlah tepung tapioka dalam pembuatan tajin adalah
100 gram untuk setiap 200 gram pasta tulang. Kemudian pasta tulang dan tajin
dicampukan hingga tercampur rata. Tajin yang sudah dicampurkan dengan pasta
tulang kemudian dimasukan kedalam silent cutter dan masukan kembali 900 gram
tepung tapioka kedalamnya. Aduk adonan hingga rata menggunakan silent cutter.
Proses pengadukan dilakukan dengan kehati-hatian sebab pengadukan yang baik akan
menghasilakan adonan yang baik pula, kegiatan pengadonan dilakukan sebagai bahan
dasar pembuatan pasta tulang lele yang sudah diberi campuran bumbu-bumbu dasar.
Pengadonan tersebut dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Pengadonan
5.2.6.4 Pencetakan
Adonan yang telah diaduk menggunakan silent cutter kemudian dicetak hingga
membentuk balok menggunakan cetakan kaca. Adonan dicetak menggunakan plastik
bening dan dicetak menggunakan cetakan kaca terbuka yang berbentuk balok. Hasil
cetakan dapat terlihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Hasil Pencetakan Kerupuk Tulang Lele

5.2.6.5 Pengukusan Adonan


Adonan yang telah dicetak, kemudiaan diukus pada panci kukus. Adonan
dikukus selama 60 menit. Pengukusan tersebut bertujuan agar adonan yang telah
dibuat menjadi mengeras dan lebih mudah untuk diberi perlakuan selanjutnya.

Kegiatan pengukusan ini sangat berpengaruh terhadap pembuatan kerupuk tulang


ikan, sebab pengukusan yang sempurna akan menyebabkan adonan lebih baik dan
membuat adonen tidak keras atau bahkan tidak menyebabkan hancurnya kerupuk
tulang ikan saat proses pencetakan.
Proses pengukusan sebelum proses pengulenan. Proses pengukusan bahan dasar
kerupuk tulang lele dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Pengukusan Adonan Kerupuk Tulang Ikan


5.2.6.6 Pengulenan, Pemotongan, dan Pengeringan Kerupuk Tulang Ikan
Adonan yang telah dikukus selam satu jam kemudian diangkat dan ditiriskan.
Kemudian adonan tersebut didiamkan selama minimal 24 jam sampai adonan
megenyal, hal tersebut dimaksudkan agar adonan tidak keras saat dipotong.
Adonan yang telah didiamkan selama minimal 24 jam, kemudian dipotong
menggunakan mesin pemotong, ketebalan kerupuk yang dipotong berkisar antara 2-3
mm. Setelah dilakukan pengirisan kemudian kerupuk akan dijemur hingga kering
dengan menggunakan cahaya matahari. Kegiatan pemotongan dengan menggunakan
mesing porong dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Pemotongan Adonan Kerupuk Tulang Lele


5.2.6.7 Penggorengan Kerupuk Tulang
Penggorengan kerupuk tulang lele dilakukan setelah kerupuk tulang yang telah
dipotong kering. Kerupuk tulang yang telah kering tidak semua digoreng, namun ada
juga yang langsung dijual secara curah sebanyak 10 kg. Kerupuk yang tidak dijual
secara curah, kemudian digoreng hingga matang.

Gambar 11. Kerupuk yang Telah Digoreng


5.2.6.8 Pengemasan dan Pelabelan
Pengemasan merupakan suatu cara atau perlakuan pengamanan terhadap
makanan atau bahan pangan, agar makanan atau bahan pangan baik yang belum
diolah maupun yang telah mengalami pengolahan, dapat sampai ke tangan konsumen.
Pengemasan disebut juga pembungkusan, pewadahan atau pengepakan. Pengemasan

memegang peranan penting dalam pengawetan dan mempertahankan mutu bahan


makanan (Syarief 1988).

Gambar 12. Pengemasan Kerupuk Tulang Lele


Kerupuk Tulang Lele yang telah digoreng kemudian ditiriskan dengan
menggunakan spinner. Kerupuk yang telah ditiriskan kemudian ditimbang dan
dikemas menggunakan kemasan yang tetutup rapat. Kemasan yang digunakan
menggunakan plastik polyethilene. Alat yang diguunakan dalam proses pengemasan
adalah Vaccum sealer dan continuos sealer.
5.2.6.9 Penyimpanan dan Pemasaran
Kerupuk tulang yang telah selesai dikemas dan diberi label kemudian
disimpansebelum dipasarkan. Alat penympanan yang digunakan adalah berupa
keranjang, tas, dan alat penyimpanan lainnya. Setelah siap, kerupuk tulang akan
dipasarkan di galeri-galeri penjualan produk hasil perikanan didaerah Jatinangor dan
disebar ke warung-warung sekitar dan berupa online..

5.3

Kapasitas Produksi

Tabel 10. Kapasitas Produksi per Tahun


Tahun
2016

Rencana produksi (dalam unit)


96410

2017

98488

2018

100349

2019

102430

Jumlah

397.677

5.4 Tanah dan Bangunan

Lokasi kantor bertmpat di daerah kota Bandung yaitu di daerah komplek Cibiru
Indah 1 No. 19 C. Lokasi tersebut merupakan lokasi kesekertariatan dan lokasi
administratif dalam pengolahan kerupuk tulang lele KriukBoned. Lokasi produksi
akan dilaksanakan di daerah jatinangor yang merupakan kediaman mahasiswa
(kosan). Kegiatan pemasaran akan dilakukan disekitar kawasan jatinangor dan kota
Bandung. Jumlah sewa bangunan merupakan sebanding dengan tarif sewa kosan
dikawasan jatinangor selama 1 tahun.
5.5

Pemasangan Sarana Penunjang


Tabel 11. Pemasangan Sarana Penunjang
Jenis Biaya
Jumlah Biaya
Pemasangan instalasi listrik
1.200.000
Pemasangan instalasi air (PAM)
600.000
Pajak Bumi dan Bangunan(PBB)
1.000.000
Sewa Lahan
1.200.000
Total Biaya Pemasangan Sarana Penunjang :
4.000.000

5.6

Mesin dan Peralatan

Tabel 12. Mesin dan Alat Produksi


Nama
Mesin/Peralatan
Ember
Pisau
Tabung Gas
Kompor Gas
Penggorengan
Spinner
Continous Sealer
Vaccum Sealler
Sillent Cutter
Blender
Frezzer
Chezt Freezer

Merk

Jumlah Unit

Harga

4
1
2
2
2
1
1
1
1
1
1

25
200
150
250
200
5000
3000
2000
6000
400
2000

Jumlah
Harga
100
200
300
500
400
5000
3000
2000
6000
400
2000

3000

3000

4
1
1
1
2
10
1

25
1000
700
500
700
20
200

100
1000
700
500
1400
200
200

300

300

1
2
1
3
4
4
3
5
1
1
1

50
25
900
30
50
25
5
1
100
40
50

50
50
900
90
200
100
15
5
100
40
50
289000

Lion Star
DOS
Elpiji 3kg
Quantum
Almasindo
Agrowindo
Maksipack
Besser
Maksindo
Philips
Sanken
Frigigate
Chest
Lion Star
Camry
Nhon Hua
Almasindo
Almasindo
Lion Star
Luminark
Maksindo

Baskom
Timbangan Digital
Timbangan Jarum
Panci Presto
Panci Kukus
Tampah
Piring
Alat Pemotong
Kerupuk
Tang
Plato
Gunting
Kenko
Pompa Air
Shimitzu
Tas
Flashy
Keranjang
Lion Star
Toples
Lion Star
Rol
Lion Star
Spatula
Maksindo
Gilingan Daging
Sakura
Sendok
Doll
Cobek
Total PembelianMesin/Peralatan:

5.7

Bahan Baku dan Bahan Pembantu


Bahan-bahan yang digunakan dalam proses pengolahan kerupuk tulang ikan

meliputi bahan utama yang merupakan bahan baku, bahan pembantu dan bahan

tambahan atau bahan pelengkap. Bahan utama yang digunakan pada proses produksi
adalah tulang lele yang didapatkan dari lele yang dagingnya dimanfaatkan untuk
pengolahan produk lainnya, sehingga tulang, sirip dan kepala lele yang tidak
digunakan dapat berfungsi sebagai bahan utama pembuatan kerupuk. Tulang lele juga
ada yang diperjual belikan sehingga kita dapat membeli bahan baku tersebut.
Bahan pembantu yang digunakan adalah bahan yang diperlukan agar proses
produksi berjalan lancar dan tidak berpengaruh pada komponen sifa khas produk
akhir tersebut. Bahan pembantu yang digunakan pada pembuatan kerupuk tulang lele
ini antara lain air dan es. Air yang digunakan untuk pencucian dan pengolahan,
sedangkan es digunakan pada proses penyiangan bahan baku dan penyiangan tulang
ikan sebelum diolah. Bahan-bahan tersebut dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Bahan Tambahan


Adapun bahan tambahan untuk produksi pengolahan kerupuk tulang lele
tersebut meliputi :
1. Tepung Tapioka
Tepung tapioka merupakan produk awetan yang terbuat dari singkong yang
telah dihaluskan terlebih dahulu, yang kemudian diambil sari patinya dan
dikeringkan. Tekstur dari tepung tapioka akan berubah menjadi lengket ketika
dicampurkan dengan air dan jika dipanaskan, oleh karena itu tepung tapioka
digunakan sebagai perekat pada pembuatan kerupuk tulang lele.

2. Bawang putih
Bawang puting merupakan bahan alami penyedap rasa dan aroma serta
berfungsi sebagai pengawet karena dapat menghambat pertumbuahn bakteri
dan khamir karena adanya zat allicin yang sangat efektif terhadap bakteri
positif dan gram negatif. Bawang putih mengandung air, kalori, protein,
lemak, karbohidrat, kalsium, fosfat, zat besi, natrium, kalium, thiamin,
riboflavin, niasin, asam askorbat, dan beta karoten (Saparinto dan Diana
2006). Bawang putih digunakan untuk produksi pengolahan kerupuk tulanh
lele.
3. Lada
Lada merupakan bahan tambahan yang berfungsi sebagai penyedap rasa dan
memberi wangi yang khas pada adonan. Lada digunakan sebagai bahan
tambahan pengolahan kerupuk tulang lele.
4. Ketumbar
Ketumbar memiliki nama latin Coriandum sativum. Ketumbar termasuk
tanaman semusim semak tinggi mencapai satu meter. Berkayu lunak, beralur
dan berwarna hijau. Ketumbar mengandung sapovin, flavonoid dan tannin.
Bagian tanaman yang biasa diamanfaatkan yaitu biji yang berkhasiat untuk
mengobati sariawan dan radang lambung (Saparinto dan Diana 2006).
Ketumbar digunakan untuk pembuatan kerupuk tulang lele sebagai penambah
cita rasagurih pada produk.
5. Garam
Garam dapur digunakan sebagai pemberi rasa asin pada produk kerupuk
tulang lele. Garam yang digunakan adalah garam beriodium. Garam dapur
dapat berfungsi sebagai bahan pengawet makanan sebab dapat menumbuhkan
mikroba menguntungkan, dan dapat menekan mikroba pembusuk sehingga
produk dapat tahan lama (Saparinto dan Diana 2006).
6. Telur
Telur digunakan pada pembuatan kerupuk tulang lele. Telur merupakan bahan
bergizi dan memiliki kandungan protein yang tinggi yang bermanfaat bagi

tubuh manusia. Putih telur bersifat mengikat. Sifat tersebut dapat


dimanfaatkan untuk menambah daya liat pada adonan keupuk tulang, telur
ayam memiliki daya busa, emulsi dan koagulan sehingga kerupuk yang
dihasilkan mengembang dan memiliki tampilan menarik (Wibowo dan
Handayani 2014)
7. Soda Kue (Natrium bikarbonat)
Soda kue merupakan bahan pengembang yang digunakan pada pembuatan
kerupuk tulang lele. Soda kue berbentuk serbuk dan larut dalam air. Senyawa
Natrium Bikarbonat bereaksi dengan bahan lain dan membentuk gas
Karbondioksida (CO2) yang menjadikan adonan menjadi mengembang
(Suyanti 2009).
8. Minyak Goreng
Minyak goreng merupak bahan yang digunakan untuk menggoren kerupuk
tulang lele. Minyak goreng yang digunakan tidak boleh berbau, berasa dan
sebaiknya beraroma netral. Minyak dalam bentuk cair merupakan penghantar
panas yang baik dibandingkan minyak dalam bentuk padatan. Minyak yang
digunakan harus tahan pada suhu tinggi, dimana suhu penggorengan yang
dianjurkan adalah berkisar antara 177-201o Celcius dan juga tergantung pada
bahan yang akan digoreng (Saputra 2013).
5.8

Tenaga Produksi (Tenaga Kerja Langsung)


Tabel 13. Tenaga Produksi
Nama Bahan
Baku
Tulang lele
Ketumbar
Lada
Bubuk bawang
putih
Garam
Telur
Tepung tapioca

Merk

Jumlah Unit

Harga

Jumlah Harga

Ladaku
-

2
20
10
30

3000
20
90
17

6000
400
900
500

Cap Kapal
Rosebrand
Jumlah

300
5
10

4
1 500
9 000

1200
7500
90.000
106.500

A. Sistem Harian
Tabel 14. Upah Tenaga Produksi Harian
Jenis Kegiatan

Tarif/Upah
Perhari

Jumlah
Tenaga
Kerja
2

Jumlah Hari
Kerja/Tahun

Jumlah (Rp)
dalam Hari

Penanganan
dan
15.000
pengolahan kerupuk
tulang lele
Pengemasan kerupuk
15.000
1
144
tulang ikan lele
Pemasaran kerupuk
15.000
1
tulang ikan lele
Total Upah Tenaga Produksi Sistem Harian

30.000
15.000
15.000
60.0000

B. Sistem Borongan
Tabel 15. Upah Tenaga Produksi Borongan
Jenis Kegiatan

Tarif/Unit

Jumlah Produksi
Pertahun

Penanganan
dan 240.000
pengolahan kerupuk
tulang lele
Pengemasan kerupuk 120.000
96.410
tulang ikan lele
Pemasaran kerupuk 120.000
tulang ikan lele
Total Upah Tenaga Produksi Sistem Borongan:

5.9

Jumlah Harga
Beli
240.000
120.000
120.000
480.000

Biaya Umum Usaha/Pabrik


Tabel 16. Biaya Umum Usaha
Jenis Biaya Umum Usaha/Pabrik
Pemeliharaan mesin dan peralatan
Bahan bakar gas
Rekening listrik, air, telepon
Pemeliharaan bangunan
Total Biaya Umum Usaha/Pabrik per tahun:

6.

ASPEK KEUANGAN

6.1

Strategi Sumber Pendanaan Usaha

Jumlah Biaya/Tahun
300.000
500.000
1.000.000
500.000
2.300.000

Terdapat dua sumber utama pendanaan usaha, yaitu ekuitas dan utang. Ekuitas
yaitu pemilik mengiventasikan laba perusahaannya untuk ditempatkan dalam
perusahaan guna memperkecil resiko pengembalian dalam tingkat yang rendah,
sedangkan utang adalah mengandung resiko, pemberi pinjaman pertama kali menarik
laba dan harus dibayar sekalipun perusahaan tidak ada laba atau dalam kondisi
merugi. Kedua sumber pendanaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pendanaan ekuitas (modal sendiri). Dapat diperoleh dari tabungan individu, teman
dan atau saudara, investor perorangan lain, perusahaan-perusahaan besar,
perusahaan modal ventura, dan penjualan saham.
2. Pendanaan dari utang (pinjaman). Dapat diperoleh dari teman atau saudara,
investor perorangan lainnya, para pemasok bahan baku pemberi pinjaman
berbentuk asset, bank-bank komersial, program-program yang didukung oleh
pemerintah, lembaga-lembaga keuangan swadaya masyarakat, perusahaanperusahaan besar dan perusahaan modal ventura.
Sumber pendanaan yang dilakukan dalam kegiatan produksi Kerupuk Tulang
Lele kriukBoned berasal dari dana pribadi hasil patungan dari 3 mahasiswa
pelopor. Sumber pendanaan juga didapatkan dari hasil pinjaman Bank berdasarkan
beberapa pertimbangan beberapa faktor produksi yang akan dilakukan selama
beberapa tahun ke depan. Dana pinjaman juga didapatkan berdasarkan jumlah
permintaan dan penawaran yang akan dicanangkan.
6.2

Proyeksi Keuangan

6.2.1 Sumber Pendanaan


Tabel 17. Sumber Pendanaan
Uraian
Modal Sendiri
Pinjaman
Jumlah

Persentse (%)
70
30
100%

6.2.2 Kebutuhan Pembiayaan/Modal Investasi

Jumlah
10.500.000
4.500.000
15.000.000

Tabel 18. Modal Investasi


No
1
2
3
4

Uraian
Pajak Bumi dan
Bangunan(PBB)
Listrik
Air
Sewa lahan

satuan

Jumlah

Harga
Satuan
(Rp)

Harga
Total (Rp)

Tahun

1000

1000

Bulan
Bulan
Tahun
Jumlah

12
12
12

100
50
100

1200
600
1200
4.000

6.2.3 Proyeksi Aliran Kas Usaha


Tabel 19. Proyeksi Aliran Kas Usaha
Uraian
1
Sumber Dana (in flow)
15.000.000
Penggunaan dana (out flow) 12.920.080
Arus kas bersih (net flow = 2.079.920
a b)
Keadaan kas awal
360.000
Keadaan kas akhir (c + d)
1.719.920

6.3

Tahun
2
15.100.000
13.120.080
1.979.920

3
15.300.000
13.420.080
1.879.920

4
15.500.000
13.720.080
1.779.920

380.000
1.599.920

400.000
1.479.920

420.000
1.359.920

Analisa Kelayakan Usaha


Dalam pelaksanaan usaha, tentunya diperlukan sebuah analisa usaha baik itu

usaha dibidang perikanan maupun usaha dibidang lainnya. Pada pelaksanaan usaha
pengolahan hasil perikanan ini dilakukan analisa usaha sehingga kita dapat
menghitung kelayakan usaha pengolahan kerupuk tulang lele KriukBoned. Analisis
usaha merupakan sebuah cara untuk mengetahui tingkat kelayakan suatu jenis usaha
yang akan kita lakukan, menilai kelangsungan usaha, stabilitas, profitabilitas dari
suatu usaha, sub usaha atapun proyek. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui seberapa tinggi tingkat keuntungan yang dihasilkan dan berapa lamakah
waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan biaya investasi maupun titik impasnya.
6.3.1 Biaya Investasi dan Penyusutan

Biaya investasi pada kegiatan pengolahan kerupuk tulang lele meliputi


beberapa komponen. Total biaya investasi merupakan jumlah harga semua komponen
pengolahan. Total biaya investasi pada pengolahan kerupuk tulang lele KriukBoned
adalah Rp 41.800.000,00 dengan penyusutan sebesar Rp 3.807.600,00 per tahun.
Total biaya investasi dan penyusutan usaha pengolahan kerupuk tulang ikan lele dapat
dilihat pada tabel .
Tabel 20. Biaya Investasi dan Penyusutan Pengolahan Kerupuk Tulang Lele

1
2
3
4
5

Perizinan
Lahan
Bangunan
Meja Kerja
Talenan Vinyl

Paket
m2
m2
unit
buah

1
100
60
1
4

Harga
(Rp
dalam
ribuan)
1000
80
50
700
50

6
7
8
9
10
11

Ember
Pisau
Tabung Gas
Kompor Gas
Penggorengan
Spinner
Continous
Sealer
Vaccum
Sealler
Sillent Cutter
Blender
Frezzer
Chezt Freezer
Baskom
Timbangan
Digital
Timbangan
Jarum
Panci Presto

buah
set
unit
unit
set
unit

4
1
2
2
2
1

25
200
150
250
200
5000

unit

unit

No

12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Komponen
biaya

10
10
10

Nilai
Residu
(Rp dalam
ribuan)
70
20

100
200
300
500
400
5000

10
10
10
10
5
10

10
20
30
50
40
500

9
18
27
45
72
450

3000

3000

10

300

270

2000

2000

10

200

180

unit
unit
unit
unit
buah

1
1
1
1
4

6000
400
2000
3000
25

6000
400
2000
3000
100

10
5
10
10
5

600
40
200
300
10

540
72
180
270
18

unit

1000

1000

100

180

unit

700

700

70

126

unit

500

500

50

90

Satuan Jumlah

Jumlah
Harga (Rp
dalam
Ribuan)
1000
8000
3000
700
200

Umur
Teknis
(Th)

Nilai Susut
(Rp dalam
ribuan)
300
63
18

Harga
(Rp
dalam
ribuan)

Jumlah
Harga (Rp
dalam
Ribuan)

Umur
Teknis
(Th)

Nilai
Residu
(Rp dalam
ribuan)

Nilai Susut
(Rp dalam
ribuan)

No

Komponen
biaya

22
23
24

Panci Kukus
Tampah
Piring

unit
buah
lusin

2
10
1

700
20
200

1400
200
200

5
3
5

140
20
20

252
60
36

25

Alat Pemotong
Kerupuk

unit

300

300

30

90

26
27
28
29
30
31

Tang
Gunting
Pompa Air
Tas
Keranjang
Toples

unit
unit
unit
unit
unit
unit

1
2
1
3
4
4

50
25
900
30
50
25

50
50
900
90
200
100

5
3
3
5
5
5

5
5
90
9
20
10

9
15
270
16,2
36
18

32

Rol

Buah

15

1,5

2,7

33

Spatula

buah

0,5

4,5

34

Gilingan
Daging

Unit

100

100

10

18

35

Sendok

lusin

40

40

7,2

36

Cobek

unit

50

50

45

Satuan Jumlah

Total biaya investasi(Rp dalam ribuan)

41800

Penyusutan (Rp dalam


ribuan)

Metode Non-Discounted Cash Flow


Payback periods atau PP adalah waktu yang diperlukan suatu wirausahawan

untuk mengembalikan modal kembali. Menurut Simamora (1999) payback periods


dapat diartikan sebagai jangka waktu kembalinya investasi yang telah dikeluarkan,
melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek yang telah direncanakan.
Sedangkan menurut Munawir (2001) payback periods adalah suatu periode yang
diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan
proceeds atau aliran kas netto (net cash flows).
Payback periods dari suatu investasi menggambarkan panjang waktu yang
diperlukan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali

3807,6

seluruhnya. Apabila proceeds setiap tahunnya sama jumlahnya, maka payback dari
suatu investasi dapat dihitung dengan cara membagi jumlah investasi dengan
proceeds tahunan. Payback periods diketahui dari perhitungan biaya investasi dibagi
keuntungan setiap tahun. payback period bertujuan untuk mengetahui seberapa lama
(periode) investasi akan dapat dikembalikan saat terjadinya kondisi break even-point
(jumlah arus kas masuk sama dengan jumlah arus kas keluar). Analisis payback
period dihitung dengan cara menghitung waktu yang diperlukan pada saat total arus
kas masuk sama dengan total arus kas keluar. Dari hasil dari analisis payback periods
ini nantinya alternatif yang akan dipilih adalah alternatif dengan periode
pengembalian lebih singkat. Penggunaan analisis ini hanya disarankan untuk
mendapatkan informasi tambahan guna mengukur seberapa cepat pengembalian
modal yang diinvestasikan (Munawir 2001).
Perhitungan PP pada kegiatan pengolahan kerupuk tulang lele dapat dilihat
sebagai berikut:
PP

Hasil dari perhitungan nilai PP menunjukan bahwa hasilnya adalah sebesar


2,57, itu artinya modal dapat kembali atau dapat diperoleh kembali setelah 2,57 tahun
atau setara dengan 31 bulan. Produksi yang harus dilakukan adalah sebanyak 123 kali
produksi dengan hasil produksi tetap.

Metode Discounted Cash Flow

A. Net Present Value (NPV)


NPV = PV of Benefit PV of Capital Cost atau karena PV = (C / (1+i) n),

Keterangan i = bunga tiap periode

N = periode (tahun, bulan)


-C = modal (capital)
C = hasil bersih (proceed)
NPV =18.720.000/(1+0.02)12+15.000.000/(1+0.02)12
NPV =18.352.941,18+14.705.882,35
NPV = Rp. 15.943.332
Kriteria yang dipergunakan dalam penilaian NPV adalah sbb:
1. Jika NPV = 0 (nol), maka hasil investasi (return) usaha akan sama
dengan
tingkat bunga yang dipakai dalam analisis, atau dengan kata lain
usaha
tidak untung maupun rugi (impas)
2. Jika NPV = (negatif), maka investasi tersebut rugi atau hasilnya
(return)

di

bawah tingkat bunga yang dipakai.


3. Jika NPV = + (positif), maka investasi tersebut mengun-tungkan
atau
hasilnya (return) melebihi tingkat bunga yang dipakai
Jadi, hasil dari perhitungan NPV menyatakan hasil yang + (positif),
hal tersebut menyimpulkan bahwa investasi yang dilakukan bersifat
menguntungkan atau hasilnya (return) melebihi tingkat bunga yang
dipakai.
B. Profitability Index (PI)

PI = 5.799.920
15.000.000
= 0,39

Kriteria penilaian investasi dengan menggunakan PI juga mirip


dengan NPV, yaitu sebagai berikut:
1. Jika PI > 1, maka investasi dikatakan layak
2. Jika PI < 1, maka investasi dikatakan tidak layak
3. Jika PI = 1, maka investasi dikatakan BEP
Jadi, hasil perhitungan Profitability Index menyatakan PI < 1, maka
investasi tersebut harus dilakukan suatu bentuk evaluasi dan perbaikan
sehingga usaha tersebut layak untuk terus diekembangkan.

6.4 Analisa Keuntungan

6.4.1 Break Even Point (BEP)

Biaya Variabel
Biaya variabel atau juga disebut variable cost adalah biaya yang umumnya

berubah-rubah sesuai dengan volume bisnis. Contoh dari biaya variabel adalah, biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja dalam pembuatan sebuah produk adalah biaya
variabel.Biaya variabel merupakan suatu biaya yang selalu berubah-ubah setiap
waktunya. Biaya variabel dalam kegiatan pengolahan kerupuk tulang lele ini
merupakan penggunaan biaya pada saat produksi (Simamora 1999).
Biaya variabel merupakan jenis biaya yang difungsikan untuk melengkapi biaya
tetap dan bersifat dinamis. Biaya Variabel merupakan biaya yang jumlahnya berubahubah sesuai dengan jumlah produk yang dihasilkan. Semakin banyak jumlah produk
yang dihasilkan, semakin besar pula jumlah biaya variabelnya. Contohnya, biaya
bahan baku dan upah tenaga kerja yang dibayar berdasarkan jumlah produk yang
dihasilkannya. Biaya variabel dalam pengoalan kerupuk tulang lele berupa biaya
pembelian bahan baku serta bahan tambahan lainnya. Biaya yang dikeluarkan dalam
1 kali produksi kerupuk tulang lele adalah sebesar Rp 106.510,00. Rician biaya
variabel dapat dilihat pada tabel 21.

Tabel 21. Biaya variabel pengolahan kerupuk tulang lele


No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Bahan
Tulang lele
Ketumbar
Lada
Bubuk bawang putih
Garam
Telur
Tepung tapioca

Satuan

Jumlah

Kg
G
G
G
G
Butir
Kg

2
20
10
30
300
5
10

Total Biaya variabel per produksi


Total Biaya variabel per bulan
Total Biaya variabel per tahun

Harga (Rp)
3000
20
90
17
4
1 500
9 000

Total Harga
(Rp)
6000
400
900
510
1 200
7 500
90 000
106.510
426.040
5.112.480

Biaya Tetap
Biaya tetap atau juga disebut fixed cost adalah biaya yang umumnya selalu

konstan, bahkan di masa sulit. biaya minimal yang harus dikeluarkan oleh suatu
perusahaan agar dapat memproduksi barang atau jasa. Fixed cost (biaya tetap) adalah
biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran perubahan volume kegiatan tertentu.
Besar kecilnya biaya tetap di pengaruhi oleh kondisi perusahaan jangka panjang,
teknologi dan metode serta strategi manajemen. Biaya tetap merupakan jenis biaya
yang bersifat statis (tidak berubah) dalam ukuran tertentu. Biaya ini akan tetap kita
keluarkan meskipun kita tidak melakukan aktivitas apapun atau bahkan ketika kita
melakukan aktivitas yang sangat banyak sekalipun.
Biaya tetap juga merupakan biaya yang dalam periode waktu tertentu
jumlahnya tidak berubah, tidak bergantung pada jumlah produk yang dihasilkan.
Contohnya, penyusutan peralatan tetap. Biaya tetap tidak dipengaruhi oleh jumlah
produk atau jasa yang dihasilkan, nilainya tetap dan tidak berubah. Biaya tetap tidak
terpengaruh oleh perubahan-perubahan dalam aktivitas operasi sampai pada kondisi
tertentu, kondisi dimana sesuai dengan kapasitas yang tersedia. Biaya produksi yang

dikeluarkan pada pengolahan kerupuk tulang lele adalah sebesar Rp 7.807.600,00,


dan riciannya dapat dilihat pada tabel 22.
Tabel 22. Biaya tetap pengolahan kerupuk tulang lele
No
1
2
3
4
5

Uraian
Pajak Bumi dan
Bangunan(PBB)
Listrik
Air
Sewa lahan
Penyusutan

satuan

Jumlah

Harga
Satuan

Harga
Total

Tahun

1000

1000

Bulan
Bulan
Tahun
Tahun

12
12
12
0

100
50
100
0

1200
600
1200
3807,6
7807,6

Total

Biaya Total
Biaya (cost) adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk barang

atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat pada saat ini atau dimasa mendatang
bagi organisasi. Biaya total setara dengan kas (cash equivalent) karena sumber
sumber non kas dapat ditukarkan dengan barang atau jasa yang dikehendaki.
Sedangkan beban (expense) adalah biaya terpakai (expired cost). Biaya total
merupakan jumlah biaya keseluruhan atau jumlah dari biaya tetap dan biaya variabel
(Simamora 1999).
Biaya total merupakan jumlah keseluruh biaya tetap dan biaya variabel yang
dikeluarkan oleh suatu kelompok usaha untuk menghasilkan sejumlah produk dalam
suatu periode tertentu. Biaya total/total cost (TC) adalah jumlah seluruh biaya tetap
dan biaya variabel yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menghasilkan sejumlah
produk dalam suatu periode tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut biaya total
dapat dirumuskan sebagai berikut. Berdasarkan pengertian tersebut, biaya total dapat
dirumuskan sebagai berikut:
TC=FC+VC

Keterangan:
TC= biaya total (total cost)
FC= biaya tetap (fixed cost)
VC= biaya variabel (variable cost)
Perhitungan biaya total pada pengolahan kerupuk tulang lele yang dikeluarkan
selama satu tahun adalah sebagai berikut:
Biaya total = Biaya tetap (TC) + Biaya variabel (VC)
Biaya total = Rp 7.807.600 + Rp 5.112.480
Biaya total = Rp 1.2920.080,00
Jadi, keuntungan yang diperoleh pada kegiatan pengolahan kerupuk tulang lele
KriukBoned adalah Rp 5.799.920,00. Keuntungan tersebut merupakan keuntungan
kotor, sebab keuntungan tersebut belum dikurangi dengan pembagian upah kerja pada
karyawan. Perhitungan keuntungan kotor dapat dilihat sebagai berikut:
Keuntungan

= pendapatan biaya total


= Rp18.720.000 Rp 12.920.080
= Rp 5.799.920,00

Keuntungan bersih didapatkan dari hasil pengurangan keuntungan kotor dan


upah kerja pegawai. Upah kerja pegawai dihitung setiap produksi kerupuk tulang lele
dilakukan. Perhitungan upah tenaga kerja serta keuntungan bersih dapat dilihat seperti
berikut:
Upah tenaga kerja untuk satu kali produksi = 2 orang x @Rp 15 000/hari x 3 hari
= Rp 90.000,00
Upah tenaga kerja dalam satu bulan

= Rp 90.000,00 x 4 kali produksi


= Rp 360 000,00

Upah tenaga kerja dalam satu tahun

= Rp 360.000,00 x 12
= Rp 4.320.000,00

Keuntungan bersih
Keuntungan upah tenaga kerja

= Rp 5.799.920,00 - Rp 4.320.000,00
= Rp 1.479.920,00

Besar keuntungan bersih yang didapatkan oleh kelompok pengolah ikan


kriukBoned untuk produksi kerupuk tulang lele adalah sebesar Rp 1.479.920,00.

BEP =

7.807.600

x 100%

18.720.000 - 5.112.480
= 57%
Jadi, Break Even Point (BEP) dari hasil keuntungannya adalah 57%
6.4.2

Kontribusi Margin

Rasio Kontribusi Margin = 1 (

Rasio kontribusi margin = 1- ( 5.112.480/18.720.000)


Jadi hasil dari konstribusi marginnya adalah 0,73

Minimal Penjualan =

7.807.600 + 1.479.920
1- (5.112.480/18.720.000)

Minimal Penjualan = 12.776.888


Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan maka minimal jumlah
penjualan yang harus dilakukan dalam kegiatan produksi kerupuk tulang lele
KriukBoned dalam satu tahun adalah sebanyak 12.776.888.

6.4.3 Pendapatan
Kegiatan produksi pengolahan kerupuk tulang lele dilakukan sebanyak 4 kali
dalam 1 bulan. Produksi memiliki beberapa pengertian yaitu pada setiap proses/
usaha yang menciptakan nilai atau memperbesar nilai suatu barang, serta pengubahan
bahan-bahan dari sumber menjadi hasil yang diinginkan konsumen dan hasilnya
dapat berupa barang atau jasa. Sedangkan pendapatan diperoleh dari hasil penjualan
hasil produksi tersebut.
Pengertian pendapatan menurut Ilmu Ekonomi adalah nilai maksimum yang
dapat dikonsumsi seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan
yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian pendapatan
menurut Ilmu Ekonomi menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap
konsumsi selama satu periode. Dengan kata lain, pengertian pendapatan menurut
Ilmu Ekonomi adalah jumlah harta kekayaan awal periode ditambah keseluruhan
hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya yang dikonsumsi.
Pendapatan menurut Ilmu Ekonomi menutup kemungkinan perubahan lebih
dari total harta kekayaan badan usaha pada awal periode dan menekankan pada
jumlah nilai statis pada akhir periode. Secara sederhana, pengertian pendapatan
menurut Ilmu Ekonomi adalah jumlah harta kekayaan awal periode ditambah
perubahan penilaian yang bukan diakibatkan perubahan modal dan hutang.
Pendapatan menurut Ilmu Ekonomi dapat ditelusuri dari dua sudut pandang,
yaitu:
1. Konsep Pendapatan yang memusatkan pada arus masuk (inflow) aktiva
sebagai hasil dari kegiatan operasi perusahaan. Pendekatan ini menganggap
pendapatan sebagai inflow of net asset.
2. Konsep Pendapatan yang memusatkan perhatian kepada penciptaan barang
dan jasa serta penyaluran konsumen atau produsen lainnya, jadi pendekatan
ini menganggap pendapatan sebagai outflow of good and services
Hasil kegiatan pengolan ikan lele dari 20 kg lele hidup didapatkan kerupuk
tulang lele sebanyak 12,8 kg. Harga jual kerupuk tulang lele adalah Rp 5 000,00 per

kemasan dan ada yang dijual curah dengan harga 25 000 per kg, dimana satu kemasan
memiliki bobot 100 gram. Rincian pendapatan produksi dapat dilihat pada tabel 23.
Tabel 23. pendapatan pengolahan kerupuk tulang lele
No.

Produk

Bobot per
kemasan
(g)

Kg

Kemasan

Harga per
kemasan
(Rp)

Harga Total
(Rp)

5 000

140 000

25 000/kg

250 000

Jumlahproduk

1.

Kerupuk tulang
(dalam kemasan)

100

2,8

28

2.

Kerupuk tulang
(dalam curah)

10

Curah

Pendapatan per produksi


Pendapatan per bulan
Pendapatan per tahun

390 000
1.560.000
18.720.000

6.4.4 R/C Ratio


R/C ratio merupakan hasil dari perhitungan pendapatan yang dibagi dengan
jumlah biaya total. Rasio profit margin menurut pendapat Hariyadi (2002) merupakan
ukuran kemampuan manajemen untuk mengendalikan biaya operasional dalam
hubungannya dengan penjualan. Analisis R/C merupakan alat analisis untuk melihat
keuntungan relatif suatu usaha dalam satu tahun terhadap biaya yang dipakai dalam
kegiatan tersebut. Suatu usaha dikatakan layak bila R/C > 1. Makin rendah biaya
operasi per rupiah penjualan, makin tinggi margin yang diperoleh. Rasio Profit
margin dapat pula menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menetapkan harga
jual suatu produk, relatif terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan untuk meghasilkan
produk tersebut. Perhitungan R/C ratio pada pengolahan kerupuk tulang lele
KriukBoned dapat dilihat sebagai berikut:
R/C ratio
Hasil R/C ratio menunjukan hasil sebesar 1,45 atau nilainya lebih dari satu,
sehingga dapat dikatakan bahwa usaha pengolahan kerupuk tulang lele layak untuk
dikembangkan.

DAFTAR PUSTAKA
Assauri, Sofjan. 2012. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Rajawali Gramedia Pustaka
Utama Buletin Studi Ekonomi V.6 No. 10 '01.2016. Positioning. Jakarta.
Hariadi, B. 2002. Akuntansi Manajemen. BPFE: Yogyakarta
Kotler. 2007 . Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan, Pengendalian Prentice
hall. Jakarta: Penrbar Swadaya.
Kotler, Philip dan Kevin L. Keller, 2012. Marketing Management Edisi 14, Global
Edition.Pearson Prentice. Hall.
Munawir. 2001. Analisa Laporan Keuangan. Liberty: Yogyakarta.
Saparinto dan Diana. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta: Kanisius.
Simamora, H. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia. BP STIE YKPN:
Yogyakarta.
Suryaningrum Dkk. 2012. Aneka Produk Olahan Lele. Jakarta: Penebar Swadaya.
Suyanti. 2009. Membuat Mie Sehat Bergizidan Bebas Pengawet. Depok: Penebar
Swadaya.
Wibowo dan Handayani. 2014. Koleksi Resep Kue Kering. Jakarta : Kawan Pustaka.

You might also like