Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jantung koroner, telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Seperti
dimaklumi penyebabnya adalah terjadinya hambatan aliran darah pada arteri koroner yang
menyuplai darah ke otot jantung. Salah satu hambatan berupa plak, dan prosesnya memakan
waktu yang amat panjang. Salah satu faktor yang menyebabkan jantung koroner ini adalah
stres psikologis (Soeharto, 2004).
Jantung terkait dengan kadar emosi seseorang, karena jantung dianggap sebagai
tempat berpangkalnya emosi (the seat of emotion). Kecemasan adalah salah satu bentuk
emosi yang menyebabkan ketegangan jiwa dan bila hal ini tidak tersalurkan dengan
baik,emosi yang tertekan itu akan mencetuskan akibat-akibat yang negatif yang berhubungan
dengan berbagai sistem organ tubuh. Bila yang terkena adalah jantung, dampaknya akan luas.
Karena itu kecemasan dan ketegangan berpengaruh terhadap sistem kardiovaskuler yang
dapat tercermin pada detak jantung yang berdebar-debar, sesak nafas, dll (Soeharto, 2004).
Banyak diantara pasien penyakit jantung koroner (PJK) memiliki kecemasan
berlebihan te rhadap penyakit ini ; mereka merasa cemas mengapa bisa terjangkit PJK, cemas
akan kemungkinan serangan jantung atau mati mendadak. Bagi pasien kurang mampu,
kecemasan itu harus ditambah satu lagi, yaitu cemas karena tidak mampu membeli obat-obat,
atau tidak mampu membayar tindakan yang dianggapnya bisa menyembuhkan penyakitnya
(Kabo, 2008).
Respon tubuh terhadap stres adalah keluarnya hormon dan neurotransmitter. Apabila
substansi-substansi ini meningkat di dalam tubuh, maka denyut jantung akan betambah cepat
dan kuat, pembuluh darah mengadakan vasokontriksi, kolesterol darah meningkat gula darah
meningkat, sel-sel darah cenderung bergumpal. Dengan demikian, dapat dimengerti bahwa
stres memegang peranan penting dalam proses terjadinya PJK dan juga komplikasi akibat
PJK (Kabo, 2008).
Pelayanan keperawatan mempunyai posisi yang strategis dan merupakan faktor yang
paling menentukan untuk tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal dengan asuhan
keperawatan yang bermutu. Untuk mewujudkan asuhan keperawatan yang bermutu
diperlukan beberapa komponen yang harus dilaksanakan oleh perawat, diantaranya adalah
dengan memperhatikan sikap caring ketika memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.
Konsep caring dalam keperawatan adalah fundamental. Perawat dikatakan bermoral,
jika mereka bertindak menurut aturan yang benar. Caring adalah ide moral keperawatan yang
menghasilkan
perlindungan,
peningkatan,
dan
pemeliharaan
martabat
manusia
(Reilly&Behrens-Hanna, 1991).
Dalam penelitian Watson, penyakit mungkin saja teratasi dengan upaya pengobatan.
Akan tetapi, tanpa perawatan, penyakit itu akan tetap ada dan kondisi sehat tidak akan
tercapai. Caring merupakan intisari keperawatan dan mengandung arti respon antara perawat
dan klien. Caring dapat membantu seseorang lebih terkontrol, lebih berpengetahuan, dan
dapat meningkatkan kesehata (Asmadi, 2005).
McFarlane (1976) mengartikan keperawatan sebagai proses menolong, membantu,
melayani, caring, menunjukan bahwa keperawatan dan caring adalah sesuatu yang tidak
bisa terpisahkan dan pada saat yang sama mengindikasikan bahwa beberapa aktivitas praktik
dilakukan dalam proses caring di lingkungan keperawatan (Burnard & Morrison, 2002).
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa caring seorang perawat sangat dibutuhkan
untuk menurunkan tingkat kecemasan pasien dengan PJK, hal ini menggugah peneliti untuk
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pernyataan tersebut. Dalam penelitian ini peneliti
memilih RSU DR. M. HAULUSSY AMBON sebagai tempat penelitian, pemilihan rumah
sakit ini karena di rumah sakit tersebut banyak ditemukan kasus PJK. Peneliti berfokus pada
prilaku caring perawat yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan pasien dengan PJK.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
Apakah caring seorang perawat mempengaruhi tingkat kecemasan pasien
dengan penyakit jantung koroner di RSU M. Haulussy Ambon Tahun 2016
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh caring perawat terhadap tingkat kecemasan
pasien dengan penyakit jantung koroner di RSU M. Haulussy Ambon Tahun 2016.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui caring perawat dalam asuhan keperawatan pasien PJK di RSU
M. Haulussy Ambon Tahun 2016.
b. Mengetahui tingkat kecemasan pasien dengan penyakit jantung koroner di
c.
dirasakan pasien adalah perawat aktif bertanya, berbicara lembut, memberi dukungan,
responsif, terampil dan menghargai serta menjelaskan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Landasan Teori
1. Konsep Perilaku Caring
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang mempunyai
suatu paradigma atau model keperawatan yang meliputi empat komponen yaitu :
manusia, kesehatan, lingkungan dan perawat itu sendiri. Perawat adalah suatu profesi
yang mulia, karena memerlukan kesabaran dan ketenangan dalam melayani pasien yang
sedang menderita sakit. Seorang perawat harus dapat melayani pasien dengan sepenuh
hati. Sebagai seorang perawat harus dapat memahami masalah yang dihadapi oleh klien,
selain itu seorang perawat dapat berpenampilan menarik. Untuk itu seorang perawat
memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang lain, ketrampilan intelektual,
teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring atau kasih sayang
(Dwidiyanti, 2007).
yang banyak, sebagai kata benda atau kata kerja, sebagai sesuatu yang dapat dirasakan,
sebagai sikap ataupun perilaku (Berger & William, 1992).
2. Peran perawat yang caring
Peran perawat menurut CHS Community Health Service (1989) dikutip dalam
Zaidin (2002) terdiri dari :
a. Sebagai pemberi asuhan keperawatan. Peran ini dapat dilakukan perawat dengan
memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui
pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan
sehingga dapat ditentukan diagnosa keperawatan agar bisa direncanakan dan
dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia,
kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan
keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
b. Sebagai advokat. Peran ini dilakukan perawat dalam membantu pasien dan
keluarga dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan
atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan
dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya,
hak atas informasi tentang penyakitnya, hak untuk menentukan nasibnya sendiri
dan hak untuk ganti rugi akibat kelalaian.
c. Sebagai edukator. Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam
meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit dan tindakan yang
diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari pasien setelah dilakukan
pendidikan kesehatan.
Menurut Leininger (1981), dikutip dalam Kozier dkk (2004) menjelaskan bahwa
perawatan dan caring adalah :
a) Caring meliputi tindakan-tindakan membantu, mendukung dan menfasilitasi orang lain
atau kelompok yang mempunyai kebutuhan yang nyata atau yang dipikirkan sebelumnya.
b) Caring berfungsi untuk meningkatkan kondisi manusia. Hal ini menekankan aktivitas
yang membantu dari seseorang dan kelompok yang didasarkan kepada model yang
membantu mendefinisikan secara budaya.
c) Caring sangat penting bagi perkembangan manusia, pertumbuhan dan kelangsungan
hidupnya.
10
c. Intimasi (melibatkan berbagi diri), tahap ditandai dengan hubungan fisik dan mental
yang tepat. Tugas dalam tahap ini memerlukan ketulusan (integritas, kepercayaan),
membuka diri (yang mempunyai arti menempatkan seseorang dalam posisi yang
terbuka), wawasan (memiliki pandangan yang cepat terhadap orang lain) dan perlibatan
(orang lain dapat dilibatkan dalam hubungan tanpa terancam).
d. Konfirmasi, validasi personal menghasilkan perasaan positif tentang kesadaran dan
pertumbuhan. Argumentasi memungkinkan untuk memperbesar, memperkuat dan lebih
mempermudah hubungan memperhatikan, karena kemampuan untuk peduli dengan
dasar yang luas (Rothrock, 2000).
4. Faktor-faktor pembentuk perilaku caring
Struktur ilmu caring dibangun dari sepuluh faktor carative, yaitu:
a.
11
harmonis haruslah hubungan yang dilakukan secara jujur dan terbuka, tidak dibuat-buat.
Meningkatkan dan menerima ungkapan perasaan positif dan negatif.
Perawat memberikan waktunya dengan mendengarkan semua keluhan dan
f.
perasaan pasien.
Menggunakan proses pemecahan masalah kreatif
Penggunaan sistematis metoda penyalesaian masalah untuk pengambilan
keputusan. Perawat menggunakan metoda proses keperawatan sebagai pola pikir dan
12
kecemasan muncul sebagai reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan, dan
arena itu berlangsung sebentar saja ( Savitri Ramailah, 2003 ).
Kecemasan merupakan keadaan suasana hati yang ditandai oleh afek negative dan
gejala-gejala ketegangan jasmaniah dimana seseorang mengantisipasi kemungkinan
datangnya bahaya atau kemalangan dimasa yang akan dating dengan perasaan khawatir.
Kecemasan mungkin melibatkan perasaan, perilaku, dan respon-respon fisiologis.
Kecemasan merupakan suatu penyerta yang normal dari pertumbuhan, perubahan,,
pengalaman sesuatu yang baru dan belum dicoba, dan dari identitasnya sendiri serta arti
hidup (Durlan dan Barlow, 2006).
Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif
dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan adalah kebingungan,
kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebabnya yang tidak jelas dan
dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya (Sunaryo, 2004).
Kecemasan berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut adalah adanya
objek/sumber dan dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan oleh individu. Rasa takut
terbentuk dari proses kognitif yang melibatkan penilaian intelektual terhadap stimulus
yang mengancam. Ketakutan disebabkan oleh hal yang bersifat fisik dan psikologis
ketika individu dapat mengidentifikasi dan menggambarkannya (Sunaryo, 2004).
6. Penyebab Kecemasan
Kecemasan terjadi sebagai akibat dari ancaman terhadap harga diri atau identitas
diri yang sangat mendasar bagi keberadaan individu. Kecemasan dikomunikasikan secara
interpersonal dan merupakan peringatan yang berharga dan penting untuk upaya
memelihara keseimbangan diri dan melindungi diri.
13
timbulnya kecemasan.
d. Keturunan
Sekalipun gangguan emosi ada yang ditemukan dalam keluarga tertentu, ini
bukan penyebab penting dari kecemasan (Ramaiah, 2003).
3) Usia
Pada usia yang semakin tua maka seseorang semakin banyak
pengalamnnya
sehingga
pengetahuannya
semakin
bertambah.
Karena
(2006)
mengatakan
bahwa
perempuan
lebih
cemas
akan
c.
9. Tingkat kecemasan
Stuart dan Sunden (1998) membagi kecemasan menjadi 4 tingkatan, yaitu :
a. Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan
sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dab individu akan berhati-hati dan
waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan
kreativitas.
Respon fisiologis : sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala
ringan pada lambung, mika berkerut dan bibir bergetar.
17
18
Respon fisiologis : Nafas pendek, rasa tercekik dan berdebar, sakit dada, pucat,
hipotensi
Respon kognitif : Lapang persepsi menyempit, tidak dapat berfikir lagi
Respon perilaku dan emosi : Agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriakteriak, blocking, persepsi kacau.
19
Gejala somatik: nyeri patah otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil dan
kedutan otot.
Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan pucat
serta merasa lemah.
Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan detak
jantung hilang sekejap.
Gejala pemapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik napas
panjang dan merasa napas pendek.
Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan
muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut.
Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan keneing, aminorea, ereksi
lemah atau impotensi.
Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma berdiri,
pusing atau sakit kepala.
Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi atau
kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat.
Kategori
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah skor dan item 1-14 dengan hasil :
Skor
Hasil
<6
7-14
Kecemasan ringan
20
15-27
>27
Kecemasan sedang
Kecemasan berat
(Nursalam, 2003)
Tindakan ini untuk menilai adanya gangguan pada pembuluh darah koroner, menilai
keparahan penyakit serta untuk menentukan penatalaksanaan yang lebih cocok (Smeltzer
& Bare, 2008).
Di Indonesia, khususnya di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, prosedur
coronary telah dijalani oleh 650 pasien pada tahun 2006 dan pada tahun 2007 tindakan
kateterisasi jantung dijalani oleh 1125 pasien.
Menjalani Coronary angiography insasif ini akan menimbulkan stres pada pasien
baik secara psikologis maupun fisiologis. Respon stres psikologis dapat berupa
kecemasan, ketakkutan, ketegangan, dan depresi. Banyak faktor yang mempengaruhi
kecemasan pasien yang menjalani prosedur Coronary angiography antara lain : cemas
akan rasa nyeri, kematiam, terpisah dari keluarga, serta cemas akan prognosa buruk yang
mungkin terjadi (Mcaffrey & Tailor, 2005).
Respon fisiologis terhadap stres adalah dengan mengaktifkan system saraf pusat
untuk mengaktivasi hipotalamus-pituitary-adrenal aksis dan sistem saraf simpatis yang
ditandai dengan peningkatan frekuensi nadi dan tekanan darah. Hal ini sangat berbahaya
karena tingginya denyut jantung dan tekanan darah akan memperberat sistem
kardiovaskuler serta meningkatkan kebutuhan oksigen dan kerja jantung sehingga dapat
meningkatkan risiko terjadinya komplikasi (Underhill.et.al, 2005).
Komplikasi yang dapat terjadi pada kateterisasi jantung adalah gangguan irama
jantung juga dapat terjadi seperti sinus takikardia, sinus bradikardia, ekstrasistol
ventrikel, takikardia ventrikel, fibrilasi ventrikel, ekstrasisol atrial dan fibrilasi atrial
(Underhill.et.al, 2005).
Perilaku
caringKonsep
perawat :
B. Kerangka
Variabel Independen
1. Pemberi
Asuhan
C. keperawatan
D.
2. koordinator
E.
3. kolaborator
4. konsultan
5. pembaharu
Variabel Dependen
22
F.
G.
H.
Terjadinya PJK
Karakteristik responden
1. Usia
2. Jenis Kelamin
Keterangan :
Area yang ingin ditelitidihubungkan
C. Hipotesa
Ada hubungan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan pasien
jantung koroner di Rumah Sakit Umum DR. M. Haulussy Ambon.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan wadah menjawab pertanyaan penelitian atau
menguji kesahiaan hipotesis. Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian Cross
Sectional yaitu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor
resiko dengan efek, dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus
pada suatu saat (point time approach) artinya setiap subyek penelitian hanya di observasi
sekali saja (Notoatmojo, 1994:141).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan Rumah Sakit Umum DR. M. Haulussy Ambon.
2. Waktu Penelitian
23
Penelitian ini dilakukan mulai dari Januari April 2016 Rumah Sakit Umum DR. M.
Haulussy Ambon.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 1998:57).
Populasi dalam penelitian ini mencakup dua komponen yaitu:
Seluruh pasien dengan penyakit jantung koroner yang dirawat inap di Rumah
Sakit Umum DR. M. Haulussy Ambon Tahun 2106 dalam kurun waktu 4 bulan
terhitung mulai bulan Januari- April.
Perawat yang merawat pasien PJK di rawat inap di Rumah Sakit Umum DR. M.
Haulussy Ambon Tahun 2106 dalam kurun waktu 4 bulan terhitung mulai bulan
Januari- April.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 1998:57). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu
menggunakan teknik Purposive Sampling dimana yang menjadi sampel mencakup 2
komponen, yaitu:
Seluruh pasien dengan penyakit jantung koroner yang dirawat inap di Rumah Sakit
Umum DR. M. Haulussy Ambon dalam kurun waktu 4 bulan terhitung mulai bulan
Januari- April. Kriteria responden yang layak untuk diteliti :
1) Kriteria Inklusi
Adalah karakteristik sampel yang dapat dimasukan atau layak untuk
diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
24
Pasien yang terdiagnosa jantung koroner yang dirawat inap di Rumah Sakit
Umum DR. M. Haulussy Ambon Tahun 2106 dalam kurun waktu 4 bulan
tahun.
Bisa membaca dan menulis
Rawat inap minimal 3 hari
Bersedia menjadi responden
Kooperatif.
2) Kriteria Eksklusi
Pasien PJK dengan keadaan tidak sadar
Perawat yang merawat pasien PJK di rawat inap Rumah Sakit Umum DR. M.
Haulussy Ambon Tahun 2106 dalam kurun waktu 4 bulan terhitung mulai
bulan Januari- April, sebanyak 10 orang.
3) Kriteria Inklusi
Adalah karakteristik sampel yang dapat dimasukan atau layak untuk
diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
Perawat ruangan yang merawat pasien PJK di Rumah Sakit Umum DR. M.
Haulussy Ambon Tahun 2106 dalam kurun waktu 4 bulan terhitung mulai
April.
4) Kriteria Eksklusi
Perawat cuti
Perawat dinas luar
3. Sampling
Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi (Nursalam, 2001:66). Teknik sampling adalah teknik yang
dipergunakan untuk mengambil sampel dari populasi (Arikunto, 1998:196). Teknik
25
sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh, dimana semua
populasi dijadikan sampel. Sehubungan dengan keterbatasan waktu dan biaya yang
dimiliki peneliti, sehingga tidak memungkinkan mengambil semua populasi
terjangkau. Oleh karena itu peneliti mengambil sampel dalam penelitian ini 20 pasien
PJK dan 10 perawat.
No
1.
Variable
Perilaku
Definisi
Skala
Operasional
Seluruh perilaku Ordinal
26
Alat
Ukur
Kuisioner 1.
Output/
Hasil ukur
Perilaku caring
caring
dan
tindakan
perawat
keperawatan
yang
perawat baik = 58
75
2. Perilaku
caring
diberikan
perawat cukup = 40
untuk menolong
pasien
keluar
dari
3.
masalah
57
Perilaku
caring
perawat kurang =
kesehatan yang
22 39
dialami,
misalnya
perilaku empati,
suportif,
perasaan
baru,
melindungi,me
mberi
pertolongan, dan
edukasi.
b) Variabel Terikat
No
1.
Variabel
Definisi
Skala
Tingkat
Oprasional
Perasaan kuatir Ordinal
kecemasa
dan
pasien yang
Alat
Output/
ukur
Kuisioner 1.
cemasan
dialami
jantung
koroner
berada
dalam
Hasil ukur
Tidak
ada
kecemasan = <6
2.
Kecemasan
ringan= 7-14
3.
proses
Kecemasan
sedang=15-27
perawatan yang
27
4.
Kecemasan
diberikan
oleh
berat=>27
rumah sakit.
E. Instrument Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah kuisioner.
1. Bagian pertama tentang data demografi meliputi : nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, suku, penghasilan.
2. Bagian kedua berisi 14 item pertanyaan menggambarkan tingkat kecemasan
pasien dengan penyakit jantung koroner (PJK). Kuisioner diadopsi dari Skala
HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) dan dimodifikasi sesuai kebutuhan
penelitian. Skor penilaian :
Nilai
Kategori
Hasil
<6
7-14
Kecemasan ringan
15-27
Kecemasan sedang
>27
Kecemasan berat
menggunakan jawaban yaitu ya dengan nilai 2 dan tidak dengan nilai 1, maka
28
skor tertinggi 40 dan skor terendah 20. Untuk mengetahui perilaku caring,
peneliti menggunakan metode statistik menurut Sudjana (2002).
4. Bagian keempat berisi 25 item pertanyaan yang disi oleh perawat yang
menggambarkan
29
H. Analisa Data
Data yang ada setelah dilakukan proses pengolahan setelah itu dilakukan tehnikanalisa
data. Analisa data yang digunakan adalah uji statistik dengan melalui 2 tahapyaitu
analisis univariat dan bivariat. Analisa data dengan univariat yang dilakukanpada setiap
variabel hasil penelitian, dan analisa bivariat dilakukan terhadap duavariabel yang
diduga berhubungan.
1. Analisa univariat, yaitu variabel yang ada dalam penelitian ini disusun secara
deskriptif dengan tabel distribusi pola makan. Tabel distribusi pola makanmemuat
karakteristik responden meliputi, yaitu usia, jenis kelamin, pola makanterdiri atas
frekuensi makan, jenis makan, jumlah makan dan terjadinya gastritis.
2. Analisa bivariat yaitu melihat hubungan antara variable bebas dengan variable
terikat menggunakan uji statistik Chi Square dengan tingkat kemaknaan P0.05
dengan cinfidence interval 9CI) 95%.
30
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, 2005.Manajemen Penelitian. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka cipta
Asmadi, 2005. Konsep Dasar Pengobatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Blais, KK. 2007. Praktek Keperawatan Profesional di Rumah Sakit. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Burnard, P. 2009. Caring & Communicating. Jakarta : EGC
Dwidiyanti, M. 2007. Caring. Semarang : Hapsari
Dwidiyanti.1998.
Semarang
Leininger, M. 2002, Transcultural Nursing, Concept, Theories, Research & Practice, Mc, GrowHill Companies
Kozier, Barbara dkk. 2004. Fundamental of Nursing: Consepts and Procendures, California :
Addison-Wesley Publishing Company.
Notoadmojo, S. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
Nuracmah, E. 2001. Seminar Asuhan Keperawatan Bermutu di Rumah Sakit, Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Rothrock, J.T. 2000. Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. Jakarta :, Penerbit Buku
Kedoktoran EGC
Stuart dan sundeen.1998. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC
Zaidin, Ali, H.2002. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional, Jakarta, Widya Medika.
31
32