Professional Documents
Culture Documents
dimulai dari tubuh dan makin intensif saat mencapai pilorus. Pyloric spinchter hampir
selalu ada tetapi tidak seluruhnya tertutup. Saat makanan mencapai pilorus, setiap
mixing wave menekan sejumlah kecil kandungan lambung ke duodenum melalui
pyloric spinchter. Hampir semua makanan ditekan kembali ke perut. Gelombang
berikutnya mendorong terus dan menekan sedikit lagi menuju duodenum. Pergerakan
ke depan atau belakang (maju/mundur) dari kandungan lambung bertanggung jawab
pada hampir semua pencampuran yang terjadi di perut.
2. KIMIAWI
Prinsip dari aktivitas di perut adalah memulai pencernaan protein. Bagi orang dewasa,
pencernaan terutama dilakukan melalui enzim pepsin. Pepsin memecah ikatan peptide
antara asam amino yang membentuk protein. Rantai protein yang terdiri dari asam
amino dipecah menjadi fragmen yang lebih kecil yang disebut peptide. Pepsin paling
efektif di lingkungan yang sangat asam di perut (pH=2) dan menjadi inakatif di
lingkungan yang basa. Pepsin disekresikan menjadi bentuk inakatif yang disebut
pepsinogen, sehingga tidak dapat mencerna protein di sel-sel zymogenic yang
memproduksinya. Pepsinogen tidak akan diubah menjadi pepsin aktif sampai ia
melakukan kontak dengan asam hidroklorik yang disekresikan oleh sel parietal.
Kedua, sel-sel lambung dilindungi oleh mukus basa, khususnya setelah pepsin
diaktivasi. Mukus menutupi mukosa untuk membentuk hambatan antara mukus
dengan getah lambung.
Enzim lain dari lambung adalah lipase lambung. Lipase lambung memecah
trigliserida rantai pendek menjadi molekul lemak yang ditemukan dalam susu. Enzim
ini beroperasi dengan baik pada pH 5-6 dan memiliki peranan terbatas pada lambung
orang dewasa. Orang dewasa sangat bergantung pada enzim yang disekresikan oleh
pankreas (lipase pankreas) ke dalam usus halus untuk mencerna lemak.
Lambung juga mensekresikan renin yang penting dalam mencerna susu. Renin dan Ca
bereaksi pada susu untuk memproduksi curd. Penggumpalan mencegah terlalu
seringnya lewatnya susu dari lambung menuju ke duodenum (bagian pertama dari
usus halus). Rennin tidak terdapat pada sekresi lambung pada orang dewasa.
PENGOSONGAN LAMBUNG
Pengosongan lambung terjadi bila adanya faktor berikut ini :
Impuls syaraf yang menyebabkan terjadinya distensi lambung (penggelembungan)
Diproduksinya hormon gastrin pada saat makanan berada dalam lambung. Saat
makanan berada dalam lambung, setelah mencapai kapasitas maksimum maka akan
terjadi distensi lambung oleh impuls saraf (nervus vagus). Disaat bersamaan,
kehadiran makanan terutama yang mengandung protein merangsang diproduksinya
hormone gastrin. Dengan dikeluarkannya hormone gastrin akan merangsang
esophageal sphincter bawah untuk berkontraksi, motilitas lambung meningkat, dan
pyloric sphincter berelaksasi. Efek dari serangkaian aktivitas tersebut adalah
pengosongan lambung.Lambung mengosongkan semua isinya menuju ke duodenum
dalam 2-6 jam setelah makanan tersebut dicerna di dalam lambung. Makanan yang
banyak mengandung karbohidrat menghabiskan waktu yang paling sedikit di dalam
lambung atau dengan kata lain lebih cepat dikosongkan menuju duodenum. Makanan
yang mengandung protein lebih lambat, dan pengosongan yang paling lambat terjadi
setelah kita memakan makanan yang mengandung lemak dalam jumlah besar.
pompa pilorus sedangkan pada saat yang sama melepaskan pilorus itu sendiri. Jadi,
gastrin kuat pengaruhnya dalam mempermudah pengosongan lambung. Gastrin
mempunyai efek konstriktor pada ujung bawah esofagus untuk mencegah refluks isi
lambung ke dalam esofagus selama peningkatan aktivitas lambung.
Refleks Enterogastrik
Sinyal syaraf yang dihantarkan dari duodenum kembali ke lambung setiap saat,
khususnya bila lambung mengosongkan makanan ke duodenum. Sinyal ini mungkin
memegang peranan paling penting dalam menentukan derajat aktivitas pompa pilorus,
oleh karena itu, juga menentukan kecepatan pengosongan lambung. Refleks syaraf
terutama dihantarkan melalui serabut syaraf aferen dalam nervus vagus ke batang otak
dan kemudian kembali melalui serabut syaraf eferen ke lambung, juga melalui nervus
vagus. Akan tetapi, sebagian sinyal mungkin dihantarkan langsung melalui pleksus
mienterikus.
Jenis-jenis faktor yang secara terus menerus ditemukan dalam duodenum dan
kemudian dapat menimbulkan refleks enterogastrik adalah :
derajat peregangan lambung,
adanya iritasi pada mukosa duodenum,
derajat keasaman chyme duodenum,
derajat osmolaritas duodenum, dan
adanya hasil-hasil pemecahan tertentu dalam chyme, khususnya hasil pemecahan
protein dan lemak.
Refleks enterogastrik khususnya peka terhadap adanya zat pengiritasi dan asam dalam
chyme duodenum. Misalnya, setiap saat dimana pH chyme dalam duodenum turun di
bawah kira-kira 3.5 sampai 4, refleks enterogastrik segera dibentuk, yang
menghambat pompa pilorus dan mengurangi atau menghambat pengeluaran lebih
lanjut isi lambung yang asam ke dalam duodenum sampai chyme duodenum dapat
dinetralkan oleh sekret pankreas dan sekret lainnya.
Hasil pemecahan pencernaan protein juga akan menimbulkan refleks ini, dengan
memperlambat kecepatan pengosongan lambung, cukup waktu untuk pencernaan
protein pada usus halus bagian atas.
Cairan hipotonik atau hipertonik (khususnya hipertonik) juga akan menimbulkan
refleks enterogastrik. Efek ini mencegah pengaliran cairan nonisotonik terlalu cepat
ke dalam usus halus, karena dapat mencegah perubahan keseimbangan elektrolit yang
cepat dari cairan tubuh selama absorpsi isi usus.
Umpan Balik Hormonal dari Duodenum Peranan Lemak
Bila makanan berlemak, khususnya asam-asam lemak, terdapat dalam chyme yang
masuk ke dalam duodenum akan menekan aktivitas pompa pilorus dan pada akhirnya
akan menghambat pengosongan lambung. Hal ini memegang peranan penting
memungkinkan pencernaan lemak yang lambat sebelum akhirnya masuk ke dalam
usus yang lebih distal.
Walaupun demikian, mekanisme yang tepat dimana lemak menyebabkan efek
mengurangi pengosongan lambung tidak diketahui secara keseluruhan. Sebagian
besar efek tetap terjadi meskipun refleks enterogastrik telah dihambat. Diduga efek ini
akibat dari beberapa mekanisme umpan balik hormonal yang ditimbulkan oleh adanya
lemak dalam duodenum. Oleh karena itu, saat ini, sukar menilai efek lemak
duodenum dalam menghambat pengosongan lambung, walaupun efek ini penting
untuk proses pencernaan lemak dan absorpsi lemak. Kontraksi Pyloric Sphincter
Biasanya, derajat kontraksi pyloric sphincter tidak sangat besar, dan kontraksi yang
terjadi biasanya dihambat waktu gelombang peristaltik pompa pilorus mencapai
pilorus. Akan tetapi, banyak faktor duodenum yang sama, yang menghambat
kontraksi lambung, dapat secara serentak meningkatkan derajat kontraksi dari pyloric
sphincter. Faktor ini menghambat atau mengurangi pengosongan lambung, dan oleh
karena itu menambah proses pengaturan pengosongan lambung. Misalnya, adanya
asam yang berlebihan atau iritasi yang berlebihan dalam bulbus duodeni
menimbulkan kontraksi pilorus derajat sedang.
Keenceran Chyme
Semakin encer chyme pada lambung maka semakin mudah unruk dikosongkan. Oleh
karena itu, cairan murni yang dimakan, dalam lambung dengan cepat masuk ke dalam
duodenum, sedangkan makanan yang lebih padat harus menunggu dicampur dengan
sekret lambung serta zat padat mulai diencerkan oleh proses pencernaan lambung.
Selain itu pengosongan lambung juga dipengaruhi oleh :
Pemotongan nervus vagus dapat memperlambat pengosongan lambung.
Vagotomi menyebabkan atoni dan peregangan lambung yang relatif hebat.
Keadaan emosi, kegembiraan dapat mempercepat pengosongan lambung dan
sebaliknya ketakutan dapat memperlambat pengosongan lambung.
SEKRESI ASAM LAMBUNG
Sekresi dari getah lambung diatur oleh mekanisme syaraf dan hormonal. Impuls
parasimpatis yang terdapat pada medulla dihantarkan melalui syaraf vagus dan
merangsang gastric glands untuk mensekresikan pepsinogen, asam klorida, mukus,
dan hormon gastrin.
Ada tiga faktor yang merangsang sekresi lambung, yaitu : fase sefalik, fase gastrik,
dan fase intestinal.
Fase (refleks) sefalik
Fase ini muncul sebelum makanan masuk ke lambung dan mempersiapkan lambung
untuk mencerna. Penglihatan, bau, rasa dan pikiran tentang makanan merangsang
refleks ini. Impuls syaraf dari cerebral korteks atau feeding centre di hipotalamus
mengirimkan impuls ke medulla oblongata di otak kemudian medulla oblongata
menyampaikan impuls melalui serabut parasimpatis pada syaraf vagus untuk
merangsang sekresi dari kelenjar.
Fase Gastrik
Terjadi ketika makanan memasuki lambung. Semua jenis makanan menyebabkan
penggelembungan (distension) dan merangsang reseptor yang terdapat pada dinding
lambung. Reseptor mengirim impuls ke medulla kelenjar lambung merangsang
sekresi dari getah lambung.
Protein dan kafein yang tercerna sebagian merangsang mukosa pilorus untuk
mensekresikan hormon gastrin, selanjutnya hormon gastrin merangsang kelenjar
lambung untuk mensekresikan getah lambung
Kelenjar lambung yang merangsang sekresi sejumlah besar getah lambung, juga
menimbulkan kontraksi lower esophageal spinchter dan ileocecal spinchter. Sekresi
gastrin terhalang saat pH cairan lambung (HCl) mencapai 2.0. Mekanisme negative
feedback ini membantu menyediakan pH optimal untuk memfungsikan enzim-enzim
di perut.
Fase Intestinalis
Fase ini terjadi saat makanan meninggalkan lambung dan memasuki usus halus. Saat
protein yang telah tercerna sebagian memasuki duodenum, protein ini merangsang
lapisan mukosa pada dinding duodenum untuk melepaskan enteric gastrin, hormon
yang merangsang kelenjar gastrik untuk melanjutkan sekresi.
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah
lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas
jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan
berakhir di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus
seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada
derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari
pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum
digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang
merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum
melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh,
duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
makanan.
2. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua
dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan
(ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter
adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam
tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili),
yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan
usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat
dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri.
Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara
makroskopis.
Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti lapar dalam bahasa Inggris
modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti kosong.
3. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah
duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7
dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garamgaram empedu.
F. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda bisa di
retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan),
sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem limfatik.
Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.
I. Rektum dan anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, meluruskan, mengatur) adalah sebuah ruangan yang
berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini
berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong
karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika
kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan
untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan
material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan
untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan
dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika
defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan
terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan
anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting
untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana
bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit)
dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot
sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar BAB),
yang merupakan fungsi utama anus.