You are on page 1of 3

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia, hal ini tercantum
dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H yang menyatakan
bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Selanjutnya pada pasal 34 ayat 3 menyatakan bahwa negara
bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan
dan

fasilitas

pelayanan

umum

yang

layak.

Hal

tersebut

menunjukkan bahwa pemerintah berkewajiban untuk menyehatkan


yang sakit dan berupaya mempertahankan yang sehat untuk tetap
sehat. Berdasarkan UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
menyebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa dan sosial yang memungkinan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Dengan demikian kesehatan
selain sebagai hak asasi manusia, kesehatan juga merupakan
suatu investasi.
Berkembangnya ilmu pengetahuan tentang kesehatan di
kehidupan masyarakat terutama perkembangan teknologi farmasi
yang inovatif telah dikenal masyarakat luas. Banyaknya jenis atau
merek obat yang beredar dan didorong mahalnya biaya kesehatan
menyebabkan banyak masyarakat melakukan upaya kesehatan
sendiri diantaranya dengan melakukan pengobatan sendiri atau
yang disebut dengan pengobatan swamedikasi dengan tujuan
untuk mendapatkan kesehatan yang lebih baik dan memungkinkan
tiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.Salah satu
contoh sarana dan prasarana kesehatan adalah apotek.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan

Republik

Indonesia No.1027/Menkes/SK/IX/2004, apotek adalah tempat

tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran


sediaan

farmasi,

perbekalan

kesehatan

lainnya

kepada

masyarakat. Di apotek, dilakukan pekerjaan kefarmasian, yang


menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51
Tahun 2009 adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan
obat

atas

resep

dokter,

pelayanan

informasi

obat,

serta

pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.


Apotek akan berfungsi dengan baik jika didukung oleh
tenaga kesehatan yang tepat dan berkualitas. Tenaga kesehatan
adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan sertamemiliki pengetahuan dan atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian merupakan salah satu
tenaga kesehatan yang dimaksud menurut Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009.
Apoteker memiliki peranan penting dalam pelaksanaan
pekerjaan dan pelayanan kefarmasian di apotek, baik obat dengan
resep maupun non resep. Apoteker juga berperan dalam promosi
dan edukasi obat serta pelayanan residensial (IAI Jawa Timur,
2010). Selain itu, apoteker juga dituntut memiliki kemampuan
berorganisasi, komunikasi, dan menajemen apotek.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana peran tenaga kesehatan pada

sarana

kefarmasian di Indonesia ?
C. Manfaat Penulisan
1. Meningkatkan
derajat

kesehatan

masyarakat

melalui

peningkatan peranan apoteker dalam melaksanan pelayanan


kefarmasian di apotek sehingga masyarakat mendapatkan
pelayanan yang memadai.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

You might also like