You are on page 1of 4

Ari Ariyanto

Pascasarjana Kajian Budaya


Universitas Padjadjaran

Konstruksi Gender Perempuan Sebagai Maung Geulis, dan Bonita dalam Dunia
Sepak Bola Indonesia
Abstrak
Berbicara mengenai sepak bola, maka tidak akan terlepas dari supremasi maskulinitas yang
dibangun dan mengakar kuat bagi kaum laki-laki. Sepak bola seolah-olah olahraga yang
hanya bisa dilakukan oleh laki-laki melalui laki-laki dan untuk laki-laki. Olahraga yang
membuat seorang lelaki tampak lebih lelaki. Atau apa pun istilah yang dapat menggambarkan
maskulinitas sepak bola, yang jelas ikut campurnya ''yang bukan lelaki'' dianggap sebagai
sesuatu yang unik, aneh, disambut berlebihan, bahkan tak jarang dipandang sebelah mata.
Perspektif itu menjadi salah satu dasar kuat bagaimana sepak bola sepertinya ditakdirkan
untuk laki-laki. Namun bagaimana jika kita melihat sisi lain dari sepak bola? Peran
perempuan dalam sepak bola, baik sebagai pemain ataupun suporter. Dari sinilah timbul
ketertarikan saya untuk membicarakan sepak bola dari sisi perempuan sebagai suporter.
Kehadiran suporter olahraga merupakan dampak atas munculnya suatu klub olahraga.
Kehadiran suporter dalam pertandingan olahraga dapat memberikan motivasi moral kepada
pemain yang berlaga di lapangan pertandingan. Dalam industri olahraga, kehadiran suporter
berarti potensi pasar yang mampu mendatangkan penghasilan bagi klub yang bersangkutan.
Menurut Hansen dan Gauthier dalam Neale dan Funk (2005), memahami perilaku dan
motivasi suporter untuk meningkatkan kehadiran suporter dalam pertandingan adalah kunci

sukses bagi klub olahraga profesional. Salah satu olahraga yang dikenal memiliki suporter
fanatik adalah sepak bola. Sebagai olahraga yang paling digemari di dunia, kehadiran
suporter merupakan faktor pendukung penting terhadap hidupnya kompetisi sepak bola.
Dewasa ini suporter sepakbola tidak hanya di didominasi oleh kaum laki-laki tetapi juga
perempuan. Adanya fenomena yang menarik dimana hampir disetiap pertandingan sepakbola
semakin sering ditemui kehadiran suporter perempuan dan jumlahnya semakin meningkat
dari waktu ke waktu.

Fenomena merebaknya suporter perempuan tidak hanya terjadi di berbagai negara dengan
kultur sepakbola yang kuat, namun fenomena merebaknya suporter perempuan juga
dirasakan di dalam negeri. Kehadiran suporter perempuan mulai ramai menghiasi
persepakbolaan Indonesia. Ini menjadi bahasan menarik untuk saya selanjutnya dengan
memilih objek Bonita dan Maung Geulis sebagai suporter sepak bola klub Persebaya dan
Persib. Bagaimana kontstruksi sosial yang terbentuk, Benarkah Bonita dan Maung Geulis
adalah wujud Maskulinitas dalam Penamaan Suporter Sepak bola, dan bagaimana peran serta
tanggung jawab suporter sebagai perempuan, yang pada akhirnya akan menghasilkan isu-isu
penting dan menarik untuk dibahas. Peran perempuan seolah-olah masih dianggap tabu dalam
dunia sepak bola. Padahal seiring perkembangan jaman sepak bola pun bisa dilakukan oleh
perempuan, walau memang pada kenyatannya masih sangat terbatas. Saya mencoba mengkaji
fenomena tersebut. Lebih khusus membahas konstruksi gender perempuan sebagai Bonita,
dan Maung Geulis sebagai suporter klub Persebaya dan Persib.

Sepak bola sangat identik dengan kekuatan fisik yang tangguh, membutuhkan power yang
akan sangat cocok dimainkan oleh laki-laki. David Gauntlett dalam bukunya Media, Gender
and Identity: An Introduction (2002) menyebutkan bahwa istilah maskulin berimplikasi
being a man bagi laki-laki, dan sebaliknya kata feminim berimplikasi being a woman
bagi perempuan (Gauntlett, 2002 : 9-10). Ketika perempuan harus being a woman, maka
serempak stereotype akan melekat pada perempuan, yaitu bahwa mereka harus mau tunduk
pada dunia maskulin. Sangat terlihat jelas bahwa ada keinginan perempuan untuk

menunjukan kesetaraan gender dengan adanya penamaan Bonita dan Maung Geulis sebagai
suporter sepak bola perempuan. Secara umum gender dapat didefinisikan sebagai perbedaan
peran, kedudukan dan sifat yang dilekatkan pada kaum laki-laki maupun perempuan melaui
konstruksi secara sosial maupun kultural (Nurhaeni, 2009). Sedangkan menurut Oakley
(1972) dalam Fakih (1999), gender adalah perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan
yang dikonstruksikan secara sosial, yakni perbedaan yang bukan karena kodrat dan bukan
karena ketentuan Tuhan melainkan diciptakan oleh manusia melalui proses sosial dan
kultural. Baik Bonita maupun Maung Geulis, keduanya berusaha menempatkan peran
perempuan dalam ranah dunia laki-laki. Mendeklarasikan kalau mereka punya penamaan
tersendiri terkait suporter perempuan, namun pada akhirnya akan timbul beberapa isu dan
fenomena baru dengan adanya hal tersebut.

Women Gender Construction as "Maung Geulis" and "Bonita" in Indonesia Football


Abstract
Talking about football, it will not be separated from the masculine supremacy built and
entrenched for men. Football as if sport that can only be done by men and for men. Sports
that makes a man look more men. Or any term that can describe masculinity football, a clear
interference '' is not a man '' is regarded as something unique, strange, even often
underestimated. Perspective was being one of the strong basic of how football seems destined
to men. But what if we look at the other side of the football? The role of women in football,
either as players or supporters. From this arises my interest to talk about football on the
women's side as supporters. The presence of sports fans is the impact on the built of a
professional football club. The presence of supporters in a sports game can give and increase
moral motivation to the players who competed in the game. In the sports industry, the
presence of supporters means a potential market that is capable of generating income for a
clubs. According to Hansen and Gauthier in Neale and Funk (2005), understanding the
behavior and motivation of fans to increase the presence of the supporters in the match is the
key to success for professional sports clubs. One of the sport that is known to have fanatical
football supporters. As the most popular sport in the world, the presence of supporters is an
important contributing factor to his football competition. Today football fans not only
dominated by men but also women. The existence of an interesting phenomenon where
almost every game of football supporters increasingly common presence of women
everytime.

The phenomenon of the spread supporters of women not only occur in countries with a strong
football culture, but also the phenomenon is getting hectic role of female fans also felt in the
country. The presence of female fans began to busy adorning Indonesian football. It becomes
interesting, therefore I chose the next object Bonita and Maung Geulis as football supporters
club Persebaya and Persib. How social Other Construction formed, true 'Bonita' and Maung
'Geulis' Being Masculinity in Football Supporters naming, and how the roles and
responsibilities of supporters as a woman, which in turn will generate important issues and
interesting to discuss. The role of women as though still considered taboo in the world of
football. Though football as the development time can be done by women, even though it is
in reality still very limited. So I tried to research the phenomenon. More specifically discuss
gender construction of women as 'Bonita', and 'Maung Geulis' as Persebaya and Persib
supporters club.
Football is identical with a physical strength, requiring the power to be very fit to play by
men. David Gauntlett in his book Media, Gender and Identity: An Introduction (2002)
mentions that the masculine term implies "being a man" for men, and the opposite feminine
word implies "being a woman" for women (Gauntlett, 2002: 9-10 ). When women must to
"being a woman", then it will be simultaneously attached to the female stereotype, that they
must be willing to the masculine areas. Very visible that desire of women to show gender
equality with their naming Bonita and Maung Geulis as a supporter of women's football. In
general, gender can be defined as the difference in the role, position and properties attached
to men and women through the construction of socially and culturally (Nurhaeni, 2009).
Meanwhile, according to Oakley (1972) in Fakih (1999), gender is a difference in behavior
between men and women that are social construction, that is the difference that is not natural
and not the conditions of God but was created by humans through social and cultural
processes. Bonita and Maung Geulis, both trying to put the role of women in the realm of the
male world. Declaring that they had linked its own naming female fans, but in the end there
will be some issues and new phenomena with it.

You might also like