You are on page 1of 16

BAB I

Pendahuluan
A. Latar Belakang
Setiap larutan atau cairan apapun juga, pasti memiliki sifat tersendiri.
Apakah larutan itu bersifat asam, basa bahkan bersifat netral sekalipun. Larutan
yang bersifat asam, basa maupun netral itu pasti mempunyai karakteristik yang
berbeda satu sama lainnya. Beberapa ciri yang penting adalah mengenai kisaran
harga pHnya. Larutan yang bersifat asam memiliki kecenderungan nilai pHnya
sekitar < dari 7, sedangkan larutan yang berifat basa, pHnya adalah > dari 7 dan
larutan yang bersifat netral itu, memiliki nilai pH sebesar 7.
Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu identitas pengenal sifat
larutan yang penting, karena pH atau derajat keasaman itu menyatakan
konsentarsi ion H+ dalam larutan. Agar kita dapat mengenali sifat dari suatu
larutan, maka kita diharapkan dapat mengerti dan memahami benar mengenai
derajat keasaman ini. Pada derajat keasaman ini, kita akan berbicara tentang
mengenali sifat larutan berdasakan nilai pH yang tertera pada suatu indikator,
bahkan dengan memahami dejata keasaman ini pula, kita akan mampu
menetukan nilai pH dari suatu larutan.
Untuk

dibidang

kedokteran

sendiri,

mempelajari

tentang

derajat

keasaman ini, sangatlah penting. Seperti kita tahu, bahwa masing-masing zona
di dalam tibuh kita itu, memiliki nilai pH tertentu yang sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Apabila dari uji laboratorium, diketahui bahwa tubuh seseorang
sedang tidak berada dalam keadaan homeostasis, maka dapat dipastikan akan
terjadi gangguan fungsional di dalam tubuh. Sebagai contoh, di lambung, jika pH
lambung itu belum mencapai titik keasaman tertentu, maka isi dari lambung
yakni berupa sari-sari makanan itu, tidak dapat dikeluarkan ke usus untuk
diproses secara lebih lanjut,dll
B. Tujuan
1. Untuk mengenal karakteristik dan cara penggunaan berbagai media dan alat
penentuan pH
2. Untuk mengetahui nilai pH berbagai cairan tubuh

BAB II
DASAR TEORI
Asam-basa merupakan salah satu sifat suatu zat, baik yang berbentuk
larutan maupun non-pelarut. Beberapa sifat larutan asam adalah berasa masam,
bersifat korosif dan memerahkan kertas lakmus. Sedangkan sifat dari larutan
basa adalah berasa pahit, bersifat kausatik dan membirukan kertas lakmus
(Anonim, 1997).
Teori

asam-basa Arrhenius,

asam

adalah

senyawa

yang

dapat

melepaskan ion hidrogen (H+) jika dilarutkan di dalam air. Sedangkan basa
adalah senyawa yang dapat melepaskan ion hidroksida (OH-) jika dilarutkan
didalam air. Menurut Arrhenius, reaksi asam basa itu merupakan reaksi
pembentukan air (H2O) ion (H+) dan (OH-). Walaupun teori Arrhnius berhasil
mengungkapkan beberapa kasus, tetapi memiliki beberapaketerbatasan. Selain
hanya memandang aspek reaksi asam-basa di dalam pelarut air, jiga
pembentukkan ion (OH-) atau ion (H+) merupakan kekhasan teori asam-basa
Arrhenius. Artinya, jika suatu reaksi tidak membentuk ion (OH-) atau ion (H+) tidak
dapat dikatakan sebagai asam atau basa (Chang, 2004).
Teori asam-basa Bronsted-Lowry menyatakan bahwa asam merupakan
senyawa yang memberikan proton (H+) kepada senyawa lain. Sedangkan basa
merupakan senyawa yang dapat menerima proton (H+) dari senyawa lain. Dan
reaksi asam-basa merupakan reaksi perpindahan proton dari suatu senyawa ke
senyawa lain. Meliputi proses pelarutan asam/basa dalam air dan pencampuran
asam kuat-basa kuat maupun asam lemah dan basa lemah (Chang, 2004).
Teori lewis menyatakan asam merupakan senyawa yang dapat menerima
pasangan elektron bebas dari senyawa lain. Basa merupakan senyawa yang
dapat memberikan pasangan elektron bebas kepada senyawa lain. Dan reaksi
asam-basa dinyatakan sebagai reaksi pembentukan ikatan antara asam dan
basa, yang paling terkenal sebagai pembentukan senyawa kompleks (Chang,
2004).
Berdasarkan kekuatannya, asam-basa dibagi menjadi 2 yakni asam/basa
kuat dan asam/basa lemah. Asam/basa kuat memiliki ciri antara lain mengalami
ionisasi sempurna dalam air, rekasi yang terjadi satu arah, contohnya:HCl (Asam
Kuat) dan KOH (Basa Kuat). Asam/basa lemah memiliki ciri antara lain,

mengalami

ionisasi

sebagian

dalam

air,

reaksi

yang

terjadi

adalah

kesetimbangan, memiliki Ka dan Kb yang kecil, contohnya: HCN (Asam Lemah)


dan NH4 OH (Basa Lemah) (Basset, 1994).
pH larutan menyatakan konsentrasi ion H+ dalam larutan. Suatu zat
asam yang dimasukan ke dalam air akan mengakibatkan bertambahnya ion
hidrogen dalam air dan berkurangnya ion hidroksida. Sedangkan pada basa,
akan terjadi sebaliknya. Zat basa yang dimasukkan ke dalam air akan
mengakibatkan bertambahnya ion hidroksida dan berkurangnya ion hidrogen.
Jumlah ion H+ dan OH- di dalam air dapat digunakan untuk menentukan derajat
keasaman atau kebasaan suatu zat. Semakin asam suatu zat, semakin banyak
ion H+ dan semakin sedikit jumlah ion OH- di dalam air. Sebaliknya semakin basa
suatu zat, semakin sedikit jumlah ion H+ dan semakin banyak ion OH- di dalam
air. Dimana besarnya pH = -log [H+ ] ; pOH = -log [OH-]
Kw=[H+ ] [OH-]
-log Kw=-log [H+ ] [OH-] ; dengan p=-log, maka pKw=pH+pOH
Pada suhu kamar, harga kw=1x10 -14 (pKw=14) maka, pH + pOh =14 (Chang,
2004).
Untuk menyatakan sifat maupun nilai keasaman maupun kebasaan dari
suatu larutan, maka diperlukan suatu indikator. Ada 4 macam jenis indikator,
yakni indikator bahan alam, indikator kertas lakmus, indikator universal dan
indikator pH meter. Di bawakh ini merupakan data perubahan warna kertas
lakmus pada larutan asam, basa dan netral
Jenis Kertas Lakmus
Lakmus Merah
Lakmus Biru

Asam
Merah
Merah

Dalam larutan yang bersifat


Basa
Netral
Biru
Merah
Biru
Biru
(Rohman, 2007).

Indikator universal adalah gabungan dari beberapa indikator. Larutan


indikator universal yang biasa digunakan dalam laboratorium terdiri dari metal
jingga (trayek : 2,9-4,0), metal merah (trayek : 4,2-6,3), bromtimol biru (trayek :
6,0-7,6), dan fenolftalein (trayek : 8,3-10,0). Indikator-indikator itu memberi warna
yang berbeda bergantung pada pH larutan. Dibawah ini merupakan trayek
perubahan warna dari beberapa indikator:

Indikator

Trayek Perubahan
Warna

Perubahan Warna

Lakmus

5,5-8,0

Merah-biru

Metil Jingga

2,9-4,0

Merah-kuning

Metil Merah

4,2-6,3

Merah-kuning

Bromtimol biru

6,0-7,6

Kuning-biru

Fenolftalein

8,3-10,0

Tidak berwarna-merah
(Basset, 2004).

Selain menggunakan indikator universal, untuk mengetahui nilai pH suatu


zat juga bisa digunakan alat yang disebut pH meter. pH meter mempunyai
elektrode yang dicelupkan ke dalam larutan yang akan diukur pH-nya. Nilai pH
dapat langsung diketahui melalui tampilan layar digital pada alat tersebut.
Gambar di bawah ini menunjukkan contoh model pH meter yang banyak
digunakan dalam laboratorium-laboratorium kimia.

(Rahayu, 2008).

BAB III
METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
Alat
Kertas lakmus biru
Kertas lakmus merah
pH meter portable
Erlenmeyer
Beaker glass
Kertas label
Bahan
Indikator PP
Indikator MR
Urin
Saliva
Plasma darah
Aquadest
Kertas Tissue
Asam encer
Asam pekat
Basa encer
Basa pekat
B. Cara Kerja
Pengenalan media dan instrument penetapan pH
Mencelupkan kertas lakmus biru dan kertas lakmus merah pada masing-masing
5 larutan yang telah disediakan

Menyimpulkan sifat keasaman masing-masing larutan tersebut


Mengulangi dengan kertas pH pada masing-masing larutan tersebut
Menuliskan kisaran pHnya dengan membandingkan warna yang muncul pada
keretas pH dengan standart warna yang tertera pada kotak kertas pH
Memakai pH meter portabel untuk mengukur masing-masing larutan
Mencatat nilai pH yang tertera pada layar monitor pH meter
Sebelum menggunkan pH meter, pH meter ditera dengan larutan standar 4
(asam), 7 (netral) dan 9 (basa)
Mengambil 20 mL larutan dalam erlenmeyer, masing-masing + masing-masing
larutan + indicator PP 2 tetes, gojog dan memperhatikan perubahan warnanya
Mengulangi langkah nomer 4 dengan menambahkan indikator MR
Memperhatikan perubahan warna yang terjadi
Membahas, apa yang kita dapat amati dan membandingkan pada ketiga jenis
pengukuran pH di atas
Penetapan pH cairan tubuh
Mencelupkan kertas lakmus pada urin, saliva dan plasma darah
Mengulangi dengan kertas pH dan pH meter untuk sampel yang sama
Mengamati apa yang terjadi dan membandingkan hasilnya
Menjelaskan kekurangan dan kelebihan penggunaan ketiga metode diatas, pada
praktikum yang telah dilakukan

BAB IV
Hasil dan Pembahasan

A. Hasil Pengamatan

Kertas Lakmus
Jenis Larutan
Larutan A

Sifat
Netral

Larutan B

Asam

Larutan C

Asam

Larutan D

Basa

Larutan E

Basa

Saliva

Asam

Plasma

Asam

Urin

Asam

Kertas pH
Jenis Larutan

Nilai pH

Larutan A

Larutan B

Larutan C

Larutan D

Larutan E

14

Saliva

Plasma

Urin

pH meter
Jenis Larutan
Larutan A

Nilai pH
7,47

Larutan B

5,25

Larutan C

1,85

Larutan D

9,27

Larutan E

13,08

Saliva

8,29

Plasma

8,19

Urin
pH Stik

7,53

Jenis Larutan
Larutan A

Nilai pH
6

Larutan B

Larutan C

Larutan D

10

Larutan E

13

Saliva

Plasma

Urin

PP

Jenis Larutan

Warna sebelum
ditetesi PP

Warna setelah ditetesi PP

Larutan A

Bening

Tetap

Larutan B

Bening

Tetap

Larutan C

Bening

Tetap

Larutan D

Bening

Mendekati jingga (Basa)

Larutan E

Bening

Ungu (basa)

Saliva

Bening

Tetap

Plasma

Bening

Tetap

Urin

Bening

Tetap

Warna sebelum

Warna setelah ditetesi Metil

ditetesi Metil Red

Red

Larutan A

Bening

Kuning

Larutan B

Bening

Merah

Larutan C

Bening

Merah

Larutan D

Bening

Tetap

Larutan E

Bening

Tetap

Saliva

Bening

Kuning

Plasma

Bening

Tetap

Urin

Bening

Tetap

Metil Red
Jenis Larutan

B. Pembahasan
Pada tahap pengenalan media dan instrument penetapan pH, kami
menggunakan 8 macam larutan, larutan A, B, C, D, E,saliva, plasma dan urin.
Kami memeriksa sifat keasaman dari masing-masing lartan tersebut dengan cara
mencelupkannya ke dalam kertas lakmus biru dan merah. Pada percobaan ini,
didapatkan hasil bahwa larutan A bersifat netral, tidak terjadi perubahan warna
pada kertas lakmus. Larutan B bersifat asam, karena larutan B ini mengubah

warna kertas lakmus biru menjadi merah dan kertas lakmus merah tetap
berwarna merah. Larutan C bersifat asam, karena larutan C ini mengubah warna
kertas lakmus biru menjadi merah dan kertas lakmus merah tetap berwarna
merah. Larutan D bersifat basa, karena larutan D ini mengubah warna kertas
lakmus merah menjadi biru dan kertas lakmus biru tetap berwarna biru. Larutan
E bersifat basa pula, sama halnya dengan larutan D, karena larutan E ini
mengubah warna kertas lakmus merah menjadi biru dan kertas lakmus biru tetap
berwarna biru. Saliva, plasma dan urin ketiganya bersifat asam, karena ketiga
larutan ini mengubah warna kertas lakmus biru menjadi merah dan kertas lakmus
merah tetap berwarna merah. Untuk pengamatan sifat pada saliva dan plasma
ada kesalahan. Sebenarnya saliva itu bersifat netral, bukan asam dan plasma itu
bersifat basa, bukan asam. Kesalahan ini mungkin disebabkan oleh karena
kertas lakmus yang akan dipakai untuk mendeteksi saliva telah tercemar oleh
larutan lain yang sifatnya asam.
Selanjutnya, kami melakukan pengukuran nilai pH menggunakan kertas
pH, kemudian membandingkan warna yang muncul pada kertas pH dengan
warna yang tertera pada kotak kertas pH. Berdasarkan percobaan, kami
mendapatkan hasil bahwa larutan A memiliki nilai pH sebesar 7. Nilai ini sesuai
dengan sifat yang ditunjukkan dengan menggunakan kertas lakmus, yakni
bersifat netral. Larutan B memiliki nilai pH sebesar 6. Nilai ini sesuai dengan sifat
yang ditunjukkan dengan menggunakan kertas lakmus, yakni bersifat asam,
dapat dikatakan sebagai asam lemah. Larutan C memiliki nilai pH sebesar 1.
Nilai ini sesuai dengan sifat yang ditunjukkan dengan menggunakan kertas
lakmus, yakni bersifat asam, dapat dikatakan sebagai asam kuat. Larutan B sifat
keasamannya lebih lemah daripada larutan C, dilihat dari nilai pHnya yang lebih
mendekati pH larutan netral. Larutan D memiliki nilai pH sebesar 9. Nilai ini
sesuai dengan sifat yang ditunjukkan dengan menggunakan kertas lakmus, yakni
bersifat basa, dapat dikatakan sebagai basa lemah. Larutan E memiliki nilai pH
sebesar 14. Nilai ini sesuai dengan sifat yang ditunjukkan dengan menggunakan
kertas lakmus, yakni bersifat basa, dapat dikatakan sebagai basa kuat. Larutan D
sifat kebasaanya lebih lemah daripada larutan E, dilihat dari nilai pHnya yang
lebih mendekati pH larutan netral. Untuk saliva, nilai pHnya 7, sesuai dengan
teori yang ada, yang menyatakan bahwa saliva itu sifatnya netral. Sedangkan
plasma nilai pH yang tertera adalah 8, hal ini sesuai dengan teori yang ada, yang

menyatakan bahwa plasma itu memang bersifat basa. Selanjutnya adalah urin,
nilai pH yang terukur adalah 7, hal ini tidak sesuai dengan pengujian
menggunakan kertas lakmus dan tidak sesuai pula dengan teori yang ada.
Sebenarnya, urin itu bersifat asam. Kesalahan ini mungkin dapat terjadi, karena
ada kesalahan praktikan dalam hal membandingkan warna pH di kotak pH meter.
Pengujian selanjutnya, kami lakukan menggunakan pH stik. Berdasarkan
hasil pengamatan untuk larutan A, nilai pHnya mengalami penurunan dari 7
menjadi 6. Nilai 6 ini menunjukan bahwa larutan A ini sifatnya asam. Hal ini tidak
sesuai dengan 2 pengujian sebelumnya. Kemungkinan kesalahan ada pada
pembacaan nilai pH dengan menggunakan pH stik. Larutan B, ketika diukur
menggunakan kertas pH, nilai pH yang didapat adalah 5, berarti bersifat asam
lemah. Hasil ini sesuai dengan kedua pengujian sebelumnya. Larutan C nilai pH
yang ditunjukkan oleh pH stik adalah sebesar 1, berarti sifat dari larutan C ini
adalah asam kuat. Hasil ini juga sesuai dengan 2 pengujian sebelumnya. Larutan
B sifat keasamannya lebih bersifat kuat, karena nilai pH pada larutan B itu lebih
mendekati nilai pH larutan netral daripada nilai pH yang dimiliki oleh larutan C.
Larutan D, ketika diukur menggunakan pH stik, nilai pH yang didapat adalah 10,
berarti bersifat basa lemah. Hasil ini sesuai dengan kedua pengujian
sebelumnya. Larutan E, nilai pH yang ditunjukkan oleh pH stik adalah sebesar
13, berarti sifat dari larutan E ini adalah basa kuat. Hasil ini juga sesuai dengan 2
pengujian sebelumnya. Larutan D sifat kebasaannya lebih bersifat lemah, karena
nilai pH pada larutan D itu lebih mendekati nilai pH larutan netral daripada nilai
pH yang dimiliki oleh larutan E. Untuk pengujian saliva didapatkan nilai pH
sebesar 7 yang sesuai dengan teori yang ada, yakni saliva itu bersifat netral.
Selanjutnya, adalah pengujian nilai pH plasma, dengan pH stik didapatkan nilai
pH sebesar 8. Hasil ini juga sesuai dengan teori yang ada, dimana plasma darak
itu bersifat basa dengan nilai pH lebih tepatnya adalah berharga sekitar 7,357,45. Untuk pengujian terhadap urin, ternyata nilai pH yang didapatkan tidak
sesuai dengan teori yang ada. Secara teori, urin itu bersifat asam, namun
dengan pengujian menggunakan pH stik ternyata didaptkan nilai pH sebesar 7.
Kesalahan ini mungkin dapat terjadi pada saat pembacaan nilai pH yang kurang
tepat.
Setelah memakai kertas pH, pengujian kami lanjutkan menggunakan pH
meter. Pengukuran dengan menggunakan pH meter ini dapat dikatakan lebih

akurat, karena pengukuran dengan pH meter akan menunjukkan besarnya nilai


keasaman sutu larutan dengan lebih akurat, yakni dengan pemakaian 2 angka
dibelakang koma. Untul larutan A nilai pHnya adalah 7,47 sifatnya adalah netral.
Larutan B nilai pHnya adalah 5,25, sifatnya adalah asam. Larutan C nilai pHnya
adalah 1,85, sifatnya juga asam. Namun keasaman larutan C lebih tinggi
dibandingkan larutan B, karena nilai pH pada larutan B lebih mendekati nilai pH
pada larutan netral. Selanjunya, larutan D nilai pHnya adalah 9,27 dan larutan E
nilai pHnya adalah 13,08. larutan C dan D sama-sama bersifat basa. Namun,
larutan E lebih bersifat basa kuat, hal ini disebabkan nilai pH pada larutan D lebih
mendekati

nilai

pH

pada

larutan

netral.

Pengujian

terhadap

plasma,

menunjukkan nilai pH sebesar 8,19 dan untuk urin menunjukkan nilai pH sebesar
7,53. hal ini menujukkan bahwa plasma itu bersifat basa dan urin bersifat asam.
Sedangkan pengujian terhadap saliva menggunakan pH meter menunjukkan
hasil yanh salah. Pada pH meter, besarnya pH yang ditunjukkan adalah 8,29.
Padahal, seperti yang kita tahu bahwa saliva itu bersifat netral dan besarnya pH
adalah sekitar 7 bukan 8.
Pengujian selanjutnya adalah dengan menggunakan 2 macam indikator,
yakni indikator phenolphthalein (PP) dan Methyl Red. Penambahan indikator
phenolphthalein akan mengubah warna larutan yang tadinya berwarna bening
berubah menjadi berwarna merah jambu (pink)-ungu jika pH larutan tersebut
diatas 8. Phenolphthalein merupakan jenis indikator yang bersifat peka terhadap
larutan yang bersifat basa. Reaksi yang terjadi adalah:

Berdasarkan hasil percobaan menggunakan indikator pp, didapatkan


hasil untuk larutan D dan E yang bersifat basa, mengalami perubahan warna
lrutan dari bening menjadi berwana jingga-ungu. Sedangkan untuk larutan A dan
saliva yang bersifat netral, larutan B, C dan urin yang bersifat asam dan plasma,
warna larutannya tidak mengalami perubahan, tetap bening. Sebenarnya untuk
plasma, setelah ditetesi indikator PP, warna larutannya mengalami perubahan
menjadi pingk-ungu, karena sifat plasma yang basa. Namun, pada percobaan ini,
hasil yang kami dapatkan adalah tetap bening. Hal ini mungkin dapat terjadi oleh

karena penambahan indikator yang kurang banyak atau mungkin kondisi plasma
sudah terkontaminasi dengan larutan lain.
Selain menggunkan indikator pp, kami juga menggunakan indikator
methyl red, dimana indikator ini bersifat peka terhadap larutan yang bersifat
asam. Indikator ini akan mengubah warna larutan yang awalnya bening berubah
menjadi merah, jika larutan itu bersifat asam. Berdasarkan percobaan didapatkan
hasil untul larutan A dan saliva yang bersifat netral, warna larutannya berubah
menjadi kuning, sedangkan untuk larutan B dan C yang bersifat asam, warna
larutannya berubah menjadi merah dan untuk larutan D dan E yang bersifat
basa, warna larutannya tetap, tetap bening. Sebenarnya untuk urine, setelah
ditetesi indikator Methyl red, warna larutannya mengalami perubahan menjadi
merah pula, karena sifat urin yang asam. Namun, pada percobaan ini, hasil yang
kami dapatkan adalah tetap bening. Hal ini mungkin dapat terjadi oleh karena
penambahan indikator yang kurang banyak atau mungkin kondisi urinnya sudah
terkontaminasi dengan larutan lain.
Dibawah ini merupakan beberapa kelebihan dan kekurangan dalam
penggunaan ketiga metode tersebut:
Teknik pengamatan

Kelebihan
Harganya lebih murah

Kekurangan
Hanya dapat
menyatakan sifat
keasamannya saja

Kertas Lakmus/Kertas pH

namun tidak dapat


menunjukkan nilai

pH meter/pH stik

Indikator

Nilai pH yang

pHnya
Harganya mahal

ditunjukkan lebih akurat


Perubahan warna

Hasil yang di

setelah ditetesi indikator

dapat kurang

berlangsung cepat

akurat, karena
menyatakan sifat
keasaman, hanya
berdasarkan pada
perubahan warna
yang terjadi

Aplikasi percobaan derajat keasaman (pH) dalam dunia kedokteran ini


adalah terkait dengan analisis blood gas. Dimana analisis blood gas ini
merupakan teknik pengukuran dari pH. Dengan memakai teknik ini yang
berdasarkan pada pengukuran nilai asam basa, kita dapat menilai oksigenasi
pasien (oxygen saturation SaO2 dan oxygen partial pressure PaO2), dapat
menilai status asam basa pasien dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi
penyakit-penyakit kardiopulmoner (heart/lungs) dan mengevaluasi efek dari
pengobatan.
Dalam dunia kedokteran mengetahui pH pasien sangatlah penting,
sebagai contoh terkait dengan pH darah. pH rata-rata darah adalah 7.4 (rentang
normal 7.35 sampai 7.45). Ini setara dengan aktivitas ion hidrogen 40 nmol/l
(1nmol = 10-9 mol) dan upaya mempertahankan pH yang konstan sangat penting
untuk organisme. pH darah dibawah 7.0 atau diatas 7.8 tidak memungkinkan
kehidupan.
Selain itu, paham mengenai derajat keasaman (pH) akan membantu kita
dalam mendeteksi ada tidaknya ganguan yang telah terjadi pada salah satu
sistem didalam tubuh kita. Seperti telah kita ketahui, setiap sistem dalam tubuh
kita itu, pasti memiliki pH tertentu sesuai dengan fungsinya. Oleh karena itu, jika
ada salah satu sistem yang nilai pHnya tidak sesuai dengan nilai pH normalnya,
maka dapat dipastikan telah terkadi gangguan dalam sistem tubuh seseorang
tersebut.

BAB V
A. Kesimpulan
Larutan A berisi aquadest dan bersifat netral
Larutan B berisi asam encer dan bersifat asam lemah
Larutan C berisi asam pekat dan bersifat asam kuat
Larutan D berisi basa encer dan bersifat basa lemah
Larutan E berisi basa pekat dan bersifat basa kuat
Saliva bersifat netral
Plasma darah bersifat basa
Urin bersifat asam

B. Daftar Pustaka
Anonim, 1997, Oxford Kamus Lengkap Kimia, hal 187, Erlangga: Jakarta
Basset, J,dkk, 1994, Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Edisi IV, EGC:
Jakarta
Chang, Raymond, 2004, Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti, Edisi III, Erlangga:
Jakarta

Rahayu, 2008, Indikator, diakses dari


http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah web/2008/RAHAYU
060127/indikator.html, pada 17 Februari 2010
Rohman, Abdul, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar: Yogyakarta

You might also like