Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Setiap larutan atau cairan apapun juga, pasti memiliki sifat tersendiri.
Apakah larutan itu bersifat asam, basa bahkan bersifat netral sekalipun. Larutan
yang bersifat asam, basa maupun netral itu pasti mempunyai karakteristik yang
berbeda satu sama lainnya. Beberapa ciri yang penting adalah mengenai kisaran
harga pHnya. Larutan yang bersifat asam memiliki kecenderungan nilai pHnya
sekitar < dari 7, sedangkan larutan yang berifat basa, pHnya adalah > dari 7 dan
larutan yang bersifat netral itu, memiliki nilai pH sebesar 7.
Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu identitas pengenal sifat
larutan yang penting, karena pH atau derajat keasaman itu menyatakan
konsentarsi ion H+ dalam larutan. Agar kita dapat mengenali sifat dari suatu
larutan, maka kita diharapkan dapat mengerti dan memahami benar mengenai
derajat keasaman ini. Pada derajat keasaman ini, kita akan berbicara tentang
mengenali sifat larutan berdasakan nilai pH yang tertera pada suatu indikator,
bahkan dengan memahami dejata keasaman ini pula, kita akan mampu
menetukan nilai pH dari suatu larutan.
Untuk
dibidang
kedokteran
sendiri,
mempelajari
tentang
derajat
keasaman ini, sangatlah penting. Seperti kita tahu, bahwa masing-masing zona
di dalam tibuh kita itu, memiliki nilai pH tertentu yang sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Apabila dari uji laboratorium, diketahui bahwa tubuh seseorang
sedang tidak berada dalam keadaan homeostasis, maka dapat dipastikan akan
terjadi gangguan fungsional di dalam tubuh. Sebagai contoh, di lambung, jika pH
lambung itu belum mencapai titik keasaman tertentu, maka isi dari lambung
yakni berupa sari-sari makanan itu, tidak dapat dikeluarkan ke usus untuk
diproses secara lebih lanjut,dll
B. Tujuan
1. Untuk mengenal karakteristik dan cara penggunaan berbagai media dan alat
penentuan pH
2. Untuk mengetahui nilai pH berbagai cairan tubuh
BAB II
DASAR TEORI
Asam-basa merupakan salah satu sifat suatu zat, baik yang berbentuk
larutan maupun non-pelarut. Beberapa sifat larutan asam adalah berasa masam,
bersifat korosif dan memerahkan kertas lakmus. Sedangkan sifat dari larutan
basa adalah berasa pahit, bersifat kausatik dan membirukan kertas lakmus
(Anonim, 1997).
Teori
asam-basa Arrhenius,
asam
adalah
senyawa
yang
dapat
melepaskan ion hidrogen (H+) jika dilarutkan di dalam air. Sedangkan basa
adalah senyawa yang dapat melepaskan ion hidroksida (OH-) jika dilarutkan
didalam air. Menurut Arrhenius, reaksi asam basa itu merupakan reaksi
pembentukan air (H2O) ion (H+) dan (OH-). Walaupun teori Arrhnius berhasil
mengungkapkan beberapa kasus, tetapi memiliki beberapaketerbatasan. Selain
hanya memandang aspek reaksi asam-basa di dalam pelarut air, jiga
pembentukkan ion (OH-) atau ion (H+) merupakan kekhasan teori asam-basa
Arrhenius. Artinya, jika suatu reaksi tidak membentuk ion (OH-) atau ion (H+) tidak
dapat dikatakan sebagai asam atau basa (Chang, 2004).
Teori asam-basa Bronsted-Lowry menyatakan bahwa asam merupakan
senyawa yang memberikan proton (H+) kepada senyawa lain. Sedangkan basa
merupakan senyawa yang dapat menerima proton (H+) dari senyawa lain. Dan
reaksi asam-basa merupakan reaksi perpindahan proton dari suatu senyawa ke
senyawa lain. Meliputi proses pelarutan asam/basa dalam air dan pencampuran
asam kuat-basa kuat maupun asam lemah dan basa lemah (Chang, 2004).
Teori lewis menyatakan asam merupakan senyawa yang dapat menerima
pasangan elektron bebas dari senyawa lain. Basa merupakan senyawa yang
dapat memberikan pasangan elektron bebas kepada senyawa lain. Dan reaksi
asam-basa dinyatakan sebagai reaksi pembentukan ikatan antara asam dan
basa, yang paling terkenal sebagai pembentukan senyawa kompleks (Chang,
2004).
Berdasarkan kekuatannya, asam-basa dibagi menjadi 2 yakni asam/basa
kuat dan asam/basa lemah. Asam/basa kuat memiliki ciri antara lain mengalami
ionisasi sempurna dalam air, rekasi yang terjadi satu arah, contohnya:HCl (Asam
Kuat) dan KOH (Basa Kuat). Asam/basa lemah memiliki ciri antara lain,
mengalami
ionisasi
sebagian
dalam
air,
reaksi
yang
terjadi
adalah
Asam
Merah
Merah
Indikator
Trayek Perubahan
Warna
Perubahan Warna
Lakmus
5,5-8,0
Merah-biru
Metil Jingga
2,9-4,0
Merah-kuning
Metil Merah
4,2-6,3
Merah-kuning
Bromtimol biru
6,0-7,6
Kuning-biru
Fenolftalein
8,3-10,0
Tidak berwarna-merah
(Basset, 2004).
(Rahayu, 2008).
BAB III
METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
Alat
Kertas lakmus biru
Kertas lakmus merah
pH meter portable
Erlenmeyer
Beaker glass
Kertas label
Bahan
Indikator PP
Indikator MR
Urin
Saliva
Plasma darah
Aquadest
Kertas Tissue
Asam encer
Asam pekat
Basa encer
Basa pekat
B. Cara Kerja
Pengenalan media dan instrument penetapan pH
Mencelupkan kertas lakmus biru dan kertas lakmus merah pada masing-masing
5 larutan yang telah disediakan
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Pengamatan
Kertas Lakmus
Jenis Larutan
Larutan A
Sifat
Netral
Larutan B
Asam
Larutan C
Asam
Larutan D
Basa
Larutan E
Basa
Saliva
Asam
Plasma
Asam
Urin
Asam
Kertas pH
Jenis Larutan
Nilai pH
Larutan A
Larutan B
Larutan C
Larutan D
Larutan E
14
Saliva
Plasma
Urin
pH meter
Jenis Larutan
Larutan A
Nilai pH
7,47
Larutan B
5,25
Larutan C
1,85
Larutan D
9,27
Larutan E
13,08
Saliva
8,29
Plasma
8,19
Urin
pH Stik
7,53
Jenis Larutan
Larutan A
Nilai pH
6
Larutan B
Larutan C
Larutan D
10
Larutan E
13
Saliva
Plasma
Urin
PP
Jenis Larutan
Warna sebelum
ditetesi PP
Larutan A
Bening
Tetap
Larutan B
Bening
Tetap
Larutan C
Bening
Tetap
Larutan D
Bening
Larutan E
Bening
Ungu (basa)
Saliva
Bening
Tetap
Plasma
Bening
Tetap
Urin
Bening
Tetap
Warna sebelum
Red
Larutan A
Bening
Kuning
Larutan B
Bening
Merah
Larutan C
Bening
Merah
Larutan D
Bening
Tetap
Larutan E
Bening
Tetap
Saliva
Bening
Kuning
Plasma
Bening
Tetap
Urin
Bening
Tetap
Metil Red
Jenis Larutan
B. Pembahasan
Pada tahap pengenalan media dan instrument penetapan pH, kami
menggunakan 8 macam larutan, larutan A, B, C, D, E,saliva, plasma dan urin.
Kami memeriksa sifat keasaman dari masing-masing lartan tersebut dengan cara
mencelupkannya ke dalam kertas lakmus biru dan merah. Pada percobaan ini,
didapatkan hasil bahwa larutan A bersifat netral, tidak terjadi perubahan warna
pada kertas lakmus. Larutan B bersifat asam, karena larutan B ini mengubah
warna kertas lakmus biru menjadi merah dan kertas lakmus merah tetap
berwarna merah. Larutan C bersifat asam, karena larutan C ini mengubah warna
kertas lakmus biru menjadi merah dan kertas lakmus merah tetap berwarna
merah. Larutan D bersifat basa, karena larutan D ini mengubah warna kertas
lakmus merah menjadi biru dan kertas lakmus biru tetap berwarna biru. Larutan
E bersifat basa pula, sama halnya dengan larutan D, karena larutan E ini
mengubah warna kertas lakmus merah menjadi biru dan kertas lakmus biru tetap
berwarna biru. Saliva, plasma dan urin ketiganya bersifat asam, karena ketiga
larutan ini mengubah warna kertas lakmus biru menjadi merah dan kertas lakmus
merah tetap berwarna merah. Untuk pengamatan sifat pada saliva dan plasma
ada kesalahan. Sebenarnya saliva itu bersifat netral, bukan asam dan plasma itu
bersifat basa, bukan asam. Kesalahan ini mungkin disebabkan oleh karena
kertas lakmus yang akan dipakai untuk mendeteksi saliva telah tercemar oleh
larutan lain yang sifatnya asam.
Selanjutnya, kami melakukan pengukuran nilai pH menggunakan kertas
pH, kemudian membandingkan warna yang muncul pada kertas pH dengan
warna yang tertera pada kotak kertas pH. Berdasarkan percobaan, kami
mendapatkan hasil bahwa larutan A memiliki nilai pH sebesar 7. Nilai ini sesuai
dengan sifat yang ditunjukkan dengan menggunakan kertas lakmus, yakni
bersifat netral. Larutan B memiliki nilai pH sebesar 6. Nilai ini sesuai dengan sifat
yang ditunjukkan dengan menggunakan kertas lakmus, yakni bersifat asam,
dapat dikatakan sebagai asam lemah. Larutan C memiliki nilai pH sebesar 1.
Nilai ini sesuai dengan sifat yang ditunjukkan dengan menggunakan kertas
lakmus, yakni bersifat asam, dapat dikatakan sebagai asam kuat. Larutan B sifat
keasamannya lebih lemah daripada larutan C, dilihat dari nilai pHnya yang lebih
mendekati pH larutan netral. Larutan D memiliki nilai pH sebesar 9. Nilai ini
sesuai dengan sifat yang ditunjukkan dengan menggunakan kertas lakmus, yakni
bersifat basa, dapat dikatakan sebagai basa lemah. Larutan E memiliki nilai pH
sebesar 14. Nilai ini sesuai dengan sifat yang ditunjukkan dengan menggunakan
kertas lakmus, yakni bersifat basa, dapat dikatakan sebagai basa kuat. Larutan D
sifat kebasaanya lebih lemah daripada larutan E, dilihat dari nilai pHnya yang
lebih mendekati pH larutan netral. Untuk saliva, nilai pHnya 7, sesuai dengan
teori yang ada, yang menyatakan bahwa saliva itu sifatnya netral. Sedangkan
plasma nilai pH yang tertera adalah 8, hal ini sesuai dengan teori yang ada, yang
menyatakan bahwa plasma itu memang bersifat basa. Selanjutnya adalah urin,
nilai pH yang terukur adalah 7, hal ini tidak sesuai dengan pengujian
menggunakan kertas lakmus dan tidak sesuai pula dengan teori yang ada.
Sebenarnya, urin itu bersifat asam. Kesalahan ini mungkin dapat terjadi, karena
ada kesalahan praktikan dalam hal membandingkan warna pH di kotak pH meter.
Pengujian selanjutnya, kami lakukan menggunakan pH stik. Berdasarkan
hasil pengamatan untuk larutan A, nilai pHnya mengalami penurunan dari 7
menjadi 6. Nilai 6 ini menunjukan bahwa larutan A ini sifatnya asam. Hal ini tidak
sesuai dengan 2 pengujian sebelumnya. Kemungkinan kesalahan ada pada
pembacaan nilai pH dengan menggunakan pH stik. Larutan B, ketika diukur
menggunakan kertas pH, nilai pH yang didapat adalah 5, berarti bersifat asam
lemah. Hasil ini sesuai dengan kedua pengujian sebelumnya. Larutan C nilai pH
yang ditunjukkan oleh pH stik adalah sebesar 1, berarti sifat dari larutan C ini
adalah asam kuat. Hasil ini juga sesuai dengan 2 pengujian sebelumnya. Larutan
B sifat keasamannya lebih bersifat kuat, karena nilai pH pada larutan B itu lebih
mendekati nilai pH larutan netral daripada nilai pH yang dimiliki oleh larutan C.
Larutan D, ketika diukur menggunakan pH stik, nilai pH yang didapat adalah 10,
berarti bersifat basa lemah. Hasil ini sesuai dengan kedua pengujian
sebelumnya. Larutan E, nilai pH yang ditunjukkan oleh pH stik adalah sebesar
13, berarti sifat dari larutan E ini adalah basa kuat. Hasil ini juga sesuai dengan 2
pengujian sebelumnya. Larutan D sifat kebasaannya lebih bersifat lemah, karena
nilai pH pada larutan D itu lebih mendekati nilai pH larutan netral daripada nilai
pH yang dimiliki oleh larutan E. Untuk pengujian saliva didapatkan nilai pH
sebesar 7 yang sesuai dengan teori yang ada, yakni saliva itu bersifat netral.
Selanjutnya, adalah pengujian nilai pH plasma, dengan pH stik didapatkan nilai
pH sebesar 8. Hasil ini juga sesuai dengan teori yang ada, dimana plasma darak
itu bersifat basa dengan nilai pH lebih tepatnya adalah berharga sekitar 7,357,45. Untuk pengujian terhadap urin, ternyata nilai pH yang didapatkan tidak
sesuai dengan teori yang ada. Secara teori, urin itu bersifat asam, namun
dengan pengujian menggunakan pH stik ternyata didaptkan nilai pH sebesar 7.
Kesalahan ini mungkin dapat terjadi pada saat pembacaan nilai pH yang kurang
tepat.
Setelah memakai kertas pH, pengujian kami lanjutkan menggunakan pH
meter. Pengukuran dengan menggunakan pH meter ini dapat dikatakan lebih
nilai
pH
pada
larutan
netral.
Pengujian
terhadap
plasma,
menunjukkan nilai pH sebesar 8,19 dan untuk urin menunjukkan nilai pH sebesar
7,53. hal ini menujukkan bahwa plasma itu bersifat basa dan urin bersifat asam.
Sedangkan pengujian terhadap saliva menggunakan pH meter menunjukkan
hasil yanh salah. Pada pH meter, besarnya pH yang ditunjukkan adalah 8,29.
Padahal, seperti yang kita tahu bahwa saliva itu bersifat netral dan besarnya pH
adalah sekitar 7 bukan 8.
Pengujian selanjutnya adalah dengan menggunakan 2 macam indikator,
yakni indikator phenolphthalein (PP) dan Methyl Red. Penambahan indikator
phenolphthalein akan mengubah warna larutan yang tadinya berwarna bening
berubah menjadi berwarna merah jambu (pink)-ungu jika pH larutan tersebut
diatas 8. Phenolphthalein merupakan jenis indikator yang bersifat peka terhadap
larutan yang bersifat basa. Reaksi yang terjadi adalah:
karena penambahan indikator yang kurang banyak atau mungkin kondisi plasma
sudah terkontaminasi dengan larutan lain.
Selain menggunkan indikator pp, kami juga menggunakan indikator
methyl red, dimana indikator ini bersifat peka terhadap larutan yang bersifat
asam. Indikator ini akan mengubah warna larutan yang awalnya bening berubah
menjadi merah, jika larutan itu bersifat asam. Berdasarkan percobaan didapatkan
hasil untul larutan A dan saliva yang bersifat netral, warna larutannya berubah
menjadi kuning, sedangkan untuk larutan B dan C yang bersifat asam, warna
larutannya berubah menjadi merah dan untuk larutan D dan E yang bersifat
basa, warna larutannya tetap, tetap bening. Sebenarnya untuk urine, setelah
ditetesi indikator Methyl red, warna larutannya mengalami perubahan menjadi
merah pula, karena sifat urin yang asam. Namun, pada percobaan ini, hasil yang
kami dapatkan adalah tetap bening. Hal ini mungkin dapat terjadi oleh karena
penambahan indikator yang kurang banyak atau mungkin kondisi urinnya sudah
terkontaminasi dengan larutan lain.
Dibawah ini merupakan beberapa kelebihan dan kekurangan dalam
penggunaan ketiga metode tersebut:
Teknik pengamatan
Kelebihan
Harganya lebih murah
Kekurangan
Hanya dapat
menyatakan sifat
keasamannya saja
Kertas Lakmus/Kertas pH
pH meter/pH stik
Indikator
Nilai pH yang
pHnya
Harganya mahal
Hasil yang di
dapat kurang
berlangsung cepat
akurat, karena
menyatakan sifat
keasaman, hanya
berdasarkan pada
perubahan warna
yang terjadi
BAB V
A. Kesimpulan
Larutan A berisi aquadest dan bersifat netral
Larutan B berisi asam encer dan bersifat asam lemah
Larutan C berisi asam pekat dan bersifat asam kuat
Larutan D berisi basa encer dan bersifat basa lemah
Larutan E berisi basa pekat dan bersifat basa kuat
Saliva bersifat netral
Plasma darah bersifat basa
Urin bersifat asam
B. Daftar Pustaka
Anonim, 1997, Oxford Kamus Lengkap Kimia, hal 187, Erlangga: Jakarta
Basset, J,dkk, 1994, Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Edisi IV, EGC:
Jakarta
Chang, Raymond, 2004, Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti, Edisi III, Erlangga:
Jakarta