Professional Documents
Culture Documents
KATA PENGANTAR.... 1
BAB. I Pendahuluan..............2
1.1 Latar Belakang......2
1.2 Rumusan Masalah........ 2
1.3 Tujuan Penulisan.......3
BAB. II Kajian Teori...........4
2.1 Transplantasi Organ.....4
2.2 Dimensi Hukum ........7
2.3 Tujuan Transplantasi..11
2.4 Tenaga Kesehatan Yang Berwenang 11
2.5 Syarat Pelaksanaan Transplantasi.12
2.6 Pandangan Islam Tentang Transplantasi Organ.... 12
BAB. III Pembahasan.......... 16
3.1 Review Case..... 16
3.2 Pembahasan.... 18
BAB. IV Kesimpulan dan Saran..... 20
DAFTAR PUSTAKA... 21
Lampiran.. 22
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena dengan
pertolonganNya kami dapat menyelesaiakan karya ilmiah yang berjudul 5 Orang
Terima Donor Organ dari Pasien HIV Akibat Salah Prosedur. Meskipun banyak
rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, namun kami
berhasil menyelesaikannya dengan baik. Dalam kesempatan ini, penyusun ingin
menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Teman-teman kelompok BHP 6
2. Teman-teman mahasiswa FK UNISBA yang sudah memberi kontribusi baik
langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.
Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada masyarakat dari hasil karya
ilmiah ini. Karena itu kami berharap semoga karya ilmiah ini dapat menjadi sesuatu
yang berguna bagi kita bersama.
Pada bagian akhir, kami akan mengulas tentang berbagai masukan dan pendapat
dari orang-orang yang ahli di bidangnya, karena itu kami mengharapkan hal ini juga
dapat berguna bagi kita bersama. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
penyusun khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya .
BAB I
PENDAHULUAN
4. Bagaimana kebijakannya ?
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Transplantasi Organ Tubuh
3
2.1.1
Pengertian
2.1.2
Jenis-Jenis Transplantasi
Berdasarkan sifat pemindahan organ atau jaringan tubuh yang dipindahkan ke tubuh
yang lain, transplantasi dibedakan atas:
a.
Autograft, yaitu:
Pemindahan organ jaringan atau organ dari satu tempat ke tempat lain dalam tubuh
pasien sendiri. Misalnya, operasi bibir sumbing, misalnya dari pantatnya atau dari
pipinya.
b.
Allograft, yaitu:
Pemindahan jaringan atau organ dari tubuh ke tubuh yang lain yang sama spesiesnya,
yakni antara manusia dengan manusia.10 Transplantasi allograft yang sering terjadi
dan tingkat keberhasilannya tinggi antara lain: transplantasi ginjal, dan kornea mata. Di
samping itu juga sudah terjadi transplantasi hati, meskipun keberhasilannya belum
tinggi.
c.
Xenograft, yaitu:
Pemindahan jaringan atau organ dari satu tubuh ke tubuh lain yang tidak sama
spesiesnya, misalnya anatar spesies manusia dengan binatang. Yang sudah terjadi
contohnya pencangkokan hati manusia dengan hati baboon, meskipun tingkat
keberhasilannya masih kecil.
Menurut Nyoman Suwasti, pemindahan organ tubuh dapat terjadi dari tubuh sendiri ke
tubuh orang lain, sehingga dari sudut penerima transplantasi dapat dibedakan menjadi:
a.
Auto-transplantasi, adalah:
Pemindahan suatu jaringan atau organ untuk ke tempat lain dari tubuh orang itu sendiri.
b.
Homo-transpalantasi, adalah:
Pemindahan suatu organ atau jaringan dari tubuh seseorang ke tubuh orang lain.
c.
Pemindahan suatu jaringan atau organ dari suatu spesies ke tubuh spesies lainnya.
Chrisdiono M. Achadiat mengatakan bahwa dalam dunia kedokteran, dikenal ada tiga
kategori transplantasi, yaitu:
1. Transplantasi autologous, yakni:
Pemindahan organ tubuh dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya, pada orang
yang sama, misalnya pemindahan kulit paha ke tangan atau wajah. Dalam hal ini donor
dan resipien adalah orang yang sama.
2. Transplantasi homologous, yakni:
Pemindahan organ tubuh dari satu orang kepada orang lain. Donor dalam keadaan hidup
ataupun dalam keadaan sudah meninggal. Contoh transplantasi homologous dari donor
yang sudah meninggal adalah kornea mata.
3. Transplantasi heterologous, yakni:
Pemindahan organ dari spesies yang berbeda, misalnya tulang rawan hewan untuk
mengganti katub jantung manusia. Jika organ yang dipasang pada resipien adalah
buatan manusia, tidak disebut sebagai transplantasi, melainkan implant.
Mayat Anatomis, serta Transplantasi Alat dan Jaringan Tubuh Manusia. PP ini
merupakan pelaksanaan dari UU No. 9/1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan, yang
telah dicabut.
Pasal 12
Penentuan saat mati ditentukan oleh 2 orang dokter yang tudak ada sangkut paut
medik dengan dokter yang melakukan transplantasi.
Pasal 13
Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksudkan yaitu dibuat diatas kertas materai
dengan 2(dua) orang saksi.
Pasal 14
Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau
bank mata dari korban kecelakaan yang meninggal dunia,dilakukan dengan
persetujuan tertulis dengan keluarga terdekat.
Pasal 15
1.Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia
diberikan oleh donor hidup,calon donor yang bersangkutan terlebih dahulu diberitahu
oleh dokter yang merawatnya,termasuk dokter konsultan mengenai operasi,akibatakibatya,dan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.
2.Dokter sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus yakin benar ,bahwa calon
donor yang bersangkutan telah meyadari sepenuhnya arti dari pemberitahuan
tersebut.
Pasal 16
Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak dalam kompensasi
material apapun sebagai imbalan transplantasi.
Pasal 17
Dilarang memperjual belikan alat atau jaringan tubuh manusia.
Pasal 18
Dilarang mengirim dan menerima alat dan jaringan tubuh manusia dan semua bentuk
ke dan dari luar negeri.
Pasal 64
(2) Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk dikomersialkan.
(3) Organ dan/atau jaringan tubuh dilarang diperjualbelikan dengan dalih apapun.
Pasal 65
(1) Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan di
fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.
(2) Pengambilan organ dan/atau jaringan tubuh dari seorang donor harus
memperhatikan kesehatan pendonor yang bersangkutan dan mendapat persetujuan
pendonor dan/atau ahli waris atau keluarganya.
(3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi organ
dan/atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 66
Transplantasi sel, baik yang berasal dari manusia maupun dari hewan, hanya dapat
dilakukan apabila telah terbukti keamanan dan kemanfaatannya.
Pasal 67
(1) Pengambilan dan pengiriman spesimen atau bagian organ tubuh hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan serta
dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan tertentu
(2) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara pengambilan dan pengiriman spesimen atau
bagian organ tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
Perbedaan sanksi pidana dalam KUHP & pada UU Kesehatan adalah jika pada KUHP
sifatnya lebih umum, sedangkan pada UU Kesehatan bersifat lebih khusus sebagaimana
halnya transplantasi ketentuan pidananya diatur dalam UU Kesehatan secara spesifik
(vide Ps 192, ancaman < 10 th penjara + denda Rp. 1 M.), sedangkan menurut Pasal 20
PP No. 18/81 ancaman pidananya brp kurungan < 3 bln / denda < Rp. 7.500,-\
Dimensi Hukum Pidana. Transplatasi Organ Tubuh : UU Kesehatan menunjukkan
adanya perlindungan hukum bagi upaya medis transplantasi organ tubuh & memberikan
batasan yang jelas bagi dokter, misal. praktik jual-beli organ tubuh yang dilarang (vide
Pasal. 64/(2) UU Kesehatan).
11
2.5.1
Dari segi etika, transplantasi dari donor jenazah tidak mempunyai masalah dari segi
etika dan moral. Pasal 14 PP No 18/1981 menyatakan bahwa pengambilan organ dari
korban yang meninggal dunia dilakukan atas dasar persetujuan dari keluarga terdekat.
Jika setelah lewat 2 x 24 jam keluarga tidak ditemukan, maka dapat dilakukan
pengambilan organ tanpa izin keluarga.
12
Pertama, apabila pencangkokan tersebut dilakukan, di mana donor dalam keadaan sehat
wal afiat, maka hukumnya menurut Prof Drs. Masyfuk Zuhdi, dilarang (haram)
berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut:
Firman Allah dalam surat Al-Baqaroah: 195
Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu ke dalam kebinasaan
Dalam kasus ini, orang yang menyumbangkan sebuah mata atau ginjalnya
kepada orang lain yang buta atau tidak mempunyai ginjal ia (mungkin) akan
menghadapi resiko sewaktu-waktu mengalami tidak normalnya atau tidak
berfungsinya mata atau ginjalnya yang tinggal sebuah itu.
Kedua, apabila transplantasi dilakukan terhadap donor yang dalam keadaan sakit
(koma) atau hampir meninggal, maka hukum Islam pun tidak membolehkan,
berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut:
1.
Hadits Rasulullah:
Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh membayakan diri
orang lain. (HR. Ibnu Majah).
Dalam kasus ini adalah membuat madaharat pada diri orang lain, yakni
pendonor yang dalam keadaan sakit (koma).
2.
Orang tidak boleh menyebabkan matinya orang lain. Dalam kasus ini
orang yang sedang sakit (koma) akan meninggal dengan diambil organ tubuhnya
tersebut. Sekalipun tujuan dari pencangkokan tersebut adalah mulia, yakni
untuk menyembuhkan sakitnya orang lain (resipien).
13
Ketiga, apabila pencangkokan dilakukan ketika pendonor telah meninggal, baik secara
medis maupun yuridis, maka menurut hukum Islam ada yang membolehkan dan ada
yang mengharamkan. Yang membolehkan menggantungkan pada dua syarat sebagai
berikut:
1. Resipien dalam keadaan darurat, yang dapat mengancam jiwanya dan ia sudah
menempuh pengobatan secara medis dan non medis, tapi tidak berhasil.
2. Pencangkokan tidak menimbulkan komplikasi penyakit yang lebih berat bagi
repisien dibandingkan dengan keadaan sebelum pencangkokan.
Adapun alasan membolehkannya adalah sebagai berikut:
Al-Quran Surat Al-Baqarah 195 di atas.
Ayat tersebut secara analogis dapat difahami, bahwa Islam tidak membenarkan pula
orang membiarkan dirinya dalam keadaan bahaya atau tidak berfungsi organ tubuhnya
yang sangat vital, tanpa ausaha-usaha penyembuhan termasuk pencangkokan di
dalamnya.
Surat Al-Maidah: 32.
Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka
seolah-olah ia memelihara kehidupan manusia seluruhnya.
Ayat ini sangat menghargai tindakan kemanusiaan yang dapat menyelematkan jiwa
manusia.
Dalam kasus ini seseorang yang dengan ikhlas menyumbangkan organ tubuhnya setelah
meninggal, maka Islam membolehkan. Bahkan memandangnya sebagai amal perbuatan
kemanusiaan yang tinggi nilainya, lantaran menolong jiwa sesama manuysia atau
14
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Review Case
15
sebagai
penderita
HIV
positif.
Kelima orang tersebut melakukan transplantasi organ (cangkok organ tubuh) di 2 rumah
sakit terbaik di Taiwan pada 24 Agustus 2011. Empat orang melakukan transplantasi
organ di National Taiwan University Hospital (NTUH) dan 1 orang lagi di National
Cheng
Kung
University
Hospital
untuk
transplantasi
jantung.
Kasus transplantasi organ dari penderita HIV ini membikin geger Taiwan dan kalangan
medis dunia. Departemen kesehatan Taiwan melakukan investigasi khusus untuk
mengungkap kasus tersebut dan menyelamatkan 5 orang yang kemungkinan besar
terkena
HIV
tersebut.
tes
darah
si
pendonor
organ.
Petugas tersebut percaya ia mendengar kata dalam bahasa Inggris 'non reaktif' dari hasil
tes standar si pendonor organ, padahal yang sebenarnya diberitahukan adalah kata
'reaktif'.
Informasi tentang hasil tes yang diberikan melalui telpon itu juga tidak diperiksa lagi
seperti yang dipersyaratkan dalam prosedur standar. Kemudian hasil tes tidak
dikonfirmasikan lagi dengan tim dokter yang akan melakukan transplantasi.
16
"Kami sangat meminta maaf atas kesalahan itu," bunyi pengumuman rumah sakit itu
seperti dilansir dari focustaiwannewschannel, Minggu (4/9/2011)
Pejabat departemen kesehatan Taiwan Shih Chung-liang mengatakan akan melihat
kesalahan dan memutuskan hukuman kepada rumah sakit tersebut. Jika ditemukan
kelalaian yang telah menyebabkan kesalahan fatal itu, rumah sakit mungkin harus
menghentikan program transplantasi selama satu tahun di samping denda yang akan
diberikan.
Si pendonor organ adalah seorang pria berusia 37 tahun yang mengalami koma setelah
jatuh dari ketinggian pada 24 Agustus 2011. Si pendonor memang telah mendaftarkan
untuk donor organ dengan memberikan jantung, hati, paru-paru dan 2 ginjalnya yang
oleh
rumah
sakit
ditranplantasikan
pada
hari
yang
sama.
Kepala departemen kesehatan kota Hsinchu, Ke-wu yao mengecam transplantasi yang
dilakukan rumah sakit itu sebagai kelalaian yang mengerikan. Kota Hsinchu adalah
tempat tinggal si pendonor tersebut. Ke-wu yao mengatakan rumah sakit bisa
menghindari kesalahan tersebut dengan meminta riwayat medis si pendonor di kota
asalnya.
Ke-wu yao mengatakan ke-5 orang penerima donor organ itu sangat mungkin tertular
HIV. Dan pengobatan untuk mereka akan semakin rumit karena selain minum obatobatan transplantasi untuk menghindari penolakan terhadap organ baru, mereka juga
harus
minum
obat
untuk
HIV.
Kekhawatiran juga terjadi pada petugas medis yang melakukan operasi transplantasi
tersebut. Beberapa dokter dan perawat yang telah melakukan transplantasi mengalami
depresi
dan
di
ambang
kepanikan.
National Taiwan University Hospital adalah salah satu rumah sakit terbaik dan sangat
dipercaya di Taiwan terutama dalam operasi transplantasi organ. Rumah sakit tersebut
telah berdiri sejak tahun 1895 dan menjadi pusat riset medis yang sangat disegani.
17
3.2 Pembahasan
3.2.1
Transplantasi Organ
3.2.2
3.2.3
Untuk menentukan hukum boleh tidaknya transplantasi organ tubuh, perlu dilihat kapan
pelakasanaannya. Berikut hukum transplantasi sesuai keadaannya masing-masing.
Pertama, apabila pencangkokan tersebut dilakukan, di mana donor dalam keadaan sehat
wal afiat, maka hukumnya menurut Prof Drs. Masyfuk Zuhdi, dilarang (haram).
18
Kedua, apabila transplantasi dilakukan terhadap donor yang dalam keadaan sakit
(koma) atau hampir meninggal, maka hukum Islam pun tidak membolehkan.
Ketiga, apabila pencangkokan dilakukan ketika pendonor telah meninggal, baik secara
medis maupun yuridis, maka menurut hukum Islam ada yang membolehkan dan ada
yang mengharamkan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
19
Transplantasi organ merupakan salah satu prosedur pemanjangan umur dari seseorang
yang mengalami disfungsi atau matinya dari salah satu organ yang masih bisa
digantikan atau dalam hal ini di donorkan agar tubuh penerima dapat berfungsi dengan
baik. Prosedur tersebut merupakan prosedur yang memerlukan perhatian hukum yang
lebih dan skrining yang harus dilakukan secara teliti, oleh karena itu prosedur ini harus
disertai dengan hukum yang jelas dan pengawasan secara seksama untuk mencegah
kesalahan atau kecacatan akibat dari prosedur ini. Selain pandangan hukum terdapat
juga dari pandangan agama Islam, banyak sumber yang mengatakan bahwa prosedur
ini dinyatakan haram atau halal, hal ini dijelas kan di atas bahwa masalah halal maupun
haram tergantung dari syarat-syarat dan waktu tertentu yang bisa menyebabkan
prosedur ini menjadi haram atau halal. Oleh karena itu pada kasus ini harus dilakukan
pemeriksaan yang teliti dan menyeluruh agar tidak terjadi penularan dari penyakit donor
ke recipient seperti pada kasus diatas.
Daftar Pustaka
http://www.slideshare.net/AdeSerizawa/transplantasi-organ
20
Gustia, Irna (2011,09 April). 5 Orang Terima Donor Organ dari Pasien HIV Akibat
Salah Prosedur. Diakses 17 Maret 2014, dari
http://health.detik.com/read/2011/09/04/160801/1715296/763/2/5-orang-terima-donororgan-dari-pasien-hiv-akibat-salah-prosedur
Tim Redaksi Pustaka Yustisia.2010. Undang-Undang Kesehatan dan Rumah Sakit
2009.Yogyakarta:Pustaka Yustisia
21