You are on page 1of 4

Disusun oleh:

Alda Fadhilla Odetta


Aulia Rosyida
Dita Indraswari
Ranaa Andini Wirawan
Salfa Zarfatina

KELAS XII IPA 4


SMA NEGERI 28 JAKARTA
TAHUN AJARAN 2016/2017

I.Tujuan Pengamatan
Mengetahui pengaruh penurunan titik beku
nonelektrolit.
II.

larutan elektrolit dan

Kerangka Teori
Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara
molekul, atom, ataupun ion dari dua zat atau lebih.Terdapat empat
sifat fisika yangtidak bergantung pada jenis zat terlarut tetapi hanya
bergantung pada konsentrasi pertikel zat terlarutnya. Keempat sifat
ini di kenal dengan sifat koligatif larutan. Sifat koligatif larutan terdiri
dari dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif
larutan nonelektrolit.
Salah satu sifat kologatif larutan adalah titik beku. Titik beku
suatu zat cair adalah suhu di mana zat cair tersebut berubah wujud
menjadi padat. Selama proses pembekuan berlangsung tidak terjadi
perubahan suhu. Jika suatu zatyang
sukar menguap dilarutkan
kedalam pelarut tertentu, maka pelarut tersebut akan membeku
pada suhu yang lebih rendah.
Proses pembekuan suatu zat cair terjadi bila suhu diturunkan
sehingga jarak antar partikel sedemikian dekat satu sama lain dan
akhirnya bekerja gaya tarik menarik antar molekul yang sangat kuat.
Adanya partikel-partikel dari zat terlarut akan mengakibatkan proses
pergerakan molekul-molekul pelarut terhalang, akibatnya untuk
dapat lebih mendekatkan jarak antar molekul diperlukan suhu yang
lebih rendah. Perbedaan suhu akibat adanya partikel-partikel zat
terlarut disebut penurunan titik beku (Tf). Pernyataan tersebut
secara matematis dapatdituliskan sebagai berikut :
T f =T f T f
Untuk penurunan titik beku menurut Raoult :
T f =m. K f =

Tf
m
Mr
n
p
Kf
III.

=
=
=
=
=
=

gram 1000
x
x Kf
Mr
p

penurunan titik beku larutan (C)


molalitas (m)
massa molekul relatif zat terlarut (g/mol)
jumlah mol larutan (mol)
massa pelarut (gr)
tetapan penurunan titik beku molal pelarut(C/m)

Alat dan Bahan

1. Termometer
2. 5 buah Tabung Reaksi
3. Pengaduk
4. Wadah
5. Aquades
6. Larutan urea 1 m dan 2 m
7. Larutan KCl 1 m dan 2 m
8. Es batu
9. Garam dapur kasar
10.
Tissue

IV.

Langkah Kerja
1. Memasukkan es ke dalam wadah plastik sebanyak tiga perempat
bagian.
2. Menambahkan 8 sendok makan garam dapur dan meratakannya.
3. Mengisi tabung reaksi dengan aquades setinggi 4 cm.
4. Memasukkan tabung reaksi ke dalam wadah plastik dan
menggerakannya hingga seluruhnya membeku.
5. Mengeluarkan tabung dari wadah dan membiarkannya mencair
sebagian.
6. Mengaduk campuran dengan termometer secara naik-turun
secara perlahan.
7. Membaca dan mencatat suhunya.
8. Mengulangi langkah 3-7 dengan larutan KCl dan urea, sebagai
pengganti aquades.

V.

Hasil Pengamatan

No
.

Zat Terlarut

Molalit
as

Titik Beku (0C)

Penurunan Titik Beku


(Tf)

CO(NH2)2

1m

-20C

CO(NH2)2

2m

-40C

KCl

1m

-40C

KCl

2m

-90C

VI.

Kesimpulan

Dari praktikum yang telah kami laksanakan dapat ditarik kesimpulan yaitu
sebagai berikut :
1. Titik beku larutan (yang dalam hal ini digunakan larutan urea dan NaCl)
memiliki titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan titik beku
air (pelarut murni) karena di dalam larutan urea dan NaCl terkandung
zat terlarut berupa molekul-molekul urea dan molekul-molekul NaCl
yang menyebabkan terhalangnya molekul-molekul air untuk membeku
sehingga dibutuhkan suhu yang lebih rendah untuk membekukan
larutan urea dan NaCl tersebut.
2. Makin besar molalitas larutan, makin tinggi penurunan titik bekularutan
3. Penurunan titik beku larutan (Tf) berbanding lurus denganmolalitas
larutan
4. Titik beku larutan elektrolit lebih rendah daripada larutan nonelektrolit
pada kemolalan yang sama, dikarenakan larutan elektrolit terurai
sehingga jumlah partikelnya lebih banyak dibandingkan larutan
nonelektrolit
5. Pada konsentrasi yang sama penurunan titik beku (Tf) larutan
elektrolit akan lebih besar dibandingkan larutan nonelektrolit, karena
penurunan titik beku (Tf) larutan elektrolit dipengaruhi oleh faktor
Vant Hof

You might also like