You are on page 1of 12

LAPORAN KASUS

SKABIES
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Program Pendidikan Profesi
Kedokteran Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Fakutas Kedokteran Universitas Trisakti
Di Rumah Sakit Umum Kardinah Tegal

Pembimbing :
dr. Dody Suhartono, Sp.KK.,MM.

Disusun Oleh :
Adri Permana Utama
030.11.007
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARDINAH TEGAL
PERIOD 14 NOVEMBER 2016 17 DESEMBER 2016
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

LAPORAN KASUS
SKABIES
Pembimbing : dr. Dody Suhartono, Sp.KK
Oleh : Adri Permana Utama (030.11.007)
I. PENDAHULUAN
Sinonim atau nama lain skabies adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal agogo.
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes
scabiei varian hominis dan produknya.(1) Tungau penyebab skabies merupakan parasit obligat
yang seluruh siklus hidupnya berlangsung di tubuh manusia. Tungau tersebut tidak dapat terbang
atau meloncat namun merayap dengan kecepatan 2.5 cm per menit pada kulit yang hangat. (6)
Skabies dapat terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan, di semua geografi daerah,
semua kelompok usia, ras dan kelas sosial. Namun menjadi masalah utama pada daerah yang
padat dengan gangguan sosial, sanitasi yang buruk, dan negara dengan keadaan perekonomian
yang kurang. Skabies dapat ditularkan melalui kontak fisik langsung. (skin-to-skin) maupun tak
langsung (pakaian, tempat tidur, yang dipakai bersama).(2,3)
Gejala utama adalah pruritus intensif yang memburuk di malam hari atau kondisi dimana
suhu tubuh meningkat. Lesi kulit yang khas berupa terowongan, papul, ekskoriasi dan kadangkadang vesikel.(4,5) Kelainan klinis pada kulit yang ditimbulkan oleh infestasi Sarcoptes scabiei
sangat bervariasi. Meskipun demikian kita dapat menemukan gambaran klinis berupa keluhan
subjektif dan objektif yang spesifik. Dikenal ada 4 tanda utama atau cardinal sign pada infestasi
skabies, yaitu
1. Pruritus nocturna
Setelah pertama kali terinfeksi dengan tungau skabies, kelainan kulit seperti
pruritus akan timbul selama 6 hingga 8 minggu. Infeksi yang berulang menyebabkan
ruam dan gatal yang timbul hanya dalam beberapa hari. Gatal terasa lebih hebat pada
malam hari.(3,4) Hal ini disebabkan karena meningkatnya aktivitas tungau akibat suhu
yang lebih lembab dan panas. Sensasi gatal yang hebat seringkali mengganggu tidur dan
penderita menjadi gelisah.(7)

2. Sekelompok orang
Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, sehingga dalam sebuah keluarga
biasanya mengenai seluruh anggota keluarga. Begitu pula dalam sebuah pemukiman yang
padat penduduknya, skabies dapat menular hampir ke seluruh penduduk. Didalam
kelompok mungkin akan ditemukan individu yang hiposensitisasi, walaupun terinfestasi
oleh parasit sehingga tidak menimbulkan keluhan klinis akan tetapi menjadi
pembawa/carier bagi individu lain.(7)
3. Adanya terowongan
Kelangsungan hidup Sarcoptes scabiei sangat bergantung kepada kemampuannya
meletakkan telur, larva dan nimfa didalam stratum korneum, oleh karena itu parasit sangat
menyukai bagian kulit yang memiliki stratum korneum yang relative lebih longgar dan
tipis. (7)
Lesi yang timbul berupa eritema, krusta, ekskoriasi papul dan nodul yang sering
ditemukan di daerah sela-sela jari, aspek volar pada pergelangan tangan dan lateral
telapak tangan, siku, aksilar, skrotum, penis, labia dan pada areola wanita. (3) Bila ada
infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). (7)
Erupsi eritematous dapat tersebar di badan sebagai reaksi hipersensitivitas pada
antigen tungau. Lesi yang patognomonik adalah terowongan yang tipis dan kecil seperti
benang, berstruktur linear kurang lebih 1 hingga 10 mm, berwarna putih abu-abu, pada
ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel yang merupakan hasil dari pergerakan
tungau di dalam stratum korneum. Terowongan ini terlihat jelas kelihatan di sela-sela jari,
pergelangan tangan dan daerah siku. Namun, terowongan tersebut sukar ditemukan di
awal inf karena aktiv
4. Menemukan Sarcoptes scabiei
Apabila kita dapat menemukan terowongan yang masih utuh kemungkinan besar kita
dapat menemukan tungau dewasa, larva, nimfa maupun skibala dan ini merupakan hal
yang paling diagnostik. Akan tetapi, kriteria yang keempat ini agak susah ditemukan
karena hampir sebagian besar penderita pada umumnya datang dengan lesi yang sangat
variatif dan tidak spesifik.

(7)

Pada kasus skabies yang klasik, jumlah tungau sedikit

sehingga diperlukan beberapa lokasi kerokan kulit.

II.

KASUS
An.K , perempuan, berusia 7 bulan ,anak ke tiga dari tiga bersaudara, beragama islam,

diantar oleh ibunya datang ke Poli kulit dan kelamin RSUD Kardinah Tegal pada tanggal 29
November 2016 jam 11.30 WIB dengan keluhan utama timbul bintik-bintik merah di badan sejak
kurang lebih satu bulan yang lalu.

ANAMNESIS KHUSUS
(Alloanamnesis dilakukan pada tanggal 29 November 2016 jam 11.30 WIB di Poli kulit dan
kelamin RSUD Kardinah Tegal).
Pasien An.K datang dibawa ibunya ke Poli kulit dan kelamin RSUD Kardinah dengan
keluhan utama timbul bintik-bintik merah di badan sejak kurang lebih satu bulan yang lalu.
Menurut ibu nya bintik-bintik kemerahan tersebut pertama kali muncul mulai dari daerah dada
lalu menyebar ke punggung, ketiak, lipat paha, bokong atas, dan kaki. Bintik-bintik kemerahan
yang muncul berupa seperti gelembung gelembung kecil dan banyak. Menurut ibu pasien
bersamaan dengan munculnya bintik-bintik tersebut anaknya menjadi rewel dan sulit tidur.
Anaknya selalu mengusap-ngusap daerah yang terdapat bintik kemerahan tersebut, dan biasanya
ketika diusap-usap oleh anaknya bintik kemerahan tersebut langsung pecah dan mengeluarkan
cairan bening. Menurut ibu pasien ketika pasien berada di tempat yang panas , anaknya mulai
semakin rewel dan mengusap daerah yang terdapat bintik tersebut. Ibu pasien mengaku sejak
munculnya bintik kemerahan pertama kali anaknya tidak pernah mengalami demam sebelumnya.
Keluhan serupa juga dirasakan oleh kakak pasien yang berusia 5 tahun dan tinggal
serumah dengan pasien, kakak pasien mengeluh muncul bintik-bintik dan gelembung kecil
berwarna kemerahan yang terasa gatal di perut dan paha, dan apabila digaruk mudah pecah,
namun kakak pasien belum pernah diobati sebelumnya. Ibu pasien mengaku keluhan yang
dirasakan pasien baru pertama kali terjadi dan pasien sudah diobati ke Puskesmas dan diberikan
obat salep namun belum ada perbaikan. Ibu pasien mengaku selalu memandikan anaknya 2 kali
sehari dengan sabun bayi dan detol ,lalu diberi bedak my baby. Menurut ibu pasien, pasien selalu
tidur di tempat yang terpisah dengan dengan kakaknya yang mengalami keluhan serupa, namun
terkadang pasien dan kakaknya sering menggunakan handuk yang sama setelah mandi dengan
kakaknya.

PEMERIKSAAN FISIK
1. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum
Kesadaran
Tanda Vital
:
Tekanan Darah
Nadi
Suhu
Pernafasan
Berat Badan
Tinggi
Status Gizi

: Baik, tampak sakit ringan.


: Compos Mentis
: 110/70 mmHg
: 100 x/menit
: Afebris
: 24 x/menit
: 15 Kg
: 90 cm
: Baik (BMI=18,5)

Kepala

: Bentuk Normocephali , kelainan kulit (-)

Mata

: Conjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik

Hidung

: Tidak ada septum deviasi, sekret (-)

Mulut

: Bibir tidak sianosis, karies gigi (-), tonsil T1-T1 tenang, faring
tidak hiperemis. kelainan kulit (-)

Telinga

: Normotia, serumen (-), kelainan kulit (-)

Leher

: Tidak terdapat pembesaran KGB, kelainan kulit (-)

Thorax

Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: Bentuk simetris, gerak napas simetris .kelainan kulit (+)


: Vokal fremitus sama kuat kanan dan kiri
: Sonor di semua lapang paru
: Suara napas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-.

Abdomen

: Datar, supel , kelainan kulit (-)

Ekstremitas

: Superior : Oedem (-), deformitas (-), kelainan sendi (-), kelainan


kulit (+).
Inferior : Oedem (-), deformitas (-), kelainan sendi (-), kelainan
kulit (+).

Kuku

: Pitting nail (-), onikolisis (-), diskolorisasi (-).

2. STATUS DERMATOLOGIKUS
Distribusi

: Generalisata

Ad Regio
Lesi

: Thoraks
: Multipel, miliar-lentikular, bentuk bulat reguler, batas tidak tegas,

Efloresensi

menimbul dari permukaan kulit,


: Makula eritem,hipopigmentasi , papul eritem, krusta kecil pada lesi

Distribusi

: Generalisata

Ad Regio
Lesi

: bokong dan punggung


: Multipel, miliar-lentikular, bentuk bulat reguler, batas tidak tegas,

Efloresensi

menimbul dari permukaan kulit,


: Makula eritem,hipopigmentasi , papul eritem, erosi

Distribusi

: Generalisata

Ad Regio
Lesi

: (a) ketiak (b) lipat paha


: Multipel, miliar-lentikular, bentuk bulat reguler, batas tidak tegas,

Efloresensi

menimbul dari permukaan kulit,


: Makula eritem,hipopigmentasi , papul eritem, pustule, erosi

(a)

(b)

PEMERIKSAAN KHUSUS
Tidak dilakukan pemeriksaan khusus.

RESUME
Pasien An.K usia 7 bulan datang dengan keluhan utama timbul bintik-bintik merah di
dada, punggung, ketiak, lipat paha, bokong atas, dan kaki sejak kurang lebih satu bulan yang

lalu. Bintik-bintik kemerahan yang muncul berupa seperti gelembung gelembung kecil mudah
pecah, terasa gatal(anak rewel) dan berjumlah banyak. Keluhan gatal/rewel semakin parah ketika
pasien berada di tempat yang panas. Di lingkungan rumah keluhan serupa juga dirasakan oleh
kakak pasien yang berusia 5 tahun Ibu pasien mengaku sejak munculnya bintik kemerahan
pertama kali anaknya tidak pernah mengalami demam sebelumnya.
Keluhan baru pertama kali terjadi pada pasien dan pasien sudah diobati ke Puskesmas
lalu diberikan obat salep namun belum ada perbaikan. Pasien mandi 2 kali sehari dengan sabun
bayi dan detolpasien sering menggunakan handuk yang sama setelah mandi dengan kakaknya.
Dari pemeriksaan fisik: Status generalis: dalam batas normal. Status dermatologikus:
Distribusi : Generalisata, Ad Regio : thoraks, Lesi : Multipel, miliar-lentikular, bentuk bulat
reguler, batas tidak tegas, menimbul dari permukaan kulit, Efloresensi : Makula
eritem,hipopigmentasi , papul eritem, krusta kecil pada lesi. Ad Regio : bokong dan punggung,
Lesi : Multipel, miliar-lentikular, bentuk bulat reguler, batas tidak tegas, menimbul dari
permukaan kulit, Efloresensi : Makula eritem,hipopigmentasi , papul eritem, erosi. Ad Regio :
lipat paha dan ketiak, Lesi : Multipel, miliar-lentikular, bentuk bulat reguler, batas tidak tegas,
menimbul dari permukaan kulit, Efloresensi : Makula eritem,hipopigmentasi , papul eritem,
pustule, erosi.

DIAGNOSIS BANDING
-

DIAGNOSIS KERJA
SKABIES

USULAN PEMERIKSAAN
Pewarnaan H.E (hematoxilin eosin)

PENATALAKSANAAN
1. UMUM
Menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnya ,pengobatan, dan pencegahan

penularannya.
Memotivasi pasien untuk rutin berobat.

Menyarankan untuk tidak menggaruk


Menjelaskan bahwa pengobatan harus dilakukan kepada semua anggota keluarga

yang memiliki keluhan sama


Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan teratur dan bila
perlu direndam dengan air panas

2. KHUSUS
Permetrin 5% krim dioleskan dan dipertahankan selama 10 jam pada
tempat lesi, lalu dibersihkan dengan air (pemberian dapat diulang 1 minggu
setelah pemakaian jika keluhan belum membaik)_

PROGNOSIS
-

III.

Quo ad vitam
Quo ad fungtionam
Quo ad sanationam
Quo ad cosmeticum

:
:
:
:

Ad bonam
Ad bonam
dubia ad bonam
ad bonam

PEMBAHASAN
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap

Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya.(1) Tungau penyebab skabies merupakan parasit
obligat yang seluruh siklus hidupnya berlangsung di tubuh manusia. Tungau tersebut tidak dapat
terbang atau meloncat namun merayap dengan kecepatan 2.5 cm per menit pada kulit yang
hangat.

(6)

Skabies dapat terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan, di semua geografi

daerah, semua kelompok usia, ras dan kelas sosial. Namun menjadi masalah utama pada daerah
yang padat dengan gangguan sosial, sanitasi yang buruk, dan negara dengan keadaan
perekonomian yang kurang. Skabies dapat ditularkan melalui kontak fisik langsung. (skin-toskin) maupun tak langsung (pakaian, tempat tidur, yang dipakai bersama).

Dalam menentukan diagnosis penyakti scabies dapat mengamati 4 tanda cardinal yang
ada pada pasien. Pada kasus ini pasien datang dengan keluhan muncul bintik kemerahan dengan
gelembung kecil yang mudah pecah dan terasa gatal terutama saat ditempat yang panas atau
malam hari (pruritus nocturnal). Distribusi dari bintik kemerahan pada pasien juga termasuk
predileksi dari penyakit scabies yaitu area dada , punggung, bokong, lipat paha dan ketiak. Ibu
pasien juga mengaku terdapat keluhan serupa yang dialami kakak pasien yang tinggal serumah,
hal ini menggambarkan bahwa terdapat penularan scabies dalam lingkungan tersebut baik secara
kontak langsung atau tidak langsung (menggunakan anduk yang sama). Pada pemeriksaan fisik
didapatkan lesi berupa papul eritem dan pustul, hal tersebut menggambarkan bahwa masih ada
infeksi scabies yang masih aktif, dan pada pasien juga terdapat erosi pada kulit di sekitas area
papul, hal tersebut bisa terjadi akibat adanya luka garukan karena keluhan gatal pada pasien.
Untuk melengkapi gejala cardinal pada pasien dalam memperkuat diagnosis dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang yaitu dengan pewarnaan HE. Dengan pemeriksaan tersebut kita dapat
menemukan parasit scabies. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien yang
menggambakan gejala cardinal penyakit skabies , dapat ditetapkan pasien mengalami infeksi
scabies. Untuk penatalaksaan pada kasus ini pada keluarga pasien dapat diberikan edukasi
mengenai penyebaran penyakit yaitu melalui kontak langsung atau tidak langsung (pakaian,
tempat tidur, handuk), pencegahan seperti seprei, bantal, handuk dan pakaian yang digunakan
dalam 5 hari terakhir, harus dicuci bersih dan dikeringkan dengan udara panas karena tungau
scabies dapat hidup hingga 3 hari diluar kulit. Pengobatan juga harus dilakukan kepada seluruh
anggota keluarga yang memiliki penyakit serupa dengan pasien. Dalam memilih pengobatan
infeksi skabies harus diperhatikan kefektifitasan obat terhadap stadium tungau, tidak
menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau dan mengotori pakaian, mudah diperoleh dan
harganya murah. Pada pasien dapat diberikan permetrin 5% krim dioleskan dan dipertahankan
selama 10 jam pada tempat lesi, lalu dibersihkan dengan air (pemberian dapat diulang 1 minggu
setelah pemakaian jika keluhan belum membaik). Permetrin dapat efektif digunakan pada semua
stadium infeksi, pemakaian mudah dan memiliki efek samping (toksik terhadap susunan saraf
pusat) lebih kecil dibandingkan gameksan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Handoko RP, Djuanda A, Hamzah M. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.4. Jakarta:
FKUI; 2005. 119-22.
2. Binic I, Aleksandar J, Dragan J, Milanka L. Crusted (Norwegian) Scabies Following
Systemic And Topikal Corticosteroid Therapy. J Korean Med Sci; 25: 2010. 88-91.
3. Scabies and Pediculosis, Orkin Miltoin, Howard L. Maibach. Fitzpatricks Dermatology
in General Medicine, 7th. USA: McGrawHill; 2008. 2029-31.

4. Siregar RS, Wijaya C, Anugerah P. Saripati Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.3. Jakarta:
EGC; 1996. 191-5.
5. Habif TP, Hodgson S. Clinical Dermatology. Ed.4. London: Mosby; 2004. 497-506.
6. Chosidow O. Scabies. New England J Med. 2006. July : 354/ 1718-27.
7. Amiruddin MD. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.1. Makassar: Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin ; 2003. 5-10.

You might also like