You are on page 1of 4

PENDAHULUAN

Hipertensi krisis merupakan salah satu kegawatan dibidang neurovaskular yang


sering dijumpai di instalasi gawat darurat. Hipertensi krisis ditandai dengan
peningkatan tekanan darah akut dan sering berhubungan dengan gejala sistemik yang
merupakan konsekuensi dari peningkatan darah tersebut. Ini merupakan komplikasi
yang sering dari penderita dengan hipertensi dan membutuhkan penanganan segera
untuk mencegah komplikasi yang mengancam jiwa.

Hipertensi krisis didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah dengan tekanan


darah diastolik melebihi 120mmHg dan tekanan darah sistolik melebihi 180mmHg.
Hipertensi krisis terdiri dari hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi. (Blumenfeld
dkk, 2001). Hipertensi urgensi adalah peningkatan yang hebat dan tiba-tiba dari
tekanan darah dengan kerusakkan ringan atau tanpa kerusakkan pada organ seperti
jantung, ginjal, mata dan otak. Jika peningkatan tekanan darah disertai kerusakkan
pada organ vital, dengan gejala berupa sakit kepala, nyeri dada, dan nafas pendek, ini
disebut hipertensi emergensi.

Hipertensi disebabkan oleh perubahan vascular, berupa disfungsi endotel, remodeling,


dan arterial striffness. Sedangkan faktor penyebab hipertensi emergensi dan
hipertensi urgensi diduga karena terjadinya peningkatan tekanan darah secara cepat
disertai peningkatan resistensi vaskular. Peningkatan tekanan darah yang mendadak

ini akan menyebabkan jejas endotel dan nekrosis fibrinoid arteriol sehingga membuat
kerusakan vaskular, deposisi platelet, fibrin dan kerusakan fungsi autoregulasi.

Pada keadaan ini, harus dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara seksama
kepada pasien. Dibutuhkan penanganan cepat menggunakan obat anti hipertensi oral
atau sublingual yang onset kerjanya cepat dengan sedikit efek samping. Tujuan dari
penanganan hipertensi kronis bukan menormalkan tekanan darah secara cepat, tetapi
menurunkan tekanan darah secara perlahan dan terkontrol sehingga dapat
meminimalkan resiko. Penurunan tekanan darah yang terlalu cepat dapat
menyebabkan iskemia, gangguan pada ginjal dan otak. Penurunan tekanan darah
disarankan secara perlahan dalam 24 48 jam, tergantung keadaan tiap pasien. (Vidt,
2001).

Dari banyak daftar obat anti hipertensi untuk mengendalikan hipertensi krisis, salah
satunya adalah Captopril. Captopril adalah ACE inhibitor ( Angiotensin Converting
Enzim inhibitor ) dengan sifat anti hipertensi dan efek samping yang masih bisa
ditolerir. Captopril bekerja dengan menghambat enzim yang akan mengubah
angiotensin I menjadi angiotensin II dan merupakan vasokonstriktor kuat. Captopril
juga menurunkan tekanan darah dengan menurunkan aldosteron dan meningkatkan
bradikinin. Pemilihan Captorpil dikarenakan efek samping Captopril tidak seserius
obat anti hipertensi lain seperti Nifedipin ( efek samping : sakit kepala, reflek

takikardia, sesak ), dan Captopril relatif mudah didapatkan dibanding obat baru yang
lebih mahal ( misalnya Esmolol, Fenoldopam ).

Baik hipertensi urgensi ataupun hipertensi emergensi, keduanya harus ditangani


dengan tepat dan segera sehingga prognosisnya terhadap organ target (otak, ginjal dan
jantung) dan sistemik dapat ditanggulangi. Captopril dipilih karena mempunyai efek
anti hipertensi dan harga yang terjangkau, namun efek sampingnya berbeda pada tiap
pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek Captopril yang diberikan
secara oral dan sublingual pada pasien Hipertensi krisis.

RUMUSAN MASALAH

1.

Blumenfeld JD, Laragh JH. Management of hypertensive crises: the scientific basis
for treatment decisions. Am J Hypertens. 2001;14(11 Pt 1):1154-67.
Vidt DG. Emergency room management of hypertensive urgencies and emergencies.
J Clin Hypertens (Greenwich). 2001;3(3):158-64

You might also like